Category Archives: Perencanaan Keuangan

Ekonomi Dunia Masih Tak Pasti, Investasi Apa yang Bikin Cuan Gede?


Jakarta

Ekonomi dunia masih dilanda ketidakpastian. Melihat keadaan tersebut, investor perlu melihat sektor yang potensial untuk berinvestasi.

Seperti diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed masih menahan bunga acuan 5,25-5,50%. Kemudian, kondisi di Timur Tengah masih memanas dan kemungkinan konflik besar dapat terjadi.

Equities Specialist DBS Group Research, Maynard Arif mengatakan ada beberapa sektor yang berpotensi dalam jangka panjang.


“Nah, kalau kita melihat jangka panjang beberapa tema ini yang kita sampaikan, tapi kembali lagi di jangka pendek masih bisa ada volatilitas dan masih bisa juga sahamnya terkoreksi, tapi kita percaya mungkin beberapa sektor ini jangka panjang, prospeknya cukup bagus,” kata Maynard dalam acara Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS, Jakarta Selatan, Selasa (6/7/2024).

Pertama, saham di perusahaan yang berkapitalisasi besar dengan pertumbuhan dan valuasi yang positif, seperti perbankan dan telekomunikasi. Dia menyebut, pada semester-I 2024 sektor perbankan masih cukup positif.

Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pendapatan dan kredit perbankan yang cukup tinggi. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti kualitas aset dan juga non performing loan (NPL). Kemudian sektor kesehatan dan electric vehicles (EV). Untuk sektor kesehatan, dia menyebut masih tumbuh positif pada kuartal II-2024.

“Tetapi, secara sektor ini salah satu sektor yang masih bisa dukung positif di kuartal-II tahun 2024. Untuk telekomunikasi itu masih positif, seperti Telkom. Jadi, secara keseluruhan mungkin boleh dibilang kita yang positif adalah sektor perbankan, telekomunikasi,” jelasnya.

Dia menekankan selain sektor yang potensial, investor perlu memperhatikan valuasinya ke depan. Pasalnya, ada beberapa sektor yang terkoreksi pada kuartal II-2024, seperti sektor otomotif dan energi.

“Jadi, ada beberapa sektor juga mungkin yang ada katalis-katalis terbentuk di jangka pendek. Ini kenapa kita bilang trading opportunity, ada sektor yang kemarin performa dan harga sahamnya cukup bagus di kuartal II. Nah menurut kita di kuartal III ini mungkin ada sedikit slow down,” imbuhnya.

(ara/ara)



Sumber : finance.detik.com

Begini Cara Manfaatkan THR agar Nggak Cuma Numpang Lewat


Jakarta

Tak terasa Hari Raya Idul Fitri semakin dekat. Ini artinya Tunjangan Hari Raya (THR) tinggal menghitung hari.

Menjelang Lebaran, THR memang menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu banyak orang. Sayangnya, ketika mendapatkan THR, kita sering kali dibuat kalap dengan membeli barang-barang secara konsumtif seperti baju baru, gadget, dan barang lainnya. Alhasil, THR yang dinanti-nanti ini ‘lewat’ begitu saja.

Agar THR bisa lebih bermanfaat, kamu perlu mengontrolnya dengan cara menginvestasikan THR-mu. Adapun salah satu yang bisa kamu lakukan yakni dengan menyulap THR menjadi investasi emas.


Investasi emas merupakan salah satu jenis yang paling populer di samping saham, deposito, kripto, hingga reksa dana. Sebab, harga emas mengalami kenaikan tiap tahunnya akibat inflasi. Biar investasi emas makin aman dan nyaman, kamu bisa lakukan beberapa tips berikut:

1. Pilih Emas Batangan

Emas memiliki beragam jenis mulai dari emas perhiasan dan batangan. Namun jika kamu ingin berinvestasi emas, ada baiknya membeli emas dalam bentuk batangan, terutama produksi ANTAM. Selain mudah dijual maupun dibeli, emas ANTAM juga terbukti asli dan bersertifikat. Kamu juga bisa membeli emas batangan berukuran besar, tentu saja dengan harga yang lebih murah.

2. Pilih Lembaga Penyedia Terpercaya

Investasi emas saat ini menjadi salah satu yang paling digemari karena mudah didapatkan. Pasalnya, emas kini bisa dibeli di mana saja, termasuk melalui e-commerce. Namun agar lebih aman dan terjamin keasliannya, belilah emas di lembaga penyedia layanan jual-beli yang terpercaya. Selain PT ANTAM, kamu juga bisa membeli di penyedia jasa jual beli emas, mulai dari Pegadaian hingga bank. Di sini, kamu bisa mendapatkan emas batangan dengan harga yang dikeluarkan oleh PT ANTAM, plus biaya administrasi sekitar 3%.

3. Pilih Waktu yang Tepat

Sama halnya dengan investasi saham, membeli emas juga perlu memperhatikan waktu yang tepat. Sebaiknya, belilah emas saat harga sedang turun, lalu jual kembali saat harga naik. Ini adalah aturan dasar, bagi para pemula yang ingin berinvestasi emas. Oleh karena itu, lakukan pengecekan harga emas secara berkala di situs resmi penyedia layanan jual beli emas.

4. Manfaatkan Pegadaian

Buat para pemula yang masih bingung berinvestasi emas, cobalah memanfaatkan berbagai layanan di Pegadaian. Di sini, kamu bisa mencoba program Tabungan Emas. Lewat layanan ini, kamu bisa bisa membeli emas, dititipkan, lalu mencairkannya.

Tentu saja program ini lebih membumi, sebab kamu sudah bisa berinvestasi emas seberat 0,01 gram di Pegadaian Digital. Tercatat per hari ini, Senin (25/3) harga tabungan emas di Pegadaian Digital dibanderol Rp Rp 11.240 per 0,01 gram. Kamu juga bisa memanfaatkan fitur Simulasi Tabungan Emas yang bisa membantu menentukan target dan menghitung investasi emas.

Selain itu, ada pula program Arisan Emas, yakni kamu bisa mengikuti program dengan mengajukan permohonan ke kantor Pegadaian terdekat; atau lebih dulu membentuk kelompok yang terdiri atas minimal enam orang/lebih. Pengundian akan dilakukan setiap bulan untuk mendapatkan satu keping emas (minimal satu gram).

Buta para orang tua, Pegadaian juga menawarkan investasi emas sejak dini untuk anak-anak. Mereka bisa menggunakan uang yang diperoleh saat silaturahmi Idul Fitri untuk berinvestasi emas. Pegadaian melalui anak usahanya Galeri 24 menyediakan mini baby gold. Para orang tua mulai dari 0,02 gram atau dengan kisaran harga Rp 50 ribuan saja.

Cicil Emas

Uang THR masih belum cukup untuk membeli emas batangan? Nggak usah khawatir karena kamu bisa mencicil lewat program Cicil Emas di Pegadaian. Kamu hanya perlu membayar cicilan emas secara rutin setiap bulan atau per tiga bulan dengan harga murah dan bervariasi. Kamu pun bisa manfaatkan fitur Simulasi Cicil Emas dengan memilih berbagai varian jenis emas dan jangka waktu yang diinginkan.

Nah, itulah beberapa cara mudah berinvestasi emas. Jadi, tunggu apa lagi? Jangan lupa sisihkan uang THR kamu untuk berinvestasi emas di aplikasi Pegadaian Digital. Dengan Pegadaian Digital, investasi emas kini jadi semakin mudah dan nyaman.

(akn/ega)



Sumber : finance.detik.com

Duit THR Lebaran Kurang, Boleh Ngutang ke Pinjol?


Jakarta

Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau libur Lebaran, banyak pekerja yang akan mendapat tunjangan hari raya (THR). Biasanya THR ini akan digunakan untuk membeli kebutuhan Lebaran seperti beli tiket untuk mudik, beli baju baru, zakat, dan sebagainya.

Namun bagaimana jika THR atau uang di kantong tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Lebaran? Apakah boleh meminjam uang ke layanan pinjol?

Perencana keuangan Andy Nugroho mengatakan pada dasarnya meminjam uang ke pinjol untuk kebutuhan libur Lebaran bukanlah hal yang perlu dilakukan. Terlebih banyak keperluan Lebaran yang sifatnya tidak mendesak.


Misalkan saja membeli baju lebaran, jalan-jalan atau piknik bagi mereka yang tidak pulang kampung, bahkan pulang kampung atau mudik itu sendiri seringkali bukanlah keperluan yang sangat mendesak hingga wajib untuk dilakukan. Sehingga keputusan untuk meminjam uang saat Lebaran menjadi tidak ideal alias tidak perlu.

“Kalau dari kacamata perencana keuangan sih saya akan bilang itu nggak ideal. Karena kita piknik libur lebaran, mudik bahkan, ini kan bukan suatu hal yang wajib dilakukan,” kata Aidil kepada detikcom, Selasa (26/3/2024).

Meski begitu, ia tidak menutup kemungkinan jika libur Lebaran merupakan salah satu momen yang sangat spesial. Karenanya Aidil sendiri menilai ada beberapa kasus di mana berutang ke Pinjol karena uang atau THR Lebaran kurang menjadi lebih dimaklumi.

“Namun, kan momen-momen Lebaran ini bisa dibilang momen-momen yang sangat spesial gitu ya. Saya sih lebih menggarisbawahinya begini, bisa nggak kita pinjam ke pinjol itu menjadi suatu hal yang ‘diperbolehkan atau dimaafkan’, misalnya gitu ya,” ungkapnya.

Misalkan saja bila yang bersangkutan sudah lama tidak pulang ke kampung halaman sedangkan orangtua di kampung sudah cukup tua atau sedang sakit. Menurutnya kondisi-kondisi seperti ini masih bisa dimaklumi jika yang bersangkutan memaksakan diri untuk mudik meski harus berutang ke pinjol.

“Nah ada kriteria-kriteria yang menurut saya masih oke lah kita maafkan, misalnya seorang anak yang mungkin sudah bertahun-tahun nggak pernah pulang gitu kan terus kemudian mungkin orang tuanya sudah sakit-sakitan. Dia mau mudik nggak punya duit akhirnya pinjam pinjol,” kata Aidil.

“Hal seperti ini buat saya masih oke lah ya dan bisa dimaafkan. Alasannya apa? Ya usia orangtua kan kita nggak ada yang tahu, daripada dia menunda mudiknya kemudian misalnya umur orangtua-nya sudah nggak panjang lagi, itu menyesalnya akan jadi seumur hidup,” jelasnya lagi.

Namun menurut Aidil kondisi ini bisa berbeda lagi jika yang bersangkutan memaksakan diri untuk mudik Lebaran hingga berutang ke pinjol karena ‘gengsi’. Misalkan karena seluruh anggota keluarganya yang lain pulang kampung sehingga yang bersangkutan memaksa agar bisa mudik juga.

“Tapi misalnya, alasannya ‘oh mudik karena karena kakaknya, saudaranya, adik-adiknya pulang semua, masa saya sendiri yang nggak pulang?’ misalnya gitu ya. Padahal dia setiap tahun juga pulang, atau hari-hari di luar Lebaran dia juga sering pulang, buat saya hal-hal seperti itu kalau dia memang lagi nggak punya uang ya nggak perlu dipaksakan sampai musti pinjam pinjol,” terangnya.

Meski begitu, pada akhirnya Andy menyarankan untuk tetap berhati-hati dan dipertimbangkan lebih dalam sebelum meminjam uang dari pinjol. Sebab pada akhirnya uang yang dipinjam harus dikembalikan lagi, termasuk dengan bunganya.

“Kita mesti berpikir ini utang, bukan berarti kita pinjam pinjol kemudian duitnya jadi tambah banyak enggak, ini utang ya kita harus dibalikin dan ada bunganya juga,” jelas Aidil

Pada akhirnya ia menyarankan, kalau memang yang bersangkutan tidak perlu membeli baju baru atau jalan-jalan saat libur Lebaran, bahkan berangkat mudik, sebaiknya tidak perlu memaksakan diri hingga meminjam uang dari Pinjol.

“Makanya saya tekankan di sini sebenarnya adalah seberapa penting dan urgent kita mau ber-Lebaran. Nah yang tahu seberapa penting dan urgent masing-masing di diri kita kok, dan menurut saya kita mesti jujur deh ke diri kita sendiri (apakah perlu atau tidak membeli),” terangnya lagi.

Simak Video ‘Serba-serbi THR Lebaran Bagi Karyawan: Syarat dan Aturan’:

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)



Sumber : finance.detik.com

THR Cair, Bayar Utang dulu atau Beli Baju?


Jakarta

Saat THR Lebaran cair, para pekerja biasanya akan menggunakan uang tersebut untuk belanja kebutuhan lebaran, barang diskon, atau berbagai macam kebutuhan yang sudah lama diinginkan. Hal ini boleh saja dilakukan karena THR adalah bonus di luar pendapatan tetap yang memang disiapkan untuk membiayai kebutuhan Lebaran.

Namun bagaimana jika yang bersangkutan memiliki utang yang belum dibayar. Apakah THR sebaiknya tetap digunakan untuk belanja Lebaran atau bayar utang?

Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Asad menjelaskan, alih-alih utang atau kebutuhan Lebaran, masyarakat yang merayakan Idul Fitri sebaiknya menggunakan uang THR untuk membayarkan kewajiban agamanya berupa Zakat Fitrah. Karena biar bagaimanapun momen Lebaran atau Idul Fitri merupakan waktu bagi umat muslim untuk menunaikan ibadah.


Baru setelah itu uang THR sebaiknya digunakan untuk membayar utang terlebih dahulu jika ada. Sebab utang merupakan kewajiban lain yang harus dibayarkan. Selain itu, utang juga berpotensi bisa mengganggu kondisi keuangan ke depan, semisal karena adanya bunga yang tinggi dan lainnya.

“Kalau bisa ngebagi semuanya sih sempurna ya, jadinya bayar Zakat-nya iya, bayar utangnya iya, beli kebutuhan iya. Tapi tergantung, yang pasti kan kita harus keluarkan Zakat-nya, itu wajib sebelum bayar utang Zakat-nya dulu (dibayarkan),” kata Teja kepada detikcom, Senin (25/3/2024).

“Baru kita bayar utang nih. Kira-kira kita punya utang nggak? utang kartu kredit, utang pinjol yang nggak selesai-selesai, inilah waktunya buat ngeberesin (menyelesaikan utang),” tambahnya.

Kalau pun yang bersangkutan tetap ingin merayakan Lebaran dengan sekadar membeli baju baru atau mudik ke kampung halaman. Ia menyarankan tetap membagi sebagian THR yang dimiliki untuk membayar utang yang ada, meski tidak langsung lunas.

Barulah setelah itu yang bersangkutan bisa menggunakan THR yang ada untuk kebutuhan Lebaran. Kebutuhan yang dimaksud juga harus disesuaikan dengan kondisi keuangan yang ada.

“Kalau misalnya ‘tapi kan saya juga pengin Lebaran’ gitu, nah kita lihat-lihat dulu seberapa penting sih kebutuhan kita (saat Lebaran),” ungkap Teja.

“Kita lihat kira-kira buat Lebaran yang utama banget supaya kita adalah seenggak-enggaknya, kalau misalnya nggak pulang kampung karena uangnya habis untuk bayar utang, ya berarti (sisa THR) buat beli makan Lebaran lah seenggak-enggaknya gitu,” terangnya lagi.

Atau menurut Teja, yang bersangkutan bisa mencari siasat tertentu agar dapat mengurangi pengeluaran selama Lebaran. Misalkan saja mengikuti program mudik gratis sehingga yang bersangkutan tidak perlu mengeluarkan biaya transportasi.

“Kira-kira bisa nggak sih kita cari (program) yang pulang kampung gratis. Di sana nggak usah menghambur-hamburkan uang, nggak usah kasih uang THR ke mana-mana nggak usah, sederhana aja Lebarannya gitu,” terangnya.

Senada dengan Tejasari, perencana keuangan Eko Endarto mengatakan THR yang didapat sebaiknya memang digunakan untuk membayar utang terlebih dahulu jika ada. Sebab biar bagaimana pun, utang merupakan salah satu kewajiban yang harus dilunasi.

Baru setelah itu sisanya bisa digunakan untuk kebutuhan Lebaran, mulai dari ongkos mudik jika pulang kampung dan keperluan lainnya seperti baju baru, parcel Lebaran, dan lain-lain.

“Alokasi dan prioritas THR idealnya pertama untuk mengurangi utang kalau ada. Kedua baru untuk kebutuhan lebaran, mulai dari biaya mudik kalau mudik dan biaya prioritas lainnya,”

Menurut Eko, jika THR yang didapat tidak cukup untuk melunasi utang-utang yang ada ataupun yang bersangkutan memiliki pengeluaran lain selama Lebaran sehingga tidak bisa menggunakan semua uangnya untuk membayar utang, setidaknya ia bisa mengurangi utang yang ada dengan THR tersebut.

Pada akhirnya ia menyarankan untuk membayarkan utang-utang lebih dahulu baru membeli kebutuhan Lebaran. Bukan sebaliknya beli baju baru atau kebutuhan Lebaran lainnya dulu kemudian membayar utang jika ada sisa THR.

“Karena THR fungsinya memang untuk membantu keuangan saat hari besar. Tapi kalau memungkinkan kurangi utang dan jangan tambah. Ya minimal mengurangi, kalau mau melunasi utang (dengan THR) bagus sekali,” tegasnya lagi.

Simak juga Video ‘Khayalan THR Cair’:

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Berapa Besar Angpau Lebaran yang Perlu Diberikan? Begini Hitungannya


Jakarta

Memberi angpau atau amplop berisi uang saat Lebaran jadi satu tradisi masyarakat Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai bentuk berbagi kebahagiaan dengan sesama. Biasanya, uang angpau ini diambil dari hasil tunjangan hari raya (THR).

Namun tidak sedikit orang mungkin merasa bingung terkait seberapa besar uang yang perlu diberikan dalam angpau Lebaran itu. Sebab jika tidak diperhitungkan dengan baik, keinginan untuk berbagi angpau ini malah bisa jadi pengeluaran berlebih dan bikin kantong kering.

Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad, menyarankan kepada yang ingin membagikan angpau untuk membuat daftar penerima. Misalkan saja untuk orang tua, anak, saudara, hingga keponakan.


“Pertama kita biasanya kasih orang tua, nah itu biasanya yang paling gede. Terus yang kedua siapa nih? misalnya kakak-adik sudah pada kerja ngapain dikasih? jadi kasih ke yang belum kerja, biasanya keponakan sih. Atau misalnya punya adik yang masih kecil belum kerja, mau dikasih boleh. Jadi berdasarkan level keluarga aja,” kata Teja kepada detikcom, ditulis Rabu (27/3/2024).

Setelah menentukan siapa saja yang akan diberi angpau, detikers bisa mengalokasikan nilai anggaran yang dimiliki. Pemberian angpao Lebaran bisa disesuaikan dari jumlah THR yang diterima.

“Pertama adalah menyesuaikan dengan budget kita. Misalnya kita kasih budget ‘oke saya mau kasih THR Lebaran buat saudara-saudara misalnya Rp 1 juta deh semuanya. Karena saya dapat THR Rp 3 juta, masa semua dibagi-bagikan?’ Nanti habis dong,” jelas Teja.

“Bisa juga dibudegtin maksimal berapa nih? 20% kah dari THR kah, 30% kah. Misalnya oke 20%, anggap saja Rp 1 juta, ya dibagi-bagi lah jumlah keponakan ada berapa, saudara ada berapa, siapa saja yang mau dikasih,” tambahnya lagi.

Untuk nilai uang yang dibagikan sendiri, Teja tidak bisa menetapkan besaran pasti. Sebab menurutnya setiap individu memiliki perhitungannya masing-masing seperti tingkat ekonomi keluarga, usia, hingga wilayah tempat tinggal.

“Misalnya kasih keponakan Rp 50 ribu pantes nggak? Tapi ternyata di kalau di kampung kasih Rp 5 ribu sudah cukup, kasih Rp 20 ribu sudah cukup, gimana tuh? Jadi tergantung situasi,” terang Teja.

“Itu juga kadang ada yang serba salah tuh, ada yang masih TK, SD, SMP, SMA. Kalau TK dikasih Rp 1.000 dua puluh biji (Rp 20 ribu) seneng tuh, kalau SMA dikasih Rp 1.000 dua puluh biji marah-marah nanti,” tambahnya.

Senada dengan Teja, perencana keuangan Andy Nugroho juga menyarankan untuk menentukan penerima angpau dan estimasi nilainya. Biasanya besaran angpau Lebaran yang diberikan, berbeda-beda tergantung tingkatan dalam keluarga.

“Nah urutannya paling banyak saya akan kasih ke siapa? ke orang tua pertama, terus kemudian habis itu level berikutnya yang lebih kecil jumlahnya tuh saya kasihkan ke misalnya anak atau ke anaknya saudara-saudara saya,” kata Andy.

Andy sendiri juga tidak bisa menentukan nominal angpau pasti yang ‘layak’ untuk dibagi-bagikan, karena kondisi orang berbeda-beda. Namun menurutnya yang terpenting saat menentukan besaran angpau tersebut harus disesuaikan dengan kemampuan dan budget, bukan demi mengejar gengsi.

“Kadang misalnya kita pemudik, apalagi dari Jakarta kan ‘wah pasti tajir nih, orang kaya, sudah sukses’ nah kadang ditodong untuk ngasih angpau lebih besar,” katanya.

“Sebenarnya pun kalau kita bersikukuh ‘ya saya ngasihnya segini’, masa iya yang dikasih terus nego nggak mau Rp 20 ribu dong, maunya Rp 50 ribu misalnya,” tambahnya lagi.

Simak juga Video ‘Sanksi Bagi Perusahaan yang Tak Bayar THR: Teguran-Pembatasan Usaha’:

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Bukan Pesugihan, Ini Tips Untung Pakai Duit THR hingga Bisa ‘Beranak’


Jakarta

Menjelang Hari Raya Idul Fitri dan libur Lebaran 2024/1445 H, salah satu hal yang paling ditunggu-tunggu khususnya bagi para pekerja adalah tunjangan hari raya (THR). Dengan adanya uang tambahan ini kamu bisa memenuhi kebutuhan selama Hari Raya.

Biasanya uang THR ini akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan Lebaran mulai dari kewajiban berzakat, ongkos perjalanan mudik bagi yang pulang kampung, atau sekadar beli baju baru.

Namun jika tidak mengatur keuangan dengan baik, uang THR bisa ‘menguap’ dan habis begitu saja. Lantas bagaimana cara agar dana ini dapat dimanfaatkan dengan baik bahkan bisa memberikan keuntungan di kemudian hari?


Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari Asad, mengatakan pengeluaran untuk kebutuhan selama Lebaran biasanya bersifat konsumtif seperti membeli kue atau makanan, baju baru, hingga parcel atau hampers.

Karena itu, alih-alih menghabiskan uang THR untuk keperluan konsumtif yang hanya bisa dinikmati sesaat, ia berpendapat ada baiknya dana itu dialokasikan untuk investasi yang bisa digunakan memenuhi kebutuhan di kemudian hari.

“Bagus banget kalau uang THR untuk investasi, karena ini kan bisa bermanfaat buat kita nanti tanpa harus menghambur-hamburkan buat Lebaran. Boleh dibilang kan pengeluaran untuk Lebaran itu kan konsumtif ya seperti kue dan baju baru,” kata Teja kepada detikcom, ditulis Rabu (27/3/2024).

Lebih lanjut, Teja menjelaskan dana itu bisa digunakan untuk investasi di berbagai instrumen sesuai kebutuhan. Misalkan untuk kebutuhan dana darurat, THR bisa digunakan untuk membeli emas karena punya nilai lindung aset yang tinggi. Dengan investasi emas, maka nilai THR pun bisa terus bertambah setiap tahun, tak tergerus inflasi.

“Investasi itu tergantung untuk tiap orang perlunya apa, ada yang merasa ‘saya belum punya dana darurat nih, saya mau tambah dana daruratnya’, berarti bisa beli emas atau sekedar reksa dana pasar uang saja, itu bisa untuk dana darurat,” terang Teja.

“Misalnya saya mau nikah nih tahun depan, berarti uangnya bisa di reksa dana pasar uang jangka pendek atau reksa dana pendapatan tetap. Atau ‘saya mau buat jangka panjang nih, buat pensiun’, nah kita bisa beli saham atau reksa dana saham,” jelasnya lagi.

Oleh sebab itu, ia tidak bisa memastikan jenis investasi apa yang paling sesuai dengan menggunakan dana THR. Sebab pada akhirnya pilihan investasi dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing.

“Jadi sesuaikan investasi yang dipilih dengan tujuan kita, saat ini kita lagi mau apa sih, yang jadi prioritas buat kita apa?” tegasnya lagi.

Meski begitu ia tetap mengingatkan berinvestasi menggunakan uang THR sebaiknya dilakukan setelah menyelesaikan kewajiban yang dimiliki, semisal zakat atau utang jika ada. Tips mengelola serupa juga disampaikan juga oleh perencana keuangan Eko Endarto.

Menurutnya uang THR sedari awal memang diperuntukkan sebagai tambahan biaya di luar gaji untuk mengatasi kebutuhan yang biasanya meningkatkan jelang Hari Raya. Walaupun menurutnya kondisi ini jarang terjadi, namun jika uang THR yang diterima masih memiliki sisa alias berlebih, yang bersangkutan bisa menggunakan dana tersebut untuk investasi.

Menurutnya investasi dengan sisa THR merupakan pilihan yang bagus mengingat dana ini merupakan pendapatan di luar gaji alias tambahan uang. Artinya jika uang ini habis pun, kondisi keuangan yang bersangkutan tidak akan terpengaruh.

“Agak jarang berlebihan (ada sisa THR). Sebab saat hari besar jenis pengeluaran bertambah dan harga-harga juga naik. Tapi kalau bisa ya bagus, investasikan kemana saja (sesuai kebutuhan) nggak masalah. Tapi kalau dibuat prioritas, lunasi utang dulu baru investasi,” terangnya

Tentu menurutnya pemanfaatan THR untuk investasi ini sebaiknya dilakukan setelah yang bersangkutan melaksanakan kewajiban seperti melunasi utang-utang jika memang ada.

Setelah membayar utang, jika dirasa perlu yang bersangkutan juga bisa menggunakan uang THR yang diterimanya untuk belanja kebutuhan Lebaran. Semisal untuk ongkos mudik bagi yang pulang kampung atau sekedar membeli baju baru, dan lainnya.

“Alokasi dan prioritas THR idealnya pertama untuk mengurangi utang kalau ada. Kedua baru untuk kebutuhan lebaran, mulai dari biaya mudik kalau mudik dan biaya prioritas lainnya,” kata Eko.

Namun perlu diingat dana yang bisa dihabiskan ini hanya sebatas THR yang diterima, bukan keseluruhan uang yang dimiliki termasuk yang berasal dari gaji. “Gaji sebagian harus disisihkan untuk kebutuhan hidup setelah Lebaran. Sebab biasanya gaji bulanan diberikan bareng sama THR,” tegasnya.

Simak juga Video: Sanksi Bagi Perusahaan yang Tak Bayar THR: Teguran-Pembatasan Usaha

[Gambas:Video 20detik]

(fdl/fdl)



Sumber : finance.detik.com

Investasi Uang THR Lebaran, Enaknya Kemana Ya?

Jakarta

Jelang lebaran, uang THR (Tunjangan Hari Raya) akan diberikan kepada pekerja atau karyawan. Jika ingin mengelolanya dengan bijak, ada baiknya detikers menyisihkan uang THR untuk diinvestasikan.

Investasi sendiri dapat menjadi cara untuk mencapai tujuan keuangan, seperti pendidikan anak hingga dana pensiun. Namun, investor juga perlu menimbang keuntungan dan risiko yang didapat. Berikut rekomendasi sarana investasi dari THR Lebaran.

Investasi THR Lebaran

Setelah menggunakan THR untuk keperluan seperti membayar cicilan, membeli kebutuhan pokok, membeli pakaian baru hingga zakat, detikers dapat menyisihkan uang THR untuk berinvestasi emas, reksadana, atau deposito. Berikut penjelasan mengenai masing-masing sarana investasi tersebut.


1. Emas

Emas merupakan salah satu investasi dengan risiko yang rendah. Menurut Perencana Keuangan dari Advisors Alliance Group, Andy Nugroho, emas bisa dibeli dari jumlah yang kecil, mulai dari 0,5 gram.

Ketika berinvestasi emas, perlu dipahami bahwa emas merupakan instrumen investasi yang membutuhkan waktu panjang. Sehingga, tidak bisa satu atau da bulan meraup keuntungan.

Menurut Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Teja Sari, fluktuasi emas masih dibilang tidak besar. Harganya akan meningkat jika terjadi kondisi krisis atau tekanan di pasar saham

2. Reksa dana

Mengutip laman OJK, dalam skema investasi reksa dana, ada Manajer Investasi (MI) yang mengatur ke mana uang akan diinvestasikan. Dengan reksa dana, risiko investasi akan disebar ke berbagai produk atau instrumen. Hal ini membuat risikonya menjadi lebih rendah.

Besaran imbal hasilnya akan mengikuti produk reksa dana yang dipilih. Menurut Teja, reksa dana pasar uang mempunyai pergerakan yang relatif dan selalu positif. Meski, target return lebih kecil dibandingkan reksa dana lainnya. Sebelum berinvestasi, calon pembeli harus memahami risiko-risiko dan keuntungan yang bisa didapat ketika membeli produk reksadana.

3. Saham

Investasi saham dapat menghadirkan keuntungan saat perekonomian sedang tumbuh. Menurut Indonesia Value Investor, Rivan Kurniawan, ketika mulai berinvestasi saham, para investor bisa menikmati deviden yang kerap diberikan setiap tahunnya.

Namun, perlu diingat bahwa investasi saham tak selalu menguntungkan. Ada momen naik turun yang akan dialami investor.

Rivan mengatakan, ketika masuk ke instrumen tersebut usahakan untuk menginvestasikan dana pada saham blue chip dengan kondisi keuangan prima. Hindari berinvestasi di saham ‘gorengan’ sebab bisa membuat rugi. Menurut Andy, investasi saham bisa menjadi pilihan bagi orang-orang yang sudah berpengalaman dalam dunia investasi dan memiliki toleransi risiko yang tinggi.

4. Deposito

Deposito juga bisa menjadi salah satu investasi risiko rendah yang bisa dipilih. Deposito adalah salah satu produk penyimpanan uang di bank dengan sistem setoran. Penarikan uang dari deposito hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu.

Bagi detikers yang ingin menggunakan produk syariah bisa memilih deposito syariah. Deposito ini tidak menggunakan bunga melainkan prinsip bagi hasil. Besarannya sudah ditetapkan dalam akad ketika pembukaan produk, yaitu berupa presentase yang berfluktuasi mengikuti kinerja dan juga perolehan keuntungan bank pada jangka waktu tertentu.

Itulah empat sarana investasi yang bisa dipilih untuk mengalokasikan sebagian uang THR. Sebelum berinvestasi pastikan kamu sudah menimbang dan mengetahui kemungkinan risiko yang didapat ya.

(elk/row)



Sumber : finance.detik.com

BRI Beri Tips Cerdas Sambut Mudik dan Lebaran


Jakarta

Mudik hari raya Idul Fitri menjadi salah satu momen yang dinanti-nanti oleh masyarakat Indonesia. Untuk memeriahkan momen tersebut, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI senantiasa berkomitmen untuk memberikan layanan terbaik melalui jaringan terluas di seluruh penjuru Indonesia.

Bersamaan dengan itu, BRI juga menawarkan berbagai promo sekaligus tips cerdas untuk menyambut mudik dan lebaran tahun ini.


1. Rencanakan Anggaran dengan Cermat

Sebelum memulai perjalanan mudik dan merayakan lebaran, penting untuk membuat rencana anggaran yang detail. Hitung semua biaya yang mungkin timbul, termasuk tiket transportasi, penginapan, makanan, oleh-oleh, dan dana darurat.

Dengan adanya promo spesial dari BRI yang menawarkan diskon hingga 50%, cashback hingga 50%, dan penawaran beli 1 dapat 2 di berbagai merchant pilihan, masyarakat dapat memanfaatkan penawaran ini untuk menghemat pengeluaran.

2. Pastikan Saldo Uang Elektronik Anda Tercukupi

Bagi pemudik yang menggunakan jalan Tol menuju kampung halaman, tentunya BRIZZI sebagai uang elektronik dapat digunakan mengakses seluruh ruas tol di Indonesia.

BRI memberikan kemudahan dalam proses Top Up BRIZZI yang dapat dilakukan melalui BRImo.

BRI juga berkomitmen membuat pemudik semakin nyaman dengan memberikan layanan penjualan kartu BRIZZI di 132 titik rest area.

3. Prioritaskan Keamanan Transaksi Finansial

Selama melakukan perjalanan mudik dan liburan Lebaran, menjaga keamanan transaksi finansial menjadi hal yang sangat penting.

Disarankan untuk menggunakan metode pembayaran yang aman dan nyaman, seperti Kartu Debit BRI dan layanan BRImo.

Selain itu, hindari membawa terlalu banyak uang tunai dan tetap waspada terhadap potensi penipuan atau aktivitas mencurigakan, terutama di lokasi-lokasi yang ramai.

4. Pulsa dan Paket Data Aman, Silaturahmi Makin Terjaga

Di era digital saat ini, koneksi internet sudah menjadi kebutuhan yang utama. Terutama saat mudik, koneksi internet sangat penting di antaranya untuk berkomunikasi dengan keluarga jauh, mengakses hiburan saat mudik, serta dapat digunakan untuk akses digital maps.

BRI berkomitmen untuk membantu para pemudik dengan menyediakan promo bonus paket data s/d 15 GB dan bonus pulsa s/d Rp10.000 dengan pembelian melalui BRImo.

5. Tabung THR yang Kamu Terima

Momen silaturahmi saat lebaran identik dengan pemberian Tunjangan Hari Raya (THR). Momen ini tentunya menjadi salah satu yang dinantikan oleh banyak orang.

Namun, pemberian THR secara tunai dapat mengakibatkan alokasi yang tidak optimal dan meningkatkan risiko kehilangan jika tidak dikelola dengan baik.

BRI dengan jaringan terluas, hadir dengan mesin Cash Recycle Machine (CRM) atau Mesin Setor dan Tarik Tunai yang tersebar di seluruh Indonesia.

Dengan menggunakan mesin CRM BRI, kita bisa langsung menabung THR kapanpun serta mengelola uang yang sudah disetorkan lebih bijak dengan BRImo.

Terkait dengan hal tersebut, Direktur Retail Funding and Distribution BRI Andrijanto mengungkapkan bahwa perseroan berkomitmen penuh untuk memenuhi kebutuhan perbankan masyarakat dalam periode libur lebaran 2024.

“BRI memastikan keandalan jaringan, promo promo merchant serta complaint handling untuk menemani dapat menikmati momen mudik dan lebaran tahun ini dengan lebih tenang dan bahagia,” ujar Andrijanto dalam keterangan tertulis, Minggu (7/4/2024).

(prf/ega)



Sumber : finance.detik.com

Stop Lakukan 5 Kesalahan Ini Jika Mau Lepas dari Jeratan Generasi Sandwich


Jakarta

Sandwich generation merupakan istilah yang kerap digunakan untuk mereka yang harus menanggung beban dalam membiayai orang tuanya, dirinya sendiri, dan juga anak-anaknya. Bagi mereka, bukan perkara mudah untuk bisa merdeka secara finansial.

Meski tidak semua orang mengeluh menjadi sandwich generation, namun sebagian besar orang cenderung ingin terbebas dari sandwich generation. Apalagi bagi mereka yang baru meniti karier, lulusan baru, hingga orang tua baru.

5 Kesalahan Keuangan:

1. Tidak Membuat Anggaran/Budgeting

Tidak membuat anggaran sebenarnya adalah salah satu kesalahan terbesar dalam manajemen keuangan. Hal ini merupakan yang paling sederhana namun paling sering diabaikan.


Buat kebiasaan baru dan mulai catat pengeluaran-pengeluaranmu, sampai sekecil apa pun seperti bayar parkir di minimarket, jajan makanan lewat aplikasi online, hingga top up e-wallet, dengan menggunakan aplikasi, software di komputer, atau secara manual di buku tulis, apapun cara yang paling nyaman.

Dengan mencatat pengeluaran, kamu bisa langsung mengidentifikasi kategori pengeluaran yang perlu kamu perhatikan. Setelah itu, buat budgeting dan pastikan setiap bulannya kamu tidak jauh melebihi angka yang sudah kamu tentukan.

Jika pengeluaran kamu sudah stick to the budget, pasti akan lebih mudah untuk menyisihkan uang untuk ditabung.

2. Mengabaikan Dana Darurat

Memang, bukan sesuatu yang mudah untuk menyiapkan dana darurat, apalagi kalau pengeluaran tidak diatur. Tapi dana darurat itu penting banget! Simpanan uang ini lah yang akan melindungi dari berbagai kejadian yang tak terduga.

Misalnya kehilangan pekerjaan tetap, gadget atau alat elektronik di rumah yang rusak, atau juga keadaan darurat medis. Dana darurat sendiri sebaiknya tidak boleh digabungkan dengan tabungan, karena sifatnya adalah pendukung keadaan darurat.

Saat keadaan keuangan sudah stabil, coba perlahan sisihkan uang untuk dana darurat. Idealnya jumlah dana darurat adalah 1 tahun pendapatan, namun jika masih terasa berat, kamu bisa mulai perlahan dari tiga bulan pendapatan sampai enam bulan pendapatan.

Selain itu, coba juga untuk menyimpan dana darurat di instrumen keuangan yang bisa memberikan bunga namun dengan minim risiko, tapi pastikan juga dana bisa ditarik kapan saja karena dana darurat harus bisa ditarik secara mendadak.

3. Tidak Merencanakan Masa Depan

Motto YOLO (You Only Live Once) memang bagus untuk mereka yang ingin berpetualang dan mencoba banyak kesempatan. Namun demikian, hal ini tidak untuk urusan keuangan.

Sama halnya dengan membuat anggaran, merencanakan masa depan juga penting. Memproyeksikan keinginan baik jangka pendek, menengah, dan panjang dapat membantu untuk lebih memprioritaskan anggaran-anggaran bulananmu.

Dari hal kecil seperti ganti gadget, sampai hal yang besar seperti membeli rumah, pendidikan anak-anak, dan merencanakan pensiun. Tanpa rencana keuangan yang jelas, kamu akan kebingungan dan ragu untuk mengambil langkah yang tepat saat keadaan keuangan kamu sudah stabil. Ambil waktu untuk menetapkan tujuan keuanganmu dan buat rencana untuk mencapainya.

4. Pengelolaan Utang yang Tidak Baik

Hutang beragam bentuknya, namun yang paling sering ditemui adalah hutang kepada bank melalui kartu kredit. Penggunaan kartu kredit yang tidak bertanggung jawab dapat menyebabkan tagihan yang menggunung karena bunga yang tinggi.

Saat pengeluaran bulanan sudah stabil, upayakan untuk membayar tagihan kartu kredit secara penuh setiap bulan dan hindari mengambil hutang tambahan kecuali benar-benar diperlukan. Prioritaskan pelunasan hutang untuk menghindari siklus hutang yang berkepanjangan. Untuk mengambil keputusan keuangan yang ‘lebih serius’, pastikan utang-utangmu sudah terlunasi.

5. Tidak Berinvestasi

Mungkin sebagian orang berpikir, investasi itu hanyalah untuk mereka yang paham akan saham, reksa dana, dan instrumen-instrumen lainnya. Namun sebenarnya, ada cara sederhana untuk berinvestasi.

Jika kondisi keuangan sudah stabil, kamu bisa mulai mempertimbangkan langkah-langkah sederhana yang dapat membantu keuangan ‘bertumbuh’ seiring waktu melalui investasi. Bisa dengan membuka deposito atau sejenisnya, yang bisa memberikanmu bunga yang cukup signifikan.

Dalam mengelola keuangan, penting untuk menghindari kesalahan-kesalahan di atas agar tabungan tetap aman dan berkelanjutan. Dengan memperbaiki kebiasaan keuangan, perlahan tapi pasti, kamu dapat mencapai kestabilan keuangan dalam jangka panjang.

Jangan mewariskan hutang atau beban ke anak cucu, wariskanlah good financial habit! Bye, sandwich generation, Hello financial freedom!

(shc/ara)



Sumber : finance.detik.com

Belum Punya Dana Darurat? Ini 5 Tips Kumpulkan Uang buat Jaga-jaga


Jakarta

Dana darurat merupakan dana yang disiapkan untuk dapat digunakan dalam keadaan darurat. Simpanan ini berperan penting sebagai perlindungan dari berbagai kejadian yang tak terduga di masa mendatang.

Dana darurat sebaiknya tidak boleh digabungkan dengan tabungan, karena sifatnya adalah pendukung keadaan darurat. Menyiapkan dana darurat memang bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kalau pengeluaran tidak diatur.

Tips Kumpulkan Dana Darurat:


1. Tentukan Tujuan Utama Memiliki Dana Darurat

– Menetapkan jumlah dana darurat yang dibutuhkan
– Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah dana darurat

2. Rencana Pengeluaran dan Penghematan

– Membuat daftar pengeluaran bulanan
– Mengidentifikasi area penghematan untuk mengalokasikan ke dana darurat

3. Pilih Metode Tabungan yang Tepat

– Memilih rekening tabungan atau investasi yang sesuai
– Keuntungan dan kerugian dari setiap opsi tabungan
– (Hyperlink to Allo Grow’s product & promo page)

4. Automatisasi Proses Menyisihkan Dana Darurat

– Menggunakan fitur otomatisasi dari bank atau aplikasi keuangan
– Atau menyisihkan jumlah yang pasti setiap bulannya

5. Review Secara Berkala

– Mengadaptasi rencana sesuai dengan perubahan kehidupan atau keuangan

Memiliki dana darurat adalah langkah penting dalam memastikan kestabilan keuangan kita dan dana darurat juga memberikan ketenangan pikiran dan keamanan finansial dalam menghadapi ketidakpastian masa depan.

Cobalah untuk perlahan sisihkan uang dana darurat. Idealnya, jumlah dana darurat adalah 1 tahun pendapatan, namun jika masih terasa berat, kamu bisa mulai perlahan dari 3 bulan pendapatan sampai 6 bulan pendapatan.

Jika setiap bulannya kamu sudah berhasil menyisihkan uang untuk dana darurat, dan masih ada uang yang bisa ditabung, pastikan kamu menabung di tempat yang minim risiko namun tinggi keuntungan. Selamat mencoba dan semoga beruntung!

(shc/ara)



Sumber : finance.detik.com