Tag Archives: amdk

Sama-sama H2O, Kenapa Air Mineral Rasanya Beda-beda? Ternyata Ini Alasannya

Jakarta

Banyak yang mengira air putih itu tidak punya rasa. Padahal kalau dicoba dengan cermat, tiap air bisa terasa berbeda. Ada yang manis, agak pahit, bahkan ada yang sedikit asin. Perbedaan itu bukan sugesti, tapi benar-benar dipengaruhi oleh kandungan mineral di dalam air.

Air minum tidak hanya terdiri dari H₂O murni. Di dalamnya terdapat berbagai mineral alami seperti kalsium, magnesium, natrium, bikarbonat, hingga sulfat. Komposisi mineral ini berbeda-beda tergantung sumber air, jenis batuan yang dilewati, dan proses pengolahan. Dari sinilah rasa unik tiap air berasal.


Kenapa Air Agak Berasa

Penelitian yang dipublikasikan di Water Research tahun 2020, komposisi ion dalam air menentukan persepsi rasa di lidah manusia. Beberapa mineral tertentu bisa menimbulkan sensasi manis, asin, hingga pahit.

Tetapi, jumlah total padatan terlarut atau total dissolved solids (TDS) juga mempengaruhi. Air dengan TDS terlalu rendah akan terasa hambar, sedangkan yang tinggi bisa agak memiliki rasa dan bahkan bisa terasa tidak segar. Berikut beberapa jenis mineral dan efeknya terhadap rasa air:

1. Sodium (Na⁺)

Air dengan kadar natrium tinggi akan terasa asin. Beberapa air tanah di daerah pesisir sering memiliki rasa ini karena pengaruh intrusi air laut.

2. Kalsium (Ca²⁺)

Memberi rasa agak pahit, tetapi segar. Kalsium adalah mineral penting bagi tulang, tapi dalam air, konsentrasinya tinggi bisa membuat rasa air terasa sedikit pahit.

3. Bikarbonat (HCO₃⁻)

Air yang banyak mengandung bikarbonat biasanya terasa sedikit manis dan lembut di mulut. Kandungan ini juga membantu menetralkan keasaman, sehingga rasa airnya tidak tajam. Banyak air pegunungan yang terasa agak manis karena kadar bikarbonatnya yang tinggi.

4. Magnesium (Mg²⁺)

Menimbulkan sedikit rasa pahit. Meskipun begitu, air yang mengandung magnesium tetap terasa segar ketika diminum dan bermanfaat bagi tubuh karena berperan dalam fungsi otot dan sistem saraf.

5. Sulfat (SO₄²⁻)

Meninggalkan rasa getir atau agak pahit di ujung lidah. Jika kadarnya terlalu tinggi, air bisa terasa tidak enak dan menimbulkan efek pencahar ringan.

Sumber Air Juga Menentukan Rasa

Air kemasan dari pegunungan, sumur, atau sistem penyulingan punya profil rasa yang berbeda karena melalui batuan dan tanah dengan komposisi mineral unik. Misalnya, air dari daerah kapur memungkinkan mengandung lebih banyak kalsium dan magnesium, sedangkan air yang melewati batuan vulkanik kaya akan bikarbonat.

Proses perjalanan air di alam juga berpengaruh besar. Ketika air meresap melalui lapisan tanah dan batuan, air melarutkan berbagai mineral di sepanjang jalurnya. Karena itu, air dari dua sumber yang berbeda, meskipun sama-sama jernih, bisa memiliki rasa yang berbeda.

Daerah dengan kandungan besi yang tinggi pada tanah bisa membuat air terasa seperti logam, sedangkan daerah dengan kadar sulfat tinggi bisa menimbulkan rasa getir. Inilah sebabnya air dari satu daerah bisa punya cita rasa khas yang tidak sama di tempat lain.

Proses filtrasi juga dapat berpengaruh. Air yang disaring terlalu banyak hingga kehilangan mineralnya bisa terasa hambar. Karena itu, beberapa merek air mineral menambahkan kembali unsur mineral atau remineralisasi agar rasanya tetap segar dan alami.

Lidah Mampu Membedakan Rasa Air

Meski tampak tidak berwarna dan tidak beraroma, air ternyata bisa menstimulasi reseptor rasa di lidah. Penelitian dari Jurnal Chemical Senses tahun 2018 menjelaskan bahwa lidah manusia memiliki reseptor yang peka terhadap perubahan ion yang terkandung di dalam air minum.

Saat air dengan komposisi mineral tertentu menyentuh lidah, reseptor ini merespons perubahan pH dan elektrolit, lalu mengirim sinyal ke otak sebagai sensasi rasa. Itu sebabnya, seseorang bisa membedakan air mineral alami dengan air sulingan hanya dari sensasi di mulut, walau tanpa sadar.

Menariknya, sensitivitas ini bisa meningkat dengan kebiasaan. Orang yang rutin minum air mineral alami, bisa langsung mengenali perbedaan kecil dalam rasa air, misalnya saat airnya terasa agak manis karena kandungan bikarbonat atau lebih hambar karena kehilangan mineral yang terkandung.

Selain itu, suhu air juga bisa berpengaruh pada persepsi rasa. Air dingin bisa menekan sensasi getir atau asin, sementara air suhu ruang bisa membuat mineral di dalam air minum lebih mudah terdeteksi oleh reseptor lidah.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Diklaim Sudah Siap Minum, Bolehkah Air Mineral Direbus?


Jakarta

Air Mineral Dalam Kemasan (AMDK) diklaim sudah siap minum, tidak perlu dimasak. Namun ada kalanya butuh menghangatkan, atau bahkan merebusnya sampai mendidih.

Harus diakui, AMDK sudah jadi bagian dari gaya hidup modern. Praktis, mudah didapat, dan dianggap lebih aman dibanding air isi ulang atau air keran. Tapi di tengah kebiasaan serba instan, masih banyak orang yang memilih menghangatkan atau bahkan merebus air mineral sebelum diminum.

Alasannya sangat beragam, agar lebih bersih, lebih hangat, atau sekadar kebiasaan. Lalu, pertanyaannya sederhana: perlukah air mineral dalam kemasan dipanaskan? Atau, apakah pemanasan itu justru mengubah kandungan alami dan manfaat AMDK?


AMDK Bisa Langsung Diminum

Air mineral kemasan tidak diambil begitu saja dari sumber air dan langsung dibotolkan. Sebelum sampai ke tangan konsumen, air ini telah melewati serangkaian proses penyaringan dan sterilisasi yang ketat. Proses tersebut memastikan tidak ada mikroorganisme patogen, logam berat, atau bahan kimia berbahaya yang tertinggal di dalam air.

Dengan kata lain, air mineral sudah layak diminum langsung tanpa harus direbus lagi. Inilah yang membedakannya dengan air sumur atau air keran yang mungkin masih mengandung bakteri atau partikel lain sehingga perlu proses perebusan terlebih dahulu.

Namun, sebagian orang tetap memilih untuk memanaskan air kemasan karena ingin merasa lebih aman. Tindakan ini sebenarnya tidak salah, tetapi bisa sedikit memengaruhi kandungan mineral alami di dalamnya.

Apa Saja Perubahan yang Terjadi?

Meskipun air mineral tampak stabil, ternyata pemanasan bisa menimbulkan sedikit perubahan pada komposisi kimianya. Penelitian yang terbit dari Water Journal tahun 2025 menunjukkan bahwa proses perebusan dapat mengurangi kadar mineral seperti kalsium dan magnesium. Hal ini terjadi karena pemanasan menyebabkan gas karbon dioksida (CO₂) di dalam air lepas, lalu sebagian kalsium dan magnesium bereaksi menjadi endapan kalsium karbonat. Fenomena ini dikenal dengan istilah precipitation of hardness minerals yaitu reaksi yang juga sering menyebabkan kerak putih pada teko air.

Meski demikian, dari sisi gizi, penurunan kadar mineral akibat pemanasan ini tergolong sangat kecil dan tidak mengubah manfaat air mineral secara signifikan. Tubuh manusia masih bisa mendapatkan asupan mineral penting dari makanan sehari-hari, seperti sayuran, susu, atau kacang-kacangan.

Perubahan rasa air yang sebelumnya terasa lembut atau berisi bisa terasa sedikit lebih hambar setelah dipanaskan. Itu terjadi karena beberapa ion yang memberi sensasi rasa seperti kalsium, magnesium, dan bikarbonat ada yang sedikit mengendap. Proses ini merupakan reaksi alami kalsium karbonat akibat suhu tinggi. Meskipun tidak berbahaya, endapan tersebut menandakan bahwa sebagian mineral dalam air telah berubah bentuk dan tidak lagi larut sempurna.

Sementara itu, studi lain dalam Jurnal Environmental Monitoring and Assessment tahun 2021 juga mengonfirmasi bahwa suhu tinggi dapat mengubah pH air dan sedikit meningkatkan total zat terlarut atau Total Dissolved Solids (TDS). Namun, perubahan ini masih dalam rentang aman untuk dikonsumsi.

Apakah Berarti Pemanasan Mengurangi Kualitas?

Selama proses pemanasan dilakukan dalam durasi wajar, misalnya untuk membuat air hangat atau mendidihkan sekali, kualitas air mineral tetap terjaga. Tidak ada perubahan signifikan yang membuat air jadi berbahaya atau kehilangan manfaatnya.

Pemanasan berulang atau terlalu lama justru bisa mempercepat pengendapan mineral. Akibatnya, kandungan mineral dalam air bisa berkurang lebih banyak dan rasa segarnya semakin berkurang.

Selain itu, penting juga memastikan wadah yang digunakan untuk memanaskan air yang berasal dari AMDK bersih dan bebas logam berat. Jika menggunakan teko logam yang sudah berkarat atau ketel yang jarang dibersihkan, justru risiko kontaminasi bisa meningkat.

Hal yang Perlu Diperhatikan:

  • Air mineral dengan kandungan kalsium dan magnesium tinggi lebih mungkin membentuk endapan dibanding air dengan kandungan mineral rendah.
  • Pemanasan bisa memunculkan endapan halus berwarna putih di dasar wadah. Itu bukan tanda air rusak, melainkan sisa kalsium karbonat dari mineral alami yang bereaksi saat dipanaskan.
  • Tidak perlu merebus terlalu lama atau berulang kali karena justru bisa mempercepat pengendapan mineral.

Kesimpulan

Memanaskan atau merebus air mineral dalam kemasan boleh dan aman dilakukan, selama dilakukan sewajarnya. Proses ini memang dapat menimbulkan sedikit perubahan pada komposisi mineral, terutama kalsium dan magnesium, tetapi jumlahnya sangat kecil dan tidak berpengaruh terhadap keamanan maupun manfaat air.

Jadi, jika tujuannya hanya untuk membuat air hangat atau merasa lebih nyaman, langkah ini tetap tergolong aman. Namun jika ingin mempertahankan rasa segar dan kandungan mineral alaminya, sebaiknya AMDK diminum langsung sesuai fungsinya karena air telah siap konsumsi, murni, dan menyehatkan.

Air mineral sudah melalui perjalanan panjang sebelum sampai konsumen, dari sumber mata air, proses penyaringan, hingga pengemasan yang higienis. Jadi, tidak perlu lagi diragukan kebersihannya. Yang terpenting, simpan di tempat sejuk dan hindari paparan panas secara langsung agar kualitasnya tetap terjaga.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com

Sama-sama Air Minum, Apa Sih Bedanya?


Jakarta

Banyak yang menganggap air minum dalam kemasan (AMDK) yang dijual di warung-warung dan minimarket sudah pasti air mineral. Jangan terlalu yakin, coba perhatikan baik-baik label di kemasannya.

Jika dibandingkan, beberapa brand atau merek AMDK yang umum ditemui sehari-hari ternyata punya label berbeda. Ada di labelnya dinyatakan sebagai ‘air mineral‘, dan jika dicermati sebenarnya ada juga yang berlabel ‘air demineral‘.

Apa bedanya?


Dua-duanya merupakan ‘air putih’ dalam pengertian awam, atau dalam istilah teknis disebut Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Meski sama-sama bisa diminum, keduanya memiliki perbedaan.

Air Mineral

Air mineral merupakan AMDK yang bersumber dari alam, salah satunya dari mata air pegunungan. Karena tidak mengalami proses selain sterilisasi, AMDK jenis ini memiliki kandungan berbagai mineral alami seperti kalsium, magnesium, natrium, dan kalium.

Mineral-mineral ini tidak hanya memberi rasa khas, tapi dalam kadar tertentu juga memiliki manfaat bagi kesehatan. Sesuai kandungan yang ada di dalamnya, jenis AMDK ini umumnya mencantumkan keterangan ‘Air Mineral’ atau lebih spesifik ‘Air Mineral Pegunungan’.

Bahkan ada juga brand air mineral yang secara detail mencantumkan mineral apa saja yang terkandung di dalamnya, berikut kadarnya.

Air Demineral

Sementara itu, air demineral adalah air yang telah melewati proses tertentu seperti penyulingan (distilasi) atau deionisasi agar menghilangkan kandungan mineral dan ion. Proses itu menghasilkan air yang sangat murni, tetapi menghilangkan seluruh kandungan mineral alaminya.

Meski kemasannya mirip seperti air mineral, air demineral umumnya mencantumkan label yang berbeda. Ada yang mencantumkan ‘Air Demineral’, ‘Air Murni’, ataupun ‘Pure Water’.

Maknanya sama, yakni air yang dimurnikan dari kandungan mineral maupun ion alaminya.

Bagaimana Membedakan Air Mineral Vs Air Demineral?

Bagi orang awam, salah satu cara paling mudah adalah dengan melihat label kemasan. Di kemasan air mineral, umumnya tertera tulisan “air mineral”. Klaim label ini telah diatur dalam Peraturan Menteri Perindustrian RI No. 78 Tahun 2016. Menurut aturan tersebut, yang dimaksud dengan air mineral adalah AMDK yang mengandung mineral dalam jumlah tertentu tanpa adanya penambahan mineral, oksigen, dan karbondioksida.

Meski demikian, tidak semua produk air minum mencantumkan label yang menyatakan apakah produk tersebut termasuk ‘Air Mineral‘ atau ‘Air Demineral‘. Beberapa produk yang diklaim sebagai ‘Air Alkali‘ atau ‘Air Minum pH tinggi‘ tidak mencantumkan keduanya.

Demikian pula di laman registrasi produk Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), produk-produk ‘Air Minum pH Tinggi’ juga tidak dinyatakan sebagai ‘Air Mineral’ maupun ‘Air Demineral’.

Samakah Efeknya di Dalam Tubuh?

Dalam kadar tertentu, mineral dibutuhkan oleh tubuh manusia. Menurut penelitian tahun 2025 yang terbit di Jurnal Nutrients, mineral seperti magnesium dan kalsium dalam air dibutuhkan untuk menjaga tekanan darah, fungsi otot, serta mendukung kesehatan tulang. Kandungan bikarbonat juga berperan menyeimbangkan pH tubuh dan mencegah asam lambung berlebih.

Beberapa studi dari Frontiers in Nutrition dari tahun 2022-2024 menunjukkan bahwa konsumsi air mineral secara rutin dapat membantu menurunkan risiko sindrom metabolik dan meningkatkan fungsi ginjal. Bagi orang dengan pola makan rendah mineral, air mineral bisa menjadi tambahan sumber mikronutrien penting yang membantu menjaga keseimbangan elektrolit.

Bagi mereka yang banyak beraktivitas atau mudah berkeringat, air mineral juga membantu mengembalikan elektrolit yang hilang. Karena itulah air mineral sangat cocok untuk konsumsi harian, baik di rumah, saat olahraga, maupun bekerja di luar ruangan.

Bagaimana dengan air demineral?

Meskipun tidak mengandung mineral, bukan berarti air demineral tidak punya manfaat. Terlebih, air demineral memiliki keunggulan dari segi kemurnian dan kebersihannya. Proses pemurnian membuat air ini bebas dari logam berat, klorin, mikroorganisme, maupun senyawa kimia lain yang bisa menimbulkan endapan.

Karena sifatnya yang sangat murni, air demineral sering digunakan pada alat medis seperti nebulizer, mesin dialisis, serta pada industri makanan dan farmasi agar tidak menimbulkan endapan atau reaksi kimia yang bisa mengubah hasil produk.

Bagi konsumen, air demineral juga bisa jadi pilihan saat kerja ginjal telah menurun. Air demineral juga baik diminum setelah mengonsumsi makanan yang tinggi mineral. Air demineral bisa menjadi pilihan sementara bila sumber air mineral sulit ditemukan, misalnya saat bepergian.

Namun, karena tidak mengandung mineral sama sekali, penggunaannya untuk konsumsi jangka panjang tetap tidak direkomendasikan.

(mal/up)



Sumber : health.detik.com