Tag Archives: al quran

Sedekah Tidak Mengurangi Harta, Dijelaskan dalam Hadits Rasulullah SAW


Jakarta

Sedekah adalah amalan sunnah yang diperintahkan langsung oleh Allah SWT. Sedekah tidak mengurangi harta dan justru Allah SWT akan memberikan rezeki berlipat bagi orang yang gemar bersedekah.

Terkait penegasan sedekah tidak mengurangi harta, Rasulullah SAW menjelaskannya dalam beberapa hadits.

Merangkum buku Sedekah Mahabisnis dengan Allah karya Amirulloh Syarbini, kata sedekah berasal dari bahasa Arab ash-shadaqah. Asal kata ini adalah ash-shiddiq yang berarti benar, karena sedekah menunjukkan kebenaran iman kepada Allah SWT.


Al-Jurjani mengatakan, sedekah adalah pemberian yang diberikan untuk mengharapkan pahala Allah. Sementara Al-Raghib Al-Asfahani mengatakan, “Sedekah adalah harta yang dikeluarkan manusia untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti zakat. Bedanya, sedekah untuk kategori sunnah dan zakat kategorinya wajib.”

Imam An-Nawawi menuturkan, “Dinamakan sedekah karena ia menunjukkan kebenaran imannya secara lahir dan batin. Karenanya, sedekah adalah pembenaran dan kebenaran iman.”

Perintah zakat termaktub dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261,

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.

Kemudian dijelaskan juga dalam surah Ali ‘Imran ayat 92,

لَن تَنَالُوا۟ ٱلْبِرَّ حَتَّىٰ تُنفِقُوا۟ مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنفِقُوا۟ مِن شَىْءٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Artinya: Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.

Sedekah Tidak Mengurangi Harta

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa sedekah tidak mengurangi harta. Hal ini dijelaskan dalam beberapa hadits.

1. Sedekah Tidak Mengurangi Harta

Rasulullah SAW bersabda,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

Artinya: “Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaannya. Dan tidak ada orang yang merendahkan diri karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR Muslim)

Mengutip buku Sedekah Investasi Anti Rugi karya Budi Handrianto, hadits tersebut menunjukkan bahwa Rasulullah SAW setelah mengatakan ‘sedekah tidak mengurangi harta’, beliau SAW tidak mengatakan selanjutnya ‘tapi justru menambah hartanya.’ Namun, makna tersebut sudah terkandung di dalam kalimat ‘menambah kemuliaan’.

Imam an-Nawawi dalam Syarah Riyadhus Shalihin Jilid 1 mengatakan, hadits ini menegaskan sedekah tidak mengurangi harta, karena Allah memberkahinya dan mengganti yang telah dikeluarkan. Atau pahala sedekah di akhirat itu menutupi kekurangannya.

Makna lain yang terkandung dalam hadits ini adalah barang siapa dikenal memiliki sifat pemaaf dan lapang dada, maka ia menjadi besar di hati manusia. Atau, pahalanya di akhirat membuatnya semakin tinggi kedudukannya. Demikian pula, orang yang tawadhu itu diangkat kedudukannya di hati manusia di dunia atau diangkat kedudukannya di akhirat.

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga perkara yang aku bersumpah untuknya, dan aku sampaikan kepada kalian sebuah pesan, maka jagalah pesan tersebut. (Pertama) harta seseorang tidak berkurang karena disedekahkan. (Kedua) seorang hamba tidak dizalimi lalu ia bersabar terhadapnya, kecuali Allah menambahkan kemuliaan kepadanya. (Ketiga) seorang hamba tidak membuka pintu permintaan, kecuali Allah membuka untuknya pintu kemiskinan atau kalimat serupa.” (HR Tirmidzi)

2. Jangan Menghitung Sedekah

Rasulullah SAW bersabda, “Infakkanlah (sebanyak mungkin), jangan menghitungnya, (jika menghitungnya) maka Allah akan memberimu dengan hitung-hitungan. Dan ketika kamu menyimpan hartamu (enggan bersedekah) maka Allah akan menyimpan pemberiannya (sedikit memberi). Belanjakanlah hartamu semampumu.” (HR Muttafaq alaih)

3. Harta Sedekah akan Abadi

Dari Abdullah bin asy-Syukhair dan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, “Anak Adam berkata, ‘Hartaku, hartaku’. Tidak ada bagimu dari hartamu, kecuali harta yang telah kamu makan, maka kamu telah melenyapkannya. Atau harta yang telah kamu gunakan maka kamu telah merusaknya. Atau harta yang kamu sedekahkan maka kamu telah melestarikannya.” (HR Muslim)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seseorang meninggal dunia maka pahala amalnya akan terputus, kecuali tiga hal, yaitu (1) sedekah jariyah, (2) ilmu yang bermanfaat dan (3) anak saleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim)

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

10 Kumpulan Dalil tentang Sedekah, Pahala Kekal hingga Akhirat


Jakarta

Kumpulan dalil tentang sedekah telah diatur di dalam Al-Qur’an dan hadits. Dalil-dalil tersebut akan membuat umat Islam terdorong untuk bersedekah kepada orang yang kekurangan.

Mengutip buku Fiqih yang disusun oleh M. Aliyul Wafa dkk, sedekah berasal dari bahasa Arab shodaqoh yang berarti memberikan. Sedangkan secara istilah, sedekah adalah pemberian sesuatu kepada seseorang yang membutuhkan, semata-mata mengharap ridha Allah SWT.

Selain itu, dalam buku 10 Formula Dasar Islam Konsep dan Penerapannya oleh Gamar Al Haddar, dijelaskan, hukum dan ketentuan sedekah sama dengan infak namun untuk sedekah merupakan pemberian yang tidak sebatas materi, tetapi bisa nonmateri. Jika tidak mampu bersedekah dengan materi, maka kita bisa bersedekah dengan jasa yang kita miliki.


Contohnya, senyum termasuk sedekah, membantu korban banjir, membantu korban kebakaran dan lain-lain termasuk sedekah. Lantas bagaimana sedekah diatur dalam dalil-dalil yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan hadits? Berikut dalil-dalilnya.

Kumpulan Dalil tentang Sedekah

Sebagaimana yang diketahui oleh umat Islam, sedekah merupakan salah satu dari rukun Islam yang wajib untuk dikerjakan. Mengutip dari arsip detikHikmah, berikut ini kumpulan dalil tentang sedekah:

1. Surat Al-Baqarah Ayat 267

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اَنْفِقُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّآ اَخْرَجْنَا لَكُمْ مِّنَ الْاَرْضِ ۗ وَلَا تَيَمَّمُوا الْخَبِيْثَ مِنْهُ تُنْفِقُوْنَ وَلَسْتُمْ بِاٰخِذِيْهِ اِلَّآ اَنْ تُغْمِضُوْا فِيْهِ ۗ وَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ ٢٦٧

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, infakkanlah sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu infakkan, padahal kamu tidak mau mengambilnya, kecuali dengan memicingkan mata (enggan) terhadapnya. Ketahuilah bahwa Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.”

2. Surah At-Taubah Ayat 103

خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ ١٠٣

Artinya: ” Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

3. Surah Al-Baqarah Ayat 261

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ ۗوَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ٢٦١

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.”

4. Surah Ali Imran Ayat 92

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”

5. Surah Al-Ma’un Ayat 2-3

فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢ وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣

Artinya: “Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.”

6. Hadits Riwayat Muslim

Dari Abu Dzar RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلَامَى مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ، فكُل تشبيحة صَدَقَةٌ، وَكُل تَحْمِيدَة صَدَقَةٌ، وكل تهليله صَدَقَد وَكُل تكبيرة صَدَقَد وَأَمرٌ بالمعروف صَدَقَة ونهي عن المنكر صَدَقَةٌ ويُخرى من ذلك رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الصحي

Artinya: “Pada setiap ruas tulang seseorang di antara kalian di setiap pagi ada kewajiban sedekah. Setiap bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, tiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, dan mencegah kemungkaran adalah sedekah. Namun, semua itu dapat dicukupi dengan salat dua rakaat yang dikerjakan seseorang di waktu dhuha.” (HR Muslim dalam kitab Zakat bab Penjelasan bahwa Kata Sedekah Digunakan untuk Setiap Jenis Kebaikan)

7. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, dan Lainnya

Abu Dzar bertanya kepada Rasulullah SAW, “Pekerjaan apa yang paling utama?” Beliau menjawab, “Iman kepada Allah dan jihad di jalan-Nya.”

Ia bertanya lagi, “(Memerdekakan) hamba sahaya mana yang paling utama?” Beliau menjawab, “Yang paling mahal harganya dan yang paling berharga di tengah keluarganya.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana jika aku tidak bisa melakukan itu semua?” Beliau menjawab, “Bantulah orang yang kehilangan dan berbuat baiklah kepada orang yang bodoh.”

Ia bertanya lagi, “Bagaimana jika aku masih tidak bisa melakukan?” Beliau menjawab, “Doakan manusia supaya terhindar dari keburukan, maka itu termasuk sedekah yang kamu sedekahkan untuk dirimu.” (Hadits shahih, diriwayatkan Al Bukhari dan Muslim dalam bab Al-Iman, Ahmad, dan Al Baihaqi)

8. Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Abu Dawud, dan Ad Darimi

Dari Abu Dzar, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah ditanya, “Wahai Rasulullah, para hartawan telah membawa pahala yang banyak, mereka salat sebagaimana kami salat, mereka puasa sebagaimana kami berpuasa, dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”

Lalu, beliau SAW berkata, “Bukankah Allah telah menjadikan untuk kalian apa yang bisa kalian sedekahkan? Setiap (pembacaan) tasbih dan tahmid nilainya seperti sedekah, dan pada istrimu juga terdapat amal sedekah.”

Beliau SAW ditanya, “Apakah dalam memenuhi syahwat (istri) juga termasuk sedekah?”

Beliau menjawab, “Bukankah ia apabila diletakkan pada tempat yang haram adalah dosa? Sebaliknya jika ia diletakkan pada tempat yang halal maka mendapat pahala.” (Hadits shahih, diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim dalam bab Az-Zakah, dan Abu Dawud, dan Ad Darimi)

9. Hadits Riwayat Ath-Thabrani dan Al Baihaqi

Abu Umamah meriwayatkan dari Nabi SAW yang bersabda, “Seseorang masuk surga, lalu dia melihat tulisan di atas pintu surga ‘Satu sedekah dibalas sepuluh kali lipat, dan pinjaman dibalas 18 kali lipat’.” (Hadits shahih, termuat dalam As-Silsilah Ash-Shahihah)

10. Hadits Riwayat Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Lainnya

Dari Hudzaifah, ia mengatakan bahwa Nabi SAW telah bersabda, “Setiap yang baik itu sedekah.” (Hadits shahih, diriwayatkan Abu Dawud, Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Abi Syaibah. Al Albani men-shahihkan hadits ini dalam Al Misykat, Shahih at-Targhib, dan Silsilah Ahadits Ash-Shahihah)

Keutamaan Sedekah

Menukil buku Kehebatan Sedekah karya Fuad Abdurrahman, bersedekah merupakan amal saleh yang utama dan pahalanya dapat dirasakan sampai akhirat kelak. Berikut ini adalah keutamaan dari sedekah:

  1. Membersihkan dan menyucikan pelakunya.
  2. Memadamkan murka Allah.
  3. Menghapus dosa dan kesalahan.
  4. Mencegah berbagai bala (musibah).
  5. Allah SWT melipatgandakan pahala sedekah.
  6. Harta orang yang bersedekah akan diberkahi.
  7. Orang yang bersedekah dinaungi sedekahnya.
  8. Sebagai benteng dari api neraka.
  9. Malaikat mendoakan orang yang bersedekah.
  10. Pahala sedekah tak pernah putus.
  11. Melapangkan dada serta menentramkan hati pelakunya.
  12. Sebagai obat bagi penyakit jasmani.
  13. Sebagai obat bagi penyakit rohani.
  14. Orang yang bersedekah disejajarkan dengan orang yang berilmu.
  15. Orang yang bersedekah disejajarkan dengan orang yang mengamalkan Al-Qur’an.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Azab bagi Kaum Madyan, Hawa Panas dan Petir Menggelegar



Yogyakarta

Dalam Al-Qur’an disebutkan kaum Madyan adalah golongan yang mengingkari Allah dan mengabaikan peringatan dari Nabi Syuaib AS. Kaum Madyan kemudian ditimpa azab yang mengerikan berupa badai petir dan hawa panas sebagai hukuman.

Penduduk negeri Madyan adalah umat Nabi Syuaib AS. Disebutkan dalam buku Pemahaman Terjemahan Ayat Suci Al Qur’an oleh Zen Muhammad Al Hadi, nama Madyan diambil dari salah seorang putra Nabi Ibrahim AS, yang kemudian menjadi nama bagi anak keturunan dan pengikutnya, yakni kaum Madyan.

Kota Madyan (Yordania) adalah kota yang makmur dan memiliki padang rumput yang luas. Terletak di sebelah timur daerah Sinai berdekatan dengan Teluk Aqabah. Di zaman sekarang, daerah tersebut berada di sebelah selatan Palestina.


Kaum Madyan, Golongan Orang yang Ingkar

Mayoritas kaum Madyan berprofesi sebagai pedagang, tetapi tidak jujur dalam timbangan dan sering melakukan penipuan. Kaum Madyan juga dikenal sebagai penyembah berhala dan suka mengurangi timbangan serta menumpuk harta.

Sementara itu dalam beberapa sumber, Madyan adalah negeri yang sangat korup dalam aktivitas dagangnya. Jika ada kafilah yang datang ke negeri itu untuk menjual barang, mereka segera mengeluarkan timbangan yang beratnya sudah dikurangi.

Allah pun mengutus Nabi Syuaib AS kepada mereka. Nabi Syuaib memerintahkan mereka untuk menyembah Allah semata. Ia pun melarang mereka berbuat kezaliman yakni dengan berhenti mengurangi takaran dan timbangan.

Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 84 yang berbunyi:

وَاِلٰى مَدْيَنَ اَخَاهُمْ شُعَيْبًا ۗقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗ ۗوَلَا تَنْقُصُوا الْمِكْيَالَ وَالْمِيْزَانَ اِنِّيْٓ اَرٰىكُمْ بِخَيْرٍ وَّاِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ مُّحِيْطٍ

Artinya: Dan kepada (penduduk) Madyan (Kami utus) saudara mereka, Syuaib. Dia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah! Tidak ada tuhan bagimu selain Dia. Janganlah kamu kurangi takaran dan timbangan! Sesungguhnya Aku melihat kamu dalam keadaan yang baik (makmur). Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab pada hari yang meliputi (dan membinasakanmu, yaitu hari Kiamat).”

Peringatan dari Nabi Syuaib AS

Atas segala kemungkaran dan perbuatan tercela yang diperbuat oleh kaum Madyan, Allah SWT memerintahkan Nabi Syuaib AS untuk memberi peringatan bagi kaum tersebut. Hal ini tercantum dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 89:

وَيٰقَوْمِ لَا يَجْرِمَنَّكُمْ شِقَاقِيْٓ اَنْ يُّصِيْبَكُمْ مِّثْلُ مَآ اَصَابَ قَوْمَ نُوْحٍ اَوْ قَوْمَ هُوْدٍ اَوْ قَوْمَ صٰلِحٍ ۗوَمَا قَوْمُ لُوْطٍ مِّنْكُمْ بِبَعِيْدٍ

Artinya: “Wahai kaumku, janganlah sekali-kali pertentanganku (denganmu) menyebabkan apa yang menimpa kaum Nuh, kaum Hud, atau kaum Saleh juga menimpamu, sedangkan (tempat dan masa kebinasaan) kaum Lut tidak jauh dari kamu.”

Kemudian, kaum Madyan justru berkata, “Wahai Syuʻaib, Kami tidak banyak mengerti apa yang engkau katakan itu, sedangkan kami sesungguhnya memandang engkau sebagai seorang yang lemah di antara kami. Kalau tidak karena keluargamu, tentu kami telah melemparimu (dengan batu), sedangkan engkau pun bukan seorang yang berpengaruh atas kami.”

Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri dalam bukunya Hikmah Kisah Nabi dan Rasul, menyebutkan bahwa Nabi Syuaib berhasil menyadarkan sebagian kecil dari kaumnya. Akan tetapi sebagian besar kaum Madyan masih tertutup hatinya terhadap Allah.

Mereka malah menuduh Nabi Syuaib sebagai tukang sihir yang ulung dan menentang Nabi Syuaib untuk membuktikan kebenaran dari risalahnya dengan mendatangkan bencana dari Allah.

Mendengar tantangan tersebut, Nabi Syuaib pun berdoa dan memohon kepada Allah untuk menurunkan azab bagi kaum Madyan sebagai peringatan bagi generasi di masa yang akan datang.

Azab bagi Kaum Madyan

Allah mengabulkan permohonan Nabi Syuaib dan menurunkan udara yang sangat panas. Udara tersebut dapat mengeringkan kerongkongan karena menimbulkan dahaga yang tidak dapat dihilangkan oleh air.

Udara tersebut juga membakar kulit dan tidak dapat dihindari dengan berteduh di bawah atap rumah atau rerimbunan pohon.

Kaum Madyan yang ingkar berada dalam kebingungan dan kepanikan. Mereka berlari ke sana ke mari mencari perlindungan dari panasnya terik matahari yang membakar.

Kemudian terlihat gumpalan awan hitam tebal di atas kepala mereka, lalu mereka berbondong-bondong lari untuk berteduh di bawah awan tersebut.

Namun, setelah mereka berada di bawah awan hitam sembari berdesakan, jatuhlah percikan api dari awan hitam itu ke kepala mereka diiringi dengan suara petir dan gemuruh ledakan yang sangat dahsyat.

Pada saat itu bumi di bawah mereka bergoyang dengan kuatnya sehingga mereka berjatuhan, saling tertimbun satu sama lain, dan selesailah sudah riwayat mereka. Hal ini tercantum dalam Al Qur’an Surat Hud ayat 94.

وَلَمَّا جَاۤءَ اَمْرُنَا نَجَّيْنَا شُعَيْبًا وَّالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّاۚ وَاَخَذَتِ الَّذِيْنَ ظَلَمُوا الصَّيْحَةُ فَاَصْبَحُوْا فِيْ دِيَارِهِمْ جٰثِمِيْنَۙ

Artinya: Ketika keputusan Kami (untuk menghancurkan mereka) datang, Kami selamatkan Syuʻaib dan orang-orang yang beriman bersamanya dengan rahmat Kami. Adapun orang-orang yang zalim, mereka dibinasakan oleh suara yang menggelegar sehingga mati bergelimpangan di rumah-rumah mereka.

Ahmad Fatih, S.Pd. dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi dan Rasul menyebutkan bahwa ketika datang azab, Allah menyelamatkan Syuaib dan orang-orang yang beriman. Dalam Al-Qur’an Surat Al Araf disebutkan gempa yang dahsyat, sedangkan di dalam Surat Asy-Syura disebutkan azab pada hari mereka dinaungi oleh awan.

Fakta tersebut diperkuat dan diperjelas dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 95.

كَاَنْ لَّمْ يَغْنَوْا فِيْهَا ۗ اَلَا بُعْدًا لِّمَدْيَنَ كَمَا بَعِدَتْ ثَمُوْدُ

Artinya: (Negeri itu tak berbekas) seolah-olah mereka tidak pernah tinggal di sana. Ingatlah, (penduduk) Madyan binasa sebagaimana juga (kaum) Samud.

Dalam hal ini, tempat tinggal orang-orang Madyan bertetangga dengan orang-orang Samud. Berdasarkan sejarah, mereka kurang lebih berbuat kekufuran yang sama, yakni suka merampas yang bukan haknya.

Demikian azab yang menimpa kaum Madyan . Azab dan hukuman yang dilimpahkan pada kaum Madyan merupakan balasan yang setimpal atas kedurhakaan yang telah mereka lontarkan kepada Nabi Syuaib AS sebagai utusan Allah.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abu Darda, Sahabat Nabi yang Merupakan Ahli Hikmah



Jakarta

Abu Darda merupakan satu dari sekian banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang kisahnya menginspirasi. Ia merupakan seorang ahli hikmah yang memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai kehidupan yang bersumber dari Al-Qur’an.

Menurut buku Ibrah Kehidupan yang disusun oleh Mahsun Djayadi, nama lengkap Abu Darda adalah Abu Darda’ Uwaimir bin Amir bin Malik bin Zaid bin Qais bin Umayyah bin Amir bin Adi bin Ka’ab bin Khazraj bin al-Harits bin Khazraj. Sementara Abu Darda atau Uwaimir merupakan panggilan populernya.

Masuk Islamnya Abu Darda bermula ketika berhalanya dirusak oleh temannya sendiri. Kala itu ia langsung berpikir, jika saja berhala tersebut memang berkuasa tentu dia mampu menyelamatkan dirinya sendiri saat dirusak.


Dari situlah mulai timbul benih-benih keimanan kepada Allah. Akhirnya, Abu Darda menyatakan keislamannya di hadapan Rasulullah SAW.

Khalid Muhammad Khalid dalam buku yang bertajuk Biografi 60 Sahabat Rasulullah SAW mengisahkan Abu Darda sebagai seseorang yang tidak pernah berhenti belajar. Dia selalu merenung, berpikir, dan berguru kepada Nabi Muhammad SAW hingga menjadi ahli hikmah.

Di masa Rasulullah, pendapat Abu Darda sebagai ahli hikmah bahkan menjadi pegangan umat Islam karena ia selalu menyeru kepada kebaikan.

Semasa kekhalifahan Utsman bin Affan, beliau mengangkat Abu Darda sebagai hakim di Syam. Ia merupakan seseorang dengan penuh pesona, hatinya berisi perasaan cinta pada akhirat, bahkan sehari-harinya beliau membuka majelis-majelis taklim.

Mengutip dari buku Kisah Seru 60 Sahabat Rasul tulisan Ummu Akbar, Abu Darda berkata,

“Bila Anda menghendaki saya pergi ke Syam, saya mau pergi untuk mengajarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah kepada mereka serta menegakkan sholat bersama-sama mereka,”

Utsman lantas menyetujui maksud Abu Darda. Selanjutnya ia berangkat ke Damsyiq dan di sana ternyata masyarakat tenggelam dalam kenikmatan dunia serta hidup bermewah-mewah.

Keadaan tersebut lantas membuat Abu Darda sedih, ia kemudian memperingati mereka agar tidak melupakan kehidupan akhirat. Sayangnya, masyarakat Damsyiq tidak menyukai sifat Abu Darda, terlebih dengan nasihat-nasihatnya.

Agar tidak berlarut-larut, Abu Darda lalu mengumpulkan orang-orang di masjid untuk berpidato di hadapan mereka.

“Wahai penduduk Damsyiq! Kalian adalah saudaraku seagama, tetangga senegeri, dan pembela dalam melawan musuh bersama. Wahai penduduk Damsyiq! Saya heran, apakah yang menyebabkan kalian tidak menyenangi saya? Padahal, saya tidak mengharapkan balas jasa dari kalian. Nasihatku berguna untuk kalian, sedangkan belanjaku bukan dari kalian,” kata Abu Darda.

Ia berpidato cukup panjang hingga membuat orang-orang yang mendengar menangis. Isak tangisnya bahkan terdengar hingga ke luar masjid.

“Saya tidak suka melihat ulama-ulama pergi meninggalkan kalian, sementara orang-orang bodoh tetap saja bodoh. Saya hanya mengharapkan kalian supaya melaksanakan segala perintah Allah Taala dan menghentikan segala larangan-Nya. Saya tidak suka melihat kalian mengumpulkan harta kekayaan banyak-banyak, tetapi tidak kalian pergunakan untuk kebaikan. Kalian membangun gedung-gedung yang mewah, tetapi tidak kalian tempati,” beber Abu Darda.

Sejak hari itu, Abu Darda mengunjungi majelis-majelis masyarakat Damsyiq dan pergi ke pasar-pasar. Dia akan menjawab pertanyaan orang yang lalai.

Suatu hari, ketika Abu Darda sedang berjalan-jalan ia melihat sekelompok orang yang memaki seorang laki-laki. Melihat hal itu, Abu Darda segera menghampiri mereka.

“Apa yang terjadi?” tanyanya

“Orang ini jatuh ke dalam dosa besar,” jawab mereka.

“Seandainya dia jatuh ke dalam sumur, apakah kalian akan membantunya keluar dari sumur itu?” ujar Abu Darda.

“Tentu saja!” sahut sekelompok orang tersebut.

“Karena itu, janganlah kalian mencaci dia, tapi ajari dan sadarkan dia. Bersyukurlah kalian kepada Allah yang senantiasa memaafkan kalian dari dosa,” kata Abu Darda menanggapi.

Orang yang bersalah itu lantas menangis dan bertobat.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Nabi yang Memiliki Kekayaan dan Mampu Berkomunikasi dengan Hewan, Ini Sosoknya



Jakarta

Nabi Sulaiman adalah nabi yang memiliki kekayaan dan mampu berkomunikasi dengan hewan. Beliau adalah salah satu putra Nabi Daud yang diangkat menjadi raja bagi Bani Israil untuk menggantikan ayahnya.

Nabi Sulaiman juga dikenal memiliki kekayaan berupa kerajaan yang sangat luas dan kekuasaan yang besar. Ia mampu menaklukkan bangsa jin dengan izin Allah SWT. Melalui bantuan jin inilah beliau mampu membangun istana yang megah dan benteng yang tinggi. Namun, kekayaan ini tidak membuatnya menjadi sosok yang angkuh dan sombong.

Allah SWT telah mengajarkan Nabi Sulaiman bahasa burung dan semua bahasa hewan. Hal ini membuat Nabi Sulaiman mampu berkomunikasi dengan hewan dan mengerti pembicaraan hewan yang umumnya tidak diketahui oleh manusia.


Kekayaan Nabi Sulaiman

Dikisahkan dalam buku Cara Kaya Seperti Nabi Sulaiman karya Ahmad Zainal Abidin, dari catatan sejarah, Nabi Sulaiman adalah orang yang paling kaya seantero dunia. Ia menguasai seluruh dunia selama 40 tahun dan memiliki istana yang terbuat dari kayu gaharu serta memiliki bau harum emas. Bagian dari istananya juga ada yang terbuat dari kristal berkilau.

Bisa dikatakan, Nabi Sulaiman menjadi satu-satunya nabi memiliki teknologi yang maju di masanya. Di istananya, banyak karya seni dan benda berharga yang mengesankan bagi semua orang yang menyaksikannya. Pintu gerbang istananya terbuat dari gelas sehingga tidak heran jika istana Nabi Sulaiman menjadi istana paling besar di dunia.

Namun, meski Nabi Sulaiman memiliki kekayaan berupa kerajaan yang megah dan luas, ia tetap menunjukkan sikap berserah diri dan rendah diri kepada Allah SWT dan manusia.

Nabi Sulaiman menyadari bahwa seluruh kekuasaan yang dimilikinya tidak ada apa-apanya di hadapan Allah SWT. Ia menggunakan semua kekayaannya hanya untuk menegakkan kebaikan. Sebagaimana ayahnya yang selalu bertasbih, Nabi Sulaiman juga kerap memuji Allah SWT.

Tujuan Nabi Sulaiman meminta diberikan kerajaan dan kekayaan kepada Allah SWT tidak terlepas dari tujuan luhur untuk berdakwah.

Dalam salah satu riwayat, Rasulullah SAW berkata, “Permintaan yang diajukan oleh Nabi Sulaiman AS untuk mendapatkan pemerintahan yang besar dan meluas bertujuan agar ia bisa mengalahkan kefasikan dan kerusakan para setan.” (HR Bukhari).

Karunia Allah SWT kepada Nabi Sulaiman berupa kekayaan yang melimpah juga menjadi teladan bagi orang-orang yang memiliki kekayaan. Dalam kondisi sekaya apapun, seseorang tidak boleh melampaui batas atau bahkan merasa sombong atas kekayaannya.

Kemampuan Nabi Sulaiman yang Berkomunikasi dengan Hewan

Selain menjadi nabi yang memiliki kekayaan, Nabi Sulaiman juga memiliki kemampuan berkomunikasi dengan hewan. Disebutkan dalam buku Sulaiman: Raja Segala Makhluk karya Humam Hasan Yusuf Salom, Nabi Sulaiman dapat memahami bahasa burung dan saling berbincang satu sama lain atas izin Allah SWT. Hal ini juga disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 16, sebagaimana Allah SWT berfirman:

وَوَرِثَ سُلَيْمٰنُ دَاوٗدَ وَقَالَ يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَاُوْتِيْنَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍۗ اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِيْنُ

Artinya: “Sulaiman telah mewarisi Daud dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia, kami telah diajari (untuk memahami) bahasa burung dan kami dianugerahi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) ini benar-benar karunia yang nyata.” (QS An-Naml: 16).

Terdapat pula kisah Nabi Sulaiman berkomunikasi dengan semut yang diceritakan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya H. Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri.

Suatu hari ketika Nabi Sulaiman berpergian dalam rombongan kafilah yang terdiri dari manusia, jin, dan binatang-binatang, Nabi Sulaiman mendengar seekor semut berkata kepada kawanannya.

“Hai semut-semut, masuklah kamu semuanya ke dalam sarangmu agar kamu selamat dan tidak menjadi binasa diinjak oleh Nabi Sulaiman dan tentaranya tanpa sadar dan sengaja.”

Nabi Sulaiman tersenyum tertawa setelah mendengar suara semut yang ketakutan itu. Beliau kemudian memberitahukan hal tersebut kepada pra pengikutnya untuk tidak menginjak jutaan semut dan sarangnya yang ada di depan mereka.

Nabi Sulaiman sangat mensyukuri karunia yang diberikan Allah SWT kepadanya sehingga menjadikan dirinya dapat mendengar dan menangkap maksud suara semut. Kisah ini juga dikisahkan dalam Al-Qur’an surat An-Naml ayat 17-19

وَحُشِرَ لِسُلَيْمٰنَ جُنُوْدُهٗ مِنَ الْجِنِّ وَالْاِنْسِ وَالطَّيْرِ فَهُمْ يُوْزَعُوْنَ

حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

Artinya: (17) Untuk Sulaiman di kumpulkanlah bala tentara dari (kalangan) jin, manusia, dan burung, lalu mereka diatur dengan tertib. (18) hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.” (19) Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.” (QS An-Naml: 17-19).

Keistimewaan Nabi Sulaiman yang mampu berkomunikasi dengan semut mengajarkan kepada umat manusia agar peduli terhadap semua makhluk ciptaan Allah SWT. Bahkan Rasulullah SAW pun pernah mengajarkan kepada umatnya untuk menyelamatkan semut yang sedang berada di tengah air dan akan tenggelam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ahli Ibadah Sahur di Dunia, Buka Puasa di Surga



Jakarta

Ada suatu kisah dari salah seorang ahli ibadah yang sahur di dunia dan buka puasa di surga. Ia merupakan sosok yang kedatangannya dinantikan bidadari surga.

Adalah Sa’id bin al-Harits. Ia merupakan salah satu pejuang muslim dalam perang melawan Kekaisaran Romawi pada 38 H. Perang tersebut dikenal dengan Perang Yarmuk, sebagaimana disebutkan dalam Kitab Al-Buldan Futuhuha wa Ahkamuha karya Syaikh Al-Baladzuri.

Kisah Sa’id bin Al-Harits yang berbuka puasa di surga ini diceritakan oleh Hisyam bin Yahya al-Kinani dalam buku Qiyam Al-Lail wa Al-Munajat ‘inda Al-Sahr karya Sallamah Muhammad Abu Al-Kamal. Kisah ini turut dinukil oleh Ahmad Zacky El-Syafa dalam buku Ia Hidup Setelah Mati 100 Tahun.


Diceritakan, Hisyam bin Yahya al-Kinani dan rombongannya melakukan peperangan di negeri Romawi. Pemimpin mereka saat itu bernama Maslamah bin Abdul Malik. Mereka berteman dengan penduduk Bashrah.

Selama di sana, mereka saling bergiliran melayani pasukan, berjaga, mencari bekal, dan mempersiapkan makanan dalam satu tempat. Di antara rombongan mereka ada Sa’id bin al-Harits.

Selama di medan jihad, Sa’id bin al-Harits berpuasa pada siang hari dan mengerjakan salat pada malam harinya. Hisyam bin Yahya al-Kinani mengaku setiap siang maupun malam melihat Sa’id bin al-Harits sangat sabar dalam beribadah. Di luar waktu salat atau ketika sedang dalam perjalanan, ia tidak pernah berhenti berzikir dan membaca Al-Qur’an.

Hisyam pun mengatakan kepada Sa’id agar menyayangi dirinya. Namun, Sa’id menjawab, “Saudaraku, napas bisa dihitung, umur ada batasnya, dan hari-hari pun akan berakhir. Aku sedang menunggu kematian, dan tak lama lagi nyawaku akan dicabut.”

Jawaban tersebut membuat Hisyam menangis dan ia berdoa kepada Allah SWT agar menganugerahkan pertolongan dan keteguhan kepada Sa’id. Ia lalu meminta Sa’id untuk istirahat di kemah dan ia yang berjaga.

Saat tidur tersebut, Sa’id berbicara dan tertawa dengan mata tetap terlelap. Ia mengatakan ‘Aku tidak ingin kembali.’ Kemudian, ia mengulurkan tangan kanannya seolah-olah mengambil sesuatu. Kemudian, ia menarik kembali tangannya dengan pelan sambil tertawa. Ia lalu berkata, “Malam ini saja!”

Setelah itu ia terbangun dengan tubuh gemetar. Ia menengok ke kanan dan kiri, lalu diam hingga kesadarannya pulih. Dia kemudian bertahlil, bertakbir, dan memuji Allah SWT. Hisyam kemudian memintanya menceritakan apa yang tengah dialaminya.

Sa’id menceritakan didatangi oleh dua orang laki-laki dengan wajah rupawan. Mereka berkata, “Bangunlah agar kami bisa memperlihatkan nikmat yang Allah sediakan untukmu.”

Sa’id lalu menceritakan, dalam tidurnya, ia melihat istana dan bidadari-bidadari yang menyambutnya. Ia berjalan-jalan dalam istana itu sampai ke sebuah kasur yang di atasnya terdapat satu bidadari yang seolah-olah ia adalah permata yang disimpan.

Bidadari itu berkata kepadanya, “Sudah cukup lama aku menantimu.”

Sa’id bertanya, “Siapa kamu?”

Bidadari menjawab, “Aku adalah istrimu yang abadi.”

Sa’id kemudian mengulurkan tangan kepadanya, namun bidadari itu menampiknya dengan lembut seraya berkata, “Hari ini belum bisa. Sebab engkau masih harus kembali ke dunia.”

Sa’id lalu berkata kepadanya, “Aku tidak ingin kembali.”

Bidadari itu menjawab, “Engkau harus kembali. Engkau masih harus tinggal di dunia selama tiga hari. Pada malam ketiga, engkau akan berbuka bersama kami. Insya Allah.”

Sa’id kemudian berkata, “Malam ini saja!” Namun bidadari itu menjawab, “Perkara ini telah ditetapkan.” Kemudian ia bangkit dari tempat duduknya dan saat itulah Sa’id terbangun dari tidurnya dengan tubuh gemetar. Ia kemudian keluar kemah untuk mandi dan bersuci lalu memakai kain kafannya.

Pada pagi harinya, ia menyerang musuh dengan sangat hebat dalam kondisi berpuasa. Ia mencari kematian di jalan Allah SWT. Setelah tiba waktu sore ia berbuka. Hari berikutnya ia melakukan hal yang sama. Hingga tibalah pada hari ketiga.

Ketika matahari hampir terbenam, salah seorang prajurit Romawi melemparkan anak panah dan mengenai Sa’id. Ia pun tersungkur. Hisyam lalu berlari mendekatinya seraya berkata, “Selamat berbahagia! Engkau akan berbuka di istana itu pada malam hari ini. Aduhai, andai saja aku bisa ikut bersamamu.”

Mendengar itu Sa’id pun tertawa. Kemudian ia berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menepati janji-Nya kepada kita.”

Sa’id pun syahid dalam keadaan masih berpuasa. Petang itu, ia berbuka bersama bidadari di surga. Wallahu a’lam.

(kri/dvs)



Sumber : www.detik.com

Peristiwa Pasukan Gajah di Balik Surat Al-Fiil, Bagaimana Kisahnya?



Jakarta

Surat Al-Fiil terdiri dari lima ayat, berada di urutan ke-105 dalam susunan mushaf Al-Qur’an, dan termasuk kelompok surat Makkiyah. Kata ‘Al-Fiil’ yang artinya “gajah” diambil dari ayat pertama surat ini, dan dinamakan demikian pula karena menceritakan riwayat pasukan bergajah. Bagaimana kisahnya?

M. Quraish Shihab melalui Tafsir Al-Mishbah Jilid 15 menjelaskan tema utama Surat Al-Fiil mengenai uraian atas kegagalan upaya perluasan wilayah oleh Abrahah al-Asyram al-Habasyi bersama pasukan bergajahnya yang dikerahkan dari Yaman menuju Makkah untuk menghancurkan Kakbah.

Tafsir Tahlili Kementerian Agama (Kemenag) Jilid 10 turut menyebut isi kandungan Surat Al-Fiil terkait kisah pasukan bergajah yang diazab oleh Allah SWT dengan mengirimkan sejenis burung yang menyerang mereka hingga binasa.


Seperti apa riwayat tentang pasukan bergajah ini? Simak berikut ini!

Kisah Abrahah dan Pasukan Gajah yang Ingin Hancurkan Kakbah

Masih dari Tafsir Tahlili Kemenag Jilid 10, peristiwa ini diketahui terjadi pada tahun 570 M, bertepatan dengan tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ada yang mengatakan, kejadian ini berlangsung tak lebih dari dua bulan sebelum lahirnya beliau SAW.

Para ahli tafsir dan sejarawan Arab mengemukakan bahwa peristiwa itu bermula ketika terjadi pembunuhan besar-besaran ata orang Nasrani oleh Zu Nuwaz, raja Himyar terakhir yang beragama Yahudi.

Mendengarnya, raja Abisinia segera mengirim pasukan besar setelah dihubungi untuk minta bantuan. Bala tentara itu dipimpin oleh dua orang pangeran, Aryat dan Abrahah sebagai wakil raja, dan pasukan ini dikirim untuk menaklukkan Yaman.

Tapi tak lama, percekcokan mencuat sampai memuncaknya pertarungan antara Aryat dan Abrahah. Pertengkaran berakhir dengan terbunuhnya Aryat. Dengan begitu, Yaman berada di bawah pengawasan Abrahah sebagai wakil raja dan gubernurnya.

Kemudian Abrahah mendirikan sebuah katedral besar Sa’an. Dan konon dibangun dengan barang-barang mewah, pualam dibawa dari peninggalan istana Ratu Saba’, ornamen salib dari emas dan perak, serta mimbar dari gading dan kayu hitam.

Tujuannya didirikan dengan megah dan hebat itu dengan maksud mengambil hati raja atas tindakannya itu. Sekaligus ia ingin agar perhatian masyarakat Arab yang setiap tahun berziarah ke Kakbah di Makkah, berganti menjadi ke gereja besar Sa’an itu.

Lantaran harapannya tak pernah terwujud dengan berbagai cara, maka ia tak punya jalan lain selain harus menghancurkan Kakbah.

Didorong oleh ambisi dan fanatisme agama, Abrahah mengerahkan dan memimpin sebuah pasukan besar disertai pasukan gajah-yang kala itu orang Arab masih asing sekali-menuju Makkah. Ia ingin sekali menyerang Kakbah, dan bahkan Abrahah berada paling depan dan di atas seekor gajah besar.

Singkatnya, setelah Abrahah dan bala tentaranya masuk wilayah Hijaz dan sudah hampir dekat dengan Makkah, ia lalu mengirim pasukan berkuda sebagai kurir. Dalam perjalanan itu, mereka merampas harta kaum Quraisy, di antaranya 200 ekor unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim, kakek Nabi SAW. Melihat banyaknya gerombolan Abrahah, Quraisy tak mungkin mampu melawan.

Lalu Abrahah mengirim seorang Himyar pengikutnya untuk mendatangi Abdul Muthalib, yang kala itu merupakan pembesar di Makkah. Utusan Abrahah itu meruntuhkan Kakbah, sehingga pihak Makkah tak perlu mengadakan perlawanan.

Mendengar itu, konon Abdul Muthalib mendatangi markas pasukan itu, diantar oleh utusan Abrahah, dengan diikuti anak-anaknya dan beberapa tokoh pemuka Makkah lain.

Sesampainya Abdul Muthalib, Abrahah yang melihat figurnya bertubuh tegap besar dan tampan, lalu ia turun dari singgasananya untuk menyambut dengan hormat, dan duduk bersama-sama dengan tamunya itu.

Menjawab pertanyaan Abrahah melalui penerjemahnya apa yang diperlukan Abdul Muthalib dengan kedatangannya itu, konon dijawab bahwa ia mau meminta 200 ekor yang dirampas pasukannya dikembalikan.

Yang sebelumnya Abrahah hormat dan kagum kepada Abdul Muthalib saat melihatnya, ia menjadi tidak lagi setelah mengetahui kedatangannya yang hanya membicarakan 200 ekor unta miliknya yang dirampas anak buahnya. Bukan perihal rumah suci yang mendasari agamanya dan agama nenek moyangnya. Adapun Kedatangannya akan menghancurkan Kakbah tidak disinggung sama sekali.

Akan tetapi, Abdul Muthalib menjawab bahwa ia pemilik unta, bukan pemilik Kakbah. Rumah suci itu milik Allah SWT, dan Dialah yang akan melindunginya. Abdul Muthalib dan beberapa pemuka Makkah lalu menawarkan sepertiga kekayaan Tihamah untuk Abrahah asal tidak mengganggu Kakbah.

Tetapi tawaran itu ditolak. Kemudian Abdul Muthalib kembali ke Malkah setelah 200 untanya dikembalikan, dan yakin bahwa mereka tidak perlu mengadakan perlawanan, karena mereka percaya bahwa Kakbah sudah ada yang menjaganya.

Kembalinya Abdul Muthalib di Makkah, lalu ia memerintahkan suku Quraisy keluar dari kota Makkah agar tidak menjadi korban pasukan Abrahah. Setelah keluar, kemudian mereka mereka berdoa untuk memohon perlindungan kota Makkah.

Setelah semuanya keluar dan kota Makkah menjadi sunyi, datanglah Abrahah bersama pasukannya yang siap menghancurkan Kakbah. Setelah meruntuhkan Kakbah, ia berencana untuk kembali ke Yaman. Namun rencananya gagal.

Harapannya sia-sia lantaran pada saat itu bala tentaranya secara tiba-tiba dihujani batu yang dibawa oleh sekelompok burung besar. Kawanan burung itu menyebarkan virus wabah sangat berbahaya dan mematikan berupa bisul dan letupan-letupan kulit, yang diduga sejenis campak ganas.

Mereka sebelumnya tak pernah mengalami kejadian seperti itu, dan mengira wabah itu terbawa oleh angin laut. Sesudahya, tak sedikit dari pasukan Abrahah yang binasa. Dan Abrahah sendiri pun mati dalam perjalanan pulang ke Yaman.

Riwayat lain menceritakan bahwa Abrahah ketakutan melihat wabah yang mengganas yang menyebabkan banyak anggota pasukannya mati. Kemudian ia bersegera pulang ke Yaman, tetapi nyatanya badan ia sendiri telah terkena penyakit itu. Dan tidak selang lama ia pun binaa seperti pasukannya yang lain.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Uzair yang Dicabut Nyawanya oleh Allah Selama 100 Tahun



Jakarta

Uzair dikisahkan adalah sebagai seseorang yang merasakan hidup dan mati dalam 100 tahun atas kuasa Allah SWT. Kisah Uzair dalam Al Quran sendiri terdapat pada surah Al Baqarah ayat 259.

اَوْ كَالَّذِيْ مَرَّ عَلٰى قَرْيَةٍ وَّهِيَ خَاوِيَةٌ عَلٰى عُرُوْشِهَاۚ قَالَ اَنّٰى يُحْيٖ هٰذِهِ اللّٰهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ فَاَمَاتَهُ اللّٰهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهٗ ۗ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۗ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا اَوْ بَعْضَ يَوْمٍۗ قَالَ بَلْ لَّبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ اِلٰى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۚ وَانْظُرْ اِلٰى حِمَارِكَۗ وَلِنَجْعَلَكَ اٰيَةً لِّلنَّاسِ وَانْظُرْ اِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوْهَا لَحْمًا ۗ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهٗ ۙ قَالَ اَعْلَمُ اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Artinya: “Atau, seperti orang yang melewati suatu negeri yang (bangunan-bangunannya) telah roboh menutupi (reruntuhan) atap-atapnya. Dia berkata, “Bagaimana Allah menghidupkan kembali (negeri) ini setelah kehancurannya?” Lalu, Allah mematikannya selama seratus tahun, kemudian membangkitkannya (kembali). Dia (Allah) bertanya, “Berapa lama engkau tinggal (di sini)?” Dia menjawab, “Aku tinggal (di sini) sehari atau setengah hari.” Allah berfirman, “Sebenarnya engkau telah tinggal selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum berubah, (tetapi) lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang-belulang) dan Kami akan menjadikanmu sebagai tanda (kekuasaan Kami) bagi manusia. Lihatlah tulang-belulang (keledai itu), bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging (sehingga hidup kembali).” Maka, ketika telah nyata baginya, dia pun berkata, “Aku mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah: 259)


Begitulah bagaimana Allah SWT memberikan kita contoh nyata bagaimana mukjizat-Nya yang dahsyat untuk menambah iman manusia. Selanjutnya, dikutip dari 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran karya Ridwan Abqary, lebih lanjut kisah Uzair adalah sebagai berikut.

Kisah Uzair dalam Al Quran, Mati Hidup dalam 100 Tahun

Pada suatu hari, Uzair bermaksud pergi ke kebun. Dia ingin sekali memetik buah-buahan yang sudah tumbuh lebat di kebunnya.

Akhirnya, Uzair pun berangkat dengan mengendarai keledainya dan pergi menuju kebun. Di sana, dia memetik buah anggur dan buah lainnya sampai dua buah keranjang yang dibawanya penuh tanpa ruang tersisa.

Uzair yang telah selesai memanen buah-buahan pun kemudian pulang dengan menaiki keledainya. Siang itu, rasanya matahari bersinar sangat terik.

Matahari kala itu memancarkan sinarnya yang menyengat ke seisi alam. Keledai yang ditumpangi Uzair pun nampaknya juga terdampak dari panas itu, keledai berjalan perlahan dan tampak keletihan.

Tanpa disadari, keledai itu ternyata membawa Uzair ke sebuah tempat yang sangat jauh dari rumah. Ketika sampai di sebuah makam atau kuburan, keledai itu tampak sangat kelelahan sehingga Uzair bermaksud beristirahat dahulu di sana.

Ketika sedang melihat-lihat pekuburan yang sudah hancur itu, tiba-tiba Uzair teringat bahwa semua yang sudah meninggal akan dibangkitkan dan dihidupkan kembali oleh Allah SWT di akhirat nanti. Setelah tubuh manusia yang sudah meninggal, hancur, dan menjadi tanah seperti ini, bagaimana cara Allah SWT menghidupkan mereka kembali?

Pikiran itu kemudian mengusik hati Uzair. Allah SWT Maha Mengetahui. Untuk menjawab rasa penasaran Uzair, Allah SWT mengutus Malaikat ‘Izrail mencabut nyawa Uzair. Uzair pun meninggal saat itu juga di tengah pekuburan yang sangat sepi dan jauh dari mana-mana.

Keledainya yang terikat pun tidak bisa bergerak ke mana-mana sehingga lambat laun, karena kehausan dan kelaparan keledai itu pun akhir mati.

Keluarga Uzair yang merasa kehilangan kemudian mencoba mencari ke mana-mana. Namun, semua usaha mereka berakhir sia-sia karena Uzair tidak bisa lagi mereka temukan.

Setelah sekian lama, mereka pun mengikhlaskan kepergian Uzair yang mungkin saja sudah meninggal di suatu tempat yang tidak pernah mereka ketahui. Setahun, dua tahun, puluhan tahun, berlalu, sampai akhirnya seratus tahun sejak Uzair meninggal, Allah SWT pun menghidupkan kembali Uzair.

Sekarang, kuburan tempat Uzair meninggal sudah berubah menjadi sangat hancur, lebih dari 100 tahun lalu. Bahkan, keledainya yang mati pun sudah tinggal tulang belulang.

Tubuh Uzair yang sudah hancur pun perlahan dikembalikan secara utuh seperti sediakala oleh Allah SWT. Uzair yang terbangun kembali dari kematiannya merasa bingung dengan keadaan yang dilihatnya.

Dia tidak mengetahui yang sudah terjadi pada dirinya. Dia hanya merasa sudah tertidur di tempat itu tapi tidaklah begitu lama. Namun ketika bangun, semuanya sudah sangat berubah. Allah SWT mengutus malaikat untuk bertanya kepada Uzair.

“Sudah berapa lama kamu tinggal di sini?”

Uzair mengerutkan keningnya. Hari sudah senja dan dia masih ingat ketika sampai di pemakaman ini hari masih siang.

“Saya tinggal di sini sehari atau mungkin hanya setengah hari,” jawabnya.

“Kamu sudah tinggal di sini selama seratus tahun,” kata malaikat.

Uzair yang mendengar jawaban tersebut terlihat bingung. Mana mungkin dia tinggal di sini selama seratus tahun, sementara buah-buahan yang ada di dalam keranjangnya masih terlihat segar dan tidak busuk sama sekali.

Namun, alangkah terkejutnya Uzair ketika melihat keledainya justru hanyalah tinggal tulang belulang.

“Demikianlah, sesungguhnya kekuasaan Allah SWT Sekarang kamu perhatikan dengan baik, Allah SWT dapat menghidupkan kembali orang yang sudah meninggal dan mengembalikan jasad yang sudah hancur dengan mudahnya. Demikianlah, Allah SWT akan menghidupkan dan mengembalikan jasad manusia yang sudah meninggal di akhirat nanti dengan begitu mudahnya.” Wallahua’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Nabi yang Mulutnya Keluar Cahaya



Jakarta

Sahabat nabi adalah orang-orang terpilih yang memiliki beragam kisah dan tentunya dekat dengan Rasulullah SAW. Salah satu kisah yang diabadikan ini adalah sebuah kisah sahabat nabi yang mulutnya keluar cahaya.

Kisah ini banyak dituliskan, salah satunya adalah bersumber dari buku Beli Surga dengan Al Qur’an karya Ridhoul Wahidi dan M. Syukron Maksum. Sahabat nabi yang dimaksud adalah Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah, Qatadah bin Nu’man, dan Qois bin Ashim.

Kisah Sahabat Nabi yang Mulutnya Keluar Cahaya

Kisah ini sejatinya diceritakan oleh Ali bin Abi Thalib RA. Ia bercerita, saat itu, Rasulullah SAW mengirim pasukan untuk menyerang suatu kaum yang memusuhi kaum muslimin.


Ketika Rasulullah tidak mendapatkan berita perkembangan keadaan pasukannya tersebut, lalu beliau bersabda, “Andaikan ada orang yang dapat mencari kabar tentang mereka dan memberitahukannya kepada kami.”

Beberapa saat kemudian datanglah seseorang dan mengabarkan bahwa muslim utusan beliau telah meraih kemenangan dalam penyerangan itu. Setelahnya, saat pasukan kaum muslimin pulang dari peperangan menuju Madinah, Rasulullah SAW dan para sahabat menyambut mereka di dekat Madinah.

Sesampai dekat Madinah, pemimpin pasukan, Zaid bin Haritsah turun dari untanya dan mencium tangan Rasulullah. Rasulullah SAW kemudian merangkul dan seraya mencium kepalanya.

Lalu, Zaid diikuti oleh Abdullah bin Rawahah dan Qois bin Ashim. Nabi Muhammad SAW merangkul mereka berdua.

Selanjutnya, seluruh pasukan berkumpul di depan Rasulullah SAW. Mereka mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW dan beliau menjawab salam mereka. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,

“Ceritakanlah apa yang terjadi selama bepergian kepada saudara-saudara kalian yang berada di sini, agar Aku memberikan kesaksian dari apa-apa yang kalian ucapkan, karena Jibril telah memberitahukan kepadaku tentang kebenaran yang kalian ucapkan.”

Salah seorang pasukan kemudian menjawab, “Ya Rasulullah, ketika kami berada di dekat pasukan lawan, kami mengutus seorang mata-mata dari pihak mereka agar memberitahukan kepada pasukan kami mengenai kondisi dan jumlah mereka. Kemudian mata-mata tersebut menemui kami dan berkata, ‘Jumlah mereka seribu orang’, sedangkan jumlah kami dua ribu orang.”

“Namun yang seribu pasukan lawan itu hanya menunggu di luar benteng kota. Sedangkan yang tiga ribu menunggu di jantung kota. Mereka sengaja menggunakan tipu daya dengan berbohong bahwa kekuatan mereka hanya seribu tentara supaya kami berani melawan mereka dan memenangkan pertempuran.”

Cerita itu pun berlanjut, pasukan musuh di dalam kota kemudian menutup pintu gerbangnya, pasukan muslim kemudian menanti di luar. Ketika malam telah tiba, mereka tiba-tiba membuka pintu gerbang di kala pasukan muslim lelap tidur.

Namun, hal itu terkecuali Zaid bin Haritsah, Abdullah bin Rawahah, Qatadah bin Nu’man, dan Qois bin Ashim yang sedang sibuk mengerjakan salat malam dan membaca Al-Qur’an di empat sudut perkemahan.

Di dalam kondisi yang gelap gulita itu, para musuh menyerang kaum muslim dan mereka menghujani mereka dengan panah hingga mereka tidak mampu menghalau karena gelapnya malam. Di tengah kekacauan tersebut, tiba-tiba kaum muslim tersebut melihat cahaya yang datangnya dari pembaca Al-Qur’an.

Cahaya seperti api mereka saksikan keluar dari mulut Qais bin Ashim, dan keluar cahaya seperti bintang kejora keluar dari mulut Qatadah bin Nu’man. Lalu, dari mulut Abdullah bin Rawahah keluar sinar seperti cahaya rembulan dan keluar sinar seperti cahaya Matahari dari mulut zaid bin Haritsah.

Keempat cahaya itulah yang menerangi muslim dan membuat gelapnya malam berubah seperti hari masih siang. Akan tetapi musuh kaum muslim tetap melihat seakan masih dalam keadaan kegelapan.

Sang panglima perang, Zaid bin Haritsah, kemudian memimpin pasukan muslim memasuki daerah lawan. Pasukan muslim dapat mengepung, membunuh sebagian mereka dan menawan mereka. Selanjutnya mereka mampu memasuki jantung kota dan mengumpulkan ghanimah perang.

“Wahai Rasulullah, yang membuat kami sangat heran adalah cahaya yang keluar dari keempat sahabat tersebut, dan kami tidak melihatnya sebelumnya. Cahaya dari mulut mereka itu mampu menerangi kami sehingga kami menang dan menebarkan kegelapan bagi musuh-musuh.” terang salah satu pasukan itu.

Begitulah kisah sahabat nabi yang mulutnya keluar cahaya yang diduga karena keempat sahabat tersebut adalah pembaca Al-Qur’an yang taat beribadah kepada Allah SWT. Wallahua’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ibu Nabi Musa saat Menghanyutkan Bayinya di Sungai Nil



Jakarta

Nabi Musa AS adalah salah satu nabi ulul azmi atau yang memiliki mukjizat dari kehendak Allah SWT. Namun, terdapat kisah unik ibu Nabi Musa saat menghanyutkan bayinya atau Nabi Musa ketika masih bayi.

Kisah ibu Nabi Musa menghanyutkan bayinya itu sendiri termaktub dalam Surah Thaha ayat 39,

أَنِ ٱقْذِفِيهِ فِى ٱلتَّابُوتِ فَٱقْذِفِيهِ فِى ٱلْيَمِّ فَلْيُلْقِهِ ٱلْيَمُّ بِٱلسَّاحِلِ يَأْخُذْهُ عَدُوٌّ لِّى وَعَدُوٌّ لَّهُۥ ۚ وَأَلْقَيْتُ عَلَيْكَ مَحَبَّةً مِّنِّى وَلِتُصْنَعَ عَلَىٰ عَيْنِىٓ


Arab Latin: Aniqżi fīhi fit-tābụti faqżi fīhi fil-yammi falyulqihil-yammu bis-sāḥili ya`khuż-hu ‘aduwwul lī wa ‘aduwwul lah, wa alqaitu ‘alaika maḥabbatam minnī, wa lituṣna’a ‘alā ‘ainī

Artinya: “Letakkanlah ia (Nabi Musa) di dalam peti, kemudian lemparkanlah ia ke sungai (Nil), maka pasti sungai itu membawanya ke tepi, supaya diambil oleh (Firaun) musuh-Ku dan musuhnya. Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku,”

Dikutip dari Tafsir Kementerian Agama (Kemenag) RI, perintah untuk menaruh Nabi Musa di dalam peti yang rapi dan kuat dilaksanakan oleh ibu Nabi Musa. Dengan kuasa Allah, peti tersebut justru ditemukan istri Firaun.

Lebih jelas, cerita lengkap ini juga banyak diturunkan dan dikisahkan oleh berbagai sumber, salah satunya dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri.

Kisah Ibu Nabi Musa saat Menghanyutkan Bayi

Kisah ini diawali dengan latar belakang bahwa Firaun pada masa itu sangat berkuasa bahkan dianggap sebagai Tuhan. Namun, pada suatu hari terdapat ramalan bahwa akan datang saat di mana ada bayi laki-laki dari Bani Israil yang kelak akan menjadi musuh Firaun sekaligus mengalahkannya.

Seketika setelah mendengar ramalan yang sangat ia percaya itu, kemudian ia mengeluarkan perintah untuk membunuh semua bayi laki-laki pada tahun-tahun dimana ramalan itu akan terjadi. Semua aparat dan pasukan dari Firaun menggeledah dan memastikan bahwa tidak ada bayi laki-laki yang terlewat untuk dibunuh.

Namun, karena kehendak Allah SWT yang Maha Besar, tidak ada kemauan-Nya yang dapat ditahan atau ditolak oleh makhluknya, tidak terlepas juga firaun. Ibu Musa yang saat itu melahirkan bayinya, ia berhasil memohon dan meluluhkan hati bidan yang membantu persalinannya untuk tidak melapor kepada Firaun dan pasukannya.

Selama beberapa waktu, ibu Musa menyusui bayinya seperti biasa. Akan tetapi, perasaan tidak nyaman dan selalu gelisah pasti menghantui dirinya.

Allah SWT kemudian memberi ilham kepadanya agar menyembunyikan bayinya dalam sebuah peti, kemudian menghanyutkan peti yang berisi bayinya itu di Sungai Nil. Allah memberikan petunjuk bahwa ibu Musa tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya lantaran Allah menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutusnya sebagai salah seorang rasul.

Akhirnya ibu Nabi Musa pun mantap untuk melakukan apa yang telah diperintahkan kepadanya melalui ilham dari Allah SWT. Kemudian, kakak Nabi Musa diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi dan mengikuti peti tersebut untuk mengetahui dimana peti itu bersandar dan siapa yang mengambilnya.

Ternyata yang mengambil peti bayi Musa itu adalah istri dari Firaun sendiri yaitu Asiyah binti Muzahim. Asiyah yang dengan senang hati mengambil peti itu kemudian memberitakan kepada firaun mengenai bayi laki-laki tersebut kepadanya.

Firaun yang mendengar kabar tersebut kemudian berkata kepada istrinya, “Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.”

Kemudian istrinya menjawab, “Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil ia sebagai anak, kalau-kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu.”

Demikianlah, Allah Yang Mahakuasa menghendaki sesuatu maka jalan bagi terlaksananya takdir itu akan dimudahkan. Allah SWT telah menakdirkan bahwa nyawa bayi tersebut akan selamat dan Musa akan diasuh oleh keluarga Firaun.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com