Tag Archives: aliran sungai

Kesegaran Tersembunyi di Kaki Gunung Salak



Sukabumi

Traveler yang mencari kesegaran buat liburan di akhir pekan bisa bertualang ke kaki gunung Salak. Di sana ada satu curug atau air terjun yang masih tersembunyi.

Kabut pagi masih menggantung di lereng Gunung Salak ketika suara gemericik air mulai terdengar dari balik kebun teh. Di ujung jalur setapak yang menurun tajam itu, air terjun jatuh dari tebing berlumut, memecah keheningan pedesaan Kabandungan.

Warga sekitar menyebutnya Curug 3 Helipad, sebagian lain mengenalnya sebagai Curug Sentral III. Air terjun ini terdiri dari dua aliran besar yang mengucur sejajar dari tebing batu.


Aliran air itu membentuk tirai putih di tengah dinding hijau lumut. Di bawahnya, kolam dangkal berwarna kehijauan memantulkan cahaya lembut dari langit. Wisatawan terlihat bermain air, sebagian lagi berfoto dengan latar curug yang megah.

Di tepi sungai kecil yang menjadi aliran keluar, deretan sandal dan sepatu ditinggalkan begitu saja di atas batu berjejer rapi seperti barisan kecil yang menunggu pemiliknya kembali.

Curug 3 Helipad SukabumiCurug 3 Helipad Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Terletak di kawasan kebun teh Jayanegara, Desa sekaligus Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, curug ini menjadi tempat beristirahat bagi mereka yang ingin mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kota.

Dari atas kebun teh, hamparan hijau membentang sejauh mata memandang. Di kejauhan, perkampungan Kabandungan dan Kalapanunggal terlihat kecil di antara lipatan bukit.

“Curug ini airnya langsung dari Gunung Salak. Banyak pengunjung datang untuk bermain air dan berfoto, apalagi pemandangan kebun tehnya jadi spot favorit,” ujar Andri (35), pengelola Curug Sentral III, Minggu (2/11).

Andri duduk di bale-bale bambu di sisi jalan tanah yang menurun ke arah curug. Dari tempatnya berjaga, ia bisa melihat arus air yang mengalir deras di musim penghujan. Ia tahu persis kapan wisatawan harus diingatkan untuk menjauh.

“Kami selalu awasi langsung, apalagi kalau debit air meningkat,” katanya.

Fasilitas di kawasan ini sederhana. Beberapa warung kopi berdiri di tepi kebun, menyediakan mi instan, gorengan, dan teh hangat. Di dekatnya ada musala kecil dan MCK seadanya.

Pengelola membatasi jam kunjungan wisatawan hingga pukul 17.00 WIB saja setiap harinya. Tiket masuknya murah, hanya Rp10.000 per orang, ditambah Rp3.000 untuk parkir motor.

Sebagian wisatawan lain datang dari luar Sukabumi. Ada rombongan keluarga dari Bogor, sepasang mahasiswa dari Bandung, hingga pejalan tunggal dari Jakarta yang ingin berkemah di sekitar kebun teh.

“Ada juga pengunjung yang datang jauh-jauh dari Papua,” kata Andri dengan bangga.

Pada akhir pekan, suasana berubah lebih ramai. Tenda-tenda kecil kadang berdiri di pinggiran kebun teh, sementara petugas rescue dari Cicurug berjaga di lokasi.

“Hari ini yang bertugas ada tiga orang, situasi aman dan terkendali,” kata seorang anggota tim penyelamat yang berjaga di bawah tebing.

Salah satu pengunjung, Nadia (17), warga Cibadak, datang bersama empat temannya setelah menempuh perjalanan satu jam menggunakan sepeda motor. Wajahnya tampak cerah meski kaki basah oleh air dingin curug.

“Senang banget bisa main air dan foto-foto bareng teman-teman di sini, pemandangannya keren,” ujarnya sambil tertawa.

Bagi warga sekitar, curug ini bukan sekadar tempat wisata. Airnya menjadi sumber penghidupan. Warga memanfaatkan aliran sungai di bawahnya untuk mengairi kebun dan menyalakan turbin kecil pembangkit listrik rumahan.

“Dari dulu air curug ini yang kasih hidup kampung,” tutur Eman (52), warga Jayanegara yang rumahnya di sekitar curug.

Asal Usul Nama Curug Helipad

Nama ‘Helipad’ sendiri muncul dari bentuk kawasan di atas curug yang lapang di tengah kebun teh. Permukaannya datar dan terbuka, menyerupai landasan helikopter.

Warga setempat menyebutnya begitu sejak dulu, meski tak pernah benar-benar ada helikopter mendarat di sana. Lama-kelamaan, nama itu melekat, diwariskan dari mulut ke mulut wisatawan.

Kabut tipis turun perlahan, menyapu pucuk-pucuk teh yang berbaris di lereng. Suara air terjun berpadu dengan canda pengunjung yang tak jemu memotret keindahan alam di hadapan mereka.

Di sela gemuruh air, terdengar samar suara serangga dari balik rimbun dedaunan tanda alam yang masih hidup dan terjaga di kaki Gunung Salak.

——–

Artikel ini telah naik di detikJabar.

(wsw/wsw)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

8 Wisata Jembatan Apung, Pesona View Sungai dan Aktivitas Masyarakat


Jakarta

Jembatan apung adalah alternatif wisata masyarakat yang menyajikan view kehidupan sungai dan kesibukan masyarakat sehari-hari. Apalagi jika jembatan apung didesain unik hingga menjadi objek wisata ikonik di suatu wilayah.

Seperti sarana serupa lainnya, jembatan apung menghubungkan wilayah yang terpisah sungai. Jembatan apung menjadi pilihan konstruksi di wilayah dengan tanah labil, yang tidak memungkinkan untuk struktuk konvensional.

1. Jembatan Apung Kapal Laut


Jembatan ApungJembatan Apung Kapal Laut di Cilacap (dok. Kementerian PUPR)

Alamat

  • Mangunjaya, Klaces, Kampung Laut, Cilacap, Jawa Tengah.

Kapal Laut adalah jembatan apung pertama di Indonesia yang dibangun di tanah berstruktur lemah dan tidak memungkinkan untuk pondasi biasa. Jembatan Apung Kapal Laut menggunakan pondasi beton berongga disebut poton, yang bisa mengapung dan stabil sehingga bisa menjadi pijakan jembatan yang sangat kuat.

Jembatan Apung Kapal Laut sepanjang 71 meter dan lebar 1,8 meter ini mulai digunakan masyarakat pada 2017. Fasilitas ini diharapkan bisa membantu warga Desa Ujung Alang dengan Desa Kleces menyeberang tanpa bergantung pada perahu warga. Tentunya jembatan ini menyediakan view yang sangat khas.

“Tempatnya indah banget. Jika kapal bisa lewat tiap saat pasti lebih enak main di sini. Apalagi di sini nggak ada pungli. Semoga jembatan ini bisa dirawat dengan baik sehingga kualitasnya selalu baik,” tulis akun google Yoyo Warsino.

2. Jembatan Perahu Apung H Endang

jembatan perahu di karawang viral milik h endangjembatan perahu apung di Karawang viral milik H Endang (20Detik)

Alamat

  • Dusun Kaumjaya RT 15 RW 004, Puseurjaya, Telukjambe Timur, Karawang, Jawa Barat.

Jembatan yang dibangun pada 2010 ini menggunakan perahu ponton yang membelah badan sungai Citarum. Fasilitas jembatan menghubungkan Dusun Rumambe 1, Desa Anggadita, Kecamatan Klari dengan Desa Parungmulya, Kecamatan Ciampel, Kabupaten Karawang. Hasilnya, akses masyarakat menjadi lebih mudah menuju wilayah lain termasuk menuju Kawasan Industri Mitra (KIM).

Tarif jembatan apung yang dibangun Haji Endang atau Muhammad Endang Junaedi ini adalah Rp 2 ribu per motor. Kini, masyarakat tak perlu mengeluh akses jalan yang terhambat atau harus muter jauh karena terhalang sungai. Dalam ulasan google review, jembatan ini mendapat respon positif.

“Jembatan ini hanya untuk motor, bukan rute umum. Dengan tarif Rp 2 ribu bisa dapet view Citarum palig dekat dan indah di Karawang Kota,” tulis akun Jessica Hejichs.

3. Jembatan Apung Bongas

jembatan apung bongasJembatan Apung Bongas Foto: Jembatan Apung Bongas (BCL)

Alamat

  • Desa Bongas, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Dalam ulasan google review dijelaskan, Jembatan Apung Bongas menghubungkan warga kampung Cilengkrang dan Balong yang sebetulnya masih dari Desa Bongas. Warga terpisah sejak puluhan tahun lalu akibat genangan waduk Saguling. Akibatnya, warga harus muter dan jalan jauh untuk mengunjungi keluarga satu desa.

Dengan adanya Jembatan Apung Bongas yang selesai dibangun pada 2022, warga bisa menghemat waktu dan biaya perjalanan. Jembatan Apung Bongas dikenal juga sebagai Jembatan Balong Cilengkrang (BCL) yang terhubung juga dengan kampung Perlas RW 04 Desa Bongas. Jembatan apung ini tak hanya menopang kebutuhan transportasi warga, tapi juga punya view indah.

“Jembatan yang sangat indah. Kepada semua pengguna jembatan, wajib berhati-hati dengan mengutamakan keselamatan dan kenyamanan bukan kecepatan,” tulis akun google Dadi Pebrianto.

4. Jembatan Apung Leuwidulang Karanganyar-Tanjungjaya Cihampelas

Jembatan Apung Leuwidolang.Jembatan Apung Leuwidolang dokumen tahun 2021 (google maps)

Alamat

  • Waduk Saguling, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Jembatan ini menghubungkan Kampung Bunder, Desa Tanjungjaya, Kecamatan Cihampelas dan Kampung Cimonyet, Desa Karang Anyar, Kecamatan Cililin, sehingga kerap disebut Jembatan Bucin (Bunder-Cimonyet). Adanya jembatan memudahkan pengguna yang ingin ke dua kecamatan tersebut atau wilayah lain, tanpa harus muter jauh atau bergantung pada perahu penyebrangan.

Salah satu ulasan google review menyatakan, masyarakat yang ingin melintasi jembatan harus membayar Rp 5 ribu. Pengguna jembatan juga harus berhati-hati karena kerap agak licin dan ada bagian yang terasa lebih curam. Selain pejalan kaki, jembatan bisa dilintasi kendaraan roda dua. Tentunya, jembatan yang melintasi Waduk Saguling ini menyuguhkan view sangat indah.

“Bagus, jembatannya terbaik dan bikin betah. Cocok buat foto-foto dan sekadar cuci mata. Buat yang mau melintas, jaga kebersihan ya. Jangan buang sampah sembarangan dan hati-hati,” tulis akun google Nadya Sabila.

5. Ah Poong Sentul

Ah Poong SentulAh Poong Sentul (Bekti Yustiarti/d’Traveler)

Alamat

  • Cipambuan, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat (ECOART PARK Sentul City).

Ah Poong sebetulnya adalah kompleks kuliner tepi sungai dengan meja dan kursi yan menghadap ke perairan. Di sini ada pedagang kuliner yang bisa diakses pengunjung dengan perahu penyeberangan atau jembatan apung. Kompleks wisata ini buka Senin-Jumat pukul 10.00-21.00 dan Sabtu-Minggu jam 08.00-22.00.

“Tempat makan keluarga yang cukup nyaman, sejuk dan unik. Sebelum masuk kita akan melewati jembatan gantung, lalu arena bermain anak. Di sini ada food court, taman, kolam ikan dan wahana permainan lain yang cocok menjadi lokasi weekend bersama keluarga,” tulis akun Alala Muliba.

6. Jembatan Apung Surapatin

Jembatan Surapatin di Bandung BaratJembatan Apung Surapatin di Bandung Barat Foto: Whisnu Pradana

Alamat

  • Jl Pangauban, Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Jembatan apung ini menghubungkan Desa Pangauban, Kecamatan Batujajar dan Desa Girimukti, Kecamatan Saguling yang berada di sepanjang aliran sungai Citarum. Warga yang ingin melintas wajib membayar Rp 2 ribu untuk pejalan kaki dan Rp 5 ribu untuk motor. Untuk anak sekolah, guru, pegawai desa dan puskesmas cukup membayar satu kali saja.

Fasilitas yang beroperasi sejak 2018 ini memiliki panjang 426 meter dengan lebar 2,75 meter dengan bahan utama kayu. Dikutip dari detikNews, Jembatan Apung Surapatin adalah milik Heri Supratikno seorang prajurit TNI. Saat ini jembatan tersebut dikelola keluarga Heri dan masyarakat setempat.

Selain menyediakan kemudahan akses, jembatan ini memberikan peluang ekonomi bagi warga. Di sepanjang jembatan tersedia saung makan lengkap dengan budidaya ikan yang dikelola warga setempat. Para pelintas bisa selfie dan sekadar cuci mata melihat keindahan waduk Saguling.

7. Jembatan Apung Sasak Bodas (Cangkorah)

Alamat

  • Kampung Cangkorah, Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.

Sesuai namanya, jembatan ini menghubungkan Kampung Cangkorah dan Kampung Saketando di Desa Cangkorah. Masyarakat yang ingin melintas harus bayar Rp 2 ribu untuk motor dan seribu rupiah bagi sepeda. Jembatan ini punya view indah beserta kuliner enak dan murah yang dikelola warga setempat.

“Pemandangannya juara, makanannya enak-enak dengan harga yang aman. Tapi kayanya belum banyak yang tau karena sepi, mungkin karena aksesnya lumayan jauh dari Jalan Raya Batujajar,” tulis akun dwita septi.

Pengunjung juga wajib berhati-hari karena ada bagian jembatan yang terasa licin dan suram. Selain itu plat jembatan yang terbuat dari kayu mulai lapuk sehingga wajib ada usaha perbaikan secepatnya.

8. Jembatan Apung Situ Rawa Kalong

Gubernur Jabar Ridwan Kamil telah meresmikan Situ Rawa Kalong di Kota Depok. Namun saat ini jembatan atau panggung apung di situ tersebut digembok.Jembatan Apung Situ Rawa Kalong di Kota Depok (Rengga Sencaya)

Alamat

  • Situ (Danau) Rawa Kalong, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok.

Jembatan apung ini adalah hasil revitalisasi Danau Rawa Kalong yang tadinya kumuh dan tidak terurus. Proyek revitalisasi Situ Rawa Kalong digawangi Pemkot Depok dan Pemprov Jawa Barat dengan total dana Rp 21 miliar. Jembatan yang didesain mengikuti arus air ini membelah danau seluas 8,5 hektar.

Setelah diperbiki, Jembatan Apung Situ Rawa Kalong menjadi destinasi wisata baru bagi warga Jawa Barat. Warga bisa ambil foto, lihat-lihat pemandangan, atau menikmati kuliner sekitar danau.

Buat detikers yang ingin menikmati healing tipis dan murah di wisata jembatan apung, sebaiknya update lebih dulu kondisi tujuan liburan terbaru. Update info memastikan jembatan apung masih beroperasi dalam kondisi baik dan layak.

(row/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Unik! Wisata Kali Odo Gedangan, Sungai yang Mengalir saat Kemarau



Semarang

Kali Odo merupakan salah satu destinasi wisata air yang menawarkan pengalaman unik dan menyegarkan, yang ada di Semarang. Sungai ini mengalirkan air jernih langsung dari mata air alami, memberikan nuansa alami yang khas dan menenangkan.

Letaknya di Desa Gedangan, Kabupaten Semarang, Kali Odo dikenal bukan hanya sebagai tempat wisata. Tetapi juga sebagai bagian penting dari ekosistem dan kehidupan masyarakat setempat.

Keunikan Aliran Air Kali Odo

Mengutip informasi dari situs resmi Desa Gedangan, aliran air di Kali Odo berasal dari sumber mata air bawah tanah. Menariknya, aliran sungai tersebut justru muncul di musim kemarau, sementara saat musim hujan airnya menghilang.


Fenomena itu menjadikan Kali Odo berbeda dari kebanyakan sungai lainnya. Air dari mata air ini tidak hanya dimanfaatkan untuk wisata, tetapi juga menjadi sumber air bersih yang sangat vital bagi warga.

Selain digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, air Kali Odo juga mengairi lahan pertanian dan sawah di beberapa desa, termasuk Gedangan, Sraten, dan Rowosari. Totalnya, lebih dari 50 hektare lahan pertanian bergantung pada aliran air ini.

Nilai Sejarah dan Budaya yang Melekat

Desa Gedangan sendiri merupakan desa wisata yang memiliki dua jenis lahan pertanian, yaitu area perkebunan dan sawah. Di wilayah barat desa, terdapat beberapa sumber mata air lain yang diduga memiliki nilai sejarah tinggi.

Hal itu dibuktikan dengan adanya susunan batu bata kuno yang ditemukan di sekitar sumber tersebut, meski hingga kini belum dilakukan penggalian lebih lanjut untuk menelusuri peninggalan tersebut.

Selain kekayaan alam dan sejarahnya, Kali Odo juga menyimpan nilai budaya yang tinggi. Salah satu tradisi masyarakat yang masih lestari hingga kini adalah ritual sadranan. Dalam tradisi ini, warga berkumpul di sekitar sungai untuk melakukan kegiatan keceh atau mandi bersama di aliran air.

Acara tersebut disertai dengan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas limpahan air yang menghidupi mereka. Setiap kali musim kemarau tiba dan air dari mata air mulai mengalir, masyarakat mengadakan selamatan dengan menyajikan puluhan nasi tumpeng.

Tradisi ini menjadi simbol penghormatan terhadap alam dan bentuk kebersamaan warga dalam menjaga warisan leluhur.

Lokasi

Kali Odo ini lokasinya berada di Desa Gedangan, Kecamata Tuntang, Kabupaten Semarang.

Harga Tiket Masuk

Untuk tiket masuknya, traveler dikenakan biaya Rp 5 ribu per orang. Dan jika ingin menyewa pelampung dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 5 ribu.

Jam Operasional

Wisata Kali Odo ini dibuka setiap hari mulai dari jam 07.00 sampai 18.00 WIB

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Warga Kuningan Sukses Ubah Pembuangan Sampah Liar Jadi Tempat Wisata



Kuningan

Wisata Alam Bantar Delan di Kuningan, dulunya tempat pembuangan sampah, kini jadi objek wisata. Tempat ini mendukung ekonomi lokal dan lingkungan.

Wisata alam yang terletak di Desa Karangtawang, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan ini berlokasi di pinggir jurang sungai Hawangan Landeuh.

Pengelola objek wisata Alam Bantar Delan, Uni (48) memaparkan, bahwa sebelum jadi tempat wisata, Alam Bantar Delan merupakan tempat pembuangan sampah liar. Sampah-sampah tersebut dibuang langsung ke area lembah hingga aliran sungai.


“Sudah puluhan tahun ini jadi tempat buang sampah, masyarakat pada buang sampah di sini, malah sampai longsor sampahnya. Karena resah, terus kakak saya Ehon, yang punya lahan, punya ide bagaimana kalau ubah jadi tempat wisata saja. Kebetulan saya pelaksana lapangannya, asli orang sini. Akhirnya sejak tahun 2022 itu dibersihkan. Untungnya setelah ini dibuat tempat wisata ada TPA khusus buat buang sampah,” tutur Uni.

Uni memaparkan, karena belum terbiasa, awal-awal memang cukup sulit untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak membuang sampah di bantaran sungai. Bahkan, pembangunan wisata pun sempat mengalami penolakan karena dikhawatirkan bisa menyebabkan longsor.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, setelah sampah mulai dibersihkan, masyarakat pun mendukung pembangunan objek wisata Alam Bantar Delan. Untuk pembangunan awalnya sendiri adalah dengan membangun area tempat bermain anak-anak seperti ayunan, trampolin, toilet, gazebo, perosotan hingga kantin.

“Tadinya ada yang bilang nggak bisa dijadikan ini, takut longsor. Padahal, kalau sudah bersihkan enak karena yang penting sampahnya hilang aja dulu. Dan orang yang mau buang sampah di sini nggak enak, karena sudah jadi tempat wisata. Alhamdulillah setelah dua tahun berjalan, respon masyarakat bagus, malah pada mendukung,” tutur Uni.

Ke depan, Objek wisata Bantar Delan akan terus dikembangkan dengan menambah beberapa fasilitas baru seperti area kemah dan tempat parkir. Rencananya, dua area tersebut akan bisa digunakan di tahun depan.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar, baca selengkapnya di sini.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Segar dan Menenangkan, Air Terjun Serbaraja Toll Park, Hidden Gem di BSD


Jakarta

Tangerang mempunyai destinasi ruang terbuka hijau dengan view air terjun kecil. Air terjun itu berada di Serbaraja Toll Park yang cocok untuk jogging pagi, me time sore, dan healing.

Lokasi taman ada di dalam BSD area Kabupaten Tangerang. Dari sini, traveler bisa memandang Sungai Cisadane dengan air terjun mininya. Soal akses, kawasan ini mudah dijangkau dan terbuka untuk masyarakat umum.

Serbaraja Toll Park The Breeze BSD TangerangAir terjun viral Serbaraja Toll Park The Breeze BSD Tangerang (Qonita Hamidah/detikTravel)

Air Terjun dan Keunikan Serbaraja Toll Park

Serbaraja Toll Park ini unik karena lokasinya berada di bawah kolong jalan tol Serbaraja, tidak jauh dari pusat perbelanjaan The Breeze. Di sini, pengunjung dapat menikmati pemandangan tiga air terjun kecil dari aliran Sungai Cisadane.


Saat detikTravel berkunjung sore hari, taman itu relatif ramai. Menurut informasi, taman itu memang paling ramai pada pagi dan sore hari, serta sepanjang waktu saat akhir pekan. Taman itu memang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan dibuka untuk umum 24 jam.

“Biasanya ramai saat weekend atau tanggal merah. Jam 05.00 WIB sudah ada yang lari di sini,” kata Suhadi, petugas keamanan setempat kepada detikTravel pada Rabu (29/10/2025).

Menariknya lagi, taman itu juga kerap digunakan sebagai spot pemotretan wisuda. Namun, pengunjung wajib melakukan koordinasi terlebih dahulu dengan pihak pengelola agar tidak dikenakan biaya tambahan.

“Taman ini bisa buat foto wisuda, tapi jangan dadakan ramai-ramai bawa kamera tanpa izin. Nanti kami petugas keamanan yang kena tegur. Yang ingin foto bisa minta izin ke pihak pengelola. Di sini ada CCTV, jadi kelihatan kalau ada keramaian,” ujar Suhadi.

Menurut Suhadi, saat ini Serbaraja Toll Park masih dikelola pihak swasta sebagai developer utama. Pengelolaan ini meliputi perawatan, perizinan, dan penyiraman taman yang dilakukan dengan teratur.

Vibe Serbaraja Toll Park

Saat memasuki area taman, pengunjung akan disambut deretan tanaman hijau yang rindang dan asri dirawat setiap hari oleh petugas. Di dalamnya terdapat joging track yang bisa digunakan untuk berlari, berjalan santai, hingga bersantai menikmati udara segar.

“Aku lagi jogging di sini. Jogging tracknya mulus, nggak berlubang, dan banyak tanaman hijaunya yang bikin pikiran fresh,” kata Mira, salah satu pengunjung.

Di sepanjang jogging track, pengunjung juga disuguhi elemen estetis seperti batu-batuan kecil, jembatan, hingga lorong yang adem dan fotogenik. Menariknya, terdapat tiga pertigaan jembatan di area taman.

Jika detikers berjalan lurus, jalur akan berlanjut ke track jogging berikutnya. Sementara itu, jika belok kiri, detikers akan keluar dari area taman. Selama berlari atau berjalan santai, pengunjung ditemani pemandangan sungai dengan suara gemericik air yang menenangkan.

Bagi detikers yang ingin berkunjung, disarankan datang pada pagi atau sore hari untuk mendapatkan suasana yang teduh, adem, dan lebih ramai. Perpaduan suasana hijau, aliran sungai, dan jalur yang mulus membuat pengalaman jogging di taman ini terasa berbeda.

(row/fem)



Sumber : travel.detik.com

Warga Kuningan Sukses Ubah Pembuangan Sampah Liar Jadi Tempat Wisata



Kuningan

Wisata Alam Bantar Delan di Kuningan, dulunya tempat pembuangan sampah, kini jadi objek wisata. Tempat ini mendukung ekonomi lokal dan lingkungan.

Wisata alam yang terletak di Desa Karangtawang, Kecamatan Kuningan, Kabupaten Kuningan ini berlokasi di pinggir jurang sungai Hawangan Landeuh.

Pengelola objek wisata Alam Bantar Delan, Uni (48) memaparkan, bahwa sebelum jadi tempat wisata, Alam Bantar Delan merupakan tempat pembuangan sampah liar. Sampah-sampah tersebut dibuang langsung ke area lembah hingga aliran sungai.


“Sudah puluhan tahun ini jadi tempat buang sampah, masyarakat pada buang sampah di sini, malah sampai longsor sampahnya. Karena resah, terus kakak saya Ehon, yang punya lahan, punya ide bagaimana kalau ubah jadi tempat wisata saja. Kebetulan saya pelaksana lapangannya, asli orang sini. Akhirnya sejak tahun 2022 itu dibersihkan. Untungnya setelah ini dibuat tempat wisata ada TPA khusus buat buang sampah,” tutur Uni.

Uni memaparkan, karena belum terbiasa, awal-awal memang cukup sulit untuk merubah kebiasaan masyarakat agar tidak membuang sampah di bantaran sungai. Bahkan, pembangunan wisata pun sempat mengalami penolakan karena dikhawatirkan bisa menyebabkan longsor.

Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama, setelah sampah mulai dibersihkan, masyarakat pun mendukung pembangunan objek wisata Alam Bantar Delan. Untuk pembangunan awalnya sendiri adalah dengan membangun area tempat bermain anak-anak seperti ayunan, trampolin, toilet, gazebo, perosotan hingga kantin.

“Tadinya ada yang bilang nggak bisa dijadikan ini, takut longsor. Padahal, kalau sudah bersihkan enak karena yang penting sampahnya hilang aja dulu. Dan orang yang mau buang sampah di sini nggak enak, karena sudah jadi tempat wisata. Alhamdulillah setelah dua tahun berjalan, respon masyarakat bagus, malah pada mendukung,” tutur Uni.

Ke depan, Objek wisata Bantar Delan akan terus dikembangkan dengan menambah beberapa fasilitas baru seperti area kemah dan tempat parkir. Rencananya, dua area tersebut akan bisa digunakan di tahun depan.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar, baca selengkapnya di sini.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Ramai Protes Jembatan Balboa Estate Ciputat, Warga Sebut Banjir Makin Parah



Jakarta

Warga di Perumahan Pondok Hijau, Ciputat, Tangerang Selatan memprotes pembangunan jembatan yang dilakukan oleh pengembang perumahan Balboa Estate. Sebab, pembangunan jembatan itu dinilai telah merusak lingkungan dan berdampak buruk bagi warga sekitar.

Pembangunan jembatan oleh Balboa Estate digunakan untuk menghubungkan akses pintu masuk dengan kompleks perumahan. Jembatan tersebut melintasi kali kecil yang lebarnya kurang lebih 5 meter.

Meski jembatan sangat pendek, tetapi warga Pondok Hijau tetap menolak pembangunan jembatan yang dilakukan oleh pihak pengembang Balboa Estate. Sebab, pembangunan ini telah berdampak terhadap lingkungan di sekitar Perumahan Pondok Hijau.


Salah satu warga yang memprotes pembangunan jembatan tersebut adalah Moch Aminullah. Ia mengatakan pembangunan jembatan itu telah menyebabkan banjir di lingkungan Perumahan Pondok Hijau. Bahkan, banjir tersebut telah menggenangi sejumlah RT yang berada di RW 9, Kelurahan Pisangan, Kecamatan Ciputat Timur, Tangerang Selatan.

“Masalah banjir ini bukan berimbas ke RT 08 saja, tapi RT lain juga pernah kena imbas. Di RT 01 pernah, terus RT 07, lalu RT 06 dan RT 09 juga kena banjir. Total 650 kepala keluarga terdampak,” kata Aminullah atau kerap disapa JQ kepada detikcom, Kamis (16/10/2025).

JQ juga mempermasalahkan pihak Balboa Estate yang membangun tembok pembatas perumahan di atas bantaran kali. Ia menuturkan beberapa bulan lalu pagar tersebut roboh dan menyebabkan aliran air jadi tersumbat. Kondisi itu menyebabkan air kali meluap dan membanjiri perumahan warga.

“Ini yang masalah lagi, bikin pagar di atas bantaran kali. Harusnya itu mundur sekitar 1,5 sampai 2 meter. Akhirnya tembok yang pertama kali dibangun roboh dan kena warga, masuk juga ke kali,” paparnya.

Menurut JQ, pembangunan jembatan tersebut juga menyebabkan kali menjadi dangkal dan lebarnya sempit. Kondisi ini dapat memengaruhi aliran air terutama saat hujan deras, sehingga kali jadi cepat meluap dan bisa membanjiri Perumahan Pondok Hijau.

Dari pantauan tim detikProperti di lokasi, Jumat (17/10/2025), terlihat tembok pembatas rumah sudah kembali dibangun pasca roboh akibat longsor beberapa waktu lalu. Kondisi bantaran kali terbilang cukup aman walau dibangun tembok pembatas yang tingginya sekitar 2,5 meter.

Tepat di seberang kali terdapat rumah-rumah warga di Pondok Hijau. Dari pengamatan tim detikProperti, tinggi tanah di kompleks Balboa Estate memang sedikit lebih tinggi sekitar 2 meter daripada perumahan Pondok Hijau.

Kondisi akses jalan dan jembatan menuju Balboa Estate yang diprotes warga Pondok HIjau, Ciputat, Tangerang Selatan.Kali yang membatasi antara perumahan Pondok Hijau dan Balboa Estate di Ciputat, Tangerang Selatan. Foto: Ilham Satria Fikriansyah/detikcom

Jembatan yang diprotes oleh warga selama beberapa bulan tersebut kini sudah dibeton bagian atasnya, tapi belum diaspal. Terlihat juga ada pos satpam yang telah dibangun di depan pintu masuk utama.

Selain mempermasalahkan pembangunan jembatan, warga setempat juga memprotes akses pintu masuk melalui Jalan Duta Darma yang masuk ke dalam kompleks Perumahan Pondok Hijau. JQ berujar pihak Balboa juga tidak melakukan izin terlebih dahulu kepada masyarakat, sehingga mereka menolak Jalan Duta Darma digunakan oleh kompleks perumahan lain.

“Kalau misalnya masuk buat akses masuk lewat Pondok Hijau, kan harus melalui prosedur dulu. Selain mendapat izin dari dinas terkait, mereka juga harus minta izin sama warga setempat agar bisa lancar. Tapi mana? Orang warga (Pondok Hijau) saja nggak setuju kalau lewat sini,” ujar JQ.

Ditemui secara terpisah, Manager Operasional Balboa Estate Yohanes Setiawan mengatakan Perumahan Pondok Hijau disebut memang sudah banjir sejak lama, bahkan sebelum ada pembangunan jembatan dan kompleks Balboa Estate. Bahkan, jika memang kawasan tersebut rawan banjir tentu pihaknya tidak akan membangun rumah di kawasan tersebut.

“Memang problem-nya kan sudah sering banjir dari dulu, sebelum ada ini (Balboa Estate) juga sudah banjir. Tapi sekarang ini warga menyalahi kita, rumahnya saja belum ada gimana kita menyebabkan banjir? Banjirnya juga sudah dari zaman dulu,” papar Yohanes saat ditemui di Balboa Estate Ciputat, Jumat (17/10/2025).

Meski begitu, Yohanes mengakui jika tembok pembatas perumahan milik Balboa Estate pernah roboh akibat dinding bagian bawah longsor. Hal itu dipicu oleh aliran air kali yang sangat deras dan konstruksi dinding yang tidak kuat.

“Itu kejadiannya beberapa bulan lalu, jadi dinding bawah tembok ikut keseret. Bukan roboh dan menimpa perumahan ya, tapi jatuh ke air dan airnya meluap hingga ke aliran sungai yang ada di tengah Pondok Hijau,” ujar Yohanes.

Kini, akses pintu masuk yang dibuat oleh pihak Balboa telah ditutup oleh seng setinggi kurang lebih 4 meter. Di depan pintu masuk juga dipasangi patok-patok oleh warga Pondok Hijau sebagai bentuk protes karena pembangunan jembatan dan akses pintu masuk yang tanpa melalui izin dengan penduduk setempat.

(ilf/das)



Sumber : www.detik.com