Kisah Suraqah bin Malik dalam Hijrah Nabi Muhammad
Jakarta –
Suraqah bin Malik adalah salah satu sahabat Rasulullah yang kisahnya sangat terkenal dalam sejarah hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah. Namanya tercatat sebagai sosok yang awalnya mengejar Nabi karena tergiur iming-iming harta, namun kemudian justru mendapat hidayah dan menjadi pembela Islam.
Perjalanan hidup Suraqah bin Malik menggambarkan perubahan besar dari cinta dunia menuju cinta kepada Rasulullah. Kisahnya menjadi pelajaran berharga tentang keimanan, mukjizat, dan janji Allah yang selalu benar.
Dari Cinta Harta Menjadi Cinta Rasulullah
Dikutip dari buku Kisah Teladan dan Hikmah Terbaik Para Sahabat Rasulullah SAW oleh Mutthia Asma’ dan Junaidil Awani, kisah Suraqah bin Malik merupakan salah satu cerita yang penuh hikmah dalam sejarah Islam. Sosok ini dikenal sebagai sahabat Rasulullah, meski awalnya ia justru berangkat untuk menangkap Nabi karena tergiur oleh imbalan dunia.
Saat Rasulullah dan Abu Bakar Ash-Shiddiq melakukan perjalanan hijrah menuju Madinah, kaum Quraisy kehilangan jejak keduanya. Mereka pun mengumumkan sayembara besar dengan hadiah 100 ekor unta bagi siapa pun yang berhasil menangkap Rasulullah.
Berita ini sampai kepada Suraqah bin Malik yang saat itu sedang bersama kaumnya di Qudaid. Ia segera menaruh ambisi besar untuk mendapatkan hadiah tersebut, namun menyembunyikan niatnya dari orang lain.
Ketika seorang lelaki mengatakan bahwa ia melihat tiga orang yang diduga Rasulullah, Abu Bakar, dan seorang penunjuk jalan, Suraqah langsung membantah. Ia pura-pura mengatakan bahwa mereka hanyalah kabilah lain yang sedang mencari unta hilang agar tidak ada orang lain yang mengejar.
Begitu suasana tenang, Suraqah menyiapkan kuda terbaiknya untuk mengejar Rasulullah. Keahliannya dalam menunggang kuda dan melacak jejak membuatnya yakin bisa menangkap beliau lebih dulu.
Namun, perjalanan itu tidak berjalan mulus. Saat ia memacu kudanya mendekat ke arah Rasulullah, tiba-tiba kaki kudanya terperosok ke tanah hingga membuatnya terpelanting.
Ia bangkit kembali dan mencoba mendekat, tetapi kudanya justru terperosok lebih dalam. Dalam keadaan sulit, Suraqah akhirnya memohon doa Rasulullah agar kudanya bisa bangkit kembali.
Rasulullah pun berdoa, dan kuda Suraqah benar-benar bisa bebas. Meski begitu, saat mencoba mendekat untuk ketiga kalinya, kudanya kembali tersungkur lebih parah hingga ia benar-benar menyerah.
Peristiwa itu membuka mata Suraqah bahwa ada pertolongan Allah yang menjaga Rasulullah. Ia pun luluh, lalu menghampiri Nabi dengan niat berbeda dan menawarkan perbekalannya.
Rasulullah menolak pemberian tersebut dan hanya menyuruh Suraqah pulang. Namun, Suraqah berjanji akan menghalangi orang Quraisy lain yang masih berusaha mencari jejak Rasulullah.
Nabi senang dengan janji itu, bahkan memberikan kabar gembira kepada Suraqah. Beliau bersabda bahwa suatu saat Suraqah akan memakai gelang milik Kisra, Kaisar Persia.
Waktu terus berjalan, dan meski sejak peristiwa itu Suraqah membenarkan kenabian Rasulullah, ia baru benar-benar masuk Islam setelah Fathu Makkah. Ia kemudian hidup sebagai sahabat Nabi yang setia hingga akhir hayatnya.
Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, janji Rasulullah terbukti nyata. Setelah Persia ditaklukkan, harta rampasan perang dibawa ke Madinah, dan Umar memakaikan gelang Kisra kepada Suraqah bin Malik, sehingga genaplah nubuwat Rasulullah dalam kisah yang agung ini.
(hnh/kri)
