Tag Archives: 2021

10 SMA Terbaik di Tangerang Selatan Versi Nilai UTBK, Ada Nomor 1 di RI!


Jakarta

Sekolah terbaik tentu menjadi impian para orang tua. Nah untuk mengetahui daftar sekolah terbaik di Tangerang Selatan, detikers bisa melihat peringkat bernama Top 1.000 Sekolah sebagai salah satu referensi.

Top 1.000 Sekolah adalah peringkat yang dirilis oleh Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT). Terakhir, LTMPT merilis peringkat sekolah terbaik berdasarkan nilai UTBK tahun 2022.


Menurut laman LTMPT, Tangerang Selatan merupakan ditempati sekolah terbaik di Indonesia. Salah satu sekolah di Tangsel bahkan meraih peringkat 1 dalam 2 tahun berturut-turut. Penasaran? Simak di bawah ini.

MAN Insan Cendekia Serpong Peraih Predikat Sekolah Terbaik di Indonesia

MAN Insan Cendekia Serpong meraih predikat sekolah terbaik se-Indonesia. Madrasah ini diketahui meraih peringkat pertama dalam dua tahun berturut-turut.

Pada UTBK 2021, MAN Insan Cendekia meraih rerata nilai UTBK 637,807. Kemudian pada UTBK 2022, nilai ini meningkat menjadi 666,494.

10 SMA Terbaik di Tangerang Selatan

Berikut daftar 10 SMA terbaik di Tangerang Selatan:

1. MAN Insan Cendekia Serpong

Ranking nasional: 1
Nilai UTBK 2022: 666,494

2. SMAS Penabur Bintaro

Ranking nasional: 88
Nilai UTBK 2022: 582,565

3. SMAN 2 Kota Tangerang Selatan

Ranking nasional: 152
Nilai UTBK 2022: 566,320

4. SMA Islam Sinar Cendekia

Ranking nasional: 233
Nilai UTBK 2022: 556,066

5. SMAS Islam Al-Azhar BSD

Ranking nasional: 242
Nilai UTBK 2022: 555,363

6. SMAS Plus Pembangunan Jaya

Ranking nasional: 257
Nilai UTBK 2022: 553,355

7. SMAN 3 Kota Tangerang Selatan

Ranking nasional: 412
Nilai UTBK 2022: 537,388

8. SMA Islam Terpadu Auliya

Ranking nasional: 426
Nilai UTBK 2022: 536,610

9. SMA Global Islamic School 2

Ranking nasional: 473
Nilai UTBK 2022: 533,768

10. MAN 1 Kota Tangerang Selatan

Ranking nasional: 567
Nilai UTBK 2022: 528,947

Syarat Pendaftaran SPMB Provinsi Banten Jenjang SMA

Biasanya, pemerintah provinsi atau Kementerian Agama yang menaungi sekolah, di samping masing-masing sekolah bersangkutan, akan merilis ketentuan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) mendekati momen-momen pendaftaran. Sementara, berikut syarat pendaftaran SPMB tahun lalu sebagai acuan:

1. Calon murid baru dari luar provinsi wajib melampirkan surat keterangan dari satuan pendidikan asal (SMP/MTs), lalu melakukan verifikasi dan validasi dokumen pendaftaran ke Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah satuan pendidikan yang dituju

2. Calon murid baru dari satuan pendidikan di luar negeri dengan kurikulum nasional wajib melampirkan surat keterangan dari Satuan Pendidikan asal (SILN) dan melakukan verifikasi dan validasi dokumen pendaftaran ke KCD Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah satuan pendidikan yang dituju

3. Calon murid baru dari luar negeri yang menggunakan kurikulum internasional diwajibkan melampirkan surat rekomendasi dari Kementerian Pendidikan. Surat rekomendasi izin belajar dari Direktur Jenderal yang membidangi Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah untuk calon peserta didik baru SMAN. Validasi dokumen KCD Pendidikan dan Kebudayaan Wilayah juga diperlukan.

Itulah 10 SMA terbaik di Tangerang Selatan. Ada sekolah impianmu?

(nir/twu)



Sumber : www.detik.com

Ekosistem Pendidikan Indonesia: Bodoh Serasa Pintar



Jakarta

Pendidikan adalah hal fundamental setiap individu. Pendidikan yang identik dengan pengetahuan tentu saja merupakan salah satu faktor utama kesejahteraan. Dalam setiap individu, keluarga, kelompok masyarakat bahkan negara pendidikan harus menjadi hal yang mendapat perhatian khusus. Pendidikan yang baik akan menghasilkan manusia yang baik, manusia yang baik akan menciptakan kehidupan yang baik.

Dalam hal menciptakan pendidikan yang baik tentunya ada banyak faktor yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah aktor pendidikan seperti guru, pelajar, personel sekolah, personel intitusi yang menaungi sekolah dan lainnya. Merekalah yang menjadi penggerak segala instrumen pendidikan yang ada.

Dan pengaruh aktor pendidikan sangat besar dalam mewujudkan pendidikan yang berkualitas. Sebagus apapun fasilitas pendidikan, sebanyak apapun dana untuk pendidikan jikalau terdapat masalah dalam aktor pendidikan maka harapan yang diinginkan tidak akan dapat tercapai.


Aktor pendidikanlah yang menciptakan ekosistem pendidikan. Negara maju lahir karena pengelolaan pendidikan yang baik. Selain dukungan dalam bentuk fasilitas dan finansial tentu saja peningkatan kualitas aktor pendidikan sangat diperhatikan oleh negara-negara maju. Lantas apa permasalahan pendidikan Indonesia sehingga belum bisa meraih pencapaian seperti negara-negara lainnya? Apakah ada yang salah dengan aktor pendidikan di Indonesia?

Salah satu permasalahan ekosistem pendidikan di Indonesia adalah budaya belas kasih yang berlebihan. Sejak pendidikan dasar setiap siswa seperti sudah terjamin kelulusannya. Sangat jarang kita dapati siswa yang tidak naik kelas atau tidak lulus dari sekolah. Akan tetapi apakah nilai yang diberikan sesuai dengan pencapaian yang di raih dalam pembelajaran? Bahkan di bangku sekolah menengah pun ada siswa yang tetap diluluskan walaupun jarang masuk kelas.

Namun, timbul juga pertanyaan. Bukankah tetap ada perbedaan nilai antara yang memang layak dan tidak layak? Bukankah nilai yang diberikan kepada siswa yang tidak mahir adalah nilai pas-pasan? Artinya setiap siswa tetap mendapatkan nilai sesuai dengan kemampuan dan haknya.

Jika kriteria ketuntasan minimal di salah satu sekolah adalah 60 dan siswa yang bahkan jarang masuk kelas diberikan nilai 60, apakah benar penguasaan materi dari siswa tersebut adalah 60% dari 100% yang disampaikan oleh guru? Padahal pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan mungkin tidak sampai 50% dari seluruh materi.

Walaupun angka di ujian semester menunjukkan fakta yang sebenarnya akan ketidakmampuan dari siswa, di akhir cerita angka rapor tetap berbeda. Dan lulus dari sebuah mata pelajaran, mendapatkan pengakuan bahwa menguasai mata pelajaran adalah hal yang sangat mudah untuk didapatkan.

Hal seperti inilah yang membuat anak-anak Indonesia merasa pintar dalam kebodohannya. Sejak kecil memang sudah didukung untuk mendapatkan validasi palsu. Pengakuan di atas ketidakmampuan. Bahkan di jenjang perguruan tinggi pun hal ini juga dapat kita jumpai.

Ekosistem seperti ini sudah terasa normal di Indonesia. Terlebih lagi sejumlah institusi pendidikan sengaja meninggikan nilai dari siswa-siswanya untuk akreditasi sekolah. Lengkaplah sudah ekosistem negatif yang ada di pendidikan Indonesia. Dan tentunya ekosistem negatif ini tercipta oleh para aktor pendidikan.

Ketika masa belajar telah usai, barulah dampak negatifnya tampak kontras. Ketidaktahuan dalam sejumlah pengetahuan dan ketidakmampuan dalam praktik di dunia kerja. Dan nilai-nilai yang ditorehkan di atas kertas tidaklah berarti apa-apa setelahnya. Mental serba mudah yang dipupuk sejak kecil akan membentuk manusia malas yang enggan berusaha lebih. Ini juga merupakan salah satu penyebab masyarakat Indonesia memiliki mental konsumtif.

Tentunya karakter seperti ini menyebabkan lambatnya bahkan mundurnya perkembangan individu. Dan jumlah individu yang banyak berdampak langsung kepada negara. Pola pikir masyarakat yang terbelakang menciptakan negara yang tertinggal sedangkan pola pikir masyarakat yang cerdas menciptakan negara yang maju.

Jika Indonesia ingin menjadi negara maju maka pendidikan harus menjadi salah satu fokus utama. Permasalahan utama pendidikan seperti ekosistem pendidikan yang tidak baik harus dibenahi hingga tuntas.

Normalisasi pemberian nilai yang tidak sesuai dengan kemampuan adalah hal negatif jangka panjang yang harus dilawan. Kesadaran setiap aktor pendidikan adalah penentu perubahan ini. Dan mari kita tolak normalisasi ini mulai dari diri dan lingkungan kita demi Indonesia yang terpelajar.

*) Faiz Arhasy, pelajar diaspora Indonesia, Awardee Turkiye Scholarship 2021 dan Erasmus+2024 Polandia
*) Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com

(nwk/nwk)



Sumber : www.detik.com