Category Archives: Tips Otomotif

Jangan Lakukan Ini pada Mobil Matic, Bukan Cuma Rusak tapi Juga Bikin Celaka



Jakarta

Mengendarai mobil matic memang lebih mudah. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus dihindari karena bisa bikin transmisi rusak dan memicu kecelakaan.

Mobil matic memiliki pengendaraan yang cenderung mudah ketimbang mobil manual. Pengemudi hanya perlu ngegas dan ngerem untuk berjalan atau menghentikan mobil. Kaki kiri pun bisa beristirahat karena tak perlu menginjak pedal kopling. Namun demikian, pemilik mobil matic tetap harus memperhatikan sejumlah hal agar transmisi bisa awet sekaligus mencegah kecelakaan.

Mengutip laman buku panduan manual Innova dijelaskan hal yang harus diwaspadai ketika menggeser tuas transmisi pada mobil matic, berikut rinciannya.


  • Jangan membiarkan kendaraan bergerak mundur ketika tuas transmisi dalam posisi pengendaraan atau bergerak maju ketika tuas transmisi dalam posisi ‘R’. Melakukannya dapat menyebabkan mesin tidak bekerja atau menyebabkan rem dan kemampuan kemudi lemah, sehingga dapat mengakibatkan kecelakaan atau kerusakan kendaraan.
  • Pada kendaraan dengan transmisi otomatis, jangan menggeser tuas transmisi ke posisi ‘P’ selama kendaraan sedang melaju. Melakukannya dapat menyebabkan kerusakan transmisi dan mengakibatkan kendaraan kehilangan kontrol.
  • Pada kendaraan dengan transmisi otomatis, hati-hati jangan memindah tuas transmisi dengan pedal gas ditekan. Memindahkan tuas transmisi ke gigi selain P atau N dapat menyebabkan percepatan kendaraan tak terduga yang dapat menyebabkan kecelakaan.

Untuk diketahui, tuas transmisi di mobil matic memiliki fungsinya masing-masing. P berfungsi memarkir kendaraan atau menghidupkan mesin. Selanjutnya ada R yang difungsikan ketika mundur. Kemudian ada N atau Netral yang pada posisi ini power tidak diteruskan.

Untuk pengendaraan normal, pengemudi bisa memposisikan tuas transmisi di D. Sekadar informasi tambahan, tuas transmisi di posisi D juga bisa meningkatkan efisiensi bahan bakar dan mengurangi bising saat pengendaraan normal.

Guna memastikan kondisi kendaraan kamu tetap prima, jangan lupa juga melakukan servis secara berkala. Servis berkala bisa dilakukan pada interval yang telah ditentukan sesuai jadwalnya. Interval servis untuk jadwal perawatan ditentukan oleh pembacaan odometer atau interval waktu, mana yang tercapai lebih dulu, ditunjukkan pada jadwal.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

Emang Boleh Oli Mobil Dipakai untuk Motor?



Jakarta

Mobil dan motor sama-sama menggunakan oli untuk melumasi mesin. Tapi bolehkah oli mobil digunakan pada mesin motor?

Mengutip laman Astra Daihatsu Motor, oli mobil ternyata tidak dianjurkan untuk digunakan pada mesin motor. Bahkan penggunaan oli mobil untuk motor berisiko rusak pada komponen mesin.

“Meskipun oli mobil dan oli motor sama-sama berfungsi sebagai pelumas. Namun tidak dapat disamakan penggunaannya, karena oli mobil dan motor memiliki perbedaan yang signifikan,” tulis Daihatsu.


Daihatsu menyebutkan meski sama-sama oli dan berfungsi sebagai pelumas, menggunakan oli yang tidak tepat pada kendaraan dapat membuat kerusakan pada beberapa komponen dan umumnya juga dapat membuat kopling mudah selip.

“Apabila oli mobil diaplikasikan pada motor, justru bagian kopling motor menjadi jauh lebih basah dan licin. Kondisi ini justru memicu risiko kopling mobil menjadi selip saat digunakan. Hal tersebut tentunya dapat memicu kecelakaan yang merugikan pengendara motor,” tulis Daihatsu.

Menurut Daihatsu, mobil memiliki jenis kopling kering sehingga umumnya oli mobil dibuat dengan bahan pelumas yang sangat licin. Sebaliknya, motor umumnya menggunakan kopling basah yang membutuhkan pelumas sewajarnya.

Lantas apa saja yang membedakan oli mobil dan oli sepeda motor? Menurut Daihatsu, ada tiga hal yang membedakan yakni dari komposisi, standarisasi, dan juga keterangan pada kemasan.

Dari segi komposisi, oli mobil diciptakan dari bahan yang mengandung zat aditif dengan jumlah total base number (TBN) yang cukup tinggi.

“Zat tersebut berfungsi sebagai friction modifier (pelumas yang dapat meredam atau mengecilkan gesekan yang terjadi antar komponen mesin). Apabila oli mobil digunakan pada motor, khususnya motor dengan sistem kopling basah, maka menimbulkan risiko terjadi selip kopling,” tulis Daihatsu.

Standarisasi oli mobil dan motor juga berbeda. Untuk membuat oli mobil, umumnya pabrikan perlu mengikuti standarisasi dari Association of Consulting Engineers Australia (ACEA), API service, hingga Internasional Legal Service Advisory (ILSAC).

Sedangkan oli motor umumnya mengikuti standar dari organisasi yang menstandarisasi kepentingan mesin motor, contohnya Japan Automotive Standard Organization (JASO).

Hal lain yang dapat membedakan oli mobil dan oli motor tentu dari keterangan di kemasannya. Tanda-tanda umum seperti tulisan ‘for gasoline car’ tentu menjelaskan bahwa oli tersebut dirancang untuk mobil. Sementara motor, biasanya punya keterangan ‘4T 4-stroke motor oil’ atau ‘two wheels’.

(mhg/dry)



Sumber : oto.detik.com

Jangan Salah! Ini Fungsi Transmisi L pada Mobil Otomatis



Jakarta

Transmisi mobil otomatis atau matik lebih sederhana dan mudah untuk digunakan ketimbang mobil bertransmisi manual. Namun jangan salah mengartikan transmisi di mobil matik, sebab umumnya ada beragam pilihan transmisi yang dapat dipilih.

Umumnya, mobil matik dilengkapi dengan pilihan transmisi P (Park), R (Reverse), N (Neutral), D (Drive). Namun di mobil matik tertentu, misalnya Honda, ada pilihan transmisi L (Low) hingga S (Sport).

Dilansir dari laman resmi Honda Bintaro, setiap posisi transmisi memiliki fungsi khusus yang mempengaruhi arah, kendaraan, hingga kecepatan dari mobil.


Transmisi P tentu dapat digunakan untuk mobil di posisi parkir atau berhenti dalam waktu yang panjang. Sedangkan posisi transmisi N dapat digunakan dalam kondisi mobil idle, standby, atau berhenti dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Sementara, transmisi R dapat digunakan untuk mengarahkan mobil mundur dan transmisi D digunakan untuk melajukan mobil ke arah depan. Lantas apa fungsi dari transmisi L dan S?

Menurut Honda Bintaro, transisi L dikenal sebagai posisi gigi satu. Di mana, transmisi L ini akan mengunci posisi transmisi mobil pada gigi pertama atau gigi terendah.

“Posisi ini berguna saat mengemudi di medan menanjak atau saat membutuhkan torsi lebih besar, misalnya saat menarik beban berat,” tulis Honda Bintaro.

Lantas untuk menghadapi medan yang terjal, transmisi L ini akan sangat membantu laju mobil. Sebab transmisi mobil akan menahan di gigi paling rendah sehingga respon mesin akan lebih cekatan dan torsi lebih maksimal.

Sedangkan transmisi S, menurut Honda Bintaro, merupakan transmisi yang dapat mengoptimalkan performa kendaraan dan memberikan akselerasi yang lebih cepat serta responsif.

“Biasanya, transmisi akan mempertahankan gigi lebih lama sebelum naik ke gigi yang lebih tinggi, memungkinkan mesin beroperasi pada putaran yang lebih tinggi dan memberikan pengalaman berkendara yang lebih sporty,” tulis Honda Bintaro.

Namun perlu diingat, penggunaan transmisi S ini membuat respon mesin lebih terpacu. Sehingga efisiensi bahan bakarnya akan lebih boros ketimbang saat mobil berada di transmisi D.

(mhg/din)



Sumber : oto.detik.com

Balik Mudik Jangan Sampai Jadi Petaka, Ini Tanda-tanda Ban Mobil Mau Pecah



Jakarta

Perjalanan jauh untuk mudik dan balik membutuhkan persiapan matang. Jangan sampai, perjalanan silaturahmi ke kampung halaman dan balik ke daerah asal justru menimbulkan petaka.

Salah satu penyebab kecelakaan yang paling berbahaya dan sering terjadi adalah pecah ban. Nah, ban yang sudah mau pecah biasanya memberikan tanda-tanda yang harusnya disadari pengendara. Demikian dikutip dari situs resmi Hyundai.

Setidaknya ada beberapa tanda yang bisa kita ketahuisaat kondisi ban mobil tidak lagi sehat dan harus diganti segera.


Empat tanda ban mobil mau pecah

1. Visual

Ban yang hendak pecah biasanya ban yang kondisinya sudah kurang layak dan memberikan tampilan visual tertentu. Ban yang sudah tidak layak misalnya sudah retak-retak, botak, hingga benang terlihat keluar.

2. Bunyi

Ban yang sudah tidak layak dan sudah mau pecah sering kali menghasilkan bunyi. Hal ini karena ban sudah mulai tidak memiliki integritas dan melepas beberapa lapisan satu per satu. Biasanya akan ada bunyi seperti “dug dug dug” yang intervalnya menyesuaikan dengan kecepatan mobil.

3. Tidak Stabil

Ketika ban mau pecah, biasanya ban mulai tidak stabil. Ketidakstabilan ini akan berdampak pada pengendalian mobil yang membuat mobil tidak stabil. Bila mobil tidak stabil, terasa seperti mengayun atau bergoyang dengan bunyi ban tadi, sebaiknya segera kurangi kecepatan.

4. Ban Berasap

Ketika ban sudah benar-benar mau pecah, sering kali mengeluarkan asap karena mulai ada bagian yang tersangkut dan tergesek dengan jalan. Jika sudah ada asap dari ban, maka siapkan diri untuk mengendalikan mobil.

“Harap diingat, hal utama pemicu pecah ban adalah keteledoran, baik dalam perawatan ban maupun dalam mengangkut beban pada mobil,” sebut Hyundai.

Maka dari itu, pemilik kendaraan harus peka terhadap kendaraannya dan rutin melakukan perawatan berkala.

====

Ikuti berita-berita terkini arus mudik dan arus balik di BRI Teman Mudik pada tautan ini.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Modal Sabar dan Hindari Konflik



Jakarta

‘Semoga selamat sampai tujuan’ jadi sepenggal doa yang biasa diucap saat mudik dan balik dari kampung halaman. Demi tercapainya perjalanan yang aman, perlu menyiapkan safety driving dan defensive driving.

Safety Driving adalah perilaku mengemudi yang mengacu pada standar keselamatan berkendara yang berlaku di suatu negara.

Kemudian defensive driving adalah perilaku mengemudi yang dapat menghindarkan kita dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun diri sendiri.


Jadi bisa dikatakan bahwa Defensive Driving merupakan versi mengemudi yang lebih komprehensif karena tidak hanya butuh keterampilan tapi juga perilaku yang baik.

Andry Berlianto dari Praktisi Keselamatan Berkendara Global Defensive Driving Consulting (GDDC) membagikan 5 tips yang bisa dilakukan buat mereka yang melakukan perjalanan mudik membawa kendaraan sendiri.

1. Pribadi sehat fisik dan mental

Tekanan tinggi pada perjalanan mudik memaksa pemudik harus dalam kondisi fit dan bugar guna mengantisipasi bahaya dan risiko yang mungkin terjadi selama perjalanan.

Pastikan fisik dan mental siap untuk berada di belakang kemudi.

2. Kendaraan yang sehat dan laik jalan

Perjalanan panjang menuntut kendaraan berperforma maksimal tanpa hambatan karena kondsi tersebut dapat menurunkan risiko terjadinya insiden di tengah perjalanan.

3. Atur waktu perjalanan

Atur rute dan jam perjalanan serta turunkan risiko kecelakaan serendah mungkin. Utamakan istirahat dan hindari mengemudi saat tubuh sudah kelelahan.

4. Devensive Driving dan Riding

  • Ikuti arahan dan himbauan petugas saat berada di perjalanan karena itu adalah arahan untuk keselamatan diri Anda dan keluarga.
  • Atur barang bawaan agar tidak melebihi batas muatan pada kendaraan
  • Mengemudilah sewajarnya dan hindari membuka ruang konflik di perjalanan
  • Pantau batas kecepatan, jaga jarak aman antar kendaraan
  • Bersabar

5. Evaluasi

Evaluasi kembali perjalanan yang sudah dilakukan saat berangkat dan pelajari hal-hal apa saja yang perlu dikoreksi atau perlu ditingkatkan karena masih akan ada perjalanan pulang kembali ke kota asal

Pastikan mampu mengantisipasi bahaya dari risiko target Zero Accident saat mudik dan balik

(riar/din)



Sumber : oto.detik.com

Lakukan Hal Ini Supaya Motor Tidak Mogok di Jalan Gegara Busi



Jakarta

Pada libur lebaran biasanya banyak orang wara-wiri menggunakan motor untuk kegiatan silaturahmi atau sekadar touring jarak dekat. Nah, biar motor nggak mogok di jalan, maka perawatannya perlu diperhatikan. Salah satu komponen yang perlu diperhatikan adalah busi.

Bagi yang belum tahu, busi merupakan komponen penting pada motor. Busi punya tugas sebagai pemantik api untuk memicu pembakaran di ruang mesin, yang kemudian menggerakan piston dan poros engkol.

Seperti diungkapkan Aftermarket Technical Support Niterra Mobility Indonesia (NMI) Diko Oktaviano, ada enam langkah merawat busi motor agar tetap prima. Pertama adalah, membersihkan area sekitar lubang busi dari kotoran, ketika melakukan remove install. Kedua, jangan menggunakan sikat kawat untuk membersihkan elektroda, karena bisa membuat elektroda terkelupas.


“Yang ketiga, apabila ingin membersihkan busi dari kerak karbon, cukup menggunakan cleaner yang bukan dari bahan metal, seperti cairan pembersih kampas rem,” ungkap Diko kepada detikOto, belum lama ini.

Langkah keempat, saat memasang busi kembali, jangan menggunakan cairan/pelumas pada bagian ulir busi karena itu bisa membuat torsi pengencangan berlebih (overtorque).

“Selanjutnya, jika dirasa respons akselarasi motor sudah berkurang, sebaiknya busi diganti sebelum motor digunakan buat beraktivitas. Terakhir, cek celah antar elektroda busi. Kalau sudah renggang, tidak disarankan diketok atau disetel, celah yang sudah renggang mengindikasikan jika elektroda busi sudah mengalami keausan,” tukas Diko.

(lua/din)



Sumber : oto.detik.com

Balik Mudik Bawa Banyak Oleh-oleh, Perlukah Tambah Angin Ban?



Jakarta

Usai berlebaran di kampung halaman, mungkin pemudik akan membawa barang lebih banyak. Jika mobil diisi dengan kapasitas maksimal ditambah barang bawaan lebih banyak, perlukah menambah tekanan angin ban?

Ketika melakukan perjalanan, apalagi perjalanan jauh saat mudik maupun balik, pengendara seharusnya mematuhi kapasitas maksimal kendaraan baik untuk mengangkut penumpang maupun barang. Kendaraan sebaiknya tidak dipaksa mengangkut beban berlebih atau overload.

Meski begitu, ketika kendaraan mengangkut penumpang dan barang hingga kapasitas maksimal sesuai spesifikasi pabrikan, mungkin akan terasa berbeda dibandingkan dengan ketika mobil dipakai harian dengan satu atau dua penumpang. Hal ini tentu mempengaruhi beban mobil, suspensi dan ban.


Lantas ada baiknya melakukan sedikit penyesuaian. Dikutip dari situs resmi Hyundai, yang termudah adalah pengaturan tekanan udara ban.

Ketika mobil terisi penuh dan harus menanggung beban lebih banyak, ada baiknya tekanan ban turut dinaikkan. Namun kenaikan ini juga tidak boleh terlalu tinggi atau melewati batas tekanan pada ban.

“Ada baiknya kenaikan tekanan ban tidak berlebihan, misalnya sebesar 3 Psi dari 35 menjadi 38 Psi. Hal ini untuk membantu ban menopang beban terlebih dengan lebih banyak udara di dalam ban. Ada baiknya untuk mengecek buku panduan kendaraan untuk angka tekanan ban yang lebih pasti,” tulis Hyundai.

Sebab, jika diisi terlalu banyak, misalnya melebihi 40 Psi, ban akan menjadi terlalu keras dan mungkin kurang nyaman. Ban yang terisi udara terlalu tinggi juga rawan pecah bila sudah tidak kuat.

Jika ingin mengecek tekanan ban mobil ada beberapa cara, misalnya menggunakan pompa gratis di beberapa SPBU, mengunjungi tempat servis, atau mengecek melalui fitur Tyre Pressure Monitoring System (TPMS) pada kendaraan.

Selain itu sebelum berangkat, disarankan melakukan pengecekan pada ban mobil. Pastikan kondisinya masih layak supaya bisa tiba di tujuan dan pulang dengan selamat.

(rgr/mhg)



Sumber : oto.detik.com

Pelajaran dari Sekeluarga Tewas Diduga Hirup Gas Beracun di Dalam Xenia



Jakarta

Pemudik di Bungo, Jambi, meninggal dunia di dalam mobilnya saat perjalanan Lebaran. Satu keluarga asal Kabupaten Solok, Sumatera Barat, itu meninggal dunia diduga akibat menghirup racun di dalam mobil.

“Benar, penemuan 4 mayat, berjenis kelamin 3 laki-laki dan 1 perempuan di dalam mobil Xenia di jalan Dusun Limbur Baru (Sp5), Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang, Kabupaten Bungo,” kata Kapolres Bungo AKBP Singgih Hermawan dikutip detikSumbagsel.

Singgih menerangkan satu keluarga itu berangkat dari Alahan Panjang, Sumatera Barat, sekira pukul 13.00 WIB. Mereka rencananya akan silahturahmi Lebaran menemui saudaranya di kawasan PT SMA, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang.


Pada pukul 18.00 WIB, korban sempat memberi tahu kepada saudaranya itu bahwa mobil mereka terperosok di jalanan berlumpur.

“Kemudian adik ipar korban Wadi Sepentri pergi menyusul korban dan ditemui mobil korban terpuruk di lubang dalam keadaan mesin masih hidup, lobang knalpot mobil terendam air dan kaca depan mobil dalam keadaan tertutup dan kaca belakang mobil terbuka sekitar 5 cm,” terangnya.

Singgih mengatakan dugaan sementara satu keluarga itu meninggal akibat terhirup gas beracun dari saluran AC yang tersumbat.

“Dugaan sementara korban terhirup gas beracun di dalam mobil tersebut akibat dari saluran AC yg tersumbat atau bocor,” sebutnya.

Kemungkinan Keracunan AC?

Kejadian serupa bukan hanya sekali terjadi. Beberapa kali ada kejadian pengguna kendaraan tewas di dalam mobil yang mesin dan AC-nya dalam keadaan menyala.

Namun, dari sumber yang diperoleh detikOto, salah satu penyebabnya ialah kebocoran sistem pembuangan gas buang ini masuk ke dalam kabin.

“Sebetulnya bukan karena AC, tapi penyebab AC hidup (bekerja) kaca ditutup, ada kebocoran pembuangan dan masuk ke dalam sirkulasi kabin mobil dan itu terhirup oleh pengendara,” ucap Kepala Bengkel Auto2000, Suparna, beberapa waktu yang lalu.

Menurut Suparna, saat ada kebocoran CO2 akibat pembuangan gas buang, udara itu masuk ke dalam kabin. Kebocoran pembuangan itu bisa terjadi karena kebocoran seal atau karat yang mengakibatkan kebocoran. Orang yang berada di dalamnya akhirnya menghirup CO2 terus-menerus.

“CO2 akibat kebocoran yang masuk dalam sirkulasi kabin mobil itu masuk ke dalam paru-paru dan ini merusak saraf otak, jadinya ngantuk makin lemas dan berakhiran kematian. Itu biasanya terjadi pada saat orang tiduran di dalam mobil AC dinyalakan,” ucap Suparna.

Lebih lanjut, dikutip dari The National, Mayor Jenderal Ahmed Bin Gulitha, Direktur Departemen Ilmu Forensik dan kriminologi Kepolisian Dubai menjelaskan ada beberapa kasus orang meninggal dunia akibat keracunan karbon monoksida saat berada di dalam mobil.

“Gas ini menimbulkan ancaman signifikan bagi orang-orang yang menghabiskan waktu lama di dalam mobil yang berjalan di ruang terbuka atau tertutup, jika terhirup dalam konsentrasi tinggi,” kata dia.

Karbon monoksida dihasilkan ketika bahan bakar seperti gas, minyak, dan batu bara tidak terbakar dengan sempurna.

Risiko yang ditimbulkannya ditekankan oleh fakta bahwa karbon monoksida tidak berbau, tidak berwarna dan tidak berasa. Karena alasan-alasan ini, karbon monoksida sering disebut sebagai “pembunuh dalam diam”.

Penyebab umum keracunan karbon monoksida pada kendaraan termasuk sistem knalpot dan emisi yang rusak, mesin yang tidak disetel dengan baik, dan mobil yang berjalan di ruang tertutup seperti garasi.

Lebih lanjut, seperti diungkapkan Dr Mohammed Al Qasim, direktur bagian teknik forensik kepolisian Dubai, mengimbau para pengendara untuk menjaga mobil tetap terawat dengan baik.

“Beberapa insiden terjadi di dalam mobil tua yang tidak menjalani perawatan rutin,” katanya.

“Insiden lainnya terjadi pada mobil yang dimodifikasi yang mengurangi kualitas udara di dalam kendaraan,” sambung dia lagi.

Peringatan lain, para pengemudi agar tidak tidur di dalam mobil yang diparkir di dalam area tertutup, seperti tempat parkir di mal, dengan mesin dan AC yang menyala.

(rgr/dry)



Sumber : oto.detik.com

7 Komponen Mobil yang Wajib Diperiksa setelah Digunakan Mudik



Jakarta

Jangan lupa mengecek beberapa komponen mobil yang digunakan untuk mudik dan balik. Karena ini adalah momen krusial untuk memastikan mobil tidak ada kendala setelah buat berkendara ratusan bahkan ribuan kilometer dengan kondisi berkendara yang berat dan tidak terduga.

“Meskipun mudik Lebaran telah usai, jangan lupa pastikan tidak ada masalah pada mobil mengingat tugas berat di jalan. Selain jarak tempuh yang panjang, durasi berkendara yang jauh lebih lama akibat macet membuat mesin bekerja ekstra berat. Ditambah, muatan mobil penuh, hujan deras, dan risiko masalah seperti menabrak lubang dengan kecepatan tinggi dapat menurunkan kondisi kendaraan,” jelas Nur Imansyah Tara, Marketing Division Head Auto2000, dalam keterangan resminya.

Penyebab Kondisi Mobil Turun Saat Mudik Lebaran


Seperti diketahui, ada jutaan orang yang mudik menggunakan transportasi darat seperti mobil pribadi. Alhasil, beberapa titik akan mengalami kemacetan luar biasa seperti di lokasi penyeberangan laut dan gerbang tol. Dalam kondisi ini, mesin harus bekerja ekstra keras karena mobil berhenti sampai berjam-jam.

Padahal, rute perjalanan mudik pasti mencapai ratusan hingga ribuan kilometer tergantung tujuan mudik AutoFamily. Dalam kondisi normal saja sudah menguras tenaga mobil, apalagi kalau sampai terkena macet parah. Ditambah, hampir pasti mobil diisi penuh oleh penumpang dan barang, serta risiko mobil kehujanan yang membuatnya semakin bekerja keras.

Yang tidak kalah penting, risiko kerusakan akibat kondisi jalan yang tidak terduga. Seperti menabrak lubang jalan dengan kecepatan tinggi yang berpotensi merusak komponen kaki-kaki mobil. Atau terjadi masalah pada cairan mobil, seperti oli mesin dan radiator coolant berkurang yang dapat memicu masalah lebih besar kalau diabaikan.

Setelah kembali ke rumah, lakukan langkah pengecekan beberapa komponen penting buat memastikan tidak ada masalah berarti yang dapat mengganggu kinerja mobil berikut ini:

1. Ban

Posisinya yang langsung berhadapan dengan aspal atau beton jalan membuat ban harus bekerja keras di momen mudik Lebaran. Untuk itu, segera cek kondisinya begitu sampai di rumah. Lihat tanda keausan telapak ban dan segera ganti ban jika sudah tidak layak.

Perhatikan pula kondisi dinding ban dan pastikan tidak ada kerusakan seperti benjol atau sobek. Ban mobil yang rusak akan memicu masalah besar jika diabaikan. Segera ganti ban yang bermasalah.

2. Kaki-kaki

Perhatikan kaki-kaki mobil dari rembesan oli, gerakkan komponen kemudi dan suspensi untuk melihat potensi masalah. Shock absorber tidak boleh ada kebocoran, termasuk karet-karet penyangga yang getas dan robek. Waspadai kebocoran pada selang rem, periksa kondisi kampas rem yang bekerja paling berat untuk mengurangi laju mobil.

3. Oli Mesin

Tugas oli mesin adalah melindungi mesin dari gesekan antar komponen, membantu melepaskan panas mesin, dan membuang kotoran akibat gesekan antar komponen. Cek takaran oli mesin lewat dipstick dan pastikan tak kurang. Perhatikan apakah ada perubahan warna oli mesin, kalau sampai warnanya berubah coklat susu merupakan indikator tercampur air.

4. Cairan Rem

Pastikan volume cairan rem tidak berkurang, tak ada perubahan warna, dan tidak ada endapan lumpur di dalam tabung penyimpannya. Brake fluid yang kurang menandakan kampas rem mulai menipis, dengan catatan tidak terdeteksi kebocoran pada sistem rem. Periksa selang rem dari kemungkinan sobek atau bocor.

5. Radiator Coolant

Radiator radiator tak boleh habis dengan mengecek tabung cadangannya. Periksa kebocoran pada selang dan rumah radiator karena ada kemungkinan terkena lontaran kerikil dalam perjalanan. Pastikan pula warna radiator coolant tak berubah apalagi sampai keruh yang wajib dikuras supaya tidak bermasalah.

6. Periksa Cairan Lainnya

Cairan mobil seperti minyak kopling untuk mobil manual, air aki, air pembersih kaca, oli transmisi, bersama cairan power steering hidrolis wajib diperiksa kembali. Pastikan volume-nya tidak berkurang dan tidak ada perubahan warna karena berarti ada masalah yang harus segera ditangani.

7. Kabin

Kabin mobil pasti kotor saat mudik Lebaran, terutama kalau membawa anak kecil. Gunakan vacuum cleaner untuk mengangkat kotoran, keluarkan karpet, dan bersihkan seluruh area kabin, termasuk rongga dan celah hingga kolong kabin untuk memastikan tidak ada kotoran tertinggal.

(lua/riar)



Sumber : oto.detik.com

Kenapa Ada Sopir Arogan Bawa Jabatan-Pangkat Saat Konflik di Jalan?



Jakarta

Belum lama ini viral sopir Fortuner mengaku adik Jenderal terlibat cekcok dengan pengendara lain di Tol Jakarta-Cikampek. Kenapa ada orang terlibat konflik sampai membawa jabatan atau pangkat?

Dalam pemberitaan detikcom sebelumnya, mobil Toyota Fortuner berpelat dinas Mabes TNI viral di media sosial setelah dinarasikan bersikap arogan hingga menyerempet pemobil lain di Tol Japek. Sopir tersebut bahkan mengaku sebagai adik Jenderal.

Pengendara yang mobilnya ditabrak oleh sopir Fortuner melapor ke Bareskrim Polri. Laporan yang dilayangkan itu teregister dengan nomor LP/B/115/IV/2024/SPKT/BARESKRIM POLRI tertanggal 16 April 2024. Laporan itu dilayangkan oleh pelapor bernama Marcellina Irianti Deca, sementara terlapor masih dalam lidik.


Namun faktanya sopir Fortuner itu ternyata menggunakan pelat dinas yang bukan semestinya. Pemilik nomor pelat dinas asli juga tidak kenal dengan pengemudi Fortuner.

Andry Berlianto, Praktisi Keselamatan Berkendara dari Global Defensive Driving Consulting (GDDC) mengungkapkan sebab perilaku pengemudi yang terlibat konflik lalu membawa jabatan, salah satunya bisa merasa paling superior.

“Benar sekali, karena strata tinggi biasanya membawa seseorang menjadi lebih pede untuk bisa berlaku arogan, mereka beranggapan lawan bicara mereka pasti akan takut atau kalah,” kata Andry kepada detikcom, Rabu (17/4/2024).

“Sama seperti misal kita bawa mobil besar, contoh: Fortuner dan kawan-kawan, pasti secara mentalitas kita pasti merasa ‘kuat’ jika berdampingan dengan mobil kecil, contoh: Brio dkk, bukan?” tambah dia.

“Bawaan manusia untuk merasa besar dan sombong, tinggal bagaimana manusia tersebut mengendalikan egonya,” jelas Andry.

Senada dengan Andry, psikolog klinis Nuzulia Rahma Tristinarum dari Pro Help Center mengungkapkan bahwa konflik yang berujung membawa nama jabatan memang kerap terjadi karena ada kecenderungan rasa inferioritas.

“Sehingga dengan bawa jabatan, merasa lebih superior, superioritas ini bisa mengintimidasi atau mengambil benefit tertentu,” terang Rahma kepada detikcom, beberapa waktu yang lalu.

Jika menghadapi kasus serupa, Rahma mengingatkan hal wajib yaitu tetap bersikap tenang. Tidak langsung merespons sikap yang ditujukan seseorang, dan menghindari terbawa emosi yang meledak-ledak.

“Sebaiknya pihak yang merasa lebih sehat mental, lebih mampu berpikir jernih dan tenang. Kita pertimbangkan dulu baik baik apa yang akan dilakukan untuk merespons. Kita tak perlu impulsif dan ikut terbawa emosi meledak ledak dalam merespons-nya,” beber Rahma.

Andry mengatakan perlunya sikap defensive driving. Ini merupakan perilaku mengemudi yang dapat menghindarkan dari masalah, baik yang disebabkan oleh orang lain maupun diri sendiri.

“Tidak mudah terpancing dan jauhi TKP agar terhindar dari konflik lanjutan. Kita tidak pernah tahu hasil akhirnya, kita bisa menang, kita bisa juga kalah… Ini yang merugikan,” jelas dia lagi.

“Defensive driving tidak belajar bagaimana kita mengatasi masalah tapi belajar bagaimana agar kita tidak masuk ke dalam masalah,” kata Andry.

(riar/rgr)



Sumber : oto.detik.com