Tag Archives: amerika utara

Urutan 7 Benua Terbesar di Dunia, Asia Nomor Satu?



Jakarta

Tahukah detikers bahwa Asia luasnya hampir sepertiga dari seluruh daratan bumi? Dengan bentang alam dari Timur Tengah hingga Jepang, Asia masih jadi benua terbesar di dunia.

Data resmi dari Guinness World Records mencatat, Asia masih memegang gelar benua terbesar dengan luas mencapai 44,5 juta kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan luas benua lain yang ada di bumi, Asia mengungguli benua lain seperti Afrika.

Asia bukan hanya unggul dalam ukuran wilayah, tetapi juga jumlah penduduk. Lebih dari 4,7 miliar orang atau sekitar 60% populasi dunia tinggal di benua ini, sebagaimana dilansir Live Science.


Fakta ini membuat Asia tidak hanya besar secara geografis, tetapi juga berpengaruh besar dalam hal budaya, ekonomi, dan politik global. Meski demikian, definisi “benua” seringkali berbeda-beda.

Misalnya ada yang menggabungkan Asia dan Eropa menjadi satu kawasan bernama Eurasia. Namun model tujuh benua yang umum digunakan tetap menempatkan Asia sebagai benua terbesar.

Urutan 7 Benua Terbesar Berdasarkan Luasnya

Selain Asia, berikut perbandingan benua lain berdasarkan luas wilayah:

1. Asia

Luas wilayah: sekitar 44,5 juta km²

2. Afrika

Luas wilayah: sekitar 30 juta km²

3. Amerika Utara

Luas wilayah: sekitar 24 juta km²

4. Amerika Selatan

Luas wilayah: sekitar 17,8 juta km²

5. Antarktika

Luas wilayah: sekitar 14 juta km²

6. Eropa

Luas wilayah: sekitar 10 juta km²

7. Australia

Luas wilayah: sekitar 9 juta km²

Jika dibandingkan, luas Asia hampir dua kali lipat benua Amerika Utara. Kemudian lebih dari lima kali lipat Australia yang menjadi benua terkecil.

Jadi Rumah bagi Negara-negara Terpadat di Dunia

Asia dihuni oleh negara-negara dengan penduduk terpadat di dunia. China dan India sebagai pemuncak populasi terbanyak di dunia, berada di Asia. Kemudian ada Indonesia, yang juga salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia.

Selain itu, cincin api Pasifik melintasi wilayah di Asia seperti Jepang, Indonesia, hingga Filipina. Kondisi ini yang membuat negara-negara di Asia memiliki banyak gunung berapi aktif.

Di Asia, juga terdapat lanskap terkenal seperti pegunungan Himalaya, gurun Gobi, hingga hutan tropis Asia Tenggara.

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Perbedaan Benua dan Negara, Mulai dari Ukuran hingga Fungsinya



Jakarta

Pernah dengar orang bilang, “Afrika itu suatu negara”? Sebenarnya, pernyataan itu keliru. Afrika bukan negara melainkan sebuah benua, yang terdiri dari 54 negara berbeda dengan budaya, bahasa, dan pemerintahan masing-masing.

Jadi, apa sebenarnya perbedaan antara benua dan negara? Simak penjelasan lengkapnya.

Apa Itu Benua?

Dikutip dari National Geographic, benua adalah daratan besar yang membentang luas di permukaan bumi, termasuk pulau-pulau yang menempel di sekitarnya. Ada tujuh benua yang paling dikenal yaitu, Asia, Afrika, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Eropa, dan Australia.


Batas antara satu benua dan benua lain tidak selalu jelas. Contohnya, garis pemisah antara Eropa dan Asia bersifat konvensional dan historis, bukan semata-mata geografis.

Meski begitu, konsep benua tetap berguna untuk memahami peta dunia, pembagian wilayah, dan fenomena geografi global, demikian dilansir UN M49.

Apa Itu Negara?

Dilansir dari Modern Diplomacy bahwa negara, berbeda dengan benua, adalah entitas politik yang memiliki pemerintahan, populasi permanen, wilayah yang diakui, dan kedaulatan. Contohnya Indonesia, Jepang, atau Nigeria.

Negara bisa berada di satu benua saja, atau bahkan membentang di dua benua sekaligus seperti Rusia (Eropa dan Asia) dan Turki (Eropa dan Asia Minor).

Selain itu, klasifikasi negara juga penting dalam statistik dan literasi global. Skema M49 PBB, misalnya, membagi negara ke dalam wilayah/benua tertentu, membantu organisasi internasional mengumpulkan data ekonomi, sosial, dan demografis secara konsisten.

Perbedaan Utama Benua dan Negara

1. Ukuran

Benua: Sangat besar, mencakup daratan luas dan terkadang pulau-pulau di sekitarnya.
Negara: Lebih kecil dibanding benua, hanya mencakup wilayah administratif tertentu.

2. Fungsi

Benua: Digunakan untuk tujuan geografis dan pemetaan wilayah fisik.
Negara: Digunakan untuk tujuan politik dan administratif, memiliki pemerintahan dan kedaulatan.

Contoh
Benua: Afrika, Asia, Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan, Antartika, Australia.
Negara: Indonesia, Jepang, Nigeria, Mesir, Turki, Rusia.

3. Jumlah

Benua: Hanya beberapa per dunia (7 benua utama).
Negara: Bisa puluhan hingga ratusan per benua (misal 54 negara di Afrika).

4. Karakteristik Khusus

Benua: Fokus pada wilayah fisik, batas kadang bersifat konvensional. Misal Eropa dan Asia.
Negara: Fokus pada identitas politik, bisa melintasi lebih dari satu benua. Contohnya Rusia dan Turki.

Benua berfokus pada wilayah geografis, sedangkan negara lebih menekankan pada struktur politik dan pemerintahan. Uniknya, ada benua yang sekaligus menjadi negara, seperti Australia.

Sering kali orang mengira benua itu satu negara, terutama untuk benua besar seperti Afrika. Padahal, setiap benua terdiri dari banyak negara dengan identitas masing-masing. Selain itu, beberapa negara memiliki wilayah yang melintasi dua benua, menambah kompleksitas pemahaman geografi global.

Singkatnya, benua adalah daratan besar dengan fungsi geografi, sedangkan negara adalah entitas politik dengan pemerintahan dan kedaulatan sendiri.

Semoga bermanfaat, detikers!

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

7 Danau Terbesar di Dunia, Ada di Negara Mana Saja?


Jakarta

Pernah membayangkan besar sebuah danau melebihi besar suatu negara? Danau-danau raksasa ini bukan hanya spektakuler ukurannya, tetapi juga penting bagi ekosistem global.

Yuk, kita simak daftar 7 danau terbesar di dunia menurut data Britannica, UNESCO, dan IAGLR.

Apa Itu Danau?

Mengutip Encyclopedia Britannica, danau adalah badan air yang dikelilingi daratan dan tidak terhubung langsung dengan laut. Danau bisa terbentuk secara alami, misalnya akibat aktivitas tektonik, vulkanik, atau glasial, maupun secara buatan melalui bendungan.


Fungsinya sangat penting, mulai dari menyimpan air tawar, mendukung keanekaragaman hayati, hingga menjadi sumber kehidupan manusia di sekitarnya.

Daftar 7 Danau Terbesar di Dunia

1. Danau Kaspia

Terbesar di dunia dengan luas permukaan 386.000 km². Meski disebut “laut” karena airnya asin, secara teknis Danau Kaspia dikategorikan sebagai danau tertutup (endorheik). Lokasinya membentang di antara Rusia, Kazakhstan, Turkmenistan, Iran, dan Azerbaijan.

2. Danau Superior

Merupakan danau air tawar terbesar di Amerika Utara sekaligus danau air tawar terluas di dunia. Memiliki luas 82.100 km², terletak di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada.

3. Danau Victoria

Danau terbesar di Afrika dengan luas 69.500 km² dan menempati posisi ketiga di dunia berdasarkan luas permukaan. Terbentang di tiga negara yaitu Tanzania, Uganda, dan Kenya.

4. Danau Huron

Bagian dari sistem Danau Besar (Great Lakes) di Amerika Utara dengan luas permukaan 59.600km². Huron terkenal memiliki garis pantai yang sangat panjang dengan banyak pulau kecil, termasuk Manitoulin Island, pulau air tawar terbesar di dunia.

5. Danau Michigan

Satu-satunya danau besar yang seluruh wilayahnya berada di Amerika Serikat dengan luas 57.800km². Hampir setara dengan negara Kroasia.

6. Danau Tanganyika

Terletak di Afrika Timur dan menjadi danau terdalam kedua di dunia setelah Baikal. Danau ini terbentang melewati Burundi, Tanzania, Zambia, dan Republik Demokratik Kongo dan memiliki luas 32.900km².

7. Danau Baikal

Meskipun luasnya berada di urutan ketujuh dan berada di 31.500km², Baikal menjadi juara dalam hal volume air tawar dan kedalaman. Tercatat oleh UNESCO, Baikal menyimpan sekitar 20% cadangan air tawar dunia yang tidak membeku dan kedalamannya mencapai lebih dari 1.600 meter.

Itulah danau terbesar di dunia yang dapat ditemui. Dengan mengetahuinya detikers dapat menambah wawasan mengenai kondisi geografis dunia. Semoga bermanfaat ya!

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?


Jakarta

Para peneliti yang ingin mengungkap pola pergerakan gempa bumi menemukan fakta yang meresahkan, dua patahan terbesar di dunia terkadang bekerja bersamaan.

Para peneliti gempa bumi di Pantai Barat Amerika Utara menemukan tanda, bahwa gempa bumi di Zona Subduksi Cascadia atau Sesar San Andreas dapat memicu gempa bumi di zona lainnya.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Geosphere, para peneliti dari Oregon State University yang dipimpin oleh Chris Goldfinger, seorang ahli geologi dan geofisika kelautan, menunjukkan bukti yang disebut ‘sinkronisasi parsial’ antara Sesar San Andreas utara dan Zona Subduksi Cascadia.


Sinkronisasi parsial pada dasarnya berarti bahwa suatu peristiwa gempa bumi di satu zona memiliki riwayat pemicu di zona lainnya, dan bukti historis ‘interaksi signifikan’ antara keduanya, serta potensi interaksi yang lebih besar di masa mendatang. Menurut mereka, hal ini perlu dianggap sebagai peringatan.

Bukti inti dari hubungan ini berasal dari dasar laut. Tim menambang 130 inti sedimen yang berasal dari 3.100 tahun yang lalu, dari Persimpangan Tiga Mendocino, tempat pertemuan Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Gorda di bawah Lempeng Amerika Utara, di Zona Subduksi Cascadia dengan Sesar San Andreas di lepas pantai California utara. Di sana, lapisan sedimen menunjukkan aktivitas turbidit yang tidak biasa, lapisan yang terbentuk oleh longsor laut yang menggerakkan dasar laut, yang seringkali merupakan tanda-tanda awal gempa bumi.

“Turbidit pada umumnya memiliki sedimen kasar di bagian bawah, sementara lanau yang lebih halus mengendap di bagian atas. Namun, di Mendocino Triple Junction, struktur tersebut terbalik dan tampak terbalik dengan semua pasir di atasnya. Dan sejauh yang kami ketahui, gravitasi tidak berubah,” ujar Goldfinger dikutip dari Scientific American, Senin (20/10/2025).

Hal ini kemungkinan menyiratkan bahwa formasi turbidit unik tersebut ditumpuk oleh dua gempa bumi, satu dari masing-masing zona, secara berurutan dengan selisih waktu beberapa tahun atau bahkan menit.

Studi ini menunjukkan bahwa delapan tikungan turbidit memiliki ‘tumpang tindih temporal yang substansial’ antara Zona Subduksi Cascadia dan Sesar San Andreas, dan bahwa peristiwa gempa sinkronisasi besar terakhir terjadi sekitar tahun 1700. Goldfinger membandingkan situasi ini dengan menyetel radio untuk mengonversi sinyal masuk.

“Saat menyetel sistem radio lama, pada dasarnya Anda menyebabkan satu osilator bergetar pada frekuensi yang sama dengan yang lainnya. Ketika patahan-patahan ini sinkron, satu patahan dapat menyetel patahan lainnya dan menyebabkan gempa bumi berpasangan,” ujarnya.

Namun, meskipun sudah lebih dari 300 tahun sejak gempa bumi kembar terakhir terjadi, hal itu tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa serupa di masa mendatang.

“Kita bisa memperkirakan bahwa gempa bumi di salah satu patahan saja akan menguras sumber daya seluruh negeri untuk meresponsnya,” ujar Goldfinger.

“Jika keduanya terjadi bersamaan, maka kemungkinan San Francisco, Portland, Seattle, dan Vancouver semuanya akan berada dalam situasi darurat dalam jangka waktu yang singkat,” imbuhnya.

Meskipun ‘hanya’ terjadi delapan kejadian besar, bukti menunjukkan kedua wilayah tersebut saling terkait erat sehingga gempa bumi yang terjadi hampir bersamaan bukanlah hal yang jarang terjadi.

“Dalam makalah ini, kami berfokus pada geologi, alih-alih memikirkan potensi bencana. Namun, cukup jelas bahwa jika hal seperti ini terjadi, dan kami yakin buktinya kuat, kami perlu bersiap,” kata Goldfinger.

Dari penelitian tersebut, belum diketahui bagaimana dengan kondisi patahan lain misalnya di Asia termasuk Indonesia. Penelitian mereka baru untuk wilayah Amerika saja.

(rns/fay)



Sumber : inet.detik.com

Heboh Varian Baru Virus Flu Muncul di China, Picu Kekhawatiran Pandemi


Jakarta

Varian baru virus flu yang disebut Influenza D Virus (IDV) terdeteksi di China dan menimbulkan kekhawatiran para ahli akan potensi pandemi baru. Para ilmuwan khawatir virus ini telah mengembangkan kemampuan untuk menular dari hewan ke manusia, bahkan mungkin antarmanusia.

Peneliti yang dipimpin Hongbo Bao dari Changchun Veterinary Research Institute menemukan varian baru IDV menunjukkan tingkat paparan yang mengkhawatirkan dan kemungkinan telah menyebar secara ‘diam-diam’ ke berbagai negara.

Virus IDV pertama kali terdeteksi pada tahun 2011 di seekor babi dengan gejala mirip influenza di Oklahoma, Amerika Serikat. Sejak itu, sapi diketahui menjadi inang utama virus ini, yang kemudian menimbulkan risiko penularan ke para pekerja peternakan.


“Dalam beberapa tahun terakhir, IDV sering kali muncul secara diam-diam di negara atau benua baru dan tidak menunjukkan gejala,” ucap penulis studi tersebut, dikutip dari laman The Sun.

Peneliti mengatakan, virus ini telah dilaporkan di Eropa, Amerika Utara dan Selatan, Asia, serta Afrika, dan juga ditemukan pada kambing, domba, kuda, unta, hingga anjing.

“Hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai apakah IDV telah memperoleh peningkatan daya infeksi dan penularan,” kata peneliti.

Tim peneliti kemudian mengamati varian IDV D/HY11 yang muncul pada sapi di Timur Laut China pada tahun 2023. Mereka menguji kemampuan virus ini untuk bereplikasi serta menular. Hasilnya, D/HY11 terbukti bisa menular melalui udara maupun kontak langsung antarhewan.

Para penulis juga menilai risiko penularan manusia dan seberapa efektif obat flu umum dalam memerangi IDV. Uji laboratorium menunjukkan virus ini mampu berkembang biak di sel saluran pernapasan manusia dan jaringan hewan, yang berarti penularan ke manusia mungkin sudah terjadi.

Analisis sampel darah yang diarsipkan mengungkapkan 74 persen orang di China Timur Laut telah terpapar virus, yang menunjukkan jenis virus tersebut telah berpindah dari hewan ke manusia.

Angkanya meningkat hingga 97 persen pada orang dengan gejala pernapasan; tetapi masih belum diketahui apakah IDV dapat menyebar di antara manusia atau apakah ini semua merupakan infeksi yang terisolasi dari hewan.

“Singkatnya, kemungkinan besar wabah IDV telah berkembang menjadi masalah berkelanjutan bagi ternak dan manusia. Infeksi subklinis yang tidak teramati dapat berperan penting dalam penularan, dan secara diam-diam mempertahankan epidemi di tingkat populasi,” ucap peneliti.

“Kemungkinan rantai penularan yang tak terlihat dapat menyebar secara diam-diam melalui ternak, hewan ternak lainnya, dan manusia,” lanjutnya.

Dalam pengujian lanjutan, peneliti menumbuhkan virus dalam sel anjing dan manusia, alat standar untuk mempelajari jenis flu. Mereka juga mengujinya pada sel yang dirancang khusus untuk meniru lapisan saluran napas manusia, sapi, babi, dan anjing.

Hasilnya, virus tersebut secara efisien menginfeksi dan berkembang biak di semua sel yang tumbuh di laboratorium.

Selanjutnya, para peneliti menginfeksi tikus dengan varian D/HY11 untuk mempelajari kemampuan virus tersebut dalam menyebabkan penyakit dan menyebar ke berbagai organ, termasuk otak.

Mereka juga menginfeksi anjing, yang gejalanya dipantau untuk mengetahui seberapa banyak virus yang dikeluarkan, indikasi potensi penularannya, serta musang, yang digunakan sebagai model standar untuk meneliti penularan flu pada manusia.

Hewan-hewan tersebut ditempatkan di kandang khusus guna menguji apakah virus dapat menyebar melalui udara dari hewan yang terinfeksi ke hewan yang sehat. Hasilnya, virus D/HY11 terbukti dapat menyebar melalui udara tanpa kontak langsung, dari musang yang terinfeksi ke musang sehat.

Temuan ini penting, karena menunjukkan karakteristik virus yang berpotensi mudah menular di antara manusia, menurut penulis studi. Tim peneliti kemudian meneliti efektivitas berbagai obat antivirus terhadap D/HY11. Hasilnya, obat antivirus generasi baru seperti baloxavir, yang menargetkan kompleks polimerase atau mesin replikasi virus, terbukti lebih efektif melawan varian tersebut. Namun, virus ini menunjukkan resistensi terhadap sebagian besar obat flu konvensional.

Selain itu, enzim polimerase D/HY11 menunjukkan aktivitas yang meningkat, yang sebelumnya telah dikaitkan dengan penyebaran lebih efisien antar-mamalia.

Terakhir, para peneliti menganalisis 612 sampel darah dari relawan di China Timur Laut, yang dikumpulkan antara tahun 2020 hingga 2024, untuk mendeteksi antibodi terhadap D/HY11.

Hasilnya, hampir tiga perempat responden dari wilayah perkotaan dan pedesaan memiliki kadar antibodi tinggi terhadap virus ini, yang artinya menunjukkan paparan yang luas di populasi. Angka tersebut bahkan lebih tinggi pada individu yang pernah menjalani perawatan medis akibat gejala pernapasan.

“Hal ini meningkatkan kemungkinan penularan samar pada manusia dengan infeksi ringan atau tanpa gejala melalui virus mirip D/HY11 yang sedang berkembang,” kata para peneliti.

“Analisis serum retrospektif kami menunjukkan IDV mungkin telah beredar di China timur laut setidaknya sejak tahun 2020),” kata peneliti.

“Saat ini, belum ada pengujian IDV rutin yang dilakukan di mana pun di dunia, sehingga menimbulkan kekhawatiran tentang penyebaran diam-diam virus panzootik ini dan potensi munculnya varietas baru.”

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com