Tag Archives: abu syauqina

Orang yang Wajib Membayar Zakat Disebut Muzaki, Begini Ketentuannya


Jakarta

Zakat adalah kewajiban yang harus ditunaikan oleh setiap muslim. Kewajiban zakat disebutkan dalam surah An Nur ayat 56, Allah SWT berfirman:

وَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتُوا۟ ٱلزَّكَوٰةَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.”


Menukil dari buku Panduan Muslim Sehari-hari oleh KH M Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, zakat berasal dari kata ‘zakaa-yazkuu-zakaatan’ yang artinya bersih, baik, tumbuh dan berkembang. Pengertian zakat menurut istilah adalah harta yang wajib dikeluarkan setiap muslim jika telah mencapai nisab dan haul untuk diserahkan kepada orang tertentu yang berhak menerimanya.

Siapa yang Wajib Membayar Zakat?

Diterangkan melalui Fiqih Sunnah oleh Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syauqina, zakat terbagi menjadi dua yaitu fitrah dan mal. Zakat fitrah diwajibkan atas setiap muslim yang memiliki kadar satu sha setelah ia mampu mencukupi makanan pokoknya dan keluarganya pada malam dan siang Hari Raya.

Muslim yang seperti itu wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk dirinya dan orang-orang yang wajib ia nafkahi seperti istri, anak-anak dan para pembantunya.

Sementara itu, zakat mal adalah zakat kekayaan. Zakat ini wajib dibayarkan oleh muslim dengan kekayaan-kekayaan tertentu untuk golongan-golongan yang disyariatkan setelah ia memiliki harta tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Ketentuan bagi Orang yang Wajib Membayar Zakat

Mengutip buku Manajemen Pengelolaan Zakat yang ditulis Nurfiah Anwar, orang yang wajib membayar zakat disebut sebagai muzaki. Ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi muzaki, yaitu:

  • Beragama Islam
  • Merdeka dan buka hamba sahaya
  • Sudah baligh dan berakal sehat

Adapun, syarat khusus yang harus dipenuhi muzakki untuk membayar zakat fitrah di bulan Ramadan yaitu:

  • Islam
  • Lahir sebelum terbenam matahari pada hari penghabisan bulan Ramadan
  • Memiliki kelebihan harta dari keperluan makanan untuk dirinya sendiri dan untuk yang wajib dinafkahinya

Itulah pembahasan mengenai orang yang wajib membayar zakat. Semoga bermanfaat.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Waktu Wukuf yang Benar Sesuai Ketentuan Syariat, Kapan Itu?


Jakarta

Waktu wukuf yang benar sesuai ketentuan syariat perlu dipahami umat Islam. Sebab, wukuf termasuk rangkaian sekaligus rukun ibadah haji.

Menukil dari Al Wajiz fi Fiqh As-Sunnah Sayyid Sabiq oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al Faifi terjemahan Tirmidzi dkk, hukum wukuf di Arafah adalah wajib dan termasuk rukun haji yang agung. Dari Aburrahman bin Ya’mar, Nabi Muhammad bersabda:

“Haji adalah Arafah. Barangsiapa yang datang (ke Arafah) pada malam berkumpul (saat menginap di Muzdalifah atau malam menjelang Hari Raya Id), sebelum terbit fajar, maka dia telah mendapatkan haji.” (HR At Tirmidzi)


Wukuf juga disebut sebagai puncak ibadah haji. Karenanya, rangkaian ini tidak boleh dilewatkan oleh jemaah.

Kapan Waktu Wukuf di Arafah?

Masih dari sumber yang sama, jumhur ulama berpendapat bahwa waktu wukuf dimulai sejak tergelincirnya matahari di hari ke-9 Dzulhijjah sampai terbit fajar pada hari ke-10. Cukup melaksanakan wukuf pada waktu tersebut, baik itu malam atau siang hari.

Namun, jika wukuf pada siang hari maka wajib hukumnya bagi muslim untuk memanjangkan waktu wukuf sampai habis Maghrib. Sementara itu, jika dimulai pada malam hari maka tidak wajib sesuatu baginya.

Waktu pelaksanaan wukuf di Arafah sebetulnya sejak selesai Dzuhur sampai tiba waktu Maghrib. Namun, apabila ada jemaah yang terlambat sampai di Arafah, seperti datang setelah malam hari, selama itu belum terbit fajar jelang Hari Raya Idul Adha maka ia dianggap mendapat wukuf dan hajinya terhitung sah.

Tempat Wukuf yang Disunnahkan

Muslim boleh wukuf di mana saja selama masih berada di wilayah Arafah. Sebab, semua wilayah Arafah adalah tempat wukuf, kecuali Bathnu Arafah.

Selain itu, muslim juga disunnahkan sebisa mungkin untuk wukuf di tanah lapang atau yang dekat dengannya.

Adab Wukuf di Arafah

Mengacu pada buku yang sama, berikut beberapa adab yang perlu diperhatikan muslim ketika wukuf di Arafah.

  1. Dalam keadaan suci
  2. Menghadap kiblat
  3. Perbanyak istighfar, zikir dan doa
  4. Mengangkat kedua tangan
  5. Hendaknya doa diiringi rasa takut dan khusyuk

Doa Wukuf di Arafah

Diterangkan dalam Fiqh as-Sunnah karya Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syauqina, berikut beberapa doa yang bisa dibaca ketika wukuf di Arafah. Doa ini diriwayatkan dari kakek Amr bin Syuaib,

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ بِيَدِهِ الْخَيْرُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Arab latin: La ilaha illallahu wahdahů lå syarîka la-hú, la-hul-mulku wa la-hul- hamdu, bi-yadihil-khairu wa huwa ‘alâ kulli sya’in qadir.

Artinya: “Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, la Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya, la memiliki segala kerajaan dan segala pujian, di tangan-Nyalah segala kebaikan dan la Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (HR Tirmidzi)

Ada juga doa lain yang berasal dari riwayat Ali RA, Rasulullah SAW bersabda:

اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ كَالَّذِي نَقُوْلُ وَخَيْرًا مِمَّا نَقُوْلُ، اللَّهُمَّ لَكَ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي وَإِلَيْكَ مَا بِي وَلَكَ رَبِّ تُرَائِي، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَوَسْوَسَةِ الصَّدْرِ وَشَتَاتِ الْأَمْرِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا تَهُبُّ بِهِ الريح.

Arab latin: Allâhumma lakal-hamdu kalladzi naqûlu wa khairan min mâ naqûlu. Allâhumma la-ka shalāti, wa nusuki wa mahyāya wa mamâti wa ilaika ma abî wa laka rabbî turâtsî. Allâhumma innî a’ūdzu bika min ‘adzâbil- qabrî wa waswasatish-shadri wa syatâtil-amri. Allâhumma innî a’ûdzu bi- ka min syarri mâ tahubbu bi-hi ar-rihu.

Artinya: “Ya Allah, untuk-Mu segala puji seperti pujian yang kami ucapkan kepada-Mu dan lebih baik daripada pujian yang kami ucapkan untuk-Mu. Ya Allah, hanya untuk-Mu salat, ibadah, hidup, dan mati hamba. Hanya kepada-Mu tempat kembali hamba dan hanya untuk-Mu, wahai Tuhanku, segala warisan hamba. Ya Allah, sungguh hamba memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa kubur, bisikan nafsu, dan tercerai-berainya perkara. Ya Allah, hamba memohon perlindungan kepada-Mu dari keburukan tiupan angin.” (HR Tirmidzi)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com