Tag Archives: al

Tak Boleh Ada Permainan Haji, Kita Transparan



Jakarta

Menteri Haji dan Umrah Mochamad Irfan Yusuf (Gus Irfan) bertemu dengan dua syarikah terpilih, Rakeen dan Al-Bait Guest, di Jeddah. Gus Irfan menegaskan penyelenggaraan ibadah haji harus bersih, profesional, dan berorientasi pada jemaah.

“Tidak boleh ada permainan sedikit pun dalam proses pelaksanaan haji. Tidak ada perlakuan khusus kepada pimpinan, perwakilan, maupun pihak mana pun kecuali untuk jemaah Indonesia. Haji tahun ini kita mulai dengan proses yang bersih, transparan, dan akuntabel,” kata Gus Irfan dalam keterangannya di Jeddah, Rabu (15/10/2025).


Gus Irfan menegaskan apabila ada pihak yang mengatasnamakan pimpinan, ataupun kementerian untuk meminta imbalan atau fasilitas, hal tersebut tidak benar dan tidak dapat dibenarkan.

“Kami tidak membutuhkan perlakuan khusus. Kami akan berbaur bersama jemaah. Apabila syarikah memperoleh keuntungan dari kerja sama ini, wujudkanlah dalam bentuk peningkatan pelayanan kepada jemaah,” lanjutnya.

Dalam kesempatan tersebut, Kementerian Haji meminta dukungan kedua syarikah untuk memperjuangkan lokasi terbaik bagi jemaah Indonesia di masyair. Selama dua tahun terakhir, jemaah Indonesia menempati zona 3 dan 4, dan kementerian menegaskan tidak ingin jemaah ditempatkan di zona 5.

“Kami akan dianggap gagal jika jemaah Indonesia masih ditempatkan di zona 5. Karena itu, perjuangkanlah agar jemaah kita mendapatkan tempat terbaik,” ujar Gus Irfan.

Pertemuan tersebut juga menyepakati kerja sama dengan syarikah akan bersifat jangka panjang selama tiga tahun, dengan mekanisme evaluasi rutin setiap penyelenggaraan haji. Kementerian meminta agar syarikah terus meningkatkan kualitas pelayanan, termasuk kapasitas akomodasi, tenda, serta fasilitas sanitasi.

“Kami mendorong kedua syarikah untuk bersaing secara sehat dan terbuka. Evaluasi akan dilakukan setiap tahun, dan apabila ditemukan pelayanan yang tidak sesuai standar, maka dapat diberikan sanksi hingga pemutusan kontrak,” tegasnya.

Gus Irfan juga mengingatkan sejumlah catatan perbaikan dari penyelenggaraan sebelumnya, terutama terkait data jemaah dan beberapa markaz yang perlu ditingkatkan kualitasnya. Pada 2026, Indonesia akan memberangkatkan 203.320 jemaah, dan seluruh pihak diharapkan dapat memberikan pelayanan terbaik tanpa terkecuali.

Untuk memperkuat sinergi, Kementerian Haji mendorong agar komunikasi antara tim syarikah dan tim kementerian dilakukan secara intensif baik di Arab Saudi maupun di Indonesia, khususnya dalam hal pendataan jemaah, pembagian bus, pengaturan hotel, konsumsi, diharapkan telah tuntas sebelum bulan Ramadan. Selain itu, dia minta kartu nusuk bisa dibagikan di Indonesia.

Kementerian Haji juga mendukung syarikah untuk mempekerjakan tenaga pendukung atau musiman asal Indonesia, guna mempermudah komunikasi dan koordinasi di lapangan.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Haji 2025 di Musim Panas Terakhir, Setelahnya Musim Semi-Dingin



Jakarta

Ibadah haji 2025 akan menjadi haji terakhir yang berlangsung pada musim panas hingga datang 17 tahun lagi. Arab Saudi akan masuk musim semi tahun depan.

Hal tersebut diungkapkan Juru Bicara Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi (NCM) Hussein Al-Qahtani.

“Musim haji akan memasuki fase baru perubahan iklim pada tahun 2026. Kita tidak akan menyaksikan haji musim panas sampai setelah 17 tahun,” kata Al-Qahtani setelah puncak musim haji tahun lalu, Juni 2024, dilansir Saudi Gazette.


Al-Qahtani mengatakan 2026 akan menandai dimulainya musim semi selama delapan tahun berturut-turut diikuti musim dingin selama delapan tahun.

“Kita akan mengucapkan selamat tinggal pada haji di musim panas selama 16 tahun,” katanya sambil mencatat suhu rata-rata haji berkisar antara 45 dan 47 derajat Celsius.

Anggota Dewan Syura yang merupakan peneliti perubahan iklim, Dr. Mansour Al Mazroui, juga menegaskan haji 2025 akan menjadi musim haji terakhir yang bertepatan dengan musim panas sebelum akhirnya memasuki musim semi selama delapan tahun dilanjutkan musim dingin selama delapan tahun juga.

“Musim haji datang di musim dingin, dimulai pada tahun Hijriah 1454 dan berlanjut selama 8 tahun, berakhir pada tahun Hijriah 1461. Sedangkan untuk musim gugur, musim haji berlangsung antara tahun 1462 dan 1469,” rincinya.

Saudi Waspadai Suhu Ekstrem Haji 2025

Laporan AFP dikutip Deutsche Welle, Rabu (15/1/2025), Arab Saudi waspadai panas ekstrem pada musim haji 2025. Pada Juni tahun lalu, suhu udara melonjak hingga 51,8 derajat Celsius di Makkah saat 1,8 juta umat Islam menunaikan rukun Islam kelima, haji.

Kementerian Kesehatan Arab Saudi mencatat sebanyak 1.301 jemaah wafat akibat suhu tinggi pada haji 2024, 83 persen di antaranya adalah jemaah haji ilegal. Lonjakan kasus kematian terjadi saat puncak haji.

Sumber AFP dari Pusat Penelitian Medis Internasional Raja Abdullah di Arab Saudi, Abderrezak Bouchama, mengatakan meski pemerintah Arab Saudi belum merinci persiapan haji tahun ini, pihak berwenang pastinya ingin menghindari terulangnya tragedi haji tahun lalu.

“Saya kira yang terutama adalah mengurangi risiko masuknya jemaah haji ilegal,” kata Bouchama, yang bekerja sama dengan pemerintah Saudi selama lebih dari tiga dekade untuk mengurangi kematian akibat cuaca panas.

“Saya rasa, pemerintah sudah belajar dari kesalahan ini, jadi kita harus melihat tindakan apa yang sudah mereka ambil untuk mengatasinya.”

Bouchama menyebut langkah mitigasi lain seperti sensor pendeteksi panas dini.

Peneliti Chatham House Karim Elgendy memperkirakan Arab Saudi akan memperbaiki infrastruktur untuk mitigasi suhu panas selama musim haji 2025.

“Respons pemerintah di masa lalu biasanya difokuskan pada peningkatan infrastruktur dan langkah-langkah pengendalian massa. Berdasarkan pola ini, kami memperkirakan untuk musim haji 2025 pemerintah Saudi akan memperbaiki infrastruktur demi memitigasi suhu panas dan kemungkinan kontrol kapasitas yang lebih ketat,” katanya.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yunus AS yang Selamat dari Kegelapan Perut Ikan Paus



Jakarta

Saat mendengar nama Nabi Yunus AS, banyak dari kaum muslim yang langsung teringat peristiwa ditelannya beliau oleh ikan besar yang diduga paus. Seperti apa kisah lengkapnya?

Ibnu Katsir dalam Kitab Qashash Al-Anbiyaa yang diterjemahkan oleh Saefullah MS menyebut bahwa Nabi Yunus AS diutus oleh Allah SWT kepada negeri Ninawa dekat Kota Mosul, Irak. Ia ditugaskan untuk mengajak penduduk Ninawa kepada jalan lurus dan beriman kepada Allah SWT serta meninggalkan sesembahan berhala mereka.

Namun setelah sekian lama beliau berdakwah, kaumnya itu lebih memilih tetap dalam kekafiran daripada petunjuk yang dibawa Nabi Yunus AS, bahkan mereka menghina dan mengolok utusan Allah SWT itu.


Sekian lama mendapat perlakuan demikian dari penduduk Ninawa, Nabi Yunus AS yang tak tahan kemudian pergi meninggalkan mereka sambil memperingatkan akan datangnya hukuman Allah SWT. Dan benar setelah kepergian Nabi Yunus AS, kaumnya mendapati azab.

Tapi kemudian, penduduk Ninawa bertaubat dan kembali ke jalan kebenaran. Mereka bermunajat, menyesali kekhilafan, serta memohon ampunan Allah SWT di tengah azab yang melanda. Dia yang Maha Mendengar lantas mengabulkan doa para hamba yang memohon itu dengan menghentikan hukuman-Nya.

Nabi Yunus AS Pergi Tinggalkan Kaumnya

Masih dari Qashash Al-Anbiyaa, Nabi Yunus AS akhirnya meninggalkan kaumnya karena terus saja mendustakan dakwahnya. Dengan amarah yang memuncak, Nabi Yunus AS pergi dengan menaiki kapal laut yang penumpangnya melebihi kapasitas maksimal.

Akibatnya, kapal menjadi oleng juga hampir tenggelam. Mereka yang di atas kapal lalu berunding untuk mengurangi beban muatan, dan terbesit ide dengan melemparkan orang tertentu melalui undian.

Ketika berlangsung undian, ternyata Nabi Yunus AS lah yang mendapatkannya. Tetapi karena dia adalah Nabi Yunus AS yang merupakan utusan Allah SWT, kemudian mereka mengulanginya lagi. Hingga ketiga kalinya undian, nama Nabi Yunus AS lah yang terpilih dan mereka pun melemparkannya ke laut. Hal ini memang sudah menjadi takdir yang ditetapkan-Nya.

Kemudian Allah SWT mengutus ikan besar (diduga ikan paus) untuk menelan Nabi Yunus AS yang dilempar ke laut. Tetapi Dia memerintahkan ikan itu supaya tak memakan dan tidak menghancurkan daging beserta tulangnya.

Perihal berapa lama Nabi Yunus AS berada di perut ikan, para ulama berbeda pendapat. Ada yang menyebut selama kurang dari sehari, ada juga yang mengatakan tiga hari, tujuh hari bahkan 40 hari. Namun hanya Allah SWT yang mengetahui lamanya Nabi Yunus AS di sana.

Nabi Yunus AS yang berada dalam kegelapan perut ikan itu dibawa mengarungi lautan. Dikatakan, Nabi Yunus AS mendengar ikan-ikan lainnya bertasbih dengan memuji Allah SWT. Telur-telur ikan yang tak terhingga banyaknya juga turut bertasbih dengan mengagungkan kekuatan dan kebesaran-Nya.

Lantaran Nabi Yunus AS adalah hamba-Nya yang bertakwa, taat beribadah, dan cepat menyadari perbuatannya dengan bertaubat, ia langsung bertasbih, bertahlil, beristighfar kepada-Nya seraya berdoa dengan bacaan yang diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat Al-Anbiya 87.

لآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Latin: Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Pada ayat setelahnya, Allah SWT nyatakan bahwa Dia mendengar doa hamba-Nya itu dan mengabulkannya dengan menyelamatkan Nabi Yunus AS keluar dari kegelapan berlapis dalam perut ikan paus.

Demikian kisah Nabi Yunus AS yang juga diabadikan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, semoga bisa diambil hikmahnya ya, detikers!

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Nabi Saleh Mampu Mengeluarkan Unta dari Batu, Bagaimana Kisahnya?



Jakarta

Nabi Saleh merupakan salah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib kita ketahui ketahui dan imani. Nabi Saleh diutus oleh Allah SWT untuk memimpin Kaum Tsamud yang hidup di suatu dataran bernama Al-Hijir.

Menurut buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, Kaum Tsamud hidup di daerah yang terletak antara Hijaz dan Syam (daerah antara barat laut (yang dikenal sekarang) Arab Saudi dan daerah Palestina, Suriah, Yordania, dan Lebanon). Daerah ini terlebih dahulu dikuasai oleh suku ‘Ad yaitu pendahulu kaum Tsamud.

Suku ‘Ad adalah leluhur dari Kaum Tsamud dan mewariskan kekayaan alam yang luar biasa bagi Kaum Tsamud. Mereka memiliki tanah yang subur, seluruh tanaman bisa tumbuh, dan binatang ternak yang dapat berkembang biak dengan baik.


Semua kelebihan yang dimiliki oleh Kaum Tsamud membuat mereka makmur dan serba berkecukupan. Namun, kondisi ini tidak serta merta membuat Kaum Tsamud beriman ke Allah SWT.

Singkat cerita, melalui perjuangan dakwah Nabi Saleh kepada kaum Tsamud, mereka tidak mau untuk mengimani apa yang telah diucapkan dan dipandu olehnya. Kaum Tsamud ini kemudian menantang Nabi Saleh untuk menunjukkan mukjizatnya.

Mukjizat Nabi Saleh

Masih mengutip dari buku karya Ridwan Abullah Sani yang sama dijelaskan bahwa penolakan Kaum Tsamud kepada Nabi Saleh terus berlanjut. Mereka kemudian bahkan berani menantang Nabi Saleh untuk menunjukkan mukjizatnya.

Mukjizat yang dituntut oleh Kaum Tsamud ini adalah mengeluarkan unta dari sebuah batu besar. Ketika mukjizat ini, mereka berjanji bahwa barulah setelah itu mereka akan beriman terhadap Nabi Saaleh.

Nabi Saleh kemudian bergegas menuju tempat ibadahnya lalu menunaikan sholat. Ia lalu berdoa kepada Allah SWT untuk mengabulkan permintaan Kaum Tsamud yang menantang keagungan Allah SWT. Allah SWT kemudian mengabulkan doa yang diminta Nabi Saleh untuk mengalahkan keangkuhan kaum Tsamud.

Nabi Saleh meyakini bantuan Allah SWT untuk menurunkan mukjizat dengan timbal balik berupa janji iman Kaum Tsamud kepada Allah SWT. Janji ini berupa Kaum Tsamud harus meninggalkan agama dan sesembahan mereka serta harus beriman kepada Allah ketika mukjizat itu benar terjadi. Nabi Saleh pun berkata pada kaumnya seperti diabadikan dalam surah Hud ayat 64,

وَيٰقَوْمِ هٰذِهٖ نَاقَةُ اللّٰهِ لَكُمْ اٰيَةً فَذَرُوْهَا تَأْكُلْ فِيْٓ اَرْضِ اللّٰهِ وَلَا تَمَسُّوْهَا بِسُوْۤءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ قَرِيْب٦٤

Artinya: “Wahai kaumku, inilah unta betina dari Allah sebagai mukjizat untukmu. Oleh karena itu, biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu memperlakukannya dengan buruk yang akan menyebabkan kamu segera ditimpa azab.” (QS. Hud: 64)

Setelah mukjizat keluarnya unta betina itu benar-benar terjadi, Kaum Tsamud merespon untuk mengingkari janji mereka kepada Allah SWT. Kaum Tsamud kemudian membunuh unta tersebut yang mengakibatkan azab yang dijanjikan Allah SWT akan turun dalam waktu tiga hari.

Akhirnya Nabi Saleh yang berbaik hati, memperingatkan untuk terakhir kalinya kepada Kaum Tsamud yang masih ingkar untuk beriman kepada Allah. Nabi Saleh menyampaikan mereka yang telah menentang Allah dan tetap berada di jalan yang salah akan mendapatkan azab langsung dari Allah SWT.

Hukuman Allah SWT akhirnya dijatuhkan pada hari keempat setelah tiga hari waktu tenggang yang dijanjikan, sesuai dengan apa yang dikisahkan dalam surah Hud ayat 65, yaitu

فَعَقَرُوْهَا فَقَالَ تَمَتَّعُوْا فِيْ دَارِكُمْ ثَلٰثَةَ اَيَّامٍ ۗذٰلِكَ وَعْدٌ غَيْرُ مَكْذُوْبٍ٦٥

Artinya: “Mereka lalu menyembelih unta itu. Maka, dia (Saleh) berkata, “Bersukarialah kamu semua di rumahmu selama tiga hari Itu adalah janji yang tidak dapat didustakan.” (QS. Hud: 65)

Mereka yang beriman kemudiandiberikan keamanan dan perlindungan Allah SWT dari azab-Nya. Sedangkan yang ingkar kepada Allah SWT diberikan azab berupa guntur yang sangat keras yang membuat orang-orang ingkar itu mati bergelimpangan di rumahnya.

Itulah mukjizat Nabi Saleh yang mampu mengeluarkan unta betina dari sebuah batu untuk menjawab tantangan kaumnya yaitu Tsamud. Semoga bermanfaat

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Habib al-‘Ajami, Rentenir yang Bertobat hingga Memperoleh Karamah



Jakarta

Habib bin Muhammad al-‘Ajami al-Bashri adalah sufi Persia yang tinggal di Bashrah. Sebelum mendapat hidayah, ia dikenal kaya raya dan suka membanggakan hartanya. Orang-orang sampai menghindar jika melihatnya.

Salah seorang sufi besar dalam peradaban Islam, Fariduddin Attar, menceritakan kisah pertobatan Habib al-‘Ajami dalam karyanya yang berjudul Tadzkiratul Auliya. Buku ini diterjemahkan Kasyif Ghoiby dari Muslim Saints and Mystics: Episode from the Tadhkirat al-Auliya’ (Memorial of the Saints).

Diceritakan, setiap hari Habib al-‘Ajami keliling kota untuk menagih utang piutangnya. Bila tidak mendapat angsuran dari langganannya, ia akan menuntut uang ganti rugi dengan dalih sepatunya menjadi aus di perjalanan. Cara ini membuatnya bisa menutup biaya hidup sehari-hari.


Pada suatu ketika, ia mendatangi rumah salah seorang yang berutang kepadanya. Namun, orang itu tak ada di rumah. Habib al-‘Ajami kemudian menagih utang kepada orang tersebut.

Wanita itu mengatakan tidak memiliki apa pun. Namun, ia baru saja menyembelih seekor kambing dan lehernya masih tersisa. “Jika engkau mau akan kuberikan kepadamu,” kata wanita itu.

Si lintah darat menerimanya dan meminta wanita itu memasaknya. Sayangnya wanita itu tidak punya minyak dan roti untuk memasaknya. Al-‘Ajami lalu membawakan minyak dan roti tapi ia minta wanita itu membayar gantinya.

Wanita itu kemudian memasak daging. Setelah matang dan hendak dituangkan ke mangkuk, datanglah seorang pengemis. Pengemis itu memohon agar al-‘Ajami memberikan makanan kepadanya.

Habib al-‘Ajami yang melihat itu lantas menghardik si pengemis, “Bila yang kami miliki kami berikan kepadamu, engkau tidak akan menjadi kaya tapi kami sendiri akan menjadi miskin.”

Pengemis yang kecewa lalu memohon kepada si wanita agar mau memberikan sedikit daging. Wanita itu lalu membuka tutup belanga dan kaget bukan main melihat daging yang ia masak berubah menjadi darah hitam. Dengan wajah pucat pasi, ia memanggil Habib al-‘Ajami.

“Lihatlah apa yang telah menimpa diri kita karena ribamu yang terkutuk dan hardikanmu kepada si pengemis!” ucap wanita itu kepada Habib al-‘Ajami seraya menangis.

Melihat kejadian itu dada Habib al-‘Ajami terbakar api penyesalan yang tidak akan pernah padam seumur hidupnya. Keesokan harinya, Habib mendatangi orang-orang yang berutang kepadanya. Di perjalanan, ia bertemu anak-anak sedang bermain. Ketika melihat Habib, anak-anak itu berteriak, “Lihat, Habib lintah darat sedang menuju ke sini, ayo kita lari, kalau tidak niscaya debu-debu tubuhnya akan menempel di tubuh kita dan kita akan terkutuk pula seperti dia!”

Kata-kata itu sangat melukai hati Habib al-‘Ajami sampai-sampai ia terjatuh terkulai. Habib pun bertobat kepada Allah SWT. Ia lalu membuat pengumuman siapa pun yang menginginkan hartanya bisa datang dan mengambil semaunya.

Orang-orang lalu berbondong-bondong ke rumah Habib al-‘Ajami hingga harta bendanya habis semua. Sampai-sampai saat masih ada orang yang datang, ia memberikan cadar milik istrinya sendiri dan pakaian yang ia kenakan.

Dengan tubuh yang terbuka, Habib al-‘Ajami meninggalkan rumah dan menyepi ke sebuah pertapaan di pinggir Sungai Eufrat. Siang malam ia beribadah kepada Allah SWT dan berguru kepada Hasan al-Bashri.

Waktu terus berlalu. Habib dalam jalan pertobatannya itu benar-benar dalam keadaan fakir. Di sisi lain, sang istri masih tetap menuntut nafkah darinya. Setiap pagi Habib pergi ke pertapaan untuk mengabdikan dirinya kepada Allah SWT dan pulang saat malam tiba.

“Di mana sebenarnya engkau bekerja sehingga tak ada sesuatu pun yang engkau bawa pulang?” desak istrinya.

“Aku bekerja pada seseorang yang sangat Pemurah. Sedemikian Pemurahnya Ia sehingga aku malu meminta sesuatu kepada-Nya. Apabila saatnya nanti pasti ia akan memberi, karena seperti apa katanya sendiri, ‘Sepuluh hari sekali akau akan membayar upahmu’,” jawab Habib.

Pada hari kesepuluh, batin Habib mulai terusik. Ia bingung apa yang akan ia berikan untuk istrinya.

Allah SWT lalu mengutus pesuruh-Nya yang berwujud manusia dan seorang pemuda gagah ke rumah Habib. Utusan itu membawa gandum sepemikul keledai, yang lain membawa domba yang dikuliti, dan yang lainnya membawa minyak madu, rempah-rempah dan bumbu-bumbu.

Pemuda itu lalu mengetuk pintu dan dibukakan oleh istri Habib. Pemuda itu menyampaikan maksudnya, “Majikan kami telah menyuruh kami untuk mengantarkan barang-barang ini. Sampaikan kepada Habib, ‘Bila engkau melipatgandakan jerih payahmu maka Kami akan melipatgandakan upahmu’.” Setelah itu pemuda itu pergi.

Pada sore hari, Habib pun pulang dengan perasaan malu dan sedih karena tidak bisa membawakan apa pun untuk sang istri. Ketika hampir sampai rumah, ia mencium bau roti dan masakan-masakan. Sang istri dari kejauhan menyambut kedatangannya dengan lembut, sesuatu yang tak pernah ia lakukan sebelumnya.

Sang istri lalu menyampaikan kedatangan pemuda atas perintah majikannya mengirimkan makanan itu dan menyampaikan pesannya. Mendengar itu, Habib terheran-heran.

“Sungguh menakjubkan! Baru sepuluh hari aku bekerja, sudah sedemikian banyak imbalan yang dilimpahkan-Nya kepadaku, apa pulalah yang akan dilimpahkan-Nya nanti?” ujar Habib.

Sejak saat itu, Habib al-‘Ajami memalingkan dirinya dari urusan dunia dan fokus beribadah kepada Allah SWT. Lintah darat itu memilih jalan sufi.

Keajaiban-keajaiban pun berdatangan. Doa-doa Habib mustajab dan Allah SWT memberikan karamah kepadanya yang tiada henti.

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Apa Itu Keluarga Sakinah dalam Islam? Ini Definisi, Syarat, dan Cara Mewujudkannya



Jakarta

Memiliki keluarga yang sakinah tentu jadi dambaan setiap pasangan suami istri. Keluarga yang sakinah menjadi kunci kebahagiaan kehidupan pasangan.

Dalam Islam, dalil mengenai tujuan pernikahan untuk menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah tersemat dalam surat Ar Rum ayat 21.

وَمِنْ ءَايَٰتِهِۦٓ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَٰجًا لِّتَسْكُنُوٓا۟ إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِى ذَٰلِكَ لَءَايَٰتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ


Arab latin: Wa min āyātihī an khalaqa lakum min anfusikum azwājal litaskunū ilaihā wa ja’ala bainakum mawaddataw wa raḥmah, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,”

Definisi Keluarga Sakinah

Disebutkan dalam buku bertajuk Pernikahan Sakinah Mencegah Perceraian oleh Dr Hj Riadi Jannah Siregar MA, kata sakinah berasal dari kata sakana yang artinya diam atau tenang setelah terguncang dan sibuk.

Sementara itu, seorang ahli bahasa yang bernama Al-Jurjani mengatakan bahwa makna sakinah berarti adanya ketentraman dalam hati di saat datangnya sesuatu yang tidak terduga.

Jadi, jika kedua makna digabungkan maka pengertian keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, tentram, penuh kebahagiaan, dan sejahtera baik secara lahir atau batin, serta tidak gentar dalam menghadapi ujian kehidupan rumah tangga.

Adapun, mengutip dari jurnal Karakteristik Keluarga Sakinah dalam Islam tulisan Siti Chadijah, keluarga sakinah diartikan sebagai keluarga yang berawal dari rasa cinta (mawaddah) yang dimiliki oleh suami dan istri, kemudian berkembang menjadi kasih sayang (rahmah) antar setiap anggota keluarga hingga tercipta ketenangan dan kedamaian hidup.

Cara Membangun Keluarga yang Sakinah

Mengacu pada sumber yang sama, yaitu buku Pernikahan Sakinah Mencegah Perceraian, terdapat sejumlah strategi yang dapat diterapkan untuk membagun keluarga sakinah, antara lain yaitu:

1. Menanamkan nilai-nilai akidah dalam keluarga, agar senantiasa taat dalam memahami agama.

2. Memberikan contoh tentang akhlak yang terpuji, khususnya dari orang tua ke anak-anak mereka. Bagi keluarga sakinah, akhlak terpuji ini merupakan dasar penting untuk menjadi contoh bagi keluarga yang lain.

3. Memberikan kesadaran mengenai kedudukan, hak, dan kewajiban, bagi suami dan istri. Hal ini agar pasangan suami istri mampu melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik dan adil.

4. Menanamkan keharmonisan dalam hubungan suami istri, agar mereka senantiasa hidup rukun dan mesra.

5. Menanamkan pola hidup hemat dan sederhana, dengan membuat perencanaan penggunaan uang yang teratur.

Syarat Keluarga Sakinah

Menurut Murwani Yekti Prihati SAg MSI dalam bukunya yang berjudul Mencapai Keluarga Sakinah, terdapat sejumlah syarat yang harus dipenuhi agar tercipta keluarga sakinah, berikut pemaparannya.

  • Diawali dengan pernikahan yang Islami
  • Dalam keluarga ada mawaddah dan rahmah
  • Hubungan antara suami istri harus atas berdasarkan saling membutuhkan
  • Rasulullah juga bersabda tentang empat faktor yang menjadi sumber kebahagiaan keluarga, yaitu suami istri yang setia, saleh dan salehah, anak-anak yang berbakti kepada orang tuanya, serta lingkungan sosial yang sehat dan rezeki yang dekat.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com