Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1164

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1165

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1166

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1177

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1164

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1165

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1166

Warning: Trying to access array offset on false in /app/wp-content/themes/publisher/includes/libs/bs-theme-core/theme-helpers/template-content.php on line 1177

Surah At-Takatsur Bacaan dan Kandungannya tentang Peringatan Lalai karena Harta


Jakarta

Surah at-Takatsur adalah salah satu surah dalam Al-Qur’an yang mengingatkan manusia agar tidak terlena dengan kesibukan mengejar harta dan kemegahan dunia. Para ulama berbeda pendapat tentang tempat turunnya surah ini, apakah termasuk Makkiyah atau Madaniyah.

Perbedaan itu dijelaskan dalam buku Al-Itqan fi Ulumil Qur’an: Samudra Ilmu-Ilmu al-Qur’an karya Imam Jalaluddin al-Suyuthi. Sebagian besar ulama mengatakan surah ini termasuk Makkiyah, namun ada juga yang berpendapat surah ini Madaniyah.

Pendapat bahwa surah ini Madaniyah didasarkan pada hadits riwayat Ibnu Abu Hatim dari Ibnu Buraidah, yang menjelaskan bahwa surah ini turun berkenaan dengan dua kabilah dari kaum Anshar yang saling berbangga. Riwayat lain dari Qatadah menyebutkan bahwa surah ini turun berkaitan dengan orang-orang Yahudi.


Imam Bukhari meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, “Seandainya manusia memiliki satu lembah dari emas, maka ia akan menginginkan lembah emas yang lain, hingga akhirnya turun surah at-Takatsur (Alhaakumut-takaatsur).”

Imam at-Tirmidzi juga meriwayatkan dari Ali, “Dahulu kami masih ragu tentang adanya azab kubur, sampai turun surah ini. Azab kubur hanya disebutkan di Madinah, sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih tentang kisah orang Yahudi.”

Bacaan Surah At-Takatsur 1-8

اَلْهٰىكُمُ التَّكَاثُرُۙ – ١

Arab latin: al-hākumut-takāsur
Artinya: Bermegah-megahan telah melalaikan kamu,

حَتّٰى زُرْتُمُ الْمَقَابِرَۗ – ٢

Arab latin: ḥattā zurtumul-maqābir
Artinya: sampai kamu masuk ke dalam kubur.

كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَۙ – ٣

Arab latin: kallā saufa ta’lamụn
Artinya: Sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui (akibat perbuatanmu itu),

ثُمَّ كَلَّا سَوْفَ تَعْلَمُوْنَ – ٤

Arab latin: Summa kallā saufa ta’lamụn
Artinya: kemudian sekali-kali tidak! Kelak kamu akan mengetahui.

كَلَّا لَوْ تَعْلَمُوْنَ عِلْمَ الْيَقِيْنِۗ – ٥

Arab latin: kallā lau ta’lamụna ‘ilmal-yaqīn
Artinya: Sekali-kali tidak! Sekiranya kamu mengetahui dengan pasti,

لَتَرَوُنَّ الْجَحِيْمَۙ – ٦

Arab latin: latarawunnal-jaḥīm
Artinya: niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahim,

ثُمَّ لَتَرَوُنَّهَا عَيْنَ الْيَقِيْنِۙ – ٧

Arab latin: Summa latarawunnahā ‘ainal-yaqīn
Artinya: kemudian kamu benar-benar akan melihatnya dengan mata kepala sendiri,

ثُمَّ لَتُسْـَٔلُنَّ يَوْمَىِٕذٍ عَنِ النَّعِيْمِ ࣖ – ٨

Arab latin: Summa latus`alunna yauma`izin ‘anin-na’īm
Artinya: kemudian kamu benar-benar akan ditanya pada hari itu tentang kenikmatan (yang megah di dunia itu).

Kandungan Surah At-Takatsur 1-8

Menurut Tafsir Al-Azhar susunan Buya Hamka, Surah At-Takatsur berisi peringatan tentang manusia yang terlena oleh sikap bermegah-megahan.

Ayat pertama, “Kamu telah diperlalaikan oleh bermegah-megahan”, menjelaskan bahwa manusia sering lalai dari tujuan hidup sejati, melupakan hubungan dengan Allah, dan hanya sibuk mengejar harta, kedudukan, serta keturunan. Padahal semua itu hanyalah sementara.
Ayat kedua, “sehingga kamu melawat ke kubur-kubur”, mengingatkan bahwa pada akhirnya manusia akan mati. Segala harta, pangkat, dan kebanggaan akan ditinggalkan. Kubur adalah pintu menuju akhirat, tempat semua kesenangan dunia tidak lagi berarti.

Pada ayat 3 dan 4 ditegaskan dengan kalimat “Sekali-kali tidak!” bahwa sikap bermegah-megahan tidak bermanfaat. Semua baru disadari ketika masuk alam kubur, lalu dilanjutkan ke Barzakh dan Hari Kiamat, saat manusia menyaksikan bahwa hanya amal yang bernilai di sisi Allah.

Ayat 5 hingga 7 menjelaskan bahwa jika manusia mau memahami hidup dengan pengetahuan yang benar dan yakin pada petunjuk Rasulullah SAW, maka akan terbuka kesadaran tentang neraka sebagai balasan bagi yang ingkar. Keyakinan ini akan semakin kuat, hingga di akhirat nanti manusia melihat dengan mata kepala sendiri kebenaran yang dahulu hanya diyakini.

Ayat terakhir, “Kemudian kamu pasti akan ditanya pada hari itu tentang segala nikmat” (ayat 8), menjadi penutup sekaligus kunci peringatan. Semua nikmat seperti harta, kedudukan, kesehatan, pendengaran, dan penglihatan akan dimintai pertanggungjawaban. Seperti dijelaskan oleh Ibnu Abbas, Ibnu Jarir, Mujahid, dan Qatadah, seluruh nikmat duniawi akan ditanya dari mana diperoleh, bagaimana digunakan, dan apakah disyukuri atau justru melalaikan dari Allah.

Kesimpulannya, manusia hendaknya berhati-hati dalam menikmati nikmat dunia, selalu bersyukur, dan tidak lupa kepada Sang Pemberi Nikmat.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. Accept Read More