Category Archives: Hikmah

Dari Resolusi Jihad 1945 hingga Penetapan Nasional


Jakarta

Hari Santri diperingati setiap tahun di berbagai daerah Indonesia dengan kegiatan seperti zikir, shalawat, dan doa bersama. Di balik perayaannya, terdapat sejarah panjang tentang perjuangan kaum santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.

Hari Santri di Indonesia diperingati pada tanggal 22 Oktober setiap tahunnya. Bagaimana awal mula ditetapkannya Hari Santri? Apa yang melatarbelakangi peringatan tersebut? Simak pembahasannya berikut ini.

Awal Mula Penetapan Hari Santri

Hari Santri memiliki sejarah yang erat kaitannya dengan perjuangan ulama dan santri dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dilakukan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015, yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015.


Sebagaimana dijelaskan dalam buku Puisi adalah Senjata karya Gagak Lumayung, keputusan tersebut dilandasi oleh tiga pertimbangan utama.

Pertama, ulama dan santri pondok pesantren memiliki peran besar dalam perjuangan merebut serta mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia, juga dalam mengisi kemerdekaan melalui kontribusi di berbagai bidang kehidupan.

Kedua, penetapan Hari Santri sebagai penghargaan atas jasa ulama dan santri dalam membela serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ketiga, tanggal 22 Oktober dipilih karena bertepatan dengan peristiwa bersejarah yang dikenal sebagai Resolusi Jihad, sebuah seruan dari para ulama dan santri pada tahun 1945 untuk melawan penjajah.

Latar Belakang Resolusi Jihad

Menurut Majalah Risalah NU edisi ke-118 berjudul “Jangan Ragukan Peran KH. Hasyim Asy’ari”, Hari Santri Nasional merujuk pada Resolusi Jihad KH. Hasyim Asy’ari. Seruan ini menjadi dasar moral dan semangat perjuangan rakyat Indonesia, khususnya di Surabaya, untuk melawan pasukan Sekutu pada Oktober 1945.

Pertemuan penting para ulama NU dari berbagai daerah di Jawa dan Madura digelar di Surabaya pada 21-22 Oktober 1945. Dalam pertemuan itu, KH. Hasyim Asy’ari bersama para ulama lainnya menetapkan Resolusi Jihad Fii Sabilillah yang menegaskan bahwa melawan penjajah merupakan fardhu ain (kewajiban bagi setiap individu Muslim). Resolusi ini juga menyebut bahwa siapa pun yang berada dalam radius 94 kilometer dari posisi musuh wajib ikut berjuang.

Seruan tersebut membangkitkan semangat santri, pemuda, dan masyarakat untuk melawan penjajahan. Hasilnya, perlawanan besar pun meletus di Surabaya yang kemudian dikenal sebagai pertempuran 10 November 1945.

Perlawanan Santri dalam Catatan Sejarah

Dari sumber yang sama, Sejarawan Prof. Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya Api Sejarah menuliskan bahwa perlawanan para santri di Surabaya mengguncang dunia.

Dengan perlengkapan seadanya, mereka berhasil menghadapi pasukan Sekutu yang jauh lebih kuat hingga menewaskan Jenderal Mallaby.

Keberanian ini menunjukkan bahwa santri memiliki tekad kuat dalam mempertahankan kemerdekaan.

Penetapan Resmi Hari Santri

Setelah perjuangan panjang itu, peran santri akhirnya diakui secara resmi oleh negara. Melalui Keppres Nomor 22 Tahun 2015, pemerintah menetapkan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional untuk mengenang peristiwa Resolusi Jihad yang bersejarah.

Sejak saat itu, setiap tahun masyarakat di berbagai daerah memperingati Hari Santri dengan kegiatan seperti zikir, shalawat, doa bersama, dan acara yang menumbuhkan semangat kebangsaan.

Mengutip laman Baznas Cianjur, tema Hari Santri tahun 2025 adalah “Mengawal Indonesia Merdeka, Menuju Peradaban Dunia.” Tema ini menegaskan bahwa santri memiliki tanggung jawab menjaga kemerdekaan dan nilai-nilai bangsa di tengah perubahan zaman.

Kata “mengawal” bermakna menjaga kemerdekaan secara moral, budaya, dan intelektual agar tetap kokoh menghadapi tantangan ideologi, teknologi, dan globalisasi. Sedangkan “menuju peradaban dunia” menggambarkan cita-cita santri untuk berperan dalam membangun peradaban global melalui ilmu, akhlak, toleransi, serta kontribusi sosial yang nyata.

(inf/erd)



Sumber : www.detik.com

Hukum Laki-Laki Meninggalkan Sholat Jumat Menurut Islam


Jakarta

Sholat Jumat adalah ibadah wajib bagi setiap laki-laki muslim yang sudah baligh, berakal, dan tidak sedang dalam perjalanan. Meninggalkan sholat Jumat tanpa alasan syar’i termasuk dosa besar.

Kewajiban dan perintah sholat Jumat ditegaskan dalam Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an surat Al Jumuah ayat 9,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk melaksanakan sholat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah dan tinggalkan jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Ayat ini merupakan perintah langsung dari Allah SWT kepada kaum mukminin untuk menghadiri sholat Jumat. Dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an karya Imam Al-Qurthubi dijelaskan bahwa perintah “فَاسْعَوْا” (bersegeralah) menunjukkan kewajiban, bukan sekadar anjuran.

Maka, meninggalkan sholat Jumat tanpa uzur syar’i termasuk bentuk pelanggaran terhadap perintah Allah SWT.

Ancaman Meninggalkan Sholat Jumat

Dikutip dari buku Fiqh Bersuci dan Sholat Sesuai Tutunan Nabi karya Abu Utsman Kharisman, ada beberapa hadits yang menjelakan hukuman bagi laki-laki muslim yang meninggalkan sholat Jumat tanpa uzur:

Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa meninggalkan tiga kali sholat Jumat tanpa uzur, maka Allah akan menutup hatinya.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan dinilai sahih oleh Al-Albani)

Maknanya: “Allah menutup hatinya” berarti Allah menjadikannya keras hati, tidak mudah menerima nasihat, dan sulit merasakan keimanan. Ini adalah hukuman spiritual yang sangat berat bagi mereka yang meremehkan kewajiban Jumat.

2. Termasuk Golongan yang Lalai

Orang yang meninggalkan sholat Jumat termasuk golongan lalai sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut,

“Hendaklah suatu kaum berhenti meninggalkan sholat Jumat, atau Allah akan menutup hati mereka, kemudian mereka akan menjadi golongan yang lalai.” (HR Muslim)

Dalam hadits ini, Rasulullah SAW memberi peringatan keras kepada laki-laki yang meninggalkan sholat Jumat tanpa alasan sah. Mereka akan digolongkan sebagai orang lalai (ghafilûn), yaitu orang yang hatinya jauh dari zikir dan kesadaran akan Allah SWT.

3. Termasuk Dosa Besar

Imam Adz-Dzahabi dalam kitab Al-Kabair (kitab yang membahas dosa-dosa besar) memasukkan meninggalkan sholat Jumat tanpa uzur sebagai dosa besar. Hal ini karena sholat Jumat termasuk syiar Islam yang utama.

Uzur (Alasan yang Dibenarkan) untuk Tidak Sholat Jumat

Islam adalah agama yang penuh kasih. Karena itu, ada beberapa uzur syar’i yang membolehkan seseorang tidak menghadiri sholat Jumat. Dikutip dari buku Panduan Sholat Rosulullah 2 karya Imam Abu Wafa, berikut beberapa alasan yang membolehkan laki-laki muslim tidak sholat Jumat:

1. Sakit berat atau kondisi lemah sehingga tidak bisa ke masjid.
2. Sedang dalam perjalanan (musafir).
3. Hujan deras atau cuaca ekstrem yang menghalangi ke masjid.
4. Takut terhadap ancaman keselamatan diri, harta, atau kehormatan.
5. Menjaga orang yang sakit dan tidak ada pengganti.

Jika seseorang tidak sholat Jumat karena alasan di atas, ia tidak berdosa dan cukup menggantinya dengan sholat Dzuhur di rumah.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Meremehkan Orang Lain



Jakarta

Manusia itu tidak boleh sombong karena yang berhak sombong hanya Allah SWT. tidak ada yang lain. Cukuplah Iblis menjadi pelajaran bagi hamba-hamba Allah SWT. akan bahayanya sifat sombong tersebut. Iblis tidak mau menaati perintah Allah SWT. untuk bersujud kepada Nabi Adam AS. karena sombong, meremehkan dan merasa lebih baik daripada Adam AS.

Rasulullah SAW. bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan walau sebesar zarah di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, apakah itu kesombongan?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (HR Muslim).


Ini penting bahwa orang yang sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Orang yang bersikap seperti ini tentu akan dijauhi oleh para sahabatnya dan akan terkucil dalam komunitasnya. Ajaran Islam yang luhur melarang seseorang berlaku sombong karena yang berhak memiliki sifat sombong hanya Allah SWT. Dia berfirman dalam sebuah hadis qudsi,”Sifat sombong adalah selendangku dan keagungan adalah busanaku. Barangsiapa yang merebut salah satunya dariku, maka akan Aku lemparkan dia ke neraka Jahanam.” (HR Ibnu Majah).

Orang yang menolak kebenaran itu dalam diskusi maupun berdebat, biasanya semua orang yang tidak sesuai dengan dirinya dianggap berseberangan dan ia musuhi. Sejatinya ada kaum seperti itu selalu menolak kebenaran meskipun berulang diberitahu. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah Yasin ayat 9 yang terjemahannya, “Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat.”

Makna ayat di atas adalah : Telah digambarkan pula bahwa orang-orang yang tidak beriman itu memandang baik perbuatan jahat yang mereka kerjakan. Hal demikian menyebabkan mereka menjadi sombong, sehingga mereka enggan mengikuti ajaran rasul. Pikirannya tertutup dari kebenaran, dari apa yang dapat mendatangkan manfaat.

Oleh karena itu, tidak ada yang bisa mereka pahami kecuali apa yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka. Ringkasnya, mereka selalu berada dalam penjara kebodohan, seolah-olah hati mereka dipisahkan oleh dinding, sehingga mereka tidak bisa berpikir dan merenungkan dalil-dalil kebenaran ajaran yang dibawa rasul. Ada pula yang mengartikan dinding yang menghalangi itu dengan hijab; hingga berarti Allah SWT. menjadikan hijab yang menghalangi orang-orang musyrik untuk menyakiti Rasul. Sedang mata yang tertutup diartikan, mereka tidak bisa mengindra dengan baik sesuatu yang dilihatnya, dan tidak satu pun petunjuk yang dapat meluruskan pikiran mereka.

Betapa ruginya jika seseorang muslim telah diuji dengan ditutupi ( diberi hijab ) sehingga meskipun matanya melihat, tetapi hatinya tetap keruh dan tiada bisa menangkap makna yang dilihatnya.

Biasanya dalam kehidupan sehari-hari dia menjadi orang yang “merasa” paling benar hingga tidak mengindahkan opini orang lain. Itulah termasuk penyakit hati yang seharusnya kita jauhi.

Jika diamati pada group-group medsos, akan muncul orang-orang yang berkarakter seperti ini. Bagaimana kita menyikapinya ? Tentu tidak perlu terbawa arus emosi untuk menjadi seperti itu, hindari dan jauhi ketika sudah tidak mempan diberitahu dengan lembut maupun terbuka. Berdo’alah pada Sang Pencipta agar hijab yang menutup mata hatinya untuk disingkapkan.

Dalam pandangan Islam, Bani Israil, meskipun mengetahui akan datangnya utusan terakhir (Nabi Muhammad SAW), banyak yang mengingkari dan menolak kerasulan beliau. Ini karena ketidaktawaran sebagian besar dari mereka untuk menerima kebenaran, meskipun telah mengetahui tanda-tanda dan bukti-bukti kebenaran Islam.

Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya surah al-Baqarah ayat 83 yang terjemahannya, “Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.”

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT. telah mengambil perjanjian dari Bani Israil untuk tidak menyembah selain-Nya dan berbuat baik kepada sesama, namun mayoritas mereka mengingkari perjanjian tersebut.Para pengingkar selalu meremehkan orang lain, ini menjadi ciri-cirinya. Sikap meremehkan orang lain itu muncul dari dalam dirinya sebagai orang yang berderajat tinggi. Kebanggaan diri ini mengarah sikap ujub, padahal sikap jelas dilarang.

Perasaan diri berderajat tinggi itu menjadikan dia sia-sia hidupnya. Ketinggian derajat yang menjadi ukuran di dunia seperti kepandaian, harta, kekuasaan maupun ketenaran. Semua itu tidaklah menjadi ukuran saat manusia dihisab karena timbangan amal perbuatan baik yang membawamu pada keselamatan. Semoga kita semua dalam lindungan-Nya, agar hidup dalam keselamatan di dunia dan di akhirat.

Aunur Rofiq

Penulis adalah Pendiri Himpunan Pengusaha Santri Indonesia

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

6 Keutamaan Sholat Jumat yang Dijelaskan Melalui Hadits Rasulullah SAW


Jakarta

Sholat Jumat merupakan ibadah yang memiliki kedudukan mulia dalam Islam. Rasulullah SAW menjelaskan banyak keutamaan sholat Jumat.

Dalam haditsnya, Rasulullah SAW menerangkan keutamaan hari Jumat dan pahala besar bagi orang yang memuliakannya melalui sholat Jumat berjamaah.


Sholat Jumat bukanlah ibadah sunnah, melainkan ibadah wajib bagi setiap laki-laki muslim yang baligh dan mampu. Hal ini ditegaskan langsung dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk melaksanakan sholat pada hari Jumat, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkan jual beli.” (QS Al-Jumu’ah: 9)

Ayat ini menunjukkan bahwa sholat Jumat wajib bagi yang memenuhi syarat, dan tidak boleh ditinggalkan tanpa uzur syar’i.

Hadits Keutamaan Sholat Jumat

Dirangkum dari buku Ensiklopedia Hadits Ibadah Shalat Sunnah dan Perkara Lain Mengenai Shalat karya Syamsul Rijal Hamid dan buku Aktivasi Mukjizat Hari Jumat: Raih Pahala Maksimal dengan Ragam Aktivitas Sunnah dari Subuh Sampai Maghrib karya Rizem Aizid, berikut kumpulan hadits yang menjelaskan tentang sholat Jumat:

1. Sholat Jumat Menghapus Dosa

Rasulullah SAW bersabda,

“Sholat lima waktu, Jumat ke Jumat berikutnya, dan Ramadan ke Ramadan berikutnya adalah penghapus dosa di antara keduanya selama dosa besar dijauhi.” (HR Muslim)

2. Pahala Besar

Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa mandi pada hari Jumat, lalu pergi (ke masjid) pada waktu awal, seakan-akan ia berkurban dengan seekor unta. Barang siapa pergi pada waktu kedua, seakan-akan ia berkurban dengan seekor sapi. Barang siapa pergi pada waktu ketiga, seakan-akan ia berkurban dengan seekor kambing bertanduk. Barang siapa pergi pada waktu keempat, seakan-akan ia berkurban dengan seekor ayam. Barang siapa pergi pada waktu kelima, seakan-akan ia berkurban dengan sebutir telur. Ketika imam keluar, malaikat hadir untuk mendengarkan khutbah.” (HR Al-Bukhari, Muslim)

3. Keutamaan Mandi Jumat

“Barang siapa mandi pada hari Jumat sebagaimana mandi janabah, kemudian berangkat (ke masjid), maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor unta.” (HR Al-Bukhari, Muslim)

4. Malaikat Mencatat Nama Orang yang Datang ke Masjid

“Pada hari Jumat, malaikat berdiri di pintu-pintu masjid. Mereka mencatat siapa yang datang lebih dulu, lalu yang datang setelahnya. Jika imam telah naik mimbar, mereka menutup catatan dan ikut mendengarkan khutbah.” (HR Al-Bukhari, Muslim)

5. Dosa Orang yang Meninggalkan Sholat Jumat Tanpa Uzur

“Barang siapa meninggalkan tiga kali sholat Jumat tanpa uzur, maka Allah akan menutup hatinya.” (HR Abu Dawud, At-Tirmidzi)

6. Pahala Mendengarkan Khutbah

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Jika engkau berkata pada temanmu pada hari Jumat, “diamlah!” sewaktu imam berkhutbah, berarti kamu telah berbuat sia-sia.” (Muttafaq ‘Alaih, lafadz milik Al-Bukhari dalam Shahihnya no. 859)

Dalam riwayat Ahmad, dari lbnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,
“Siapa yang berbicara pada hari Jumat, padahal imam sedang berkhutbah, maka dia seperti keledai yang membawa kitab-kitab yang tebal. Dan orang berkata kepada (saudara)-nya, “diamlah!”, tidak ada Jumat baginya.” (HR Ahmad)

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Jumlah Anak Nabi Adam AS dan Nama-namanya


Jakarta

Nabi Adam AS adalah nabi dan rasul sekaligus manusia pertama yang hidup di muka bumi. Proses penciptaannya menandai awal mula kehidupan manusia.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali Imran ayat 59,

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ


Artinya: “Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.”

Menurut buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, pada awal penciptaan Nabi Adam AS dengan Siti Hawa, mereka dikaruniai lima orang anak. Tiga anaknya berjenis kelamin laki-laki, sedangkan dua lainnya adalah perempuan.

Nama-nama Anak Nabi Adam AS dan Siti Hawa

1. Habil dan Qabil, Iqlima dan Labuda

Dinukil dari buku Mukjizat Isra Mi’raj dan Kisah 25 Nabi Rasul susunan Winkanda Satria Putra, setelah Nabi Adam AS dan Siti Hawa diturunkan ke bumi, Hawa melahirkan dua pasang anak kembar. Sepasang anak kembar pertama bernama Qabil dan Iqlima, sepasang anak kembar berikutnya bernama Habil dan Labuda.

Mereka membesarkan anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang. Bahkan, kedua anak Nabi Adam AS diajarkan cara bekerja dan mengurus rumah tangga. Anak laki-lakinya diajarkan mencari nafkah sesuai minat dan kemampuan mereka.

Namun, karena salah satu anak Nabi Adam AS yang bernama Qabil tergoda bisikan iblis, dia membunuh saudaranya sendiri, Habil. Habil dibunuh dengan batu yang dilemparkan ke kepala Habil saat sedang tidur hingga kepala Habil pecah.

Pendapat lain menyebut Qabil mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti binatang buas hingga Habil tewas. Pembunuhan Qabil terhadap Habil menjadi peristiwa pembunuhan pertama di dunia dalam sejarah Islam.

2. Syaits bin Adam

Anak laki-laki Nabi Adam AS dengan Siti Hawa lainnya adalah Syaits. Disebutkan bahwa Hawa memberi nama tersebut karena menjadi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil.

Abu Dzar menuturkan dalam hadits yang ia dengar dari Rasulullah SAW,

“Sungguh, Allah menurunkan 104 lembaran, 50 di antaranya Allah turunkan kepada Syaits.”

Muhammad bin Ishaq juga menyatakan, “Saat sekarang, Adam berwasiat kepada anaknya, Syaits, mengajarkan saat-saat pada malam dan siang hari, mengajarkan ibadah apa saja pada saat-saat itu, dan memberitahukan padanya setelah itu akan terjadi banjir besar.”

Nasab seluruh keturunan Adam saat ini bermuara pada Syaits. Anak-anak Adam selain Syaits telah punah dan lenyap.

Berapa Jumlah Anak Nabi Adam AS dan Siti Hawa Secara Keseluruhan?

Mengacu pada buku Kisah Para Nabi, Imam Abu Ja’far bin Jarir mengatakan dalam kitab At Tarikh dari sebagian ulama bahwa Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan. Pada sumber lain disebut Hawa melahirkan hingga 120 kali yang setiap kelahiran menghasilkan dua pasang anak, lelaki dan perempuan.

Beberapa menyebut Nabi Adam AS sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya, yang termasuk anak-anak dan cucu-cucunya.

Qabil dan saudarinya Iqlima menjadi anak yang paling tua, sementara anak yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits. Setelahnya, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang biak hingga kini.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 1,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama- Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Rahasia di Balik Kalimat Hasbunallah Wanikmal Wakil yang Sering Diucap Nabi Ibrahim


Jakarta

Zikir hasbunallah wanikmal wakil sering dilantunkan oleh umat Islam. Bahkan, zikir ini merupakan doa yang berasal dari kisah Nabi Ibrahim AS.

Diterangkan dalam buku Mencari Pahala di Saat Haid oleh Ratu Aprilia Senja, Nabi Ibrahim AS membaca hasbunallah wanikmal wakil saat Raja Namrud memerintahkan prajuritnya melempar beliau ke kobaran api. Kala itu, sang nabi tak bergantung pada siapa pun selain Allah SWT.

Dari Ibnu Abbas RA berkata bahwa Nabi SAW bersabda,


“Kalimat terakhir yang diucapkan Nabi Ibrahim ketika dilemparkan ke dalam api adalah, ‘Hasbunallahu wa nikmal wakil’ (cukuplah Allah menjadi penolong bagiku, Allah adalah sebaik-baik pelindung).” (HR Bukhari)

Berangkat dari kisah Nabi Ibrahim AS tersebut, bacaan hasbunallah wanikmal wakil erat kaitannya dengan sikap tawakkal.

Bacaan Hasbunallah Wanikmal Wakil

حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

Latinnya: Hasbunallah wanikmal wakil.

Artinya: Cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.”

Ada juga versi panjang dari zikir hasbunallah wanikmal wakil. Berikut bacaannya,

حَسْبُنَا اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ

Latinnya: Hasbunallah wanikmal wakil nikmal maula wanikman nasir.

Artinya: “Cukuplah Allah (menjadi penolong) kami, dan Dia sebaik-baiknya pelindung dan sebaik-baik penolong.”

Makna Hasbunallah Wanikmal Wakil

Hasbunallah wanikmal wakil sendiri adalah potongan doa yang dinukil dari surah Ali Imran ayat 173. Keistimewaan isi kandungannya dijelaskan dalam buku Ibadah-ibadah Terbaik saat Engkau Diuji Kesusahan dan Kesulitan karya Maswan Abdullah.

“Dengan membaca zikir tersebut, kita menyatakan diri kepada Allah SWT bahwa dalam keadaan apapun atau ketika menghadapi masalah apapun kita hanya pasrah kepada Allah SWT dan menjadikanNya sebagai tempat bersandar,” tulis Maswan Abdullah.

Secara bahasa, hasbunallah wanikmal wakil diartikan sebagai cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung. Dengan kata lain, kalimat tersebut mengandung makna permohonan sekaligus keyakinan kepada Allah SWT bahwa Dia adalah satu-satunya pelindung.

Rahasia Mengamalkan Hasbunallah Wanikmal Wakil

Banyak rahasia kenikmatan yang dapat diperoleh muslim dari mengamalkan kalimat hasbunallah wanikmal wakil. Berikut bahasannya yang dikutip dari buku Ampuhnya Kalimat Hasbunallaah Wani’mal Wakil susunan Ahmad Fathoni El-Kaysi.

  1. Dicukupkan rezekinya oleh Allah SWT
  2. Dilindungi dari bahaya dan keburukan
  3. Dimudahkan urusannya dengan pejabat atau pihak berwenang
  4. Diberi pertolongan ketika terdesak
  5. Dilapangkan jalan rezeki
  6. Menjadi pusat perhatian banyak orang
  7. Mendapat kemenangan atas orang zalim
  8. Dipandu menemukan solusi saat buntu
  9. Dapat mendamaikan konflik
  10. Mendapatkan petunjuk dalam istikharah
  11. Diperluas sumber penghasilan
  12. Terhindar dari cemoohan dalam kondisi miskin
  13. Dihormati dan dipatuhi orang lain
  14. Menjadi peneduh di tengah keributan
  15. Harta terlindungi dari pencuri maupun hama

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kumpulan Kata-kata Bijak Umar bin Khattab tentang Kehidupan yang Inspiratif


Jakarta

Umar bin Khattab RA merupakan sahabat Nabi Muhammad SAW sekaligus Khulafaur Rasyidin. Ia memiliki sifat yang tegas dan berani.

Dikutip dari buku Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW yang disusun Yoli Hemdi, Umar bin Khattab RA dulunya termasuk salah satu orang yang menentang ajaran Rasulullah SAW. Ia sangat membenci sang rasul dan menganggapnya sebagai orang yang memecah belah kesatuan masyarakat Makkah.


Seiring berjalannya waktu, beliau mendapat hidayah dan masuk Islam. Kala itu ia mendengar lantunan ayat suci dan bergetar. Prasangka buruknya terhadap Nabi SAW langsung sira begitu saja.

Kemudian Umar RA berkata, “Demi Allah! Ini (benar) adalah (ucapan) tukang syair sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang Quraisy!”

Lalu, saat Nabi Muhammad SAW membaca surah Al-Haqqah ayat 40-41, Umar RA berkata lagi pada dirinya, “Ini adalah (ucapan) tukang tenung (juru ilmu hitam)!”

Dilanjutkannya oleh Rasulullah dengan bacaan surah Al-Haqqah sampai akhir ayat. Pada kemudian hari Umar berujar, “Ketika itulah Islam memasuki relung hatiku.” Itulah awal benih-benih kebenaran Islam masuk ke hati Umar bin Khattab.

Kata-kata Mutiara Umar bin Khattab RA Semasa Hidup

Semasa hidupnya, Umar bin Khattab banyak mengucap kata-kata bijak dan mutiara. Berikut beberapa di antaranya seperti dikutip dari buku 2.000 Kata Mutiara dari 200 Tokoh Dunia oleh Budi Santoso serta buku Kumpulan Kata Bijak Khulafaur Rasyidin tulisan Amir Mubarak.

1. “Aku khawatir akan datangnya hari di mana orang-orang yang tidak beriman merasa bangga dengan kedustaannya, sementara orang-orang yang beriman malu dengan keimanannya.”

2. “Hendaklah kalian menghisab diri kalian sebelum kalian dihisab, dan hendaklah kalian menimbang diri kalian sebelum kalian ditimbang, dan bersiap-siaplah akan datangnya hari besar ditampakkannya amal.”

3. “Sabar adalah bahan ramuan paling menyehatkan dalam hidup kita.”

4. “Jika pasanganmu sedang marah, maka kamu harus tenang. Karena ketika satu di antaranya adalah api, maka satu yang lainnya harus bisa menjadi air yang bisa meredam amarah tersebut.”

5. “Bila engkau menemukan celah pada seseorang dan engkau hendak mencacinya, maka cacilah dirimu, karena celahmu lebih banyak darinya.”

6. “Duduklah bersama orang-orang yang mencintai Allah. Itu karena bergaul bersama orang seperti mereka akan mencerahkan pikiran.”

7. “Wanita bukanlah pakaian yang bisa kamu kenakan dan kamu tanggalkan sesuka hati. Wanita itu terhormat dan memiliki haknya.”

8. “Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati. Jika dia memasuki tahapan ketiga, maka dia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya.”

9. “Mahkota seseorang adalah akalnya. Derajat seseorang adalah agamanya. Sedangkan kehormatan seseorang adalah budi pekertinya.”

10. “Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati. Jika dia memasuki tahapan ketiga, maka dia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya.”

11. “Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata lemah lembut.”

12. “Aku tidak pernah sekalipun menyesali diamku. Tetapi aku berkali-kali menyesali bicaraku.”

13. “Andai terdengar suara dari langit yang berkata, ‘Wahai manusia, kalian semua sudah dijamin pasti masuk surga kecuali satu orang saja’. Sungguh aku khawatir satu orang itu adalah aku.”

14. “Jagalah sholatmu. Karena saat kamu kehilangan sholat, maka kamu akan kehilangan segalanya.”

15. “Hindarilah sifat malas dan bosan, karena keduanya kunci keburukan. Sesungguhnya jika engkau malas, engkau tidak akan banyak melaksanakan kewajiban. Jika engkau bosan, engkau tidak akan tahan dalam menunaikan kewajiban.”

16. “Jikalau kita letih karena kebaikan, maka sesungguhnya keletihan itu akan hilang dan kebaikan akan kekal. Namun jikalau kita bersenang-senang dengan dosa, maka sesungguhnya kesenangan itu akan hilang dan dosa itu akan kekal.”

17. “Orang yang banyak tertawa itu kurang wibawanya.”

18. “Janganlah kamu berburuk sangka dari kata-kata tidak baik yang keluar dari mulut saudaramu, sementara kamu masih bisa menemukan makna lain yang lebih baik.”

19. “Aku tidak pernah mengkhawatirkan apakah doaku akan dikabulkan atau tidak, tapi yang lebih aku khawatirkan adalah aku tidak diberi hidayah untuk terus berdoa.”

20. “Jangan berlebihan dalam mencintai sehingga menjadi keterikatan, jangan pula berlebihan dalam membenci sehingga membawa kebinasaan.”

21. “Perbanyaklah mengingat Allah, karena itu adalah obat. Janganlah buat dirimu terlalu banyak mengingat manusia, karena itu adalah penyakit”

22. “Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah keadaan tenang dan sabar”.

23. “Tidak ada rasa bersalah yang dapat mengubah masa lalu dan tidak ada kekhawatiran yang dapat mengubah masa depan”

24. “Keyakinan (iman) adalah di mana seharusnya tidak ada perbedaan antara perbuatan, perkataan, dan apa yang kamu pikirkan.”

25. “Ketahuilah saudara-saudaraku, bahwa sikap keras itu sekarang sudah mencair. Sikap itu (keras) hanya terhadap orang yang berlaku zalim dan memusuhi kaum Muslimin,” kata Umar.

26. “Tetapi buat orang yang jujur, orang yang berpegang teguh pada agama dan berlaku adil saya lebih lembut dari mereka semua,” Umar melanjutkan.

27. “Ya Allah, saya ini sungguh keras, kasar, maka lunakkanlah hatiku! Ya Allah, saya sangat lemah, maka berilah saya kekuatan! Ya Allah, saya ini kikir, jadikanlah saya orang dermawan!”

28. “Mahkota seseorang adalah akalnya. Derajat seseorang adalah agamanya. Sedangkan kehormatan seseorang adalah budi pekertinya.”

29. “Ilmu ada tiga tahapan. Jika seseorang memasuki tahapan pertama, dia akan sombong. Jika dia memasuki tahapan kedua, maka dia akan rendah hati. Jika dia memasuki tahapan ketiga, maka dia akan merasa bahwa dirinya tidak ada apa-apanya.”

30. “Biasakan diri dengan hidup susah, karena kesenangan tidak akan kekal selamanya.”

31. “Jika tidur pada malam hari, aku telah menyia-nyiakan diriku. Jika aku tidur pada siang hari, aku telah menyia-nyiakan rakyatku.”

32. “Duduklah dengan orang-orang yang bertaubat, sesungguhnya mereka menjadikan segala sesuatu lebih berfaedah.”

33. “Barangsiapa takut kepada Allah SWT niscaya tidak akan dapat dilihat kemarahannya. Dan barangsiapa takut kepada Allah, tidak sia-sia apa yang dia kehendaki.”

34. “Sesungguhnya kita adalh kaum yang dimuliakan oleh Allah dengan Islam, maka janganlah kita mencari kemuliaan dengan selainnya.”

35. “Seandainya kejujuran merendahkanku dan sedikit yang bisa dilakukan, maka hal tersebut lebih aku cintai dari kebohongan yang dapat menaikkan posisiku, meski sedikit yang bisa dilakukan.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Syair Abu Nawas Al I’tiraf Lengkap: Arab, Latin dan Artinya



Jakarta

Abu Nawas, atau nama lengkapnya Abu Ali Al-Hasan bin Hani Al-Hakami, adalah seorang penyair dan tokoh sastra ternama dari era Dinasti Abbasiyah. Selain dikenal karena kecerdasan dan humor, Abu Nawas juga memiliki kedalaman spiritual yang tercermin dalam karya-karyanya.

Salah satu karya yang paling dikenal adalah syair berjudul Al I’tiraf, yang berarti “Pengakuan”. Syair ini menggambarkan penyesalan mendalam atas dosa-dosa dan permohonan ampunan kepada Allah SWT.

Dikutip dari buku Celupkan Hatimu ke Samudera Rindu-Nya: The Wisdom of Abu Nawas karya Ahmad Abu Nizar, syair Abu Nawas Al I’tiraf cukup populer di kalangan muslim Nusantara. Syair ini disenandungkan di masjid sebelum iqamat tiba, didendangkan di berbagai majelis taklim baik di kampung maupun di kota, bahkan syair ini menjadi lebih populer sejak dinyanyikan Sulis dan Hadad Alwi.


Bunyi syair Abu Nawas Al I’tiraf

Berikut lirik dari syair Abu Nawas Al Iktiraf lengkap dengan tulisan Arab, latin dan artinya.

إِلهِي لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ أَهْلاً

Ilahi lastulil firdausi ahla

Ya Tuhanku, hamba tidak pantas menjadi penghuni surga

وَلاَ أَقْوَى عَلىَ النَّارِ الجَحِيْمِ

Wala aqwa ala naril jahimi

Namun hamba juga tidak kuat menahan panas api neraka

فَهَبْ ليِ تَوْبَةً وَاغْفِرْ ذُنُوْبيِ

Fahab lii taubatan waghfir dzunubi

Maka berilah aku tobat (ampunan) dan ampunilah dosaku

فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ العَظِيْم

Fainnaka ghofiruz dzambil adzimi

Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa yang besar

ذُنُوْبيِ مِثْلُ أَعْدَادِ الرِّمَالِ

Dzunuubii mitslu a’daadir rimaali

Dosaku bagaikan pasir di lautan

فَهَبْ ليِ تَوْبَةً يَاذاَالجَلاَلِ

Fa hablii taubatan yaa dzaal jalaali

Maka berilah aku tobat wahai Tuhanku yang memiliki keagungan

وَعُمْرِي نَاقِصٌ فيِ كُلِّ يَوْمٍ

Wa ‘umrii naaqishun fii kulli yaumin

Umurku ini setiap hari berkurang

وَذَنْبيِ زَئِدٌ كَيْفَ احْتِمَالِ

Wa dzambii zaa-idun kaifah timaali

Sedang dosaku selalu bertambah, bagaimana aku menanggungnya

إِلهِي عَبْدُكَ العَاصِي أَتَاكَ

Ilaahii ‘abdukal ‘aashii ataaka

Wahai, Tuhanku! Hamba-Mu yang berbuat dosa telah datang kepada-Mu

مُقِرًّا بِالذُّنُوْبِ وَقَدْ دَعَاكَ

Muqirrom bidzdzunuubi wa qod da’aaka

Dengan mengakui segala dosa dan telah memohon kepada-Mu

فَإِنْ تَغْفِرْ فَأَنْتَ لِذَا أَهْلٌ

Fain taghfir fa anta lidzaaka ahlun

Maka jika Engkau mengampuni, maka Engkaulah yang berhak mengampuni

فَإِنْ تَطْرُدْ فَمَنْ نَرْجُو سِوَاكَ

Fain tathrud faman narjuu siwaaka

Jika Engkau menolak, kepada siapakah lagi aku mengharap selain kepada Engkau?

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Apa Itu Akidah Islam? Ini Penjelasan Lengkapnya


Jakarta

Akidah merupakan pondasi utama dalam ajaran Islam. Ia menjadi dasar keyakinan yang menuntun umat untuk beribadah, berakhlak, dan menjalani kehidupan dengan penuh ketenangan.

Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan akidah Islam? Mengapa ia begitu penting bagi setiap Muslim?


Pengertian Akidah Islam

Menukil buku Akidah Akhlak dalam Perspektif Pembelajaran di Madrasah Ibtidaiyah karya Rahmat Solihin, secara etimologi (bahasa), akidah berasal dari bahasa Arab: aqada-ya’qidu-aqdan yang berarti ikatan, perjanjian, simpul, dan kokoh. Istilah ini digunakan karena akidah mengikat dan menjadi sandaran bagi segala sesuatu.

Adapun secara terminologi (istilah), akidah adalah:

  • Perkara-perkara yang wajib diyakini kebenarannya oleh hati manusia, mendatangkan ketenteraman jiwa, dan tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan.
  • Sejumlah kebenaran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan akal, wahyu, dan fitrah.

Seperti yang diungkapkan dalam buku Pengantar Akidah Akhlak dan Pembelajarannya oleh Dedi Wahyudi, M.Pd.I., akidah diibaratkan sebagai fondasi bangunan yang harus dirancang dan dibangun terlebih dahulu sebelum bagian-bagian lainnya.

Secara umum, akidah adalah sesuatu yang mengharuskan hati untuk membenarkan Tuhan, yang membuat jiwa tenang dan tenteram, serta bersih dari kebimbangan dan keraguan. Akidah memiliki keterkaitan erat dengan keimanan, yakni keyakinan yang diyakini sepenuh hati.

Akidah juga dapat diartikan sebagai hubungan antara hamba dengan Sang Pencipta (hablumminallah).

Ruang Lingkup Akidah

Akidah Islam mencakup empat aspek utama yang menjadi pokok keyakinan seorang muslim. Keempat ruang lingkup ini meliputi:

  1. Ilahiyat: Segala sesuatu yang berhubungan dengan ketuhanan (Allah SWT).
  2. Nubuwwat: Segala sesuatu yang berhubungan dengan nabi dan rasul, termasuk kitab suci dan mukjizat mereka.
  3. Ruhaniyat: Hal-hal yang berkaitan dengan alam metafisika, seperti malaikat, jin, dan ruh.
  4. Sam’iyyat: Hal-hal yang hanya diketahui berdasarkan sami’ (dalil naqli atau wahyu), seperti alam barzah, alam kubur, akhirat, surga, neraka, dan takdir.

Dasar-dasar Akidah Islam

Akidah Islam disusun berdasarkan dalil-dalil kuat dari Al-Qur’an dan Hadits. Dasar-dasar ini dikenal sebagai Rukun Iman.

Mengutip buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Tsanawiyah Kelas VII oleh Drs. H. Masan AF., M.Pd., Al-Qur’an banyak menyebutkan pokok akidah, seperti sifat-sifat Allah, malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lainnya.

Pokok-pokok akidah ini diringkas dalam hadits dan firman Allah SWT:

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 285:

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ

Artinya: Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.”

Hadis Riwayat Muslim (HR Muslim):

Rasulullah bersabda, “Iman itu artinya engkau beriman kepada Allah, para malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari akhir, dan kamu beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.”

Kedudukan Akidah dalam Islam

Akidah memiliki kedudukan yang sangat fundamental. Mayoritas kandungan Al-Qur’an dan Sunnah berfokus pada penjelasannya. Menukil buku Pokok-Pokok Akidah yang Benar karya H.A. Zahri, berikut tiga kedudukan utama akidah:

1. Fondasi Setiap Amal

Akidah (iman) adalah landasan setiap amal perbuatan manusia. Jika akidah tidak benar, amal seseorang akan sia-sia (merugi). Inilah sebabnya mengapa dalam Al-Qur’an, kata amal sering didahului dengan kata iman.

وَالْعَصْرِ

إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ

إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya tetap di atas kesabaran.” (QS. Al-Asr: 1-3)

2. Misi Dakwah Semua Rasul

Diterimanya amal manusia sangat tergantung pada kebenaran akidahnya. Oleh karena itu, semua nabi dan rasul, dari Adam AS hingga Muhammad SAW, membawa misi utama yang sama, yaitu menyeru kepada keesaan Allah (tauhid).

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِيْ كُلِّ اُمَّةٍ رَّسُوْلًا اَنِ اعْبُدُوا اللّٰهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوْتَۚ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللّٰهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۗ فَسِيْرُوْا فِى الْاَرْضِ فَانْظُرُوْا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِيْنَ

Artinya: Sungguh, Kami telah mengutus seorang rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah dan jauhilah tagut!” Di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang ditetapkan dalam kesesatan. Maka, berjalanlah kamu di bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl: 36)

3. Membawa Keselamatan dan Kebahagiaan Dunia-Akhirat

Orang yang memiliki akidah yang benar akan memperoleh kebaikan dan kemaslahatan sepanjang hidupnya. Akidah yang kuat membuat seorang mukmin tidak mudah berputus asa, bahkan saat menghadapi ujian.

Sebaliknya, orang yang tidak berakidah benar akan merasa kehidupannya sempit. Akidah yang kokoh adalah jaminan ketenangan di dunia dan keselamatan di akhirat.

يٰبَنِيَّ اذْهَبُوْا فَتَحَسَّسُوْا مِنْ يُّوْسُفَ وَاَخِيْهِ وَلَا تَا۟يْـَٔسُوْا مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يَا۟يْـَٔسُ مِنْ رَّوْحِ اللّٰهِ اِلَّا الْقَوْمُ الْكٰفِرُوْنَ

Artinya: Wahai anak-anakku, pergi dan carilah berita tentang Yusuf beserta saudaranya. Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tidak ada yang berputus asa dari rahmat Allah, kecuali kaum yang kafir. (QS. Yusuf: 87)

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Awal Puasa 2026 Diprediksi Jatuh pada 19 Februari, Ini Kata Astronom Arab


Jakarta

Astronom Uni Emirat Arab memprediksi awal Ramadan 2026 jatuh pada Kamis, 19 Februari 2026. Prediksi ini mengacu pada perhitungan astronomi.

Dilansir Al Arabiya, Presiden Masyarakat Astronomi Emirat, Ibrahim al-Jarwan, mengatakan hilal Ramadan 1447 H mulai muncul pada Selasa,17 Februari 2026. Kemudian, hilal akan menghilang satu menit usai matahari terbenam sehingga kecil kemungkinan terlihat mata telanjang.


“Kamis, 19 Februari akan menjadi hari pertama Ramadan dan Jumat, 20 Maret akan menandai hari pertama Syawal dan Idul Fitri,” terang al-Jarwan.

Sementara itu, Komite Rukyat di Arab Saudi diperkirakan mulai menentukan tanggal pasti awal puasa 1447 H dengan melihat rukyat lebih dulu pada 18 Februari 2026. Awal Ramadan dan bulan-bulan Islam lainnya ditentukan berdasarkan kalender Hijriah, yang didasarkan pada siklus 12 bulan saat mengorbit Bumi.

Waktu puasa Ramadan 2026 akan bervariasi di seluruh negara. Pada awal bulan, puasa akan berlangsung sekitar 12 jam di banyak negara Arab, termasuk Saudi, Mesir, UEA, Qatar dan Kuwait. Secara bertahap, jam tersebut akan meningkat hingga 13 jam jelang akhir bulan suci.

Kapan Awal Ramadan 2026 di Indonesia?

Hingga kini, pemerintah belum menetapkan secara resmi awal puasa Ramadan 2026. Biasanya, Kementerian Agama akan menggelar sidang isbat terlebih dahulu untuk menentukan 1 Ramadan.

Sementara itu, Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah mengumumkan awal puasa Ramadan 2026 dimulai pada Rabu, 18 Februari 2026. Ketetapan ini mengacu pada Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT).

Adapun, organisasi Islam Nahdlatul Ulama (NU) juga belum menentukan kapan awal puasa 2026 berlangsung. NU menggunakan metode rukyatul hilal untuk penentuan awal bulan Hijriah yang artinya aktivitas mengamati visibilitas hilal saat matahari terbenam pada tanggal 29 Kamariah.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com