Jurus Menghemat Baterai Mobil Listrik



Jakarta

Menggunakan mobil listrik tentunya membawa banyak keuntungan, mulai dari nol emisi hingga biaya operasional yang lebih efisien dibanding kendaraan berbahan bakar fosil. Namun pemilik juga perlu mengetahui cara berkendara yang tepat agar konsumsi energi lebih hemat, terutama saat menempuh perjalanan jauh. Ini tipsnya.

Menurut Product Planning & Strategy GAC Indonesia Iqbal Taufiqurrahman, kunci utama efisiensi mobil listrik bukan sekadar memilih mode hemat energi, tetapi ada pada cara pengendara menginjak pedal akselerator.

“Kita buru-buru pengin mengaktifkan Power Save mode gitu ya, ini nggak perlu teman-teman, karena kita cukup set driving mode di mode Comfort untuk normal driving. Hal ini sudah bisa cukup menghemat konsumsi listrik. Kenapa? Karena kuncinya mode mobil listrik boros atau nggak itu ada di injakan pedalnya,” ujar Iqbal kepada wartawan di sela-sela kegiatan media test drive AION UT Jakarta-Bandung-Jakarta (18/9/2025).


Mode Comfort disebut sudah cukup untuk penggunaan harian. Caranya, pengemudi bisa menginjak pedal gas dengan halus, lalu membiarkan mobil meluncur ketika kecepatan sudah tercapai. Teknik sederhana ini mampu mengurangi beban pada baterai.

Untuk perjalanan dengan medan naik-turun, seperti ke arah Bandung, pengendara bisa memanfaatkan Power Save mode ketika melalui jalan menurun. Perpindahan mode pun tidak rumit, karena dapat dilakukan lewat tombol maupun voice command.

Selain itu, menjaga kecepatan di rentang 80-100 km/jam di jalan tol juga disarankan. Selain lebih aman, hal ini membuat konsumsi energi tetap stabil.

“Lalu mengakselerasi dengan kalem gitu ya, dan maintain speed (jaga kecepatan) di 80-100 km per jam di highway. Nah ini untuk menjaga keamanan dan juga konsumsi daya listriknya terjaga,” jelas Iqbal.

Aspek lain yang sering terlupakan adalah penggunaan pendingin udara. Menyetel AC di suhu 23 derajat celcius dengan kecepatan kipas level 2 atau 3 sudah cukup menjaga kenyamanan kabin tanpa membebani daya baterai secara berlebihan.

Dengan teknik berkendara yang tepat, pemilik mobil listrik tidak hanya bisa menekan konsumsi energi, tetapi juga memperpanjang usia baterai, serta membuat pengalaman berkendara lebih optimal.

(lua/dry)



Sumber : oto.detik.com

Tips Merawat Mobil, Kapan Sebaiknya Ganti Ban?



Jakarta

Merawat mobil menjadi suatu keharusan, sebab kondisi ini akan menentukan kondisi mobil dalam jangka panjang.

Hasil studi yang dilakukan oleh Automotive Aftermarket Industry Association, kendaraan yang dirawat secara rutin dapat menempuh jarak hingga 300.000 kilometer, sedangkan sedangkan kendaraan yang diabaikan biasanya hanya mencapai sekitar 100.000 km.

Hankook Tire membagikan insight perawatan mobil yang sebaiknya diketahui setiap pengendara baru.


“Merawat mobil seharusnya sudah dilakukan sejak awal pembelian, bukan menunggu ada masalah, karena kebiasaan ini akan menentukan kondisi mobil jangka panjang, menekan risiko kecelakaan, sekaligus menghindarkan dari biaya perbaikan yang tidak perlu,” kata National Sales Manager Passenger Car Radial (PCR) Hankook Tire Sales Indonesia, Apriyanto Yuwono.

Berikut ini tips merawat mobil:

Pertama, rutin ganti oli mesin.

Oli berfungsi melumasi komponen mesin agar tidak cepat aus, membantu menjaga suhu mesin tetap stabil saat macet, hingga membersihkan kotoran logam dan sisa pembakaran. Untuk mencegah kerusakan pada mesin, sebaiknya ganti oli setiap 6 bulan atau 10.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dahulu. Jika mesin mengeluarkan suara kasar atau indikator oli pada speedometer menyala, segera lakukan penggantian oli untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

Kedua, cek air radiator dan sistem pendinginan.

Air radiator berperan penting dalam menjaga kestabilan suhu mesin. Dengan sirkulasi yang terus-menerus menyerap dan melepaskan panas, cairan ini mencegah terjadinya overheat, yang dapat merusak komponen mesin secara permanen. Idealnya, kuras air radiator setiap 2 tahun atau 40.000 km, tergantung mana yang tercapai lebih dulu. Jika warnanya mulai keruh atau kecokelatan, tandanya air radiator sudah terkontaminasi dan perlu segera diganti. Hindari penggunaan air biasa karena dapat menyebabkan karat pada sistem pendingin.

Ketiga, cek kondisi kampas rem.

Kampas rem memiliki ukuran minimum yang aman yaitu 3 mm untuk bagian depan dan 2 mm untuk bagian belakang. Secara umum, kampas rem sebaiknya diganti setelah mobil menempuh 60.000-70.000 km untuk transmisi manual, sementara pada transmisi otomatis sebaiknya dilakukan lebih cepat, yakni setelah 35.000-40.000 km. Selain jarak tempuh, tanda-tanda kampas rem perlu segera diganti antara lain muncul suara berdecit dan berkurangnya daya cengkeram saat pengereman. Penggantian kampas rem sebelum habis penting untuk menjaga efektivitas pengereman dan keselamatan.

Keempat, periksa ban mobil.

Posisi ban yang kurang presisi bisa menyebabkan mobil terasa tidak stabil, keausan ban menjadi tidak merata, hingga mengurangi kenyamanan berkendara. Untuk itu, lakukan spooring dan balancing secara rutin agar performa ban tetap optimal. Spooring adalah penyetelan sudut roda agar kembali sejajar sesuai standar pabrik sehingga ban mobil tetap stabil dan lurus. Sedangkan balancing adalah menyeimbangkan bobot kendaraan pada ban dan velg, fungsinya mengurangi getaran, serta memperpanjang umur ban dan suspensi. Tanda kendaraan membutuhkan spooring dan balancing umumnya terasa dari getaran pada setir saat melaju di kecepatan tertentu, mobil cenderung menarik ke satu sisi, atau terasa kurang stabil saat dikendalikan. Lakukan spooring & balancing setiap 10.000 km hingga maksimal 20.000 km.

Kelima, isi tekanan angin ban yang sesuai.

Tekanan angin yang tepat sangat penting untuk menjaga kestabilan, kenyamanan, dan efisiensi bahan bakar. Tekanan yang kurang bisa membuat ban cepat aus di bagian samping, sedangkan tekanan berlebih berisiko membuat ban lebih keras dan daya cengkeram berkurang. Tekanan angin ideal bervariasi sesuai jenis mobil, yakni MPV (33-36 Psi), City Car (30-36 Psi), Sedan (30-33 Psi), dan SUV (35-40 Psi), atau sesuai dengan rekomendasi pabrikan.

“Salah satu aspek penting dalam preventive maintenance adalah memperhatikan kondisi ban, sebagai satu-satunya komponen kendaraan yang bersentuhan langsung dengan aspal. Banyak pengendara menganggap ban masih layak pakai selama belum bocor atau rusak parah, padahal usia dan jarak tempuh juga menentukan. Idealnya, ban diganti setiap 2-3 tahun atau setelah menempuh 40.000 km, dan saat pola telapak sudah mencapai batas thread wear indication (TWI).” jelas Apriyanto.

(riar/lua)



Sumber : oto.detik.com

Awas Over Running, Segini Kecepatan Maksimum saat Innova Reborn Masuk Gigi 1


Jakarta

Sudah tahu belum kalau Innova Reborn manual masuk gigi 1 kecepatan maksimalnya berapa? Simak batas kecepatan masing-masing gigi biar nggak over running.

Batas kecepatan maksimal di masing-masing gigi mobil, patut diperhatikan. Misalnya saat kamu mengendarai Kijang Innova Reborn manual, di masing-masing gigi ada batas kecepatannya. Batas kecepatan ini sebaiknya dipahami supaya mesin tidak over-running. Dikutip dari berbagai sumber, kondisi over running adalah saat roda kendaraan berputar lebih cepat daripada putaran mesinnya. Hal ini bisa menyebabkan mesin bekerja di luar kapasitas normalnya.


Batas Kecepatan di Tiap Gigi Innova Reborn Manual

Dilihat detikOto dalam buku panduan manual Kijang Innova Reborn, kecepatan masing-masing gigi di mesin bensin dan diesel berbeda. Nah berikut ini rincian kecepatan maksimum di tiap gigi pada Innova Reborn bensin dan diesel manual.

Innova Reborn Bensin

  • Gigi 1: 37 km/jam
  • Gigi 2: 68 km/jam
  • Gigi 3: 111 km/jam
  • Gigi 4: 159 km/jam

Innova Reborn Diesel

Gigi 1: 34 km/jam
Gigi 2: 64 km/jam
Gigi 3: 103 km/jam
Gigi 4: 148 km/jam

Nah itu tadi batas kecepatan yang perlu kamu perhatikan. Diingatkan juga agar kamu tidak menyandarkan tangan atau menahan tuas transmisi sepanjang waktu selain ketika menggeser. Adapun saat memindahkan gigi harus dilakukan secara berurutan sesuai dengan angkanya.

“Agar tidak menyebabkan mesin over running, pastikan untuk hanya memindahkan gigi berurutan,” demikian tertulis dalam buku panduan manual tersebut.

Dalam berkendara Innova Reborn, ada dua mode yang bisa dipilih yaitu Eco Drive dan Power Mode. Kalau kamu cari yang irit bahan bakar, maka pilih mode Eco Drive.

“Gunakan mode Eco drive untuk membantu mencapai konsumsi bahan bakar rendah selama perjalanan yang sering melakukan akselerasi,” demikian penjelasanya.

Cara mengaktifkannya adalah hanya menekan tombol ‘Eco Mode’ dan indikator akan seketika menyala. Tekan tombol Eco Mode lagi untuk membatalkan mode irit bahan bakar tersebut. Pengemudian pun akan kembali ke normal. Selanjutnya ada Power Mode yang bisa digunakan saat kamu membutuhkan respons dan perkiraan tingkat tinggi sesuai dengan yang diinginkan. Power mode ini bisa diaktifkan ketika mengemudi di daerah pegunungan atau saat mendahului. Cara mengaktifkannya hanya perlu menekan tombol ‘Pwr Mode’.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

Pokoknya Jangan Ngebut Pakai Pajero-Fortuner di Tol kalau Mau Panjang Umur!



Jakarta

Dua mobil SUV ladder frame, Toyota Fortuner dan Mitsubishi Pajero Sport, sering digunakan dengan kecepatan tinggi di jalan tol. Padahal, memacu mobil SUV standar di jalan tol dengan kecepatan tinggi memiliki risiko tinggi.

Praktisi keselamatan berkendara tidak menyarankan penggunaan SUV untuk kebut-kebutan di jalan umum. Apalagi, mobil tersebut sejatinya memang dirancang nyaman. Memacu SUV dengan ground clearance tinggi dan suspensi nyaman di jalan tol berisiko buat keselamatan. Tak jarang kecelakaan terjadi akibat memacu mobil hingga kecepatan tinggi di jalan tol. Bahkan, kecelakaan tersebut sampai merenggut nyawa.


SUV ladder frame seperti Mitsubishi Pajero dan Toyota Fortuner memiliki bantingan suspensi yang nyaman. Dengan suspensi nyaman, biasanya mobil berisiko limbung hingga menyebabkan kehilangan keseimbangan saat dipacu dengan kecepatan tinggi.

“Kalau suspension empuk maka limbung, suspension stabil cenderung lebih keras. Tapi banyak produk after market bisa menyempurnakan ini,” kata praktisi keselamatan berkendara yang juga Road Safety Commission Ikatan Motor Indonesia (IMI) Erreza Hardian kepada detikOto beberapa waktu lalu.

Selain itu, dimensi kendaraan juga dapat mempengaruhi keseimbangan mobil saat ngebut di jalan tol. Menurut Reza, makin tinggi dari permukaan maka titik beratnya juga makin tinggi.

“Maka risiko terguling ada. Ini kayak bawa barang tapi di atas kepala. Makanya ada peringatan di setiap SUV baca buku manual di sun visor biasanya,” ujar Reza yang juga menjadi Wakil Ketua Umum Bidang Diklat Perkumpulan Keamanan dan Keselamatan Indonesia (Kamselindo).

Selain itu, mobil SUV ladder frame 2WD yang biasanya menggunakan penggerak roda belakang, menurut Reza, cenderung oversteer. Hal itu juga menjadi kombinasi yang membahayakan.

“Titik berat di atas, lebar ban pendek, suspension empuk dan kecepatan tinggi,” bebernya.

“Dengan bobot dan torsi serta konstruksi SUV ini memang idealnya 4WD agar ada penggerak pendorong. Saat limbung dan slip bagian belakang, ada ban depan yang menarik. Ban juga pengaruh karena dia bagian terakhir yang menapak pada permukaan jalan. Bisa dia juga sebagai suspension. Sayangnya di Indonesia 4WD ini masih dianggap barang mewah dengan pajak tinggi padahal ini bicara POV keselamatan,” jelas Reza.

Sony Susmana, praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI), mengatakan bahwa mobil-mobil SUV ladder frame seperti Fortuner dan Pajero bukan dirancang kendaraan untuk kebut-kebutan di jalan tol. Sebab, mobil dengan dimensi bongsor tersebut bisa kehilangan kestabilan apabila dipacu dengan kecepatan tinggi di jalan tol.

“Kendaraan-kendaraan yang big SUV rata-rata sasisnya ladder frame, antara sasis dan bodi tidak menyatu atau terpisah. Artinya, bodi mobil pada jenis sasis ini diletakkan di atas sasis lalu disambungkan. Bisa dikatakan secara bentuk lebih jangkung atau tinggi. Sehingga gejala limbung atau bounching yang terjadi lebih besar,” ujar Sony kepada detikOto beberapa waktu lalu.

Ketika digunakan ngebut di jalan tol, Pajero Sport atau Fortuner kestabilannya mungkin tidak sebaik kendaraan dengan jenis sasis monokok. Kestabilan yang labil di kecepatan tinggi akan mempengaruhi handling. Hal ini bisa berakibat fatal terutama jika pengemudinya tak sigap.

“Bentuk bodi seperti ini karakternya menangkap angin terutama di kecepatan tinggi. Sekalipun sudah didesain oleh tenaga-tenaga ahli tetap aja ada batas toleransinya,” jelas Sony.

Ketika memacu SUV bongsor di kecepatan tinggi, seringnya berisiko membuat selip atau bahkan mudah terbalik. Ini bisa diakibatkan oleh terpaan angin dari depan ataupun samping.

“Kalau bicara ngebut sih bisa, toh power dari mesinnya besar. Dan ada kok balapan mobil SUV di sirkuit. Tapi, itu sudah dimodifikasi ya. Sementara kendaraan-kendaraan standar tersebut didesain hanya untuk jalan raya yang lebih mengedepankan kenyamanan,” sebut Sony.

Jadi, kalaupun mau kebut-kebutan pakai SUV seperti Fortuner dan Pajero Sport boleh-boleh saja. Tapi dilakukan di lingkungan tertutup seperti di sirkuit dan dengan memodifikasi komponen tertentu agar lebih stabil.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Awas Kena Tipu, Kenali Ciri-ciri Mobil Bekas Tabrakan


Jakarta

Beli mobil bekas memang gampang-gampang susah. Jangan sampai tertipu, apalagi beli mobil bekas tabrakan. Berikut ini ciri-ciri mobil bekas tabrakan.

Mobil bekas bisa jadi solusi buat yang budgetnya terbatas. Ya dibandingkan model baru, harga mobil bekas memang lebih ramah kantong. Kendati demikian, meminang mobil bekas tak bisa asal. Kamu harus sangat teliti dan jangan langsung tergiur dengan harga yang miring. Sebab, membeli mobil bekas yang punya riwayat rusak parah berpotensi menimbulkan masalah di kemudian hari. Apalagi kalau yang kamu beli mobil bekas tabrakan.


“Riwayat bekas tabrakan bisa sangat mempengaruhi kondisi mobil dalam jangka waktu panjang. Tidak hanya terkait biaya perbaikan, namun juga risiko kecelakaan akibat kerusakan komponen penting. Karena itu, AutoFamily harus hati-hati ketika ‘berburu’ mobil bekas supaya nyaman dan aman saat mobilitas,” terang Yagimin, Chief Marketing Auto2000, Jumat (26/9/2025).

Ciri Mobil Bekas Tabrakan

Nah supaya nggak tertipu, ada beberapa hal yang bisa kamu kenali dari mobil bekas tabrakan. Rinciannya sebagai berikut.

1. Gangguan Mesin

Pada sektor mesin, gangguan dapat terjadi akibat benturan yang terjadi. Pastikan kamu menjajal langsung performa mobil sebelum membeli. Jika dirasa ada masalah, kamu patut curiga. Mesin yang kurang prima dapat menyebabkan mobil mudah mogok dan berisiko terhadap keamanan berkendara. Selain itu, biaya perbaikan mesin cukup merepotkan, tergantung jenis dan tingkat kerusakan.

Dampak tabrakan bisa mengganggu kabel-kabel, soket, dan konektor, menyebabkan malfungsi pada berbagai sistem seperti lampu, sistem audio, power window, bahkan sistem safety seperti airbags dan ABS. ECU juga bisa rusak akibat benturan atau getaran.

2. Bodi Penyok

Lalu pada bagian bodi, akan tampak dari baret, penyok, hingga sasis rusak. Meskipun mobil sudah diperbaiki, mungkin tak kembali seperti semula, terutama jika tabrakan yang dialami cukup parah dan melibatkan sasis.

Cara Cek Mobil Bekas Tabrakan

Kamu bisa melakukan pengecekan visual untuk memastikan tidak ada bekas tabrakan. Periksa celah antara kap mesin, pintu, bagasi, dan fender. Celah yang tidak konsisten atau terlalu lebar bisa menginformasikan perbaikan bodi mobil yang kurang presisi. Perhatikan perbedaan warna atau tekstur cat antar panel bodi sebagai penanda pengecatan ulang setelah tabrakan. Periksa bagian-bagian tersembunyi seperti di bawah karpet bagasi atau di sekitar rangka pintu.

Bekas las yang tidak rapi atau lapisan dempul yang terlalu tebal bisa menjadi indikator perbaikan rangka yang kurang baik. Periksa baut dan mur pada bodi dan rangka. Jika terlihat ada bekas dilepas atau diganti baru, ada kemungkinan perbaikan setelah tabrakan.

Agar bisa mencegah hal yang tak diinginkan, kamu bisa menggunakan layanan inspeksi dari mekanik terpercaya. Salah satunya THS Inspector dari Auto2000. Layanan ini menyediakan jasa pemeriksaan atau inspeksi mobil bekas oleh teknisi Auto2000 yang berpengalaman, disertai laporan inspeksi yang dikirim otomatis disertai sertifikat bergaransi. Terdapat sekitar 177 item pemeriksaan pada bagian eksterior, interior, mesin dan transmisi, serta mengecek keaslian dokumen penting kendaraan. Semua tuntas dikerjakan hanya dalam waktu 90 menit sejak mobil dipegang oleh teknisi THS – Auto2000 Home Service.

Auto2000 membagi tipe pemeriksaan berdasarkan ukuran mobil Toyota yakni LCGC, Economy, Standart, Medium Luxury, Luxury, dan CBU Non TAM. Ada pula layanan Old Models untuk varian Toyota yang sudah stop produksi di Indonesia.

Biaya layanan THS Inspector sangat bersaing dengan layanan lain oleh pihak ketiga. Pengusaha jual-beli mobil bekas dapat memanfaatkan layanan ini karena memberikan jaminan kendaraan yang dijual dalam kondisi terbaik dan meningkatkan harga mobkasnya.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

Servis Mobil, Baiknya Ikuti Panduan Kilometer atau Lama Waktu Pemakaian?



Jakarta

Mobil harus diservis secara berkala supaya performanya selalu prima. Tapi kadang pemilik mobil dibingungkan, apakah harus servis berdasar waktu pemakaian (time-based) atau jarak tempuh (mileage-based)?

“Servis berkala secara rutin dapat menjaga performa mobil agar selalu prima dalam mendukung mobilitas. Kondisi mobil yang selalu sehat dapat mengurangi kemungkinan masalah seperti mogok atau kecelakaan. Performa yang terjaga juga membuat mobil dapat bekerja lebih efisien sehingga lebih irit bahan bakar dan yang tak kalah penting daya tahan komponen mobil jadi lebih terjaga,” jelas Nur Imansyah Tara, Marketing Division Head Auto2000, dalam keterangannya, Senin (06/10/2025).

Waktu Pemakaian atau Jarak Tempuh?


Banyak yang mengira situasi jalan yang kerap macet khususnya di kota besar seperti Jakarta, bikin perhitungan servis berkala berdasarkan waktu pemakaian (time-based) menjadi paling relevan. Alasannya secara teori, jarak tempuh 10.000 km bisa diselesaikan kurang dari 6 bulan.

Faktanya, macet panjang di kota besar membuat target tersebut sulit tercapai. Padahal di situasi macet mesin mobil tetap bekerja, bahkan lebih berat akibat tak mendapat pendinginan yang memadai. Paling buruk, idle berkepanjangan membuat campuran bensin dan udara tidak ideal sehingga memicu pembakaran tidak sempurna.

Dampak dari Pembakaran yang Tidak Sempurna

Tumpukan karbon akibat pembakaran tak sempurna akan menempel di ruang bakar dan komponen bergerak sehingga membuat performa mesin menurun. Efek negatifnya, tenaga mesin turun dan konsumsi bensin meningkat. Efek buruk berikutnya adalah berkurangnya daya tahan komponen mesin yang saling bergesekan.

Selain itu, sisa pembakaran tak sempurna dapat menyusup ke dalam sistem sirkulasi oli mesin, merusak senyawa kimia oli, sehingga tidak mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. Ditambah pemaksaan mesin bekerja ekstra akibat performa turun, tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya mesin mobil rontok.

Di waktu bersamaan, komponen lain juga bekerja keras melebihi batas normal. Seperti komponen rem, transmisi berikut oli transmisi, ban, cairan mobil, serta aki. Padahal jarak tempuh praktis tidak bertambah banyak.

Rekomendasi Interval Servis Berkala

Menimbang kondisi itu, Auto2000 merekomendasikan penggunaan waktu (time-based) untuk menghitung interval servis berkala, yaitu setiap 6 bulan sekali, khususnya buat mobilitas perkotaan. Tapi kalau ternyata jarak tempuh mobil sudah melewati 10.000 km padahal belum 6 bulan, sebaiknya segera servis berkala.

Ingat, jangan tunggu mencapai 6 bulan jika mobil mobil Anda masuk dalam kategori ‘high usage’. Banyak komponen kendaraan wajib dicek ulang untuk memastikan tak ada potensi rusak. Oli juga harus diganti secara berkala supaya tak kehilangan kemampuannya dalam melindungi mesin, termasuk cairan lain seperti radiator coolant dan brake fluid.

(lua/dry)



Sumber : oto.detik.com

Mobil Matic Jangan Pakai Gigi ‘N’ pada Kondisi Ini, Pokoknya Jangan!



Jakarta

Tuas transmisi di mobil matic memiliki fungsinya masing-masing. Misalnya saat tuas transmisi berada di posisi ‘N’ atau Netral, sebaiknya tidak dilakukan pada kondisi berikut.

Ada beragam huruf di tuas transmisi mobil matic. Ada P, ada N, ada D, ada L, ada juga R. Masing-masing punya fungsinya tersendiri. Misalnya tuas transmisi P, digunakan untuk mobil dalam posisi parkir. Selanjutnya ada R, digunakan saat mobil hendak mundur. Untuk menjalankan mobil, posisi tuas transmisi ada di D alias Drive. Pada posisi D, transmisi akan secara otomatis dan terus menerus mengubah rasio gigi tergantung pada kondisi jalan dan pengemudian.


Selanjutnya ada ‘N’ atau Netral. Pada posisi ini, transmisi dibebaskan sama seperti posisi netral pada mobil bertransmisi manual. Dikutip dalam laman buku panduan manual Mitsubishi Xpander, gigi N ini hanya digunakan saat kendaraan diam dalam waktu yang lama selama mengemudi, contohnya saat jalanan macet.

Perlu dicatat, di kondisi tertentu, sebaiknya tuas transmisi mobil tak diposisikan pada Netral. Misalnya saat sedang berkendara, jangan pindahkan tuas transmisi ke N.

“Kecelakaan serius dapat terjadi karena Anda dapat secara tidak sengaja menggerakkan tuas selektor ke posisi ‘P’ atau ‘R’ atau Anda akan kehilangan pengereman mesin,” demikian dicuplik dari buku panduan manual tersebut.

Begitu juga pada jalan miring, tuas transmisi sebisa mungkin ada di posisi ‘P’ jangan di posisi N.

“Pada jalan miring, mesin sebaiknya dihidupkan pada posisi ‘P’ jangan pada posisi “N’. Pastikan menahan kaki Anda pedal rem ketika kendaraan di posisi ‘N’ atau ketika memindahkan ke atau dari posisi ‘N'” begitu penjelasannya.

Selain itu diingatkan juga untuk mencegah kerusakan transmisi, jangan pernah memindahkan tuas transmisi ke posisi ‘D’ dari posisi ‘R’ ketika kendaraan masih berjalan.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

Ada Gigi L di Mobil Matic, Kapan Dipakai?


Jakarta

Ada gigi ‘L’ di transmisi mobil matic. Kapan dipakainya ya?

Tuas transmisi mobil matic terdiri dari beberapa fungsi. Masing-masing fungsinya berbeda dan disimbolkan dengan huruf di sisinya. Paling atas biasanya huruf P yang berarti Park digunakan saat kendaraan parkir. Pada posisi ini, transmisi dikunci untuk mencegah kendaraan bergerak. Mesin juga dapat dihidupkan saat tuas transmisi berada di posisi ini.


Gigi L di Mobil Matic, Kapan Dipakai?

Di bawah P, biasanya ada R yang berarti Reverse. Pindahkan tuas transmisi kamu ke R saat memundurkan mobil. Selanjutnya ada N alias Neutral. Pada posisi N, posisi transmisi dibebaskan. Selanjutnya ada D yang berarti Drive. Tuas transmisi D digunakan saat mobil dikendarai dengan normal. Pada posisi ini, gigi akan diatur secara otomatis menyesuaikan dengan kecepatan kendaraan.

Nah di beberapa mobil, di bawah D ada juga gigi L. Salah satunya di Mitsubishi Xpander. Tapi tahu nggak kamu L ini artinya apa dan kapan harus digunakan? Dikutip dari buku panduan manual Xpander, gigi L atau Low digunakan saat mengemudi di jalanan menanjak yang sangat curam. Selain itu bisa juga digunakan untuk pengereman mesin atau engine brake pada kecepatan rendah saat berkendara menuruni jalanan yang curam. Namun diingatkan agar tak memindahkan tuas transmisi ke L secara mendadak.

“Pengereman mesin secara mendadak dapat menyebabkan ban slip. Pilih posisi ini sesuai dengan kondisi jalan dan kecepatan kendaraan,” demikian peringatannya.

Laman JDPower juga menjelaskan posisi L pada mobil matic bisa digunakan dalam kondisi tertentu sebagai berikut:

– Saat menarik beban berat
– Mengemudi di jalan menanjak
– Mengemudi di jalan menurun
– Bermanuver pada kecepatan rendah
– Kondisi jalan buruk

Jangan Pakai Gigi L saat Berkendara Normal

Perlu digarisbawahi, saat tuas transmisi berada di posisi L itu jangan digunakan untuk berkendara di kondisi normal. JDPower menyebut, memposisikan transmisi pada gigi rendah akan membuat mesin berputar lebih cepat dan menghasilkan RPM yang lebih tinggi. Alhasil, bahan bakar jadi lebih boros. Tak cuma itu, mesin dan transmisi juga jadi lebih cepat aus.

“Jika kondisi tidak memerlukan mode ‘L’ selalu kembalikan transmisi ke posisi ‘D'” demikian penjelasannya.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

3 Warna Asap Knalpot Tanda Mobil Bermasalah



Jakarta

Knalpot mobil kamu keluar asap? Kenali masalah yang mengintai mobil kamu jika keluar asap dari knalpotnya dengan warna tertentu.

Dikutip Auto2000, salah satu tanda awal masalah pada mobil yang sering diabaikan adalah perubahan pada asap knalpot. Dari asap inilah, pemilik kendaraan seharusnya bisa mengenali apakah proses pembakaran berjalan normal atau justru ada indikasi masalah pada mesin

“Deteksi awal sanggup mengurangi risiko mobil mengalami kendala hingga sampai merogoh kocek dalam untuk perbaikan mobil. Terkait deteksi dini kerusakan mesin, AutoFamily bisa melakukannya dengan memperhatikan dan mengenali warna gas buang pada knalpot mobil saat mesin pertama dinyalakan di rumah,” jelas Chief Marketing Auto2000 Yagimin dalam keterangan tertulisnya.


Selain itu, asap knalpot sering kali dijadikan tolok ukur untuk menilai kondisi mesin kendaraan. Warna asap sebenarnya bisa menjadi “bahasa” yang menunjukkan kondisi mesin. Teorinya sederhana, mobil yang sehat seharusnya tidak mengeluarkan asap berwarna, artinya proses pembakaran bahan bakar berlangsung sempurna.

Namun, anggapan itu tidak selalu benar. Mobil yang knalpotnya tampak bersih belum tentu menghasilkan emisi yang baik. Bisa saja di dalam gas buangnya masih terkandung polutan berbahaya seperti karbon monoksida (CO) atau nitrogen oksida (NOx) akibat adanya gangguan pada sistem mesin. Karena itu, saat ini uji emisi menjadi cara paling akurat untuk mengetahui apakah kendaraan benar-benar ramah lingkungan atau hanya terlihat sehat dari luar.

Pada mesin dengan bahan bakar bensin, normalnya asap yang keluar tidak terlihat. Paling hanya keluar air sedikit dan asap putih tipis karena pengembunan di pagi hari. Seiring meningkatnya suhu kerja mesin, air dan asap putih tipis tersebut akan hilang. Namun, Ato2000 membeberkan, setidaknya ada tiga warna asap knalpot yang harus dipahami.

1. Asap Knalpot Warna Putih

Jika asap knalpot putih tebal, berarti ada kendala dalam sistem pembakaran mesin. Umumnya diakibatkan oleh oli yang masuk ke ruang pembakaran mesin dan ikut terbakar. Ring piston yang sudah aus, baik karena usia atau karena faktor lupa ganti oli, menjadi sumber masalah utama.

Sedangkan untuk mesin diesel, asap putih pekat dari knalpot bisa jadi tanda sistem pembakaran tidak bekerja maksimal. Jumlah solar di ruang bakar terlalu banyak sehingga tidak dibakar sempurna. Penyebabnya adalah masalah pada setting pompa BBM atau sistem injeksi.

2. Asap Knalpot Warna Abu-abu

Asap warna ini bisa menandakan katup Positive Crankcase Ventilation (PCV) macet. Fungsi katup PCV adalah untuk mengontrol jumlah uap dan gas yang masuk dari ruang mesin ke intake manifold. Segera periksa ke bengkel jika warna asap knalpot seperti ini.

3. Asap Knalpot Warna Hitam

Pada mobil diesel masih dianggap normal meskipun ada ambang batasnya, khususnya kalau terlalu pekat. Namun untuk mobil bensin, asap hitam sudah pasti sebagai tanda pembakaran tidak sempurna. Problem lain yang mengikuti adalah konsumsi bensin boros dan tarikan berat. Biasanya, diiringi oleh mobil yang boros bensin dan tarikan berat, serta gejala knocking atau ngelitik.

Jika kondisinya seperti itu, kamu harus mengecek kondisi filter udara dan komponen lainnya yang berhubungan dengan sistem pembakaran: sensor, fuel pressure regulator, filter bensin, dan injektor bahan bakar. Segera bawa mobil ke bengkel untuk mencegah dampak buruk yang lebih merugikan.

Cara Mencegah Asap Knalpot Berwarna

Auto2000 merekomendasikan servis berkala setiap 6 bulan untuk menjaga kondisi mobil supaya tetap prima, khususnya bagian mesin. Selain itu, teknisi bengkel juga akan melakukan pengecekan komponen mobil lainnya untuk memastikan tidak ada potensi kerusakan.

Pastikan pula kendaraan telah lulus uji emisi. Uji emisi sekarang bisa dilakukan secara gratis saat servis berkala. Jika belum lulus uji emisi, Service Advisor akan memberikan saran perbaikan berdasarkan kondisi kesehatan mesin mobil. Mekanik THS – Auto2000 Home Service dapat pula memberikan layanan uji emisi di rumah pelanggan dengan perjanjian sebelumnya.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Rotasi Ban Mobil Penting Dilakukan, Ini Tujuannya



Jakarta

Banyak pemilik mobil kerap menyepelekan urusan ban, padahal komponen ini punya peran penting dalam keselamatan dan kenyamanan berkendara. Salah satu perawatan sederhana tapi sering dilupakan adalah rotasi ban. Langkah ini penting dilakukan karena bisa memperpanjang usia pakai ban dan menjaga performa mobil tetap optimal.

Dijelaskan Auto2000 dalam keterangannya, ban mobil bisa aus tak merata, meski belum waktunya diganti. Misalnya sisi luar ban bisa lebih cepat habis dibanding sisi dalam. Keausan yang tidak merata ini bisa membuat daya cengkeram ban berkurang, bahkan berpotensi menyebabkan aquaplaning di jalan basah, yaitu kondisi berbahaya saat ban kehilangan traksi di atas air.


Untuk mencegahnya, rotasi ban sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 10.000 km atau saat servis berkala. Biasanya, ban depan lebih cepat aus karena menanggung beban pengereman dan arah belokan. Itulah sebabnya ban perlu ditukar posisi agar keausannya merata.

Namun, pola rotasi ban tak bisa asal tukar. Untuk ban bias, bisa dilakukan secara menyilang (crossing) — ban depan kanan dipindah ke belakang kiri, dan sebaliknya. Sedangkan untuk ban radial dengan pola telapak searah (directional), rotasi hanya bisa dilakukan depan-belakang pada sisi yang sama. Jika sampai dibalik kiri-kanan, suara ban bisa jadi berisik dan traksinya berkurang.

Di samping itu, bagi mobil yang punya ban cadangan full size, ban serep juga bisa masuk ke siklus rotasi, sehingga semua ban mendapat beban kerja yang seimbang.

Selain rotasi, jangan lupa juga melakukan spooring dan balancing. Spooring berfungsi menyetel ulang sudut roda agar lurus sempurna, sementara balancing menjaga putaran roda tetap stabil. Kedua hal ini bisa dilakukan bersamaan dengan rotasi ban saat servis berkala.

Dengan melakukan rotasi, spooring, dan balancing secara rutin, mobil lebih nyaman dikendarai, ban lebih awet, dan risiko kehilangan kendali bisa diminimalkan.

(lua/rgr)



Sumber : oto.detik.com