Tag Archives: anak

Hindari 4 Kesalahan Ini Saat Dekorasi Kamar Anak Biar Makin Betah


Jakarta

Mendekorasi kamar anak merupakan salah satu hal yang menyenangkan dan ditunggu-tunggu. Tapi ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar anak semakin betah di dalam kamar.

Apabila salah mendekorasi kamar, bisa-bisa anak jadi tidak betah atau beberapa barangnya sudah tidak bisa dipakai karena mereka sudah besar. Nah, beberapa kesalahan dekorasi sebaiknya dihindari biar anak tetap betah di kamar dan barang-barang yang dipakai tidak cepat tergantikan.

Dilansir dari Homes & Gardens, berikut ini beberapa kesalahan dekorasi kamar anak yang harus dihindari.


Kesalahan Dekorasi Kamar Anak

1. Terlalu Memikirkan Keindahan

Menurut desainer Kathy Kuo, salah satu kesalahan yang dilakukan adalah mendekorasi kamar hanya agar terlihat estetis. Padahal, kamar itu akan digunakan oleh anak yang sangat memungkinkan ruangan jadi berantakan. Maka dari itu, alih-alih memilih barang-barang estetis, lebih baik pilih yang tahan lama dan fungsional.

“Santai sejenak dan fokus pada barang-barang praktis dan dibuat dengan baik yang akan tumbuh bersama anak-anak Anda dan juga tahan terhadap kegiatan sehari-hari anak-anak yang aktif dan energik,” ujarnya, dikutip dari Homes & Gardens, Jumat (17/10/2025).

2. Tidak Buat Banyak Ruang Penyimpanan

Ruang penyimpanan sangat dibutuhkan di kamar anak-anak. Hal itu karena barang-barang yang dimiliki anak-anak melimpah, mulai dari mainan hingga pakaian.

“Detail terpenting untuk kamar anak adalah memastikan ada cukup penyimpanan untuk mainan, aktivitas, dan boneka selain pakaian mereka,” ujar Laura William dari ATX Interior Design.

Untuk itu, sangat penting membuat area penyimpanan di dalam kamar. Sebagai contoh, buat rak atau tempat penyimpanan di bawah tempat tidur yang mudah dijangkau.

3. Beli Barang yang Cepat Rusak

Berinvestasi pada furnitur atau dekorasi yang bisa tetap digunakan oleh anak pada usia berapa pun sangat penting. Hal ini bisa menghemat pengeluaran dan waktu di masa depan.

Menurut founder dari direktur kreatif di Mendelson Group, Gideon Mendelson, di dalam kamar anak-anak harus ada tempat tidur, lemari, kursi, meja, nakas, serta penerangan yang baik.

4. Kurang Berani Bermain Warna

Salah satu kesalahan umum saat mendekorasi kamar anak adalah memilih warna cat dengan warna netral. Warna itu mungkin menarik bagi orang dewasa, tapi buat anak-anak kurang menarik. Warna merupakan salah satu hal penting dalam perkembangan anak karena bisa mempengaruhi mood dan kreativitasnya.

Sebenarnya, jika ingin menggunakan warna dasar yang netral tidak masalah. Orang tua bisa menambahkan warna pada furnitur di dalamnya agar lebih ‘hidup’.

Menurut Marina dari Marina Hanisch Interiors warna-warna yang lebih terang membantu menciptakan suasana yang menyenangkan.

“Selain itu, menjaga ruangan tetap terang dan netral akan memberikan latar belakang serbaguna yang mudah beradaptasi dengan perubahan tema dan dekorasi seiring pertumbuhan anak dan perkembangan selera mereka,” tuturnya.

Itulah beberapa kesalahan yang harus dihindari saat dekorasi kamar anak.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(abr/dhw)



Sumber : www.detik.com

Biar Anak dan Lansia Aman, Begini Cara Desain Tangga Rumah yang Tepat!


Jakarta

Tangga merupakan salah satu area di mana penghuni mesti berhati-hati. Area tersebut curam sehingga penghuni berisiko untuk tergelincir dan terjatuh.

Oleh karena itu, pemilik rumah perlu mengamankan tangga, terutama kalau ada penghuni anak-anak atau lansia. Selain memilih desain yang aman, pemilik perlu menyiasati agar penghuni bisa naik turun tangga dengan aman dan nyaman.

Bagaimana cara bikin tangga aman buat keluarga di rumah? Simak tipsnya berikut ini.


Cara Bikin Tangga Aman buat Keluarga

Inilah tips membuat tangga lebih aman untuk penghuni rumah, dikutip dari Darcy Joinery, Selasa (21/10/2025).

1. Pagar Pengaman

Jika ada anak-anak di rumah, sebaiknya pasang pagar pengaman di atas dan bawah tangga. Pastikan untuk memasang pagar dengan kuat dan selalu dalam keadaan tertutup ketika tidak digunakan.

2. Alas Anti Slip

Supaya penghuni rumah enggak tergelincir di tangga, pemilik bisa pasang alas atau stiker anti slip. Alas itu membantu memberikan cengkraman dan stabilitas ekstra sehingga penghuni tak mudah jatuh. Lalu, pilih alas berwarna cerah agar anak tangga lebih terlihat.

3. Railing Pengaman

Pasang railing tangga yang kokoh sebagai pegangan buat penghuni rumah. Pegangan ini membantu memberikan dukungan saat naik turun tangga. Pemilik juga bisa menambahkan agar ada pegangan di kedua sisi tangga.

4. Pencahayaan

Pastikan area tangga cukup terang untuk mencegah penghuni tersandung. Mereka bisa salah injak karena tidak bisa melihat anak tangga dengan jelas. Jika perlu, pasang lampu tambahan supaya tangga lebih terang.

5. Bebas Barang Berserakan

Selain itu, tangga harus bebas dari barang-barang yang berserakan. Barang tersebut dapat menyebabkan penghuni rumah tersandung dan terjatuh.

Itulah tips bikin tangga aman buat keluarga di rumah. Semoga bermanfaat!

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(dhw/das)



Sumber : www.detik.com

10 Tes Logika Receh yang Bikin Otak Ngebul, Cuma Si Cerdas yang Lolos


Jakarta

Tebak-tebakan receh mungkin seringkali dianggap sekedar hiburan ringan untuk mngisi waktu senggang. Tapi, di balik kesederhanaannya, tebak-tebakan ini juga bisa menantang cara berpikir cepat dan kreatif.

Ingin menguji seberapa cerdik kamu dalam memecahkan tebak-tebakan receh? Coba jawab 10 pertanyaan berikut ini.


10 Tebak-tebakan Receh

Meski terkesan sederhana, belum tentu kamu bisa menjawab semua tebak-tebakan ini. Jangan dulu lihat jawabannya ya.

1. Jumlahnya tidak tentu, berada di tengah. Kalau mati semua orang banyak bertepuk tangan dan menanyi riang. Siapakah dia?
2. Bisa terbang tapi tidak punya sayap. Bisa menangis tapi tidak memiliki mata. Ke mana pun dia pergi, kegelapan selalu mengikuti. Apakah itu?
3. Seorang anak laki-laki berusia 12 tahun pada ulang tahun sebelumnya dan akan berusia 14 tahun pada ulang tahun berikutnya. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
4. Lahir dan besar di Arab tapi tidak bisa bahasa Arab, siapakah aku?
5. Hewan apakah yang multitalenta?

6. Saya bersandar di tembok. Punya jarum tapi tidak bisa menjahit. Sekali jalan tidak bisa kembali. Siapakah saya?
7. Berkaki empat, tidak berekor dan suka ‘bernyanyi’ di malam hari. Siapakah saya?
8. Ke mana-mana saya selalu memakai sepatu. Tidak permah dilepas setiap waktu saat bangun atau tidur. Siapakah saya?
9. Dia bukanlah adikku, bukan pula kakakku. Tapi dia juga anak ibuku. Siapakah dia?
10. Kereta listrik bergerak ke arah timur dengan kecepatan 160 km per jam. Ke mana arah asap kereta?

Jawaban Teka-teki Receh

Sudah bisa jawab semua pertanyaannya? Coba buktikan kalau jawabanmu benar.

1. Lilin ulang tahun
2. Awan
3. Hari ini dia berulang tahun ke 13.
4. Unta
5. Ular cobra, sebab banyak ‘bisa’nya

6. Jam dinding

7. Katak
8. Kuda
9. Dia adalah aku
10. Kereta listrik tidak mengeluarkan asap.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Dear Ortu, Jangan Malas Bawa Anak Imunisasi! Ini Alasan Tak Cukup Sekali Suntik


Jakarta

Ketua Satgas Imunisasi, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof Dr dr Hartono Gunardi SpA(K) mengungkapkan alasan mengapa imunisasi yang dijalani anak harus dilakukan secara berulang. Ia menuturkan salah satu tantangan dalam memenuhi cakupan imunisasi di Indonesia adalah keengganan orang tua untuk memberikan imunisasi secara berulang.

Berdasarkan survei yang dilakukan UNICEF Nielsen pada 2023, disebutkan 37,7 persen orang tua enggan membawa anaknya imunisasi karena takut suntik lebih dari satu kali.

Prof Hartono menjelaskan proteksi dari vaksin akan memicu peningkatan kekebalan yang disebut dengan respons primer. Seiring waktu, proteksi akan menurun dan perlu diperbarui.


“Kekebalan tersebut meningkat tapi selama beberapa lama dia akan menurun lagi oleh karena itu dia perlu diberikan antigen yang kedua yang akan menimbulkan pembentukan antibodi yang lebih cepat dan lebih tinggi daripada antibodi sebelumnya,” ujar Prof Hartono ketika ditemui awak media, di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).

“Orang tua sering kali bertanya kok imunisasi nggak ada habis-habisnya, ya jadi diulang-ulang terus,” sambungnya.

Lalu, mengapa dosis imunisasi yang dibutuhkan tidak sekalian diberikan di waktu awal dan harus diberi jeda waktu? Prof Hartono menjelaskan tubuh membutuhkan waktu untuk ‘mempelajari’ antibodi yang masuk melalui imunisasi.

Setelah dipelajari, imunisasi booster digunakan untuk memperkuat sistem pertahanan yang ada.

“Seperti kita melatih pelajaran, nggak bisa anak itu diajar sekaligus matematika yang sampai integral gitu ya. Nggak bisa, jadi harus satu-satu,” ujar Prof Hartono.

“Demikian juga sistem tubuh itu belajar pelan-pelan. Karena tadi kita lihat satu antigen dia sedikit naik-naiknya, belum lengkap antibodinya, belum cukup untuk jangka panjang. Akhirnya itu mereka diulang. Banyak ulangannya, semakin tinggi antibodi yang terbentuk dan semakin lama perlindungannya,” tandasnya.

(avk/naf)



Sumber : health.detik.com

Kelihatannya Sih Easy, tapi Cuma Si Jenius Bisa Jawab Cepat 10 Teka-teki Ini!


Jakarta

Kamu pernah mencoba menemukan objek tersembunyi dalam gambar? Sekilas memang terlihat mudah, tapi terkadang dibutuhkan fokus yang tinggi untuk menyelesaikannya.

Selain seru, permainan ini bisa melatih kemampuan otak untuk menemukan detail pada sebuah gambar. Siap mencobanya?


Temukan Objek Tersembunyi dalam Gambar

Ada beberapa objek yang perlu ketelitian dalam menemukannya. Yuk, tantang dirimu untuk mencari objek tersembunyi.

1. Coba cari penyihir di sini. Ingat-ingat. penyihir identik membawa apa.

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

2. Sekilas, semua objek di sini adalah kancing. Tapi, ada dadu yang terselip.

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

3. Bunga-bunganya terlihat cantik dengan warna-warna yang indah. Bisa temukan bintang di sini?

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

4. Temukan kupu-kupu di gambar buah, bunga, dan dedaunan ini. Kalau bisa menemukannya dengan cepat, kamu jago.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

5. Coba cari objek kelinci di gambar ini. Fokus untuk menemukannya ya.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

6. Kali ini mungkin cukup mudah mencarinya. Temukan rubah yang sedang tidur.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

7. Cari katak yang di dalam kamar. Perhatikan dengan detail.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

8. Temukan mainan anak di kamar mandi ini. Coba cari di setiap sudut.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

9. Coba cari nanas di dapur. Temukan dalam lima detik

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

10. Pada tumpukan pisang ini, ada seekor ular yang terselip. Bisa menemkannya?

Coba perhatikan gambar secara teliti!Coba perhatikan gambar secara teliti! Foto: Dharmajati Yusuf Fadli

Jawaban Temukan Objek dalam Gambar

Bisa menemukan semua objek yang dimaksud? Lihat jawabannya berikut ini.

1. Penyihirnya mengenakan pakaian hijau dan membawa sapu terbang. Kamu bisa menemukannya dengan cepat?

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

2. Wah dadunya ada di sebelah kanan bawah dan berwarna merah.

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

3. Bintangnya mirip dengan bunga. Kamu terkecoh tidak?

asah otak malam mingguanasah otak malam mingguan Foto: Irene Putri Wibowo/detikHealth

4. Kupu-kupu kuningnya terselip di antara dedaunan.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

5. Kelincinya ada di atas menyerupai awan berwarna putih. Kamu menemukannya?

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

6. Mudah bukan? Meski warnanya membuat terkecoh kamu mungkin bisa menemukannya.

asah otak detikhealthasah otak detikhealth Foto: detikhealth/Afif Ahmad Rifai

7. Ternyata kataknya ada pada gambar di dinding.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

8. Harus benar-benar teliti dan fokus untuk mencarinya. Kamu berhasil menemukannya dengan cepat?

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

9. Nanasnya ada di bagian bawah rak.

Asah OtakAsah Otak Foto: DetikHealth

10. Ularnya terselip di sini. Warnanya sama dengan pisang.

Ular itu menyelinap di antara pisang-pisang.Ular itu menyelinap di antara pisang-pisang. Foto: Dharmajati Yusuf Fadli

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Kemenkes Ungkap 800 Ribu Lebih Anak RI ‘Zero Dose’ Imunisasi, Inikah Pemicunya?


Jakarta

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan jumlah anak yang belum mendapatkan imunisasi sama sekali atau zero-dose di Indonesia masih tinggi. Pada tahun ini, tercatat ada sekitar 836.789 anak di Indonesia yang masih zero-dose.

Angka tersebut sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2024 dengan 973.378 kasus, tapi jauh lebih tinggi dibandingkan tahun 2023 dengan 372.965 kasus.

Hal ini cukup memprihatinkan mengingat pemberian imunisasi rutin sesuai jadwal memiliki peran penting untuk pencegahan penyakit pada anak dan mengantisipasi munculnya wabah atau kejadian luar biasa (KLB).


“Saat ini kita menduduki peringkat keenam, di dunia untuk negara yang jumlah anaknya belum mendapatkan imunisasi,” ujar Direktur Imunisasi Kemenkes Prima Yosephine, ketika ditemui awak media di Jakarta Selatan, Rabu (15/10/2025).

Prima mengungkapkan ada total ada ratusan KLB yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 2025 hingga pekan ke-36. Ini meliputi 66 KLB campak pasti di 52 kabupaten/kota, 198 KLB pertusis di 133 kabupaten/kota, dan 57 KLB difteri di 50 kabupaten/kita.

Ia mengatakan kelengkapan imunisasi ini harus terus dikejar. Kalau anak sudah terlanjur terkena penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), maka penanganannya akan lebih berat. Terlebih, belum ditambah risiko penyebaran yang lebih luas.

“Kalau kena ya bisa menularkan kepada anak-anak lain di sekitarnya. Kalau anak-anak yang nggak diimunisasi berkumpul di satu tempat, tentu nggak terbentuk kekebalan kelompoknya. Oleh karena itu, tempat daerah itu akan sangat mungkin atau mendapat kejadian luar biasa, wabah dalam konteks kecil, tapi itu sudah wabah,” sambungnya.

Berkaitan dengan masih tingginya angka zero-dose pada anak-anak di Indonesia, Prima menyebut masih ada keraguan soal vaksinasi di tengah masyarakat. Meski edukasi terkait manfaat imunisasi terus digencarkan, ada banyak juga pemahaman yang menentang imunisasi.

Berdasarkan survei yang dilakukan UNICEF Nielsen pada tahun 2023, sebanyak 12 persen persen orang tua takut dengan efek samping sehingga enggan membawa anak imunisasi. Beberapa faktor lain yang juga memengaruhi meliputi takut disuntik lebih dari satu kali, jadwal imunisasi tidak pas, tidak ada ongkos, akses sulit, hingga merasa imunisasi tidak ada manfaatnya.

“Adanya keraguan vaccine hesitancy masyarakat. Karena mereka bingung di satu pihak mereka mendapat kabar pentingnya imunisasi, tapi di lain pihak, gencar juga orang-orang yang menyuarakan ‘hati-hati dengan imunisasi’, ‘yakin imunisasi bikin sehat?’. Kita perlu bergandengan tangan untuk bisa membuat keraguan di masyarakat ini berubah menjadi kepastian,” tandasnya.

Berikut lima wilayah dengan angka zero-dose tertinggi di Indonesia:

  1. Jawa Tengah – 158.941 kasus
  2. Jawa Timur – 79.973 kasus
  3. Sumatera Utara – 66.886 kasus
  4. Jawa Barat – 55.936 kasus
  5. Lampung – 41.169 kasus

(avk/suc)



Sumber : health.detik.com

Dokter Harvard Kaget Makin Sering Temukan Usia Muda Kena Kanker Kolorektal Stadium 4


Jakarta

Berbagai penelitian menunjukkan kasus kanker pada usia muda di bawah 50 tahun kini semakin sering ditemukan. Salah satu yang paling menonjol adalah kanker kolorektal, yaitu kanker pada usus besar dan rektum.

Kimmie Ng, dokter onkologi saluran cerna dari Harvard Medical School dan pendiri Young-Onset Colorectal Cancer Center di Boston, mengatakan angka kejadian kanker usus besar dan rektum pada usia muda meningkat sekitar 2 persen setiap tahun sejak pertengahan 1990-an.

“Awalnya kami kaget, karena pasiennya masih muda, sehat, tidak punya faktor risiko, bahkan tanpa riwayat keluarga, tapi sudah terdiagnosis stadium 4. Dan kasus seperti ini sekarang makin sering,” beber Dr Ng.


Kenaikan ini tidak hanya terjadi di AS, tapi juga di berbagai negara lain, baik pada pria maupun wanita.

Menurut Dr Ng, mendapat diagnosis kanker di usia muda punya tantangan tersendiri.
Sebagian besar pasien muda masih punya anak kecil, sedang merawat orang tua, meniti karier, atau bahkan baru membangun keluarga. Mereka tidak hanya berjuang melawan penyakit, tapi juga menghadapi tekanan emosional dan sosial yang besar.

Data terbaru menunjukkan kanker kolorektal sudah menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada pria di bawah usia 50 tahun di AS. Pada wanita muda, penyakit ini menempati posisi kedua setelah kanker payudara, dan diperkirakan akan menjadi nomor satu pada 2030 jika trennya terus meningkat.

Meski begitu, Dr Ng menegaskan secara keseluruhan, jumlah kasus pada usia muda masih tergolong kecil dibanding populasi umum.

Pentingnya Deteksi Dini

Selama beberapa dekade, jumlah kasus dan kematian akibat kanker usus besar di semua kelompok umur sebenarnya menurun, berkat kemajuan pengobatan dan meningkatnya kesadaran untuk skrining atau pemeriksaan dini.

Namun, penurunan itu tidak terjadi pada kelompok usia muda. Karena itu, sejak 2021, Amerika menurunkan usia rekomendasi skrining dari 50 tahun menjadi 45 tahun bagi orang dengan risiko rata-rata.

Dr. Ng menilai usia skrining ini belum perlu diturunkan lagi, karena jumlah kasus di usia muda masih kecil dan perlu dipertimbangkan dari sisi biaya, risiko, serta manfaatnya. Fokus utama saat ini, katanya, adalah memahami penyebab meningkatnya kasus pada usia muda.

(naf/naf)



Sumber : health.detik.com

Masih 1 SMA, 35 Siswa Sekolah Rakyat Bakal Berbeasiswa di Universitas Ary Ginanjar



Jakarta

Ada dua jalur lulusan Sekolah Rakyat. Sebagian ada yang ingin meneruskan ke perguruan tinggi, tetapi ada juga yang ingin bekerja.

Bagi siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi, Kementerian Sosial (Kemensos) RI bakal bekerja sama dengan sejumlah kampus. Salah satu kampus yang dimaksud adalah Universitas Ary Ginanjar.

Mensos Saifullah Yusuf mengatakan ada 35 anak yang saat ini masih kelas 1 SMA dan sudah akan mendapat beasiswa penuh di Universitas Ary Ginanjar.


“Jadi, anak-anak yang ingin sekolah (kuliah) kita sedang kerja sama dengan beberapa perguruan tinggi. Salah satunya dengan Universitas Ary Ginanjar. Ada 35 anak yang sekarang masih kelas 1 SMA sudah akan diterima dengan beasiswa penuh oleh Universitas Ary Ginanjar,” ungkap Mensos dalam kunjungannya ke Sekolah Rakyat Terintegrasi (SRT) 37 Serang, Banten pada Rabu (15/10/2025), dikutip melalui Kemensos RI.

“Seluruh universitas negeri, insya Allah akan siap menerima lulusan-lulusan siswa Sekolah Rakyat yang memang potensial,” imbuhnya.

Bagaimana dengan Siswa yang Ingin Bekerja?

Bagi siswa yang ingin langsung bekerja setelah lulus, Mensos tidak mempersoalkan hal tersebut. Kemensos bakal bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) RI untuk memberikan pendidikan keterampilan sesuai kemampuan siswa.

Siswa yang ingin bekerja setelah lulus, juga akan dikoneksikan dengan perusahaan-perusahaan yang membutuhkan.

“Inilah hal yang sekarang sedang dikerjakan oleh Kementerian Sosial, bagaimana lulusan-lulusannya (Sekolah Rakyat) nanti juga bisa mendapatkan tempat yang terbaik sesuai dengan bakat dan minat mereka,” kata Mensos.

Ia mengingatkan kepada kepala sekolah dan guru untuk mengawal pendidikan siswa-siswi Sekolah Rakyat. Mensos berpesan agar fasilitasi ini tidak berhenti pada memberikan ijazah, lalu anak-anak tersebut pulang ke rumah dan kembali tidak mampu.

Hal ini dimaksudkan, agar setelah siswa-siswi itu lulus, maka dapat keluar dari kemiskinan dan mengangkat derajat orang tua.

Ia berpesan, jangan sampai setelah lulus SMA, siswa Sekolah Rakyat menganggur dan miskin lagi. Sebab, artinya Sekolah Rakyat gagal.

“Ibu kepala sekolah, ibu guru semua, tolong diperhatikan kalau sampai kita hanya cuma meluluskan anak-anak kita, hanya ngasih ijazah, setelah itu selesai, anak-anak pulang ke rumahnya, kemudian jadi loyo, tidak mampu lagi, itu menjadi gagal Sekolah Rakyat,” ujarnya.

(nah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Begini Skema Pembagian Gizi di Menu MBG, Berbeda Tiap Jenjang Sekolah



Jakarta

Badan Gizi Nasional (BGN) menerapkan skema penyajian menu program Makan Gizi Gratis (MBG) yang berbeda pada tiap jenjang. Seperti apa skemanya?

Diketahui, skema ini diberikan bagi peserta didik di 27 sekolah di Kabupaten Penajam Paser Utara, ProvinsiKalimantan Timur. Menurut Ahli Gizi BGN, Aknes Asteria Pioh, penerapan gizi tidak sekadar dibagi secara rata.


“Penerapan gizi tidak sekadar dibagi rata, ada beberapa skema yang harus dilalui, seperti batasan umur peserta didik,” ujarnya dalam Antara, Kamis (16/10/2025).

Skema Pembagian Gizi di Menu MBG

Skema pembagian gizi di menu MBG termasuk:

  1. Pendidikan anak usia dini (PAUD)/taman kanak-kanak (TK), serta sekolah dasar (SD) kelas satu sampai kelas tiga: porsi kecil
  2. SD kelas empat hingga sekolah menengah pertama (SMP): porsi sedang
  3. Sekolah menengah atas (SMA), ibu hamil, dan ibu menyusui: porsi besar

BGN menyatakan pihaknya sudah memperhitungkan dari segi energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Menurut Aknes Asteria, pembagian gizi ini demi memenuhi kebutuhan gizi peserta didik penerima manfaat.

Ibu Hamil dan Balita akan Menjadi PenerimaMBG Tahap 2

Ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan pos pelayanan terpadu (posyandu) baru akan menjadi penerima manfaat MBG tahap 2.

Pada tahap 2, peserta didik atau guru masih akan menjadi penerima MBG.

(nir/nwk)



Sumber : www.detik.com

13,8 Juta Anak Ikut CKG Sekolah, Ini Masalah Kesehatan yang Banyak Ditemukan


Jakarta

Ada sekitar 50 juta anak sekolah yang disasar pemerintah untuk mengikuti cek kesehatan gratis (CKG). Dari total tersebut, baru ada 13,8 juta pendaftar dengan rata-rata layanan per hari di 200 ribu anak. Secara kumulatif, ‘hanya’ 75 persen dari total seluruhnya yang selesai mendapatkan layanan, per data 15 Oktober 2025.

Adapun pendaftar terbanyak berada di DKI Jakarta, disusul Yogyakarta, hingga Jawa Tengah. Tertinggi di usia sekolah dasar dengan total 139.880, sekolah keagamaan, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas 26.410 siswa/siswi.


Masalah kesehatan apa saja yang ditemukan? Berikut rangkuman data Kemenkes RI:

1. Masalah gigi (50,3 persen)

Masalah paling umum yang ditemukan adalah karies gigi, dialami oleh lebih dari 4,5 juta anak. Ini menunjukkan masih rendahnya kesadaran kebersihan mulut dan gigi di kalangan anak-anak sekolah.

Padahal, masalah gigi yang tidak ditangani dapat mempengaruhi konsentrasi belajar, menyebabkan infeksi, bahkan gizi buruk karena gangguan makan.

2. Kurang aktivitas fisik (60,1 persen)

Lebih dari 3,5 juta anak dilaporkan memiliki gaya hidup sedentary, atau kurang bergerak. Ini menjadi kekhawatiran serius karena bisa berujung pada obesitas, gangguan metabolik, serta menurunnya kebugaran fisik dan kesehatan mental. Pola ini diperparah oleh kebiasaan penggunaan gadget dalam jangka waktu lama dan kurangnya aktivitas olahraga.

3. Anemia (27,2 persen)

Sekitar 248 ribu anak terdeteksi mengalami anemia menurut data CKG, mulai dari tingkat ringan hingga berat. Kondisi ini paling sering disebabkan oleh kekurangan zat besi. Anemia dapat menurunkan kemampuan belajar, konsentrasi, dan daya tahan tubuh terhadap infeksi.

4. Risiko gangguan kesehatan reproduksi (25,3 persen)

Sebanyak 25,3 persen anak sekolah perempuan terindikasi memiliki risiko gangguan kesehatan reproduksi. Hal ini bisa meliputi infeksi saluran reproduksi, kurangnya pengetahuan tentang kebersihan organ intim, hingga indikasi perilaku seksual berisiko. Ini menggarisbawahi pentingnya pendidikan kesehatan reproduksi yang benar dan sesuai usia.

5. Tekanan darah tinggi pada anak (15,9 persen)

Data yang cukup mengejutkan menunjukkan lebih dari 1,3 juta anak mengalami tekanan darah tinggi. Hipertensi pada usia dini berisiko memicu masalah kesehatan lebih lanjut di masa mendatang termasuk jantung hingga stroke. Pola makan tinggi garam, kurang gerak, serta stres juga bisa menjadi faktor pemicunya.

(naf/kna)



Sumber : health.detik.com