Tag Archives: amman

Zaskia Adya Mecca Hingga Ratna Galih Ikut Global March untuk Bela Palestina

Mesir

Aktris dan pengusaha hijab Zaskia Adya Mecca bersama sembilan figur publik Indonesia mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Mereka sudah berangkat dari Jakarta ke Kairo pada Kamis (12/06/2025).

Mereka bergabung dalam aksi jalan kaki yang diikuti masyarakat internasional sejauh ±50 km. Perjalanan dimulai hari ini dari Kairo, Mesir ,menuju Gerbang Rafah, Gaza.

Global March to Gaza adalah gerakan damai internasional yang menuntut dibukanya akses bantuan kemanusiaan ke wilayah Gaza, yang hingga kini masih diblokade zionis Israel. Aksi ini diikuti oleh lebih dari 7.000 orang dari lebih dari 54 negara, dan jumlahnya diperkirakan terus bertambah.


Mereka berjalan kaki untuk memberikan tekanan moral kepada pemerintah Mesir agar membuka jalur bantuan berupa makanan, air bersih, dan obat-obatan.

Zaskia Adya Mecca, Indadari hingga Ratna Galih  mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina.Zaskia Adya Mecca, Indadari hingga Ratna Galih mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Foto: Dok. Kitabisa.

Zaskia menjadi inisiator keikutsertaan Indonesia dalam aksi ini. Dia mengaku terdorong oleh rasa prihatin karena belum ada delegasi dari Indonesia yang bergabung.

“Negara kita mayoritas muslim, tapi belum ada yang hadir di gerakan ini. Saat tahu itu, aku merasa malu. Kalau bisa berbuat sesuatu, kenapa harus diam?” ujar Zaskia.

Bersama rekan-rekannya, dia memutuskan untuk berangkat membawa suara Indonesia ke aksi global ini. Selain Zaskia, ada juga rekan selebriti lainnya, antara lain Ratna Galih, Wanda Hamidah, Hamidah Rachmayanti, Indadari Mindrayanti, Irfan Farhad, Hemy Sution, Nur Aminah, Tandya Rachmat Sampurna, dan Muhammad Hibatur Rahman dari Kitabisa.

Zaskia Adya Mecca, Indadari hingga Ratna Galih  mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina.Zaskia Adya Mecca, Indadari hingga Ratna Galih mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Foto: Dok. Kitabisa.

Ratna Galih menyampaikan alasannya bergabung membawa misi kemanusiaan untuk Palestina. Dia berharap aksi ini bisa menggugah lebih banyak orang untuk peduli dan ikut menyuarakan keadilan untuk Palestina.

“Sebagai seorang ibu, aku tidak bisa diam melihat anak-anak di Gaza terus menjadi korban. Apa bedanya mereka dengan anak-anakku? Aku ingin anakku tumbuh di dunia yang menolak kekerasan,” katanya.

Ini bukan kali pertama Zaskia, Hamidah , dan Ratna Galih turun langsung membantu pengungsi Palestina. Pada Agustus 2024, mereka telah menyalurkan bantuan di Yordania.

Zaskia Adya Mecca, Indadari hingga Ratna Galih  mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina.Zaskia Adya Mecca, Indadari hingga Ratna Galih mengikuti aksi Global March to Gaza di Mesir, Jumat (13/6/2025), sebagai bentuk dukungan kemanusiaan untuk rakyat Palestina. Foto: Dok. Kitabisa.

Mereka mendatangi lokasi pengungsian di Amman dan menyerahkan bantuan berupa makanan, alat medis, dan kebutuhan dasar lainnya secara langsung kepada para penyintas. Lalu pada Mei 2025, Zaskia dan Ratna kembali melanjutkan aksi kemanusiaan ke Mesir, menjangkau para penyintas Palestina yang terdampak krisis.

Aksi mereka kali ini menjadi bagian dari komitmen berkelanjutan dalam menyuarakan dan mendukung perjuangan rakyat Palestina.

“Jujur, aku gemas melihat situasi ini terus terjadi dan seolah tidak ada yang bisa menghentikan. Rasanya kalau ada yang bisa kita lakukan, kenapa tidak?” pungkas istri sutradara Hanung Bramantyo itu.

(gaf/hst)



Sumber : wolipop.detik.com

Omar M Yaghi, Ilmuwan Keturunan Palestina Pemenang Nobel Kimia 2025



Jakarta

Perjalanan hidup Omar M Yaghi dapat dijadikan kisah inspiratif dalam ketekunan dan kecerdasan. Ilmuwan berdarah Palestina ini baru saja dinobatkan sebagai pemenang Hadiah Nobel Kimia 2025.

Ia diganjar penghargaan tersebut karena temuannya berupa teknologi memanen air langsung dari udara. Inovasinya disebut bisa menjadi solusi global atas krisis air bersih.


Dulu Pengungsi, Kini Disorot Dunia

Yaghi lahir di Amman, Yordania pada tahun 1965. Keluarganya dulu adalah pengungsi Palestina yang pindah ke sana usai perang Arab-Israel 1948.

Hidupnya di masa kecil jauh dari kata mudah. Ia harus berbagi kamar sempit bersama sembilan saudaranya dan hewan ternak di rumah tanpa listrik.

“Aku tumbuh dalam keluarga pengungsi. Aku berjalan sejauh tiga mil (4,8 km) setiap hari ke sekolah, pergi dan pulang. Aku mengalami masa-masa sulit,” kata Yaghi dikutip, dari laman Anadolu Ajansi.

Saat itu, air di lingkungannya sangat langka. Yaghi kecil bahkan harus bangun sebelum Matahari terbit hanya untuk membuka katup air yang hanya mengalir beberapa jam seminggu.

“Dulu, kami harus memikirkan setiap tetes air, karena itu sangat berharga,” ujarnya.

Walau masa kecilnya pahit, justru pengalaman itu yang menumbuhkan rasa ingin tahu mendalam terhadap kimia. Rasa penasaran tersebut membawanya pada penemuan besar yang menyentuh kehidupan jutaan orang.

Usia 10 Tahun Mulai Suka Kimia

Kecintaannya pada kimia dimulai sejak usia 10 tahun. Kala itu, ia menemukan model molekul di perpustakaan sekolah yang seharusnya tutup.

Berbekal semangat tinggi dan dukungan keluarganya, Yaghi dikirim ke Amerika Serikat pada usia 15 tahun untuk menempuh pendidikan. Ia datang ke New York dengan kemampuan bahasa Inggris yang minim, tapi semangatnya membara.

Menempuh pendidikan selama 10 tahun, akhirnya Yaghi berhasil meraih gelar sarjana dari State University of New York at Albany. Ia juga menyabet gelar doktor dari University of Illinois at Urbana-Champaign pada 1990.

Setelah itu, Yaghi berkarier sebagai peneliti di Harvard University (1990-1992). Ia lalu menjadi asisten profesor di Arizona State University pada 1998.

Karier akademiknya berlanjut di University of Michigan. Di sana ia menjadi profesor kimia pada 1999 hingga 2006. Yaghi akhirnya menjadi pengajar di University of California, Berkeley hingga kini.

Ilmuwan dengan 300+ Publikasi

Kini, Yaghi dikenal sebagai salah satu ilmuwan paling berpengaruh di dunia. Ia telah menulis lebih dari 300 publikasi ilmiah.

Karya-karyanya telah dikutip lebih dari 250.000 kali. Tak hanya aktif mengajar, ia juga menjadi pendiri Berkeley Global Science Institute, serta co-director di Kavli Energy NanoSciences Institute dan Bakar Institute of Digital Materials for the Planet.

Yaghi juga merupakan anggota National Academy of Sciences Amerika Serikat dan German National Academy of Sciences Leopoldina.

Inovasi Yaghi: Menyulap Udara Jadi Air

Fokus penelitian Yaghi adalah merancang material kristalin baru berbasis senyawa logam dan organik. Inovasi tersebut mampu menyimpan energi, menangkap karbon, dan bahkan mengumpulkan air dari udara.

Yaghi membuat proyek Atoco Mission yang mengembangkan sistem dengan kemampuan memanen air bersih langsung dari atmosfer, bahkan di daerah paling kering di dunia.
Sembunyikan kutipan teks

Sebelum meraih penghargaan Nobel Kimia 2025, Yaghi juga telah meraih berbagai penghargaan bergengsi seperti Wolf Prize in Chemistry (2018), King Faisal International Prize in Science (2015), BBVA Foundation Frontiers of Knowledge Award (2017), Tang Prize, dan Balzan Prize (2024).

(cyu/twu)



Sumber : www.detik.com

3 Ilmuwan Peraih Hadiah Nobel Kimia 2025, Ada Eks Pengungsi Palestina


Jakarta

The Royal Swedish Academy of Sciences atau Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia resmi mengumumkan peraih Hadiah Nobel Kimia 2025. Para penerima penghargaan tertinggi di bidang pengetahuan ini adalah Susumu Kitagawa, Richard Robson, Omar M Yaghi.

Hadiah Nobel Kimia 2025 didapatkan ketiganya melalui penelitian tentang pengembangan kerangka logam-organik. Mereka menciptakan sebuah konstruksi molekuler dengan ruang yang luas, sehingga memungkinkan gas dan zat kimia lainnya bisa mengalir.

Konstruksi ini kemudian disebut dengan “kerangka logam-organik” yang bisa digunakan untuk berbagai manfaat, seperti memanen air dari udara guru, menangkap karbon dioksida, menyimpan gas beracun, hingga mengkatalisis reaksi kimia.


Profil Peraih Nobel Kimia 2025

Adapun profil peraih Nobel Kimia 2025, yakni:

1. Susumu Kitagawa

Susumu Kitagawa lahir tahun 1951 di Kyoto, Jepang. Ia meraih gelar PhD tahun 1979 dari Universitas Kyoto, Jepang dan kini menjadi seorang profesor di Universitas Kyoto, Jepang.

2. Richard Robson

Robson diketahui lahir tahun 1937 di Glusburn, Inggris. Gelar PhD berhasil diraihnya pada tahun 1962 dari Universitas Oxford, Inggris.

Kini, ia beranjak dari tanah kelahirannya dan menjadi profesor di Universitas Melbourne, Australia.

3. Omar M. Yaghi

Lahir tahun 1965 di Amman, Yordania, Omar M Yaghi meraih gelar PhD tahun 1990 dari University of Illinois Urbana-Champaign, AS. Kini, ia berstatus sebagai profesor di University of California, Berkeley, AS.

Yaghi lahir di Amman, Yordania pada tahun 1965. Keluarganya dulu adalah pengungsi Palestina yang pindah ke Amman usai perang Arab-Israel 1948. Hidupnya di masa kecil jauh dari kata mudah. Ia harus berbagi kamar sempit bersama sembilan saudaranya dan hewan ternak di rumah tanpa listrik.

“Aku tumbuh dalam keluarga pengungsi. Aku berjalan sejauh tiga mil setiap hari ke sekolah, pergi dan pulang. Aku mengalami masa-masa sulit,” kata Yaghi dikutip dari aa.com.

Para pemenang Hadiah Nobel mendapat dana sebesar 11 juta Krona Swedia dibagi rata atau sekitar Rp 19,4 miliar (kurs 1 Krona Swedia=Rp 1.763,84).

Penelitian Pemenang Nobel Kimia 2025

Kitagawa, Robson, dan Omar Yaghi dianugerahi Hadiah Nobel Kimia 2025 melalui pengembangan bentuk baru arsitektur/konstruksi molekuler. Dalam alat yang mereka ciptakan itu, ion logam berfungsi sebagai landasan yang dihubungkan dengan molekul organik panjang berbasis karbon.

Bersama-sama keduanya bisa terorganisir untuk membentuk kristal yang mengandung rongga-rongga besar. Material berpori/berongga-rongga besar ini disebut dengan metal-organic frameworks (MOF) atau kerangka logam-organik.

Dengan memvariasikan blok penyusun yang digunakan dalam MOF, ahli kimia dapat menangkap dan menyimpan zat-zat tertentu. MOF juga dapat berguna untuk menghadirkan reaksi kimia atau menghantarkan listrik.

Studi ini berawal pada 1989 kala Robson menguji pemanfaatan sifat-sifat inheren atom dengan cara baru. Cara yang ia lakukan kala itu adalah menggabungkan ion tembaga bermuatan positif dengan molekul berlengan empat (molekul dengan gugus kimia yang tertarik pada ion tembaga di ujung setiap lengannya).

Ketika digabungkan, Robson menemukan mereka terikat membentuk kristal yang teratur dan lapang. Hal ini digambarkannya sebagai berlian yang dipenuhi rongga-rongga tak terhitung jumlahnya.

Robsen segera menyadari potensi konstruksi molekulernya, tetapi saat itu ciptaannya tidak stabil dan mudah rubuh. Di kesempatan berbeda, Susumu Kitagawa dan Omar Yaghi memberikan fondasi yang kokoh bagi metode konstruksi ini (antara tahun 1992-2003).

Ketiganya secara terpisah menghasilkan serangkaian penemuan yang revolusioner. Dalam studi Kitagawa ditemukan bila gas dapat mengalir masuk dan keluar dari konstruksi dan memprediksi bahwa MOF dapat dibuat secara fleksibel.

Sedangkan Yaghi menciptakan MOF yang sangat stabil dan menunjukkan bahwa inovasi tersebut dapat dimodifikasi dengan desain rasional. Dengan begitu konstruksi bisa menghasilkan sifat-sifat baru yang diinginkan.

Setelah penemuan ketiganya, para ahli kimia telah membangun puluhan ribu MOF yang berbeda dan dapat memecahkan beberapa tantangan terbesar umat manusia. Seperti menguraikan jejak obat-obatan di lingkungan, menangkap karbon dioksida, atau memanen air dari udara guru.

Terkait hal ini, Ketua Komite Nobel untuk Kimia Heiner Linke memberikan apresiasi. Penemuan ini memiliki potensi yang sangat besar untuk memberikan manfaat kepada manusia.

“Kerangka logam-organik memiliki potensi yang sangat besar, menghadirkan peluang yang sebelumnya tak terduga untuk material yang dibuat khusus dengan fungsi baru,” tandasnya.

(det/faz)



Sumber : www.detik.com