Tag Archives: allah swt

Niat Puasa Ganti Ramadhan: Arab, Latin, dan Artinya


Jakarta

Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang telah baligh, berakal, dan mampu. Namun, dalam kondisi tertentu, seseorang bisa meninggalkan puasa Ramadhan karena alasan syar’i seperti sakit, haid, nifas, bepergian jauh (safar), atau sebab lain yang dibenarkan agama.

Bagi muslim yang meninggalkan puasa Ramadhan dengan alasan yang dibenarkan secara syariat, Islam memberikan keringanan untuk menggantinya di hari lain setelah bulan Ramadhan berakhir. Ibadah pengganti tersebut dikenal dengan istilah puasa qadha atau puasa ganti Ramadhan.

Dikutip dari Buku Pintar Puasa Wajib dan Sunnah karya Nur Solikhin, secara bahasa, qadha berarti mengganti, menunaikan, atau melaksanakan sesuatu di luar waktu yang telah ditentukan. Dalam ibadah puasa, qadha puasa Ramadhan berarti melaksanakan puasa sebagai pengganti hari-hari yang ditinggalkan pada bulan Ramadhan.


Dasar Hukum Puasa Ganti Ramadhan

Kewajiban mengganti puasa yang ditinggalkan memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur’an dan hadits Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 184,

أَيَّامًا مَّعْدُودَٰتٍ ۚ فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۚ وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُۥ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ فَمَن تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَّهُۥ ۚ وَأَن تَصُومُوا۟ خَيْرٌ لَّكُمْ ۖ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Artinya: “(Yaitu) beberapa hari tertentu. Maka, siapa di antara kamu sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), (wajib mengganti) sebanyak hari (yang dia tidak berpuasa itu) pada hari-hari yang lain. Bagi orang yang berat menjalankannya, wajib membayar fidyah, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Siapa dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, itu lebih baik baginya dan berpuasa itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Ayat ini menjelaskan bahwa orang yang tidak berpuasa karena alasan syar’i wajib mengganti puasanya di hari lain ketika sudah memungkinkan.

Dalam hadits, Aisyah RA berkata, “Aku pernah mempunyai hutang puasa Ramadhan, maka aku tidak mengqadhanya kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa qadha puasa Ramadhan dilakukan setelah Ramadhan berakhir, bahkan bisa hingga menjelang Ramadhan berikutnya selama belum melampaui batas waktu satu tahun.

Niat Puasa Qadha Ramadhan

Membaca niat puasa qadha Ramadhan dilakukan sejak malam hari hingga sebelum waktu Subuh. Adapun bacaan niatnya sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Arab Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah SWT.”

DR. Thariq Muhammad Suwaidan dalam bukunya yang berjudul Rahasia Puasa Menurut 4 Mazhab menjelaskan, menunda qadha puasa tanpa uzur sampai datang Ramadhan berikutnya tidak membatalkan kewajiban qadha, tetapi menambah kewajiban membayar fidyah.

Menurut ulama, fidyah ini dibayarkan berupa makanan pokok (seperti beras) seukuran satu mud (sekitar 675 gram) untuk setiap hari puasa yang tertunda.

Hal ini berdasarkan fatwa sahabat Nabi SAW, seperti Ibnu Abbas r.a. yang berkata:

“Apabila seseorang memiliki utang puasa Ramadhan lalu ia tidak menggantinya hingga datang Ramadhan berikutnya, maka ia harus berpuasa qadha dan memberi makan (fidyah) kepada satu orang miskin untuk setiap hari.” (HR Daruquthni)

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Saat Nabi Ibrahim AS Dibakar Hidup-hidup karena Hancurkan Berhala



Jakarta

Nabi Ibrahim AS pernah dibakar hidup-hidup karena menghancurkan berhala kaumnya. Sebagaimana diketahui, Ibrahim AS merupakan salah satu utusan Allah SWT yang ditugaskan berdakwah kepada penduduk Babilonia.

Dilansir dari kitab Qishashul Anbiya susunan Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, nama lengkap Ibrahim AS adalah Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Ibunya adalah Buna binti Karbita bin Karatsi yang merupakan keturunan Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.


Nabi Ibrahim AS menentang penyembahan berhala yang dilakukan penduduk Babilonia. Dia bahkan berani bertanya kepada kaumnya apakah berhala-berhala itu bisa mendengar mereka berdoa atau memberi manfaat.

Walau demikian, kaumnya tetap menyembah berhala karena mengikuti ajaran nenek moyang mereka. Ibrahim AS lantas berkata sebagaimana tertuang dalam surah Asy Syu’ara ayat 75-77,

قَالَ أَفَرَءَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمُ ٱلْأَقْدَمُونَ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّىٓ إِلَّا رَبَّ ٱلْعَٰلَمِين

Artinya: “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya, mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Rabb seluruh alam.” (QS Asy-Syu’ara: 75-77)

Untuk menyadarkan kaumnya, Nabi Ibrahim AS lantas menyusun siasat. Ketika para penduduk Babilonia merayakan hari besar di luar perkampungan, Ibrahim AS enggan ikut dengan alasan sedang sakit.

Lalu, diam-diam dia pergi menuju tempat para berhala berada. Tangan kanannya lalu menghancurkan berhala-berhala itu menggunakan kapak hingga hancur berkeping-keping.

Menurut salah satu riwayat, Nabi Ibrahim AS meletakkan kapak di tangan berhala yang besar untuk memberi kesan dia cemburu jika ada Tuhan kecil lainnya yang disembah bersamanya.

Ketika kaumnya pulang dari perayaan, mereka terkejut bukan main melihat para berhala-berhala itu hancur. Kemudian, mereka menunjuk Nabi Ibrahim AS sebagai pelakunya karena dia yang sering mencemooh berhala-berhala tersebut. Selain itu, Ibrahim AS berada di perkampungan saat penduduk lain mengikuti perayaan hari besar di luar.

Saat ditanya terkait perlakuan Nabi Ibrahim AS terhadap berhala-berhala itu, dia berkata:

قَالُوٓا۟ ءَأَنتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَا يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَسْـَٔلُوهُمْ إِن كَانُوا۟ يَنطِقُونَ

Artinya: “Maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” (QS Al Anbiya: 62-63).

Penduduk Babilonia yang mendengar jawaban Nabi Ibrahim AS menunduk ketika mendengar jawaban Ibrahim AS. Menurut tafsir Qatadah, mereka bingung dan menunduk sambil berkata ‘Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.”

Ketika itulah Nabi Ibrahim AS menjawab,

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَلَا يَضُرُّكُمْ أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Artinya: “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudharat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al Anbiya: 66-67)

Karena kalah dalam perdebatan, akhirnya kaum Nabi Ibrahim AS menggunakan kekuatan dan kekuasaan untuk membela kebodohan mereka. Ibrahim AS lantas dihukum oleh kaumnya dengan dibakar hidup-hidup.

Atas kuasa Allah SWT, api tersebut menjadi dingin. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Anbiya ayat 69,

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya: “Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!”

Peristiwa tersebut membuat orang-orang di sana tercengang. Pembarakan pun dihentikan karena Ibrahim AS sama sekali tidak terbakar.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Orang yang Terakhir Keluar dari Neraka Lalu Masuk Surga



Jakarta

Rasulullah SAW pernah menceritakan sebuah kisah yang sampai membuat beliau tertawa hingga tampak gigi gerahamnya. Kisah ini tentang orang terakhir yang keluar dari neraka dan terakhir masuk surga.

Diceritakan dalam kitab An-Nihayah karya Ibnu Katsir dari riwayat Imam Muslim, pada hari kiamat, didatangkan seorang laki-laki lalu ditanya seluruh perbuatannya semasa di dunia. Laki-laki itu hanya bisa mengiyakan, tanpa memungkirinya, sementara dia sangat takut dosa-dosa besarnya akan diperlihatkan kepadanya.

Namun, ternyata setiap keburukannya telah diganti dengan satu kebaikan. Laki-laki itu lalu berkata, “Ya Tuhanku, aku dulu telah melakukan beberapa hal, tapi tidak aku lihat di sini.”


Abu Dzar yang meriwayatkan hadits tersebut mengatakan melihat Rasulullah SAW tertawa sampai kelihatan gigi gerahamnya saat menceritakan kisah laki-laki itu.

Kisah ini turut diceritakan dalam riwayat Ath-Tabarani dari Abu Umamah. Dikatakan, seorang laki-laki menggelepar-gelepar di atas Shirath seperti anak yang dipukuli bapaknya. Dia ingin lari tetapi amalnya membuatnya tak bisa berkutik. Dia lantas memohon, “Ya Tuhanku, sampaikan hamba ke surga, dan selamatkan hamba dari neraka.”

Allah SWT mengilhamkan kepadanya, “Hai hamba-Ku, jika Aku menyelamatkanmu dari neraka dan memasukanmu ke surga, apakah kamu akan mengaku di hadapan-Ku akan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahanmu?”

Orang itu mengatakan akan mengakui dosa-dosa dan kesalahannya jika diselamatkan dari neraka. Dia kemudian bisa melintasi Shirath, tapi dalam hatinya berkata, “Kalau aku mengaku kepada-Nya akan dosa-dosaku dan kesalahan-kesalahanku, niscaya Dia mengembalikan aku ke neraka.”

Ketika Allah SWT memintanya mengakui dosa-dosanya, orang itu malah membantah dengan mengatakan masih punya jasa-jasa besar. Singkat cerita, Allah SWT kemudian memperlihatkan saksi-saksi atas apa yang diperbuatnya selama di dunia. Kulit pun berbicara.

Allah SWT mengilhamkan kepadanya, “Hai hamba-Ku, Aku lebih tahu mengenai itu daripada kamu. Akulah di hadapan-Ku dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan, niscaya Aku ampuni kamu atas semua itu, dan Aku masukkan kamu ke surga.”

Orang itu pun mengakui dosa-dosanya dan Allah SWT memasukannya ke surga.

Kata Abu Umamah, Rasulullah SAW tertawa sampai kelihatan gigi gerahamnya seraya bersabda, “Orang ini adalah penghuni surga yang paling rendah derajatnya. Maka, apalagi orang lebih tinggi derajatnya.”

Imam Ahmad dalam Musnad-nya juga meriwayatkan kisah orang yang dikeluarkan dari neraka. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda,

يَخْرُجُ أَرْبَعَةٌ مِنَ النَّارِ قَالَ أَبُو عِمْرَانَ أَرْبَعَةٌ قَالَ ثَابِتٌ رَجُلان فَيُعْرَضُونَ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يُؤْمَرُ بِهِمَا إِلَى النَّارِ قَالَ فَيَلْتَفِتُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ أَي رَبِّ قَدْ كُنْتُ أَرْجُو إِذَا أَخْرَجْتَنِي مِنْهَا أَنْ لَا تُعِيدَنِي فِيهَا فَيُنْحِيهِ اللَّهُ مِنْهَا.

Artinya: “Ada empat orang dikeluarkan dari neraka -Abu Imran mengatakan empat orang, sedang Tsabit mengatakan dua orang-lalu dihadapkan kepada Allah, kemudian keempat orang itu -atau kedua orang itu- disuruh dikembalikan ke neraka. Maka salah seorang dari mereka menoleh seraya berkata, “Ya Tuhan-ku, sungguh, tadinya aku berharap, apabila Engkau telah mengeluarkan aku dari neraka, bahwa Engkau tidak akan mengembalikan aku lagi ke sana.” Maka Allah pun melepaskan dari neraka. “

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Panas Dunia Karena Hembusan Neraka? Begini Penjelasan Ulama



Jakarta

Ketika suhu udara terasa sangat menyengat, banyak orang bertanya: “Apakah panas dunia ini disebabkan oleh hembusan neraka?”

Pertanyaan tersebut bukan tanpa dasar. Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW pernah menyebutkan bahwa panas yang dirasakan di dunia merupakan bagian dari hembusan api neraka Jahannam.


Dikutip dari buku Dahsyatnya Neraka: Pedihnya Azab Neraka dan Keadaan Calon Penghuninya karya Syaiful Bachir Az-Zidani, hadits yang menjadi dasar keyakinan ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda,

“Neraka mengadu kepada Allah SWT, ia berkata: ‘Wahai Tuhanku, sebagian diriku memakan sebagian yang lain.’ Maka Allah mengizinkannya untuk bernafas dua kali, yaitu sekali di musim dingin dan sekali di musim panas. Maka itulah sebabnya kamu merasakan hawa yang paling dingin dan hawa yang paling panas.” (HR. Al-Bukhari, Muslim)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

“Panasnya api kalian (Bani Adam) yang digunakan di dunia untuk membakar merupakan sebagian dari tujuh puluh bagia panasnya api neraka Jahanam.” Para sahabat bertanya, ‘Demi Allah, apakah itu cukup wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Belum, sesungguhnya panasnya sebagian yang satu melebihi sebagian yang lainnya sebanyak enam puluh sembilan kali lipat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, “Hadis ini menunjukkan bahwa panas yang sangat di dunia ini dan dingin yang sangat juga, keduanya berasal dari hembusan neraka. Hal itu merupakan sesuatu yang Allah jadikan sebagai sebab dan hikmah atas izin-Nya.”

Artinya, Allah SWT menciptakan sebab tertentu di dunia yang membuat sebagian hawa panas dan dingin ekstrem menjadi pengingat bagi manusia tentang siksa neraka.

Ka’ab al-Akhbar, “Demi Dzat yang jiwa Ka’ab ada di tangan-Nya, seandainya neraka Jahannam dibuka seukuran hidung lembu di bumi sebelah timur, dan ada seseorang di belahan bumi bagian barat pasti otaknya akan meleleh karena tidak mampu menahan panas yang amat dahsyat. Wahai manusia apakah kalian merasa tentram dengan ini? Ataukah kalian mampu bersabar terhadapnya? Wahai, Anak Adam, berbuat taat kepada Allah SWT lebih ringan bagi kalian, daripada menanggung siksa ini, maka taatlah kalian semua kepada-Nya.”

Pandangan Ulama tentang Panas Dunia Hembusan Neraka

1. Imam Qurthubi

Imam Qurthubi berkata, “Adapun sumber panas yang kita ketahui di dunia sekarang ini adalah matahari dan api. Akan tetapi, itu hanya merupakan bayangan dari api neraka yang sesungguhnya. Seandainya, seseorang berada di tempat atau berada dekat jaraknya dengan matahari terbit, maka akan terasa amat panas yang dapat melelehkan kepala bagi orang tersebut. Namun, itu hanya sebutir kecil atau dibukakan salah satu pintu neraka itu.”

Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan:

“Allah menjadikan panas dunia sebagai peringatan kecil dari panasnya neraka. Sehingga ketika manusia merasakan panas, mereka teringat betapa lebih dahsyat panas di akhirat.”

2. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani

Dalam Fathul Bari, beliau berkata, “Nafas neraka yang dimaksud adalah sesuatu yang Allah jadikan sebagai sebab munculnya panas dan dingin yang ekstrem di dunia. Tidak harus dipahami bahwa neraka benar-benar menghembuskan ke bumi.”

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Ulama kontemporer ini menjelaskan, “Hadis tersebut menunjukkan bahwa hawa panas dan dingin yang sangat di dunia adalah pengaruh dari izin Allah kepada neraka untuk ‘bernafas’. Namun ini tidak berarti secara fisik neraka meniupkan udara ke dunia, melainkan sebagai sebab dan peringatan dari Allah.” (Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid 3, hal. 354)

Dalil Al-Qur’an tentang Hubungan Dunia dan Neraka

Al-Qur’an tidak menyebut secara eksplisit bahwa panas di bumi berasal dari neraka. Namun, beberapa ayat menegaskan bahwa semua fenomena alam, termasuk panas, hujan, dan dingin adalah ciptaan dan kendali Allah SWT.

Dalam surah An-Nahl ayat 81, Allah SWT berfirman,

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُم بَأْسَكُمْ

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagi kamu tempat berteduh dari apa yang Dia ciptakan, dan Dia menjadikan bagimu tempat berlindung di gunung-gunung, dan menjadikan pakaian untuk melindungi kamu dari panas dan pakaian (baju besi) untuk melindungimu dari peperangan.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Panas Dunia Tak Ada Apa-apanya Dibanding Panas Neraka, Ini Nasihat Rasulullah


Jakarta

Panasnya cuaca membuat banyak orang merasa gerah dan tidak nyaman. Meski begitu, panasnya dunia tak bisa dibandingkan dengan panas neraka di akhirat kelak.

Dalam Islam, terkait cuaca panas disebutkan dalam sejumlah dalil. Salah satunya surah Al A’raf ayat 130,

وَلَقَدْ أَخَذْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ بِٱلسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ


Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.”

Sementara itu, dijelaskan dalam buku Shahih Bukhari Muslim oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi terbitan Quanta, Abu Hurairah RA berkata Nabi SAW bersabda:

“Jika cuaca sangat panas maka tunggulah sampai (agak) dingin untuk sholat Dzuhur, sebab panas yang sangat itu berasal dari hembusan Neraka Jahannam.”

Benarkah Panas Dunia Tak Ada Apa-apanya dengan Panas Neraka?

Menurut buku Laili Baina Al Jannah wa Al Nar susunan Khaled Abu Shadi terjemahan Rashid Satari, Allah SWT menjadikan banyak hal untuk mengingatkan manusia pada api neraka dan berbagai siksaan di dalamnya, seperti panasnya musim panas. Rasulullah SAW bersabda,

“Neraka mengadu kepada Rabb-nya seraya berkata, ‘Sebagian anggotaku memakan sebagian lainnya.’ Lalu, Allah menjadikan dua napas untuknya, satu napas di musim panas dan satu napas di musim dingin. Adapun napasnya di musim dingin disebut zambuharir (angin dingin), sedangkan napasnya di musim panas disebut samum (angin panas).” (Al Silsilah Al Shahihah)

Hadits tersebut menjadi isyarat adanya hubungan erat antara udara panas di musim panas dan api neraka. Hawa panas adalah pengingat terbesar tentang Neraka Jahanam. Hubungan tersebut sering diungkap oleh Nabi Muhammad SAW, salah satunya dalam hadits berikut:

“Tundalah sholat Dzuhur hingga panasnya mereda. Sebab, panas yang sangat menyengat itu berasal dari embusan api Jahannam.” (HR Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id RA)

Turut dijelaskan dalam buku The Power of Akhlak tulisan Ustaz Bobby Herwibowo dan Ustas A Hadi Yasin, Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa panasnya api di dunia hanya sepertujuuh puluh dari api neraka jahannam. Berikut haditsnya,

“Api yang dinyalakan bani Adam (anak manusia) adalah sepertujuh puluh api Neraka Jahannam.” Para sahabat mengatakan, “Demi Allah, api di sini (di dunia) sudah amat panas!” Rasul menegaskan, “Sungguh, api neraka 69 kali lipat lebih panas dibandingkan panasnya api di dunia.” (HR Bukhari & Muslim)

Di samping itu, saking besarnya api neraka, percikan api neraka yang berterbangan digambarkan seperti benteng-benteng yang besar dan unta hitam. Hal ini dijelaskan dalam surah Al Mursalat ayat 30-33,

(30) اِنْطَلِقُوْٓا اِلٰى ظِلٍّ ذِيْ ثَلٰثِ شُعَبٍ
(31) لَا ظَلِيْلٍ وَّلَا يُغْنِيْ مِنَ اللَّهَبِۗ
(32) اِنَّهَا تَرْمِيْ بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِۚ
(33) كَاَنَّهٗ جِمٰلَتٌ صُفْرٌۗ

Artinya: Pergilah menuju naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak menahan (panasnya) nyala api neraka.” Sesungguhnya ia (neraka) menyemburkan bunga api bagaikan istana (yang besar dan tinggi), seakan-akan iringan unta (hitam) kekuning-kuningan.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Ucapan Islami untuk Pernikahan, Cocok Dikirim Lewat Chat atau Kartu Ucapan


Jakarta

Pernikahan menjadi sesuatu yang sakral sekaligus jalan mewujudkan tujuan inisiasi dari syariat Islam untuk menjaga nasab. Anjuran menikah tercantum dalam hadits Rasulullah SAW yang berasal dari Abdullah bin Mas’ud RA.

“Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu, maka hendaknya ia berpuasa. Karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya.” (HR Bukhari & Muslim)


Dinukil dari buku Fiqh Keluarga Terlengkap oleh Rizem Aizid, pernikahan menjadi ibadah yang mulia. Banyak dalil yang membahas tentang pernikahan dalam Al-Qur’an, salah satunya pada surah An Nur ayat 32.

وَأَنكِحُوا۟ ٱلْأَيَٰمَىٰ مِنكُمْ وَٱلصَّٰلِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَآئِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا۟ فُقَرَآءَ يُغْنِهِمُ ٱللَّهُ مِن فَضْلِهِۦ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui,”

Ketika ada yang menikah, muslim bisa menyampaikan doa dan dukungan lewat ucapan islami. Berikut beberapa ucapan selamat menikah islami yang indah dan penuh makna yang bisa dikirim lewat chat atau kartu ucapan.

50 Ucapan Islami untuk Pernikahan Muslim

1. Selamat menempuh hidup baru. Barakallahu laka wa baraka ‘alaika
2. Selamat menikah! Semoga Allah menyempurnakan kebahagiaan kalian dengan keberkahan-Nya
3. Doaku menyertai kalian. Semoga Allah memberikan keturunan yang sholeh dan sholehah
4. Selamat menikah, sahabat tercinta. Doaku menyertai agar Allah memberkahi setiap langkah kalian bersama
5. Semoga Allah SWT mengaruniakan keturunan yang sholeh dan sholehah, serta berkah dalam segala aspek kehidupan kalian
6. Selamat menempuh bahtera rumah tangga. Semoga angin keberkahan selalu mengiringi perjalanan kalian
7. Barakallahu laka wa baraka ‘alaika. Semoga Allah senantiasa melimpahkan kebahagiaan dan keberkahan dalam rumah tanggamu
8. Barakallahu lakum! Semoga cinta dan kasih sayang selalu menyertai pernikahan kalian
9. Sahabatku, selamat menempuh hidup baru. Semoga Allah menjadikan rumah tanggamu sakinah, mawaddah, wa rahmah
10. Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakuma fi khair. Semoga Allah memberkahimu dan memberkahi pernikahanmu serta mengumpulkan kalian dalam kebaikan
11. Barakallah, sahabatku. Semoga pernikahan ini membawa banyak keberkahan dan kebahagiaan
12. Selamat menempuh hidup baru! Semoga Allah selalu menyatukan hati kalian dalam iman dan takwa
13. Selamat menikah! Semoga Allah menyempurnakan kebahagiaan kalian dengan keberkahan-Nya
14. Selamat menempuh hidup baru. Semoga Allah SWT memberkahi kalian dalam suka maupun duka.
15. Semoga pernikahan ini menjadi awal kebahagiaan dunia akhirat dan senantiasa diberkahi oleh Allah
16. Selamat menikah! Semoga cinta ini menjadi berkah di dunia dan akhirat.
17. Teman, doa terbaik untukmu. Semoga cinta kalian selalu tumbuh dan diridhai Allah SWT
18. Selamat menempuh hidup baru! Semoga menjadi pasangan yang saling melengkapi dalam kebaikan
19. Semoga Allah memberikan keturunan yang sholeh dan sholehah, serta memudahkan segala urusan kalian
20. Semoga rumah tangga kalian selalu diliputi keberkahan dan kebahagiaan. Selamat menikah!
21. Setiap doa kalian kini akan berpadu. Semoga Allah SWT selalu menjaga cinta kalian hingga surga
22. Selamat menikah, sahabat! Doaku untuk kebahagiaan dan cinta yang abadi dalam pernikahan kalian
23. Barakallahu lakum, sahabatku. Semoga Allah memberkahi perjalanan hidup kalian berdua
24. Sahabat, semoga pernikahan ini menjadi permulaan yang indah dan berkah dalam hidup kalian
25. Selamat menikah, sahabatku! Semoga Allah SWT selalu menjaga dan mempersatukan hati kalian dalam kebahagiaan
26. Selamat menempuh hidup baru! Semoga Allah SWT menjadikan kalian pasangan yang saling melengkapi
27. Semoga cinta kalian selalu tumbuh dalam iman dan takwa. Selamat menikah, sahabatku!
28. Sahabat, selamat memulai kehidupan baru! Semoga pernikahan ini menjadi ibadah terindah bagi kalian
29. Selamat menikah! Semoga Allah menjadikan kalian pasangan yang selalu saling menguatkan dalam kebaikan.
30. Selamat menikah! Semoga Allah mengaruniakan keturunan yang sholeh dan sholehah serta keluarga yang bahagia
31. Pernikahan adalah penyatuan dua hati dalam janji suci. Semoga Allah selalu menjaga kesetiaan dan cinta kalian berdua
32. Seperti hujan yang membawa berkah, semoga pernikahan ini membawa kebahagiaan yang tiada akhir
33. Seiring dengan janji yang terucap, semoga setiap langkah dalam pernikahan kalian diridhai Allah SWT
34. Cinta sejati adalah cinta yang mendekatkan kepada Allah. Selamat menikah, semoga keberkahan selalu menyertai
35. Bunga cinta kalian telah mekar dalam ikatan halal. Semoga mewangi sepanjang hidup dengan keberkahan-Nya
36. Pernikahan adalah awal dari kisah indah menuju surga. Semoga Allah selalu melimpahkan kebahagiaan untuk kalian
37. Bersama dalam doa, menyatukan hati dalam ketaatan. Semoga Allah menjaga kalian hingga akhir hayat
38. Selamat atas pernikahannya! Semoga Allah selalu menyertai kalian dalam membangun keluarga yang diridhai-Nya
39. Kalian bersatu dalam cinta karena Allah, semoga selalu tumbuh dalam ketaatan dan kebahagiaan
40. Pernikahan ini adalah janji suci. Semoga Allah selalu memberkahi dan melindungi cinta kalian
41. Selamat menikah! Semoga Allah senantiasa melimpahkan kebahagiaan dan keberkahan di keluarga baru kalian
42. Semoga menjadi pasangan yang saling melengkapi dalam kebaikan. Selamat menempuh hidup baru!
43. Selamat menempuh kehidupan baru! Semoga Allah SWT menjadikan keluarga ini sakinah, mawaddah, wa rahmah
44. Semoga rumah tangga ini selalu dipenuhi ketenangan dan keberkahan. Selamat menikah!
45. Selamat menikah, saudaraku. Semoga cinta ini membawa berkah dan ridha-Nya
46. Selamat menikah! Semoga Allah menyatukan hati kalian dalam cinta yang diridhai-Nya
47. Keluarga baru, kehidupan baru, semoga penuh dengan berkah, kebahagiaan, dan keberlimpahan rezeki
48. Selamat menempuh hidup baru! Semoga Allah menjadikan kalian pasangan yang selalu bersama dalam kebaikan dan ketakwaan
49. Barakallahu lakuma, semoga Allah selalu melindungi pernikahan ini dan memberikan keberkahan hingga akhir hayat
50. Selamat menikah! Semoga Allah memberikan kalian kebahagiaan di dunia dan akhirat.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Bolehkah Suami Menceraikan Istri yang Sedang Hamil? Ini Hukum dan Dalilnya


Jakarta

Pernikahan bukan hanya penyatuan antara dua insan, tetapi juga merupakan perjanjian suci yang melibatkan Allah SWT. Ikatan ini dibangun atas dasar cinta, tanggung jawab, dan komitmen untuk saling menjaga dalam suka maupun duka.

Namun dalam perjalanan rumah tangga, tidak semua pasangan mampu mempertahankan hubungan hingga akhir hayat. Perselisihan, ketidakharmonisan, atau perbedaan prinsip sering kali menjadi penyebab berakhirnya ikatan tersebut melalui perceraian.

Menariknya, dalam beberapa kasus, perceraian justru terjadi ketika sang istri sedang mengandung. Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan umat Islam tentang apakah talak saat hamil diperbolehkan? Bagaimana hukum cerai saat sedang hamil menurut syariat Islam?


Hukum Talak Saat Sedang Hamil

Dalam buku Fiqih Perempuan Kontemporer karya Farid Nu’man Hasan, dijelaskan bahwa jumhur ulama sepakat hukum cerai saat istri hamil adalah mubah atau boleh. Bahkan, Imam Ahmad bin Hanbal menyebut jenis perceraian ini sebagai bentuk talak yang sesuai dengan syariat.

Pendapat tersebut didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, di mana Rasulullah SAW bersabda,

“Kemudian, ceraikanlah ia pada waktu suci atau hamil.” (HR. Muslim).

Hadits ini menjadi dasar bahwa menjatuhkan talak pada istri yang sedang mengandung diperbolehkan dalam Islam dan tidak termasuk kategori cerai yang dilarang.

Apabila seorang istri diceraikan dalam keadaan hamil, maka masa iddahnya akan berakhir ketika ia melahirkan anaknya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Surat At-Thalaq ayat 4,

وَالّٰۤـِٔيْ يَىِٕسْنَ مِنَ الْمَحِيْضِ مِنْ نِّسَاۤىِٕكُمْ اِنِ ارْتَبْتُمْ فَعِدَّتُهُنَّ ثَلٰثَةُ اَشْهُرٍۙ وَّالّٰۤـِٔيْ لَمْ يَحِضْنَۗ وَاُولٰتُ الْاَحْمَالِ اَجَلُهُنَّ اَنْ يَّضَعْنَ حَمْلَهُنَّۗ وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مِنْ اَمْرِهٖ يُسْرًا ۝٤

Artinya: Perempuan-perempuan yang tidak mungkin haid lagi (menopause) di antara istri-istrimu jika kamu ragu-ragu (tentang masa idahnya) maka idahnya adalah tiga bulan. Begitu (pula) perempuan-perempuan yang tidak haid (belum dewasa). Adapun perempuan-perempuan yang hamil, waktu idah mereka adalah sampai mereka melahirkan kandungannya. Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia menjadikan kemudahan baginya dalam urusannya.

Hak dan Kewajiban Istri yang Diceraikan

Dalam jurnal Iddah dan Ihdad dalam Islam karya Abdul Moqsith disebutkan bahwa perempuan yang ditalak memiliki hak untuk memperoleh tempat tinggal yang layak, nafkah, pakaian, serta kebutuhan hidup lainnya dari mantan suaminya.

Rasulullah SAW pun menegaskan hal tersebut melalui sabdanya yang menjelaskan kewajiban suami terhadap istri yang masih berada dalam masa iddah.

“Perempuan beriddah yang bisa dirujuk oleh (mantan) suaminya berhak mendapat kediaman dan nafkah darinya.”

Selama menjalani masa iddah, seorang wanita tidak diperbolehkan menerima lamaran dari laki-laki lain, baik secara langsung maupun melalui sindiran (ta’ridh). Larangan ini berlaku hingga ia melahirkan dan tetap harus dipatuhi sesuai ketentuan syariat.

Selain itu, wanita yang sedang dalam masa iddah juga tidak diperkenankan keluar rumah kecuali untuk keperluan yang mendesak. Ketentuan ini disepakati oleh para ulama fiqih, seperti Imam Syafi’i, Malik bin Anas, Ahmad bin Hanbal, dan Al-Layts.

Dalam Buku Pintar Fikih Wanita karya Muhammad Zaenal Arifin, dijelaskan bahwa masa iddah memiliki beberapa konsekuensi yang dianggap kurang menguntungkan bagi suami, misalnya larangan menikahi perempuan kelima jika masih memiliki empat istri. Sebab, wanita yang berada dalam masa iddah masih berstatus sebagai istri sah, dan baru setelah masa iddah berakhir, sang suami diperbolehkan menikahi perempuan lain yang halal baginya.

Wallahu a’lam.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Hukum Talak Saat Marah dalam Islam, Apakah Sah?


Jakarta

Ketika menikah, setiap pasangan tentu berharap agar pernikahan tersebut menjadi pernikahan yang langgeng dan penuh kebahagiaan. Namun, dalam perjalanan rumah tangga, tak jarang muncul tantangan yang membuat pasangan suami-istri tidak sejalan dalam pandangan dan sikap terhadap suatu hal.

Perbedaan pendapat yang tidak diselesaikan dengan tenang sering kali berujung pada pertengkaran dan luapan emosi. Dalam kondisi seperti ini, kata-kata bisa meluncur tanpa kendali, termasuk ucapan talak yang diucapkan dalam keadaan marah.

Hal ini menimbulkan pertanyaan yang kerap muncul di benak banyak orang: bagaimana hukum talak yang diucapkan saat sedang marah dan emosi? Apakah talak tersebut tetap sah di mata Islam, atau justru tidak dianggap karena diucapkan tanpa kesadaran penuh?


Hukum Talak Saat Emosi

Dikutip dari website resmi Kementerian Agama, terdapat perbedaan pandangan di kalangan ulama mengenai talak yang diucapkan oleh suami dalam keadaan marah atau emosi. Sebagian ulama berpendapat bahwa talak yang diucapkan dalam kondisi tersebut tetap sah dan memiliki kekuatan hukum.

Salah satu ulama yang berpendapat demikian adalah Syekh Zainuddin al-Malibari dari mazhab Syafi’i, yang menjelaskan bahwa talak orang yang marah tetap dianggap sah selama ia masih dalam keadaan sadar dan mengetahui apa yang diucapkannya.

واتفقوا على وقوع طلاق الغضبان وإن ادعى زوال شعوره بالغضب

Artinya: “Para ulama bersepakat bahwa talak orang yang marah itu tetap jatuh, meskipun ia mengklaim bahwa kesadarannya hilang karena marah.” (Syekh Zainuddin al-Malibari, Fathul Mu’in [Semarang, Thoha Putra: t.t], halaman 112).

Sementara itu, sebagian ulama lain berpendapat bahwa talak yang diucapkan suami dalam keadaan marah berat atau emosi yang memuncak tidak dianggap sah. Alasannya, pada tingkat kemarahan tersebut, seseorang tidak lagi sepenuhnya sadar terhadap ucapan dan tindakannya.

Kondisi ini bahkan disamakan dengan keadaan orang yang kehilangan akal, seperti orang gila atau penderita epilepsi saat kambuh.

وأربع لا يقع طلاقهم: الصبي، والمجنون. وفي معناه المغمى عليه، والنائم، والمكرَه

Artinya: “Empat orang yang penyataan talaknya dianggap tidak berlaku, yaitu anak kecil, orang gila – termasuk di dalamnya adalah penderita epilepsi-, orang yang sedang tidur, dan orang yang dipaksa”. (Syekh Ibnu Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib al-Mujib, [Semarang, Thoha Putra: t.t] halaman 48).

Tingkat Kemarahan Suami Saat Mengucap Talak

Masih mengutip dari laman Kemenag, Syekh Abdurrahman al-Jaziri dalam Kitabul Fiqhi ‘alal Madzhabil Arba’ah (Beirut, Darul Kutubil Ilmiyah: 2003), juz IV, halaman 262, menjelaskan bahwa tingkat kemarahan seorang suami saat mengucapkan talak dibagi menjadi tiga.

Pertama, marah tingkat awal, yaitu ketika seseorang mulai marah namun masih mampu mengendalikan diri dan menyadari setiap ucapannya. Dalam kondisi ini, talak yang diucapkan tetap sah karena dilakukan dalam keadaan sadar.

Kedua, marah tingkat puncak, yakni saat emosi telah memuncak hingga menghilangkan akal dan kesadaran. Orang dalam kondisi ini disamakan dengan orang gila, sehingga talaknya tidak sah dan tidak berlaku.

Ketiga, marah tingkat pertengahan, yaitu ketika kemarahan sudah tinggi dan membuat seseorang keluar dari kebiasaannya, tetapi belum sampai kehilangan kesadaran. Dalam kondisi ini, mayoritas ulama berpendapat bahwa talaknya tetap sah, karena pelaku masih dalam keadaan sadar dan mengetahui apa yang diucapkannya.

Menentukan tingkat kemarahan suami saat mengucapkan talak perlu dilakukan dengan penilaian yang objektif melalui bukti, saksi, serta pertimbangan pihak berwenang seperti petugas KUA atau tokoh agama agar keputusan sesuai dengan syariat.

Cara Menahan Amarah dalam Islam

Emosi yang tidak terkendali dapat membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk berpikir jernih dan bertindak rasional. Dalam konteks pernikahan, hal ini bisa memicu pertengkaran yang berujung pada retaknya hubungan suami-istri.

Oleh karena itu, penting bagi setiap pasangan untuk menahan amarah dan tidak mengambil keputusan saat emosi memuncak. Islam pun mengajarkan umatnya untuk mengendalikan amarah sebagai bentuk menjaga diri dan keharmonisan rumah tangga.

Menurut Buku Ajar Akidah Akhlak karya Syafiuddin dan Machnunah Ani Zulfah, salah satu cara menahan amarah dalam Islam adalah dengan beristighfar. Dalam menghadapi tantangan rumah tangga, seperti perbedaan pendapat atau kesalahpahaman dengan pasangan, beristighfar membantu menenangkan hati agar tidak terbawa emosi.

Cara kedua adalah menahan diri dari melampiaskan kemarahan. Rasulullah SAW pernah memberi wasiat agar seseorang tidak marah, dan hal ini sangat relevan dalam pernikahan, karena kemampuan menahan diri dapat mencegah ucapan atau tindakan yang bisa melukai pasangan.

Ketiga, amarah juga bisa diredam dengan berwudhu, karena wudhu menyucikan diri dari emosi negatif dan menurunkan panas hati. Dalam kehidupan rumah tangga, berwudhu sebelum melanjutkan pembicaraan dapat membantu suami-istri berpikir lebih jernih dan bijak dalam menyelesaikan masalah.

Cara keempat adalah berdiam diri dan membaca ta’awudz ketika marah. Dengan diam, seseorang dapat menghindari kata-kata yang memperkeruh suasana, dan dengan membaca ta’awudz, ia memohon perlindungan Allah SWT agar setan tidak memperbesar konflik dalam rumah tangga.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

5 Kultum Hari Santri Nasional 2025: Dari Santri untuk Negeri


Jakarta

Setiap tanggal 22 Oktober, masyarakat Indonesia memperingati Hari Santri Nasional sebagai momentum untuk mengenang perjuangan para santri dalam menjaga nilai-nilai keislaman dan kebangsaan. Momen ini juga menjadi pengingat agar semangat perjuangan, keikhlasan, serta dedikasi santri terhadap ilmu dan tanah air terus hidup di hati generasi muda.

Sebagaimana dijelaskan dalam buku Puisi adalah Senjata karya Gagak Lumayung, penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional dilakukan oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2015, yang ditandatangani pada 15 Oktober 2015. Peringatan ini menegaskan peran penting santri dalam perjuangan kemerdekaan dan pembangunan bangsa.

Dalam rangka memperingatinya, berbagai kegiatan digelar di pesantren dan masjid, salah satunya melalui tausiah atau kultum. Untuk itu, berikut beberapa contoh kultum Hari Santri Nasional yang dirangkum dari berbagai sumber.


Kultum Hari Santri

1. Kultum Hari Santri 1: Peran Santri untuk Indonesia Maju

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Alhamdulillah. Alhamdulillahilladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala. Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna muhammadar rasulullah.

Allahumma shalli ala Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, nikmat sehat, serta nikmat kesempatan sehingga saya dan kita semua bisa hadir dan menjemput momentum Hari Santri Nasional Tahun 2025.

Sholawat berbingkai salam kita sampaikan kepada Nabi akhir Zaman, Sayyidina Muhammad SAW. Mudah-mudahan kita semua mendapat syafaat beliau di Hari Kiamat nanti.

Hadirin yang berbahagia,

Pada tahun 2025 ini kita sama-sama masih berjuang untuk menyehatkan diri, keluarga, madrasah dan lingkungan sekitar.

Dan pada tahun ini pula kita kembali menjemput momentum Hari Santri Nasional seperti tahun-tahun sebelumnya.

Walau demikian, tetap tidak apa-apa karena santri punya peran besar yaitu mewujudkan Indonesia Emas Tahun 2045.

Masih cukup lama, ya? Namun cita-cita besar negeri ini harus kita rencanakan dan perjuangkan sedari jauh-jauh hari.

Sejatinya santri mengambil peran besar untuk memajukan Bumi Pertiwi. Bukan sebagai “pasukan bersarung” yang menggaungkan resolusi jihad, tapi santri juga ikut berperan dalam menggapai Indonesia Maju.

Jika dulu para santri ikut berkontribusi bersama bangsa ini dalam menumpas penjajah menggunakan senjata, maka sekarang kisahnya menjadi sangat berbeda.

Santri hari ini adalah santri milenial, santri kreatif, serta santri yang percaya dengan kemampuan diri.

Sudah bukan zamannya lagi jika ada santri yang tidak mengerti dengan teknologi, dan sudah bukan zamannya lagi jika santri tidak boleh berprestasi di bidang sains dan akademik lainnya.

Untuk itulah, lembaga pesantren maupun madrasah diharapkan mau dan mampu terus mengembangkan kurikulum, kualitas pengajar, serta kualitas output santri agar di hari mendatang mampu bersaing di kancah nasional maupun internasional.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT;

Ada jutaan santri di Indonesia yang saat ini sedang menempuh ilmu. Meski mengambil peran penting untuk menggapai cita-cita Indonesia emas tahun 2045, sebenarnya akhlak adalah poin utama yang paling penting.

Kita sama-sama tahu bahwa tidak sedikit anak-anak muda yang mulai bobrok akhlaknya, mulai liar lidahnya dengan kata-kata kotor, serta mulai luntur perilaku hormatnya.

Ilmu pengetahuan memang penting, kecerdasan juga penting, tapi tetap adab dan akhlak adalah yang nomor satu.

Maka dari itu, marilah kita semangati para santri untuk istiqomah di jalan kebaikan. Motivasilah para santri di mana pun mereka berada untuk terus belajar, menebar kebaikan, jihad fisabilillah, serta terus memperbaiki diri menuju takwa.

Hadirin yang dimuliakan Allah;

Mari kita semangati santri, dan bangga menjadi santri. Saya akhiri dengan pantun:

Di taman ada mawar berduri

Di sebelahnya ada bungkus mie kari Aku bangga menjadi santri

Karena santri adalah harapan negeri

Akhiru kalam, Wassalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh.

2. Kultum Hari Santri 2: Resolusi Jihad Para Pejuang

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaykum Warahmatullah Wabarakatuh

Hari Santri diperingati setiap tanggal 22 Oktober sebagai momentum untuk mengingat, mengenang, dan meneladani kaum santri yang telah berjuang menegakkan kemerdekaan Indonesia.

Pada tanggal 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari mencetuskan Resolusi Jihad sebagai seruan kepada kaum muslimin untuk berjihad melawan sekutu. Sebagai santri masa kini, kita harus melanjutkan perjuangan para pendahulu. Namun bentuk perjuangannya tidak lagi dengan mengangkat senjata, melainkan dengan ilmu dan akhlak yang baik.

Kita harus menjadi garda terdepan dalam menjaga moral bangsa, menyebarkan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, serta ikut serta dalam pembangunan nasional dengan kerja keras dan keikhlasan.

Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِذَا قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِى الْمَجٰلِسِ فَافْسَحُوْا يَفْسَحِ اللّٰهُ لَكُمْۚ وَاِذَا قِيْلَ انْشُزُوْا فَانْشُزُوْا يَرْفَعِ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْۙ وَالَّذِيْنَ اُوْتُوا الْعِلْمَ دَرَجٰتٍۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Arab latin: Yā ayyuhal-lażīna āmanū iżā qīla lakum tafassaḥū fil-majālisi fafsaḥū yafsaḥillāhu lakum, wa iżā qīlansyuzū fansyuzū yarfa’illāhul-lażīna āmanū minkum, wal-lażīna ūtul-‘ilma darajāt(in), wallāhu bimā ta’malūna khabīr(un).

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Apabila dikatakan, “Berdirilah,” (kamu) berdirilah. Allah niscaya akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Ayat ini mengingatkan kita bahwa ilmu adalah kunci utama untuk meningkatkan kualitas hidup, baik sebagai individu maupun sebagai bangsa.

Kita harus menjadi pemimpin di tengah masyarakat, tidak hanya dalam hal agama, tetapi juga dalam bidang pendidikan, sosial, dan pembangunan ekonomi. Saat ini tantangan yang kita hadapi sangat berbeda. Kita harus mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai Islam.

Kita juga harus bisa menyaring mana budaya yang bisa diambil dan mana yang harus dihindari.

Sebagaimana firman Allah dalam QS. An-Nahl ayat 125:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Arab latin: Ud’u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau’iẓatil-ḥasanati wa jādilhum bil-latī hiya aḥsan(u), inna rabbaka huwa a’lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a’lamu bil-muhtadīn(a).

Artinya: Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.

Allah mengajarkan kita untuk berdakwah dengan penuh hikmah dan kebijaksanaan, menggunakan pendekatan yang penuh rahmat, bukan dengan kekerasan.

Sebagai santri, marilah kita terus belajar, mengamalkan ilmu, dan menjaga akhlak agar menjadi pribadi yang bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.

Mari kita maknai Hari Santri Nasional ini sebagai momentum untuk terus berjuang dalam kebaikan dan menjadi generasi yang mampu menjaga amanah para ulama.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan, petunjuk, dan keberkahan dalam setiap langkah kita. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Sebelum saya akhiri kultum ini, izinkan saya membawakan sebuah pantun:

Jalan-jalan ke Monumen Nasional,
Pulangnya pasti membawa layang.

Selamat Hari Santri Nasional,
Mari berdoa demi para pejuang.

Wabillahi taufiq wal hidayah,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3. Kultum Hari Santri 3: Jihad Santri Jayakan Negeri

Bismillahirrahmanirrahim.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat-Nya atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama, saya ucapkan Selamat Hari Santri Nasional. Hari yang penuh makna ini kita rayakan dengan semangat dan kebanggaan atas peran besar santri dalam perjalanan bangsa.

Tahun ini, tema Hari Santri adalah “Jihad Santri Jayakan Negeri.” Tema ini mengingatkan kita bahwa santri bukan hanya penuntut ilmu agama, tetapi juga pejuang dalam arti yang
Luas, yakni pejuang ilmu, akhlak, dan kemajuan bangsa.

Santri adalah sosok yang berkomitmen menuntut ilmu, menjaga moralitas, dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka menjadi benteng nilai-nilai keagamaan di tengah masyarakat sekaligus motor penggerak perubahan menuju kebaikan.

Jihad santri bukanlah jihad dalam arti mengangkat senjata, melainkan perjuangan tanpa henti untuk membangun negeri melalui ilmu, kerja keras, dan pengabdian. Inilah jihad yang sesungguhnya yaitu jihad dengan pena, dengan ilmu, dan dengan akhlak mulia.

Santri telah lama menjadi garda terdepan dalam menjaga nilai luhur Islam, menanamkan semangat toleransi, dan memperkuat persatuan bangsa. Mereka adalah teladan dalam kesungguhan, keikhlasan, dan keteguhan hati.

Melalui semangat jihad santri, kita dapat mewujudkan berbagai cita-cita luhur, di antaranya:
Membangun sumber daya manusia unggul, dengan menanamkan ilmu, moralitas, dan kepemimpinan.
Menumbuhkan sikap toleransi dan kerukunan, agar masyarakat tetap harmonis di tengah keberagaman.
Mendorong kemajuan ekonomi dan inovasi, melalui karya dan kontribusi nyata di berbagai bidang.
Memerangi ketidakadilan dan kemiskinan, dengan kepedulian sosial dan aksi kemanusiaan yang nyata.

Hari Santri Nasional menjadi momen untuk menghargai jasa para santri yang telah berjuang dari masa ke masa, sejak zaman perjuangan kemerdekaan hingga era pembangunan saat ini.

Mari kita jadikan semangat jihad santri sebagai inspirasi untuk terus berbuat baik, menebar manfaat, dan menjaga amanah para ulama dalam memajukan agama dan bangsa.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan keberkahan, kekuatan, dan kebijaksanaan kepada para santri di seluruh Indonesia, agar tetap istiqamah dalam perjuangan menegakkan nilai-nilai Islam dan menyejahterakan negeri ini.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

4. Kultum Hari Santri 4: Generasi Penerus Perjuangan Bangsa

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Semoga rahmat, berkah, dan kasih sayang Allah SWT senantiasa menyertai kita semua.
Hari ini kita berkumpul sebagai umat Islam yang berpegang teguh pada tali Allah, untuk memperkuat perjalanan rohani dan memperdalam pemahaman kita tentang agama Islam.

Melalui kesempatan ini, marilah kita menjadikan pertemuan ini sebagai ajang untuk mempererat hubungan dengan Allah SWT, memperdalam ilmu agama, dan menumbuhkan semangat perubahan ke arah yang lebih baik.

Semoga apa yang kita pelajari hari ini menjadi jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperkuat iman, serta menginspirasi kita agar menjadi muslim yang bermanfaat bagi masyarakat.

Sebelumnya, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat iman dan Islam yang masih kita rasakan hingga hari ini. Tak lupa, shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari zaman kegelapan menuju cahaya iman dan ilmu.

Santri adalah generasi penerus yang tidak hanya menuntut ilmu agama, tetapi juga berperan sebagai pencipta dan pengabdi bagi kemajuan bangsa dengan napas nilai-nilai Islam. Kekuatan iman, ilmu, dan amal yang dimiliki santri menjadi fondasi penting dalam membangun peradaban bangsa.

Sebagai penerus perjuangan dan penjaga nilai-nilai keislaman, santri memiliki tanggung jawab moral yang besar. Mereka harus siap menghadapi tantangan zaman dengan kecerdasan, keterampilan, dan keteguhan iman.

Santri juga dituntut untuk melek literasi, karena literasi merupakan senjata intelektual bagi santri untuk terus beradaptasi dan berkontribusi di tengah perubahan global yang cepat. Keberadaan santri di bumi pertiwi sangat vital dalam menciptakan arah perubahan yang membawa kemaslahatan.

Di tengah arus globalisasi dan tantangan modern, santri hadir sebagai cerminan ajaran Islam yang rahmatan lil ‘alamin, yaitu Islam yang moderat, toleran, dan berlandaskan nilai Ahlussunnah wal Jamaah.

Peran santri dalam menjawab tantangan zaman membutuhkan keseimbangan antara iman, ilmu, dan amal. Melalui semangat ini, santri diharapkan mampu menjadi pelopor kebaikan yang menghidupkan nilai-nilai Islam di tengah masyarakat.

Untuk itu, santri harus terus beradaptasi, belajar, dan berkontribusi aktif demi terwujudnya bangsa yang berilmu, berakhlak, dan bermartabat.

Demikianlah yang dapat saya sampaikan.
Mohon maaf atas segala kekurangan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

5. Kultum Hari Santri 5: Santri Sebagai Teladan Akhlak

Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahilladzi kholaqol mauta wal hayata liyabluwakum ayyukum ahsanu amala.
Asyhadu alla ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar Rasulullah.
Allahumma shalli ‘ala Sayyidina Muhammad wa ‘ala ali Sayyidina Muhammad.

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah memberikan berbagai kenikmatan, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul dalam acara peringatan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober ini dalam keadaan sehat walafiat.

Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, yang kelak kita harapkan syafaatnya di Hari Akhir.

Hadirin yang dirahmati Allah,

Sejak ditetapkan pada tahun 2015, Hari Santri Nasional menjadi momen penting bagi umat Islam, khususnya bagi para santri di seluruh Indonesia. Santri adalah mereka yang menimba ilmu agama, biasanya tinggal di pondok pesantren, dan dibimbing oleh para ustaz serta kiai.

Para santri dikenal dengan perilaku yang sopan, berakhlak baik, serta menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang diajarkan di pesantren. Karena itu, peringatan Hari Santri seharusnya menjadi pengingat bagi kita semua untuk terus menjaga jati diri sebagai santri yang berakhlak mulia.

Di era modern ini, kita menghadapi banyak tantangan dan godaan, mulai dari gaya hidup, pergaulan, hingga hiburan yang dapat melemahkan akhlak generasi muda. Oleh sebab itu, penting bagi kita untuk menanamkan dan menjaga akhlakul karimah dalam kehidupan sehari-hari.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, surat Al-Qalam ayat 4:

“Sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) memiliki akhlak yang sangat agung.”

Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah teladan terbaik dalam segala hal. Maka, sebagai umatnya, kita wajib meneladani perilaku dan ajaran beliau dalam kehidupan sehari-hari.

Hadirin yang berbahagia,

Semoga dengan peringatan Hari Santri Nasional ini, kita semua semakin termotivasi untuk memperbaiki akhlak, memperkuat iman, dan mengamalkan ilmu yang telah kita pelajari.
Demikianlah kultum singkat pada kesempatan kali ini. Semoga bermanfaat dan menjadi pengingat bagi kita semua.

Akhirul kalam,
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Meremehkan Orang Lain



Jakarta

Manusia itu tidak boleh sombong karena yang berhak sombong hanya Allah SWT. tidak ada yang lain. Cukuplah Iblis menjadi pelajaran bagi hamba-hamba Allah SWT. akan bahayanya sifat sombong tersebut. Iblis tidak mau menaati perintah Allah SWT. untuk bersujud kepada Nabi Adam AS. karena sombong, meremehkan dan merasa lebih baik daripada Adam AS.

Rasulullah SAW. bersabda : “Tidak akan masuk surga orang yang ada kesombongan walau sebesar zarah di dalam hatinya.” Seorang laki-laki bertanya, “Sesungguhnya semua orang senang bajunya bagus, sandalnya bagus, apakah itu kesombongan?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia” (HR Muslim).


Ini penting bahwa orang yang sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan manusia. Orang yang bersikap seperti ini tentu akan dijauhi oleh para sahabatnya dan akan terkucil dalam komunitasnya. Ajaran Islam yang luhur melarang seseorang berlaku sombong karena yang berhak memiliki sifat sombong hanya Allah SWT. Dia berfirman dalam sebuah hadis qudsi,”Sifat sombong adalah selendangku dan keagungan adalah busanaku. Barangsiapa yang merebut salah satunya dariku, maka akan Aku lemparkan dia ke neraka Jahanam.” (HR Ibnu Majah).

Orang yang menolak kebenaran itu dalam diskusi maupun berdebat, biasanya semua orang yang tidak sesuai dengan dirinya dianggap berseberangan dan ia musuhi. Sejatinya ada kaum seperti itu selalu menolak kebenaran meskipun berulang diberitahu. Hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surah Yasin ayat 9 yang terjemahannya, “Kami memasang penghalang di hadapan mereka dan di belakang mereka, sehingga Kami menutupi (pandangan) mereka. Mereka pun tidak dapat melihat.”

Makna ayat di atas adalah : Telah digambarkan pula bahwa orang-orang yang tidak beriman itu memandang baik perbuatan jahat yang mereka kerjakan. Hal demikian menyebabkan mereka menjadi sombong, sehingga mereka enggan mengikuti ajaran rasul. Pikirannya tertutup dari kebenaran, dari apa yang dapat mendatangkan manfaat.

Oleh karena itu, tidak ada yang bisa mereka pahami kecuali apa yang telah diwariskan dari nenek moyang mereka. Ringkasnya, mereka selalu berada dalam penjara kebodohan, seolah-olah hati mereka dipisahkan oleh dinding, sehingga mereka tidak bisa berpikir dan merenungkan dalil-dalil kebenaran ajaran yang dibawa rasul. Ada pula yang mengartikan dinding yang menghalangi itu dengan hijab; hingga berarti Allah SWT. menjadikan hijab yang menghalangi orang-orang musyrik untuk menyakiti Rasul. Sedang mata yang tertutup diartikan, mereka tidak bisa mengindra dengan baik sesuatu yang dilihatnya, dan tidak satu pun petunjuk yang dapat meluruskan pikiran mereka.

Betapa ruginya jika seseorang muslim telah diuji dengan ditutupi ( diberi hijab ) sehingga meskipun matanya melihat, tetapi hatinya tetap keruh dan tiada bisa menangkap makna yang dilihatnya.

Biasanya dalam kehidupan sehari-hari dia menjadi orang yang “merasa” paling benar hingga tidak mengindahkan opini orang lain. Itulah termasuk penyakit hati yang seharusnya kita jauhi.

Jika diamati pada group-group medsos, akan muncul orang-orang yang berkarakter seperti ini. Bagaimana kita menyikapinya ? Tentu tidak perlu terbawa arus emosi untuk menjadi seperti itu, hindari dan jauhi ketika sudah tidak mempan diberitahu dengan lembut maupun terbuka. Berdo’alah pada Sang Pencipta agar hijab yang menutup mata hatinya untuk disingkapkan.

Dalam pandangan Islam, Bani Israil, meskipun mengetahui akan datangnya utusan terakhir (Nabi Muhammad SAW), banyak yang mengingkari dan menolak kerasulan beliau. Ini karena ketidaktawaran sebagian besar dari mereka untuk menerima kebenaran, meskipun telah mengetahui tanda-tanda dan bukti-bukti kebenaran Islam.

Hal ini dijelaskan dalam firman-Nya surah al-Baqarah ayat 83 yang terjemahannya, “Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah shalat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.”

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah SWT. telah mengambil perjanjian dari Bani Israil untuk tidak menyembah selain-Nya dan berbuat baik kepada sesama, namun mayoritas mereka mengingkari perjanjian tersebut.Para pengingkar selalu meremehkan orang lain, ini menjadi ciri-cirinya. Sikap meremehkan orang lain itu muncul dari dalam dirinya sebagai orang yang berderajat tinggi. Kebanggaan diri ini mengarah sikap ujub, padahal sikap jelas dilarang.

Perasaan diri berderajat tinggi itu menjadikan dia sia-sia hidupnya. Ketinggian derajat yang menjadi ukuran di dunia seperti kepandaian, harta, kekuasaan maupun ketenaran. Semua itu tidaklah menjadi ukuran saat manusia dihisab karena timbangan amal perbuatan baik yang membawamu pada keselamatan. Semoga kita semua dalam lindungan-Nya, agar hidup dalam keselamatan di dunia dan di akhirat.

Aunur Rofiq

Penulis adalah Pendiri Himpunan Pengusaha Santri Indonesia

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com