Tag Archives: abdullah bin abdul muthalib

Nama Ayah Nabi Muhammad dan Kisahnya Semasa Kecil



Jakarta

Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Abdullah meninggal dunia saat istrinya, Aminah, mengandung Nabi Muhammad SAW yang baru berusia dua bulan.

Ayah Nabi Muhammad adalah anak dari Kepala Suku Quraisy yang terkenal dan berpengaruh pada saat itu di Mekah yaitu Abdul Muthalib. Meskipun meninggal di usia yang tergolong muda yaitu 25 tahun, beliau memiliki kisah hidup semasa kecil yang dapat dijadikan teladan.

Kisah Abdullah pada Masa Kecil

Menukil buku Kisah Keluarga Rasulullah SAW untuk Anak karya Nurul Idun dkk, semasa kecilnya, Abdullah merupakan anak yang dikenal jujur dan saleh. Padahal ia adalah anak dari pemimpin Quraisy yang sangat terkenal pada masa itu.


Abdullah dikenal juga sebagai seseorang yang mahir dalam memainkan pedang serta berburu. Selain itu, ia juga ahli dalam berniaga seperti mayoritas penduduk Makkah yang juga berniaga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka.

Singkat cerita, nama Abdullah mulai tenar ketika berita tentang penyembelihannya oleh ayahandanya sendiri tersebar. Hal ini dikarenakan nazar yang dilakukan oleh ayahnya, Abdul Muthalib, kepada Allah.

Abdul Muthalib bernazar kepada Allah untuk diberikan kepadanya anak yang banyak dan bisa membantu menjaganya. Sebagai balasannya, nazar ini diniatkan dengan niat akan mengorbankan salah satu putranya jika memang permintaan Abdul Muthalib dikehendaki oleh Allah.

Allah SWT kemudian mengabulkan permintaan Abdul Muthalib tersebut dengan memberikannya anak yang banyak dan semua menjadi penjaganya. Oleh karena itu, nazar yang telah dijanjikan Abdul Muthalib ini harus dipenuhi.

Ketika mendengar berita ini, sontak penduduk Makkah yang sangat mengenal Abdullah ini menolak karena beberapa kekhawatiran. Ayah Nabi Muhammad sebagai pemilik salah satu nasab paling mulia di Makkah saat itu ditakutkan akan menjadi contoh yang ditiru masyarakat yaitu mengorbankan anaknya.

Para pembesar Quraisy sangat takut jika eksekusi ini terjadi maka akan menjadi budaya turun-temurun ke generasi selanjutnya. Oleh karena itu, para pembesar Quraisy berunding, berusaha membujuk, bahkan mencarikan solusi lain atas masalah ini.

Setelah melakukan musyawarah bersama, masalah nazar yang membawa nama Allah ini harus diselesaikan dengan cara yang cukup unik. Mereka mendatangi salah seorang peramal dan meminta nasihat kepada peramal itu.

Peramal memberikan nasihat agar mengundi nama Abdullah bersama nama unta. Jika nama unta yang terpilih maka Abdullah bisa terbebas dari nazar, sebaliknya jika nama Abdullah yang muncul maka setiap namanya dihargai sepuluh unta yang harus disembelih.

Setelah mendengar nasihat itu, akhirnya para pemimpin Quraisy sepakat untuk melakukannya. Melansir buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karangan Abdurrahman bin Abdul Karim, total sepuluh kali nama Abdullah keluar dari undian tersebut.

Pada undian ke sebelas akhirnya nama unta yang keluar menggantikan nama Abdullah yang keluar sepuluh kali berturut-turut. sepuluh dikali sepuluh adalah 100, artinya 100 unta harus disembelih untuk menggantikan Abdullah dari nazar ayahnya Abdul Muthalib.

Abdul Muthalib menyetujui skema pengganti nazar ini dan menyembelih 100 ekor unta. Hasil sembelihan ini selanjutnya dibagikan kepada penduduk Makkah secara merata sebagai bentuk rasa syukur.

Akhir cerita, ayah Nabi Muhammad berhasil terbebas dari nazar penyembelihan dirinya. Abdullah selanjutnya tumbuh besar hingga dewasa dan memiliki putra kandung yang sangat disayangi seluruh umat Islam yaitu Nabi Muhammad SAW.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Ayah Nabi Muhammad Bernama Abdullah, Ini Kisah Hidup dan Wafatnya


Jakarta

Ayah Nabi Muhammad SAW bernama Abdullah bin Abdul Muthalib. Ia merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah Islam.

Sayangnya, Nabi Muhammad SAW tidak pernah bertemu dengan ayahnya. Sebab, Abdullah wafat saat Nabi SAW masih dalam kandungan. Nabi Muhammad SAW tumbuh besar tanpa didampingi oleh ayah kandungnya.

Kisah Ayah Nabi Muhammad yang Hampir Dikorbankan

Dalam buku Kisah Keluarga Rasulullah SAW untuk Anak karya Nurul Idun dkk, diceritakan bahwa Abdullah bin Abdul Muthalib, ayah Nabi Muhammad SAW, dikenal sebagai sosok yang jujur dan saleh sejak kecil.


Sebagai putra dari Abdul Muthalib, seorang pemimpin Quraisy yang sangat dihormati, Abdullah juga dikenal mahir memainkan pedang, berburu, dan berniaga. Kehidupan Abdullah mulai menarik perhatian publik ketika ayahnya, Abdul Muthalib, membuat nazar kepada Allah SWT.

Abdul Muthalib berjanji jika Allah SWT memberinya banyak anak yang kelak akan menjadi penjaganya, ia akan mengorbankan salah satu di antaranya. Nazar ini akhirnya jatuh kepada Abdullah, yang kemudian menjadi pusat perhatian masyarakat Makkah.

Banyak penduduk menentang eksekusi nazar tersebut, karena Abdullah dikenal memiliki nasab yang mulia, dan kekhawatiran muncul jika hal ini akan menjadi contoh buruk bagi generasi berikutnya.

Merangkum dari buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, para pembesar Quraisy kemudian berusaha mencari solusi agar Abdullah tidak dikorbankan.

Mereka mendatangi seorang peramal untuk mencari jalan keluar. Sang peramal menyarankan agar diundi antara Abdullah dan unta. Setiap kali nama Abdullah terpilih, maka sepuluh unta harus disembelih sebagai gantinya.

Setelah sepuluh kali nama Abdullah terpilih dalam undian, akhirnya pada undian ke sebelas nama unta yang keluar, dan dengan demikian Abdullah terbebas dari nazar. Abdul Muthalib kemudian menyembelih 100 ekor unta sebagai ganti pengorbanan anaknya, dan dagingnya dibagikan kepada penduduk Makkah sebagai bentuk rasa syukur.

Abdullah pun tumbuh dewasa dan kelak menjadi ayah dari Nabi Muhammad SAW, sosok yang sangat dihormati dan dicintai oleh umat Islam di seluruh dunia.

Meninggalnya Abdullah Ayah Nabi Muhammad

Menurut buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, ayah Nabi Muhammad SAW, Abdullah bin Abdul Muthalib, meninggal dalam perjalanan kafilah antara Makkah dan Madinah setelah jatuh sakit selama perjalanan tersebut.

Dalam buku Membaca Sirah Nabi Muhammad: Dalam Sorotan Al-Qur’an dan Hadits-hadits Shahih susunan M. Quraish Shihab, disebutkan bahwa Abdullah wafat pada usia yang sangat muda, yaitu delapan belas tahun menurut riwayat yang paling populer. Namun, ada juga riwayat yang menyatakan usianya ketika wafat adalah dua puluh lima atau tiga puluh tahun.

Meskipun meninggal di usia muda, Abdullah tetap merupakan sosok penting dalam sejarah hidup Nabi Muhammad SAW.

Beberapa pendapat mengatakan bahwa Abdullah wafat ketika usia kandungan Nabi Muhammad masih tiga bulan, sementara sumber lain menyebutkan enam bulan, sebagaimana dikemukakan dalam buku Jejak Intelektual Pendidikan Islam karya Zaitur Rahem dan Mengenal Mukjizat 25 Nabi karya Eka Satria P dan Arif Hidayah.

Beberapa bulan setelah kematian Abdullah, pada 12 Rabiul Awal di Tahun Gajah, Rasulullah SAW lahir, tepatnya pada hari Senin. Ini merupakan pendapat mayoritas ulama.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com