Tag Archives: animal

Fakta-fakta Menarik Hewan di Habitat Park SCBD



Jakarta

Habitat Park SCBD menjadi salah satu tempat wisata menarik di tengah ibu kota Jakarta. Di sini pengunjung akan makin cinta dengan alam.

Taman hewan ini memiliki tiga zona aktivitas yaitu Main Plaza, Botanical Garden dan Animal Park. Masing-masing zona diisi dengan aneka tumbuhan dan hewan.

Secara total Habitat Park memiliki 42 spesies dengan jumlah sekitar 100 ekor binatang dan mempekerjakan 17 ranger. Setiap harinya sekitar 400-500 orang datang berkunjung, akhir pekan akan meningkat sampai 1.500 pengunjung.


Di sini pengunjung akan diedukasi dan mengenal hewan-hewan di alam liar agar bisa mencintainya. Berikut beberapa fakta hewan yang didapat detikTravel saat berkunjung ke sana pada Selasa (18/6).

1. Binturong

Hewan sejenis musang dengan tubuh yang besar. Tak banyak yang tahu kalau hewan nokturnal ini sangat menggemaskan. Tinggal di rumah pohon di area Botanical Garden, Binturong memiliki ciri khas wangi yang manis seperti popcorn.

“Binturong hewan yang dilindungi tapi ada izin tangkarnya. Punya sertifikat per ekor dari BKSDA,” ujar Hanif (31) Animal Curator Habitat Park SCBD.

Ternyata, binturong memiliki chip yang berisi nomor izin. Jadi kehadiran hewan ini di Habitat Park sangat istimewa.

2. Otter

Belakangan hewan karnivora ini banyak dipelihara karena menggemaskan. Hanif berkata bahwa hewan ini sebaiknya dibiarkan hidup dialam, karena mereka hidup di dua alam yaitu air dan darat.

“Perawatannya repot dan bau, karena mereka mamalia yang hidup di dua alam,” katanya.

Sebagai salah satu mamalia pintar, otter tidak bisa hidup di alam sendirian. Oleh sebab itu Habitat Park membangun kandang dengan ekosistem air yang cukup ramai.

“Ada ikan di kolam untuk merangsang naluri berburu. Tapi makan pagi dan sore tetap kami berikan. Kalau ikan yang dikolam di makan, ya nggak masalah,” jawabnya.

3. Kapibara

Habitat Park SCBDHabitat Park SCBD Foto: (bonauli/detikcom)

Tiga ekor kapibara dipelihara di taman hewan ini. Hanif menyebut kapibara sebagai hewan paling santai.

“Dia bisa bersahabat dengan buaya, karena tidak menganggap buaya itu musuhnya. Begitu pula sebaliknya,” terangnya.

Kapibara mampu menyelam selama 5 menit di bawah air. Ia memiliki bulu yang kasar seperti sapu ijuk. Kukunya selalu tumpul dan giginya tumbuh setiap tahun.

“Makanya kapibara suka ngikis gigi di pohon, kalau tumbuh terus bisa melukai diri mereka juga,” ungkap Hanif.

Hewan pengerat terbesar dunia ini memang sangat santai.

4. Burung Unta

Habitat Park SCBDHabitat Park SCBD Foto: (bonauli/detikcom)

Ya, Habitat Park SCDB memiliki sepasang burung unta berusia di bawah satu tahun. Hewan diurnal ini tidak mampu melihat dengan jelas saat malam alias rabun ayam.

“Kekuatannya ada di kaki, bisa berlari 70-80 km/jam,” cerita Hanif.

Sebagai salah satu burung terbesar dunia, otak burung unta tidak lebih besar dari ukuran bola matanya. Dia tidak bisa terbang dan cukup agresif.

“Burung unta ini termasuk hewan yang tidak cerdas juga. Mereka makan apa saja yang ada di kandangnya, makanya harus dibersihkan setiap hari. Harus steril,” jelas pria lulusan Public Relation Unisba itu.

5. Red Fox

Pengunjung bisa bertemu dengan sepasang rubah red fox di Animal Park. Mamalia omnivora ini tampak cantik dengan bulu merah menyala.

“Di sini kita kasih penghangat dan pendingin, karena di alam aslinya mereka butuh panas,” ucap Hanif.

Jika bulunya rontok artinya red fox berada di lingkungan yang terlalu panas, sehingga dibutuhkan pendingin di dalam kandang.

6. Burung Hantu

Habitat Park SCBDHabitat Park SCBD Foto: (bonauli/detikcom)

Taman Hewan ini memiliki satu ruangan khusus untuk burung hantu, totalnya 10 spesies dengan jumlah 13 ekor. Sebagai predator yang paling pandai berkamuflase, burung hantu adalah pest control paling alami yang bisa digunakan manusia.

“Tiga hektar lahan itu bisa diawasi oleh sepasang burung hantu barn owl,” ungkap Lukman (31) ranger di kandang burung hantu.

Di sini 10 burung hantu lokal bisa disentuh oleh pengunjung. Tapi tetap harus didampingi oleh ranger. Sementara yang tiga lagi masih dalam masa habituasi.

“Mereka kalau nyaman itu kakinya naik satu, saving energy istilahnya,” jelas Lukman.

Terlihat burung-burung ini menatap pengunjung yang datang. Beberapa kali mereka bersuara, apa artinya ya?

“Itu memang calling mereka aja, bukan berarti mereka nggak nyaman,” jawabnya.

Dalam tiap sesi, Lukman selalu mengedukasi pengunjung untuk tidak memelihara burung hantu di rumah. Keberadaannya di alam adalah bentuk keseimbangan alam.

“Biarkan mereka tetap di alam jangan lakukan perbuatan liar. Jangan gunakan racun tikus untuk membunuh hama, karena mereka makan hama. Itu bisa membunuh mereka,” ungkapnya.

Tonton juga “Tak Ada Pelangi di Jalan Andrea Hirata Selamatkan Bahasa Belitung” di sini:

(bnl/wsw)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Habitat Park SCBD, Taman Hewan di Tengah Gedung Pencakar Langit



Jakarta

Siapa sangka di tengah gedung pencakar langit terdapat kawasan hijau yang menjadi rumah hewan-hewan menggemaskan di jantung Jakarta. Kenalin nih, Habitat Park SCBD.

Habitat Park SCBD berada di Jl. Jendral Sudirman kav 52-53 No.6 LOT6, Senayan, Kecamatan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ya, betul. Habitat Park itu ada area mbak-mbak kantoran yang mengenakan lanyard Coach yang mudah dikenali dengan memiliki emblem brand di bagian belakangnya dan memakai flatshoes Tory Burch dengan lambang T pada ujung sepatunya.

Tempat dengan ratusan hewan itu beroperasi mulai 14 Juli 2024. Tempat ini sering mendapatkan sebutan mini zoo atau kebun binatang mini.


Habitat Park SCBDSuasana di Habitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Head Sales Marketing Habitat Park, Rizki Maharani, menjelaskan bahwa penggunaan sebutan mini zoo dianggap kurang tepat. Ia lebih suka menyebutnya taman hewan.

Dibangun di tanah seluas 3658 m persegi, tempat itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Main Plaza, Botanical Garden, dan Animal Park. Setiap zona memiliki keunggulan masing-masing yang dapat dinikmati oleh berbagai kalangan usia.

Tiket masuknya juga unik, berupa gelang yang dapat di-tap untuk semua transaksi. Pembayarannya akan ditagihkan di pintu keluar.

Main Plaza adalah area utama dan berada di tengah dari taman hewan ini. Posisinya tepat di depan pintu masuk.

Area outdoor itu dilengkapi dengan Restoran Saola di bagian tengah. Pengunjung akan dimanjakan dengan area duduk bean bag yang sangat nyaman.

Habitat Park SCBDPengunjung anak-anak bercengkerama dengan kura-kura di Habitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Di salah satu sudut plaza itu ada sepasang kura-kura. Eh, kebetulan kura-kura itu pas dikeluarkan dari kandang. Ada pula tiga ekor rusa.

Pengunjung beragam, ada anak-anak orang tua, juga remaja dan dewasa. Anak-anak bersorak, orang tuanya sibuk memotret mereka yang kegirangan dengan kehadiran satwa itu.

“Hewan-hewan ini sudah kita habituasi mulai sebelum pembukaan. Mereka kita biasakan ke manusia dan iklim Jakarta,” kata Rizki kepada detiktravel, Selasa (17/6).

Kemudian ada Cat Lounge, sebuah ruangan khusus untuk pecinta kucing. Di dalamnya ada 11 ekor kucing ras yang sangat menggemaskan. Pengunjung diberi waktu 30 menit dalam setiap sesi untuk bermain bersama kucing-kucing.

Taman hewan ini juga menyediakan aktivitas feeding atau pemberian makan dengan biaya tambahan, Rp 35.000 per orang. Semua makanan hewan segar dan bukan makanan sisa.

“Kita selalu perhatikan diet hewan-hewan kita. Kalau memang hari itu porsinya cukup, maka penjualan aktivitas feeding akan kita setop,” kata dia.

Habitat Park SCBDHabitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Di depan area Botanical Garden masih ada dua kandang guinea pig dan satu area reptil. Kandang hamster digemari oleh anak-anak, sementara reptil membuat remaja dan orang dewasa penasaran.

Begitu masuk ke Botanical Garden, suasananya sedikit berbeda. Ada sebuah kolam besar dengan berbagai macam hewan air di sana, mulai dari black swan, angsa, kura-kura, stingray, hingga ikan koi slayer yang berwarna platinum.

Pengunjung dapat berkeliling memberi makan hewan atau sembari mengagumi tanaman-tanaman hias yang dipajang di sana. Untuk membuat area ini semakin menarik, hewan menggemaskan seperti binturong dibiarkan berlarian di rumah pohon.

“Sangat aman, karena dia sudah tahu itu rumahnya. Kalau malam, dia dimasukkan ke kandang di belakang,” ujar Rizki.

Habitat Park SCBDHabitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Sebuah kafe bertema rumah kaca menjadi bagian lain dari Botanical Garden, Kori. Traveler bisa duduk bersantai sambil memandangi gelombang cinta atau jenis tanaman lain yang tak kalah eksotis.

Zona terakhir adalah Animal Park, kawasan yang mirip dengan kebun binatang. Pengunjung dapat mengenal hewan-hewan yang sulit ditemukan di Indonesia, misalnya saja kapibara, burung unta, mirkat, wallabhy, serval, aligator, sampai aneka burung. Ranger yang bertugas akan terus berkeliling untuk memastikan pengunjung mendapat edukasi.

Komitmen Habitat Park terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang. Di hari biasa pengunjung yang datang 400-500 orang, akhir pekan membludak sampai 1.500 orang per hari.

“Tipe family sebaiknya datang di hari kerja, karena orang yang habis olahraga di akhir pekan pasti main ke sini,” kata Kiki.

Habitat Park SCBDHabitat Park SCBD (bonauli/detikcom)

Tarif Tiket Masuk Habitat Park SCBD

Weekday:

Main Plaza 35k
Botanical Garden 35k
Animal Park 75k
Cat lounge 75k

Weekend/holiday season:

Main area+botanical garden 70k
Animal park 99k
Cat lounge 99k

(bnl/fem)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Mengenal Satwa dari Hutan Hujan Hingga Penghuni Laut Dalam di Marine Safari Bali



Jakarta

Taman Safari Bali meluncurkan Marine Safari Bali, wahana edukasi baru dengan enam area menarik. Pengunjung belajar tentang ekosistem laut dan interaksi satwa.

Di area tersebut, pengunjung akan menyelami bagaimana ekosistem yang hidup di area tersebut. Marine Safari Bali ini punya enam titik: The River, The Rain Forest, The River Monster, The Estuary, The Coast, dan The Ocean.

Jumat (10/10/225) lalu detikTravel diberikan kesempatan untuk menikmati sekaligus belajar terkait hal-hal yang ada di area tersebut. Sebagai penanda masuk ke area Marine Safari Bali, pengunjung dibawa ke sebuah lorong yang menyerupai perut paus. Di sana terlihat seperti rangka tulang dan ikan-ikan tuna yang menjadi ornamennya.


The River menjadi wahana yang berada paling dekat dengan pintu masuk lorong itu. Education Manager of MSB, Muhammad Khoiri Habibullah, menjelaskan The River menjadi awal tur edukasi di Marine Safari Bali. Ia menunjukkan salah satu ikan endemik Indonesia yakni Indonesia Tigerfish.

“Total kita ada empat aquarium di sini,” ujarnya seraya membawa rombongan mengenali ikan-ikan koleksi di The River.

Kemudian, masuk ke area The Rain Forest. Dengan beberapa koleksi reptil dan amfibi seperti katak, iguana hingga ular.

“Kita menghadirkan sepuluh exhibition yang kecil-kecil di sini, di mana kita bisa melihat reptil dan ampibi, seperti yang disebutkan tadi kita ada infografik mengenai masing-masing dari animal yang tadi. Jadi selain pengunjung melihat secara langsung juga menambah wawasan dan informasi bagi anak-anak,” kata dia.

Melanjutkan tur di MSB, untuk area The River Monster, pengunjung akan diperlihatkan ikan-ikan besar yang hidup di beberapa sungai dunia. Salah satunya ikan arapaima yang terkenal dengan ukurannya yang begitu besar. Lalu di The Estuary, pengunjung akan diajak untuk berinteraksi dengan ikan pari yang lucu nan menggemaskan.

Koleksi satwa-satwa yang ada di beberapa area Marine Safari BaliIkan toman yang jadi salah satu koleksi MSB di area The River. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Nantinya pengunjung akan masuk ke dalam kolam ikan, di sini pengunjung bisa langsung memberi makan sekaligus memegang secara langsung ikan-ikan tersebut.

Beranjak dari The Estuary, ini jadi salah satu area favorit saat kunjungan. Di The Coast pengunjung akan bertemu dengan singa laut dan pinguin. Ya, pinguin di sini bukanlah pinguin yang hidup di cuaca dingin tapi pinguin yang berasal dari Amerika Selatan seperti Chile dan Peru.

“(Pinguin Humboldt) salah satu jenis pinguin yang tidak membutuhkan es ataupun salju ketika mereka hidup. Karena mereka aslinya dari Amerika Selatan, tepatnya dari Chile dan Peru,” ujar Khoiri.

Koleksi satwa-satwa yang ada di beberapa area Marine Safari BaliFeeding experience ikan pari di MSB. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Kemudian beranjak ke area pamungkas dari tur tersebut adalah area The Ocean. Saat masuk ke area ini pengunjung akan diberikan sedikit pengingat tentang kapal USAT Liberty Amerika Serikat yang diserang oleh kapal selam milik Jepang hingga kapal tersebut tak bisa digunakan lagi hingga karam dan kini menjadi spot diving dan ekosistem hewan bawah air yang cantik.

“Akhirnya sama tentara Amerika ditaruh di pesisir Pantai Tulamben namun pada tahun 1963 saat Gunung Agung meletus dan menghasilkan getaran yang sangat kencang kapal sebesar ini sampai karam ke dalam laut. Sampai saat ini masih ada bangkainya di sana menjadi salah satu diving spot yang ada di Bali dan menjadi rumah bagi terumbu karang,” kata Khoiri.

Dari mulai daratan hingga laut dalam pengunjung akan diberikan informasi tentang ekosistem yang hidup di setiap areanya. Di The Ocean ini sebelum mencapai lautan yang lebih dalam, pengunjung akan diperlihatkan dengan habitat lumba-lumba.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiPengunjung di area The Ocean. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Semakin dalam di The Ocean ini, MSB punya koleksi hiu terganas di dunia yaitu bull shark.

“Jadi bull shark ini nomor ketiga hiu paling ganas di dunia. Di sini juga kita hadirkan experience untuk bisa berenang di dalam cage bareng bersama aquaris untuk para pengunjung,” kata dia.

Selain bull shark di The Ocean juga masih banyak jenis-jenis hiu dan ikan lainnya yang bisa disaksikan oleh pengunjung saat menikmati MSB.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Orangutan Sumatera Kuasai Teknik Bangun Sarang dengan Amati-Tiru-Modifikasi



Jakarta

Tak hanya manusia yang belajarnya dengan teknik ‘ATM’ alias amati-tiru-modifikasi. Orangutan Sumatera (Pongo abelii) pun ternyata ‘ATM’ juga buat menguasai teknik membangun sarang, menurut riset selama 17 tahun ini.

Keahlian Orangutan Dirikan Sarang

Para ahli primata dari Universitas Warwick Inggris bersama Institut Max Planck Jerman mengemukakan bahwa keahlian orang utan muda untuk membuat sarang merupakan hasil dari mengamati secara dekat orang utan lain dan kemudian mempraktikkannya. Hal ini membuktikan bahwa kemampuan orang utan dalam membangun sarang bukan sekadar naluri saja melainkan kemampuan mereka dalam observasi atau mengamati.

Bagi spesies hewan yang menghabiskan sebagian besar hidupnya di pepohonan atau arboreal, sarang yang kokoh sangatlah penting untuk bertahan hidup serta melindungi diri dari predator. Dengan membangun sarang di tempat yang tinggi dapat membantu mereka memperoleh kehangatan bahkan dapat terhindar dari gigitan nyamuk. Bagaimana tepatnya orangutan bisa menguasai kemampuan rumit ini, selama ini masih menjadi tanda tanya.


Rahasia di Balik Sarang Orangutan

Para peneliti dari Universitas Warwick telah mengkonfirmasi bahwa orangutan Sumatera yang masih muda mempelajari teknik membangun sarang yang rumit dengan ‘mengintip’ hasil karya induk mereka dengan cermat dan saksama.

“Membangun sarang sangat penting untuk kelangsungan hidup orangutan, tetapi anehnya tidak menjadi fokus banyak penelitian. Kami sebelumnya melaporkan bahwa butuh beberapa tahun bagi orangutan muda untuk belajar membuat sarang, tetapi berdasarkan 17 tahun data observasi, makalah ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran ini sangat bergantung pada hewan muda yang dengan cermat memperhatikan pembuatan sarang oleh individu lain,” ujar penulis utama dalam studi tersebut Dr Ani Permana dari Departemen Psikologi dari Universitas Warwick dikutip Senin (20/10/2025).

Di alam liar, orangutan Sumatera membangun dua jenis sarang. Sarang siang cenderung berupa kerangka praktis dasar, tetapi sarang malam berupa platform tidur yang rumit yang sering kali dibangun setinggi 20 meter di tajuk pohon dan dilengkapi elemen kenyamanan seperti ‘bantal’, ‘selimut’, kasur (pelapis), dan atap untuk melindungi dari kondisi buruk cuaca.

Dengan mengamati orangutan dalam jangka waktu yang lama selama bertahun-tahun, kelompok peneliti berhasil menunjukkan bahwa orangutan muda mengamati (sengaja mengamati) induk mereka membuat sarang untuk mempelajari cara melakukannya. Ketika pengamatan dilakukan, orangutan yang belum dewasa lebih cenderung menindaklanjuti dengan berlatih membangun sarang sendiri.

Jika orangutan yang belum dewasa berada di dekat induk mereka ketika membangun sarang tetapi tidak mengamati, misalnya karena teralihkan, mereka umumnya tidak melanjutkan berlatih sendiri. Hal ini berarti pengamatan aktif kemungkinan penting untuk mengembangkan keterampilan tersebut, yang sangat mendukung gagasan bahwa ini adalah pembelajaran sosial observasional.

Orangutan yang belum dewasa juga terbukti memberikan perhatian khusus pada bagian-bagian yang lebih rumit dari konstruksi sarang. Seperti menambahkan elemen kenyamanan atau membangun di atas beberapa pohon, dan berlatih lebih banyak setelah mengamati tindakan-tindakan ini.

Seiring bertambahnya usia orangutan, mereka mulai mengamati dan belajar dari individu lain selain induk mereka, memilih panutan baru yang dapat membantu mendiversifikasi pengetahuan mereka tentang pohon mana yang akan digunakan, menunjukkan bahwa baik cara membangun, maupun dengan apa membangun, dipelajari secara sosial.

“Orangutan muda tidak hanya belajar cara membuat sarang, tetapi juga tahu bahan apa yang paling cocok. Mereka belajar memilih jenis pohon dari induknya dan cenderung menggunakan jenis yang sama,” ucap penulis senior studi Dr Caroline Schuppli dari Max Planck Institute of Animal Behavior.

Uniknya, orangutan dewasa justru ‘balik lagi’ menggunakan bahan sarang yang sama seperti induknya. Seolah ada tradisi turun-temurun, pola ini jadi bukti adanya budaya dalam kehidupan orangutan liar. Tapi hati-hati, budaya unik ini bisa lenyap kalau spesies dan habitatnya tak dilindungi.

Riset selama 17 tahun ini sudah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications Biology dengan judul ‘Observational social learning of “know-how” and “know-what” in wild orangutans: evidence from nest-building skill acquisition’ yang diterbitkan 7 Juni 2025.

*) Siti Nur Salsabilah Silambona, adalah peserta Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama di detikcom

(nwk/nwk)



Sumber : www.detik.com

Alap-alap Kawah Vs Mobil Formula, Mana yang Lebih Cepat?


Jakarta

Peregrine falcon atau alap-alap kawah dikenal sebagai hewan tercepat di dunia. Hewan bernama Latin Falco peregrinus ini dapat ditemukan di setiap benua, kecuali Antartika.

Alap-alap kawah rata-rata memiliki panjang 36 hingga 49 sentimeter, dengan lebar sayap 100 hingga 110 sentimeter, dan berat 530 hingga 1600 gram.

Berdasarkan laman International Fund for Animal Welfare, alap-alap kawah mencari mangsa sambil terbang tinggi di udara. Ketika menemukan sesuatu, mereka menukik ke arah target yang dipilih, mencapai kecepatan lebih dari 320 kilometer per jam (200 mil per jam). Kecepatan ini menjadikan mereka pemburu yang sukses dan efisien.


Alap-alap Kawah Vs Mobil Formula

Menariknya, kecepatan alap-alap kawah pernah diadu dengan mobil Formula E. Pada 2018 lalu pembalap veteran Felipe Massa diuji melawan hewan tercepat di dunia ini.

Alap-alap kawah dapat mencapai kecepatan lebih dari 217 mph saat menukik ke arah mangsanya, sedikit lebih cepat daripada mobil Formula E.

Mengejar umpan yang terpasang di bagian belakang mobil Gen2 berpenampilan baru, alap-alap itu hampir menyamai pembalap tersebut, tetapi Massa berhasil melesat lebih dulu.

“Merupakan pengalaman yang luar biasa bagi saya untuk berlomba melawan anggota tercepat di kerajaan hewan – ini bukan sesuatu yang bisa segera saya lupakan,” ujarnya, dikutip dari arsip CNN Sports.

Dijelaskan dalam Lund University, penglihatan yang sangat tajam dan kemampuan memproses berbagai impresi visual dengan cepat merupakan faktor krusial seekor alap-alap kawah dalam menerkam mangsanya dengan kecepatan yang mudah menyamai kecepatan mobil balap Formula 1, yakni lebih dari 350 kilometer per jam.

Ketajaman visual burung pemangsa telah dipelajari secara ekstensif dan menunjukkan penglihatan beberapa elang besar dan burung nasar dua kali lebih tajam daripada manusia.

“Ini pertama kalinya. Rekan saya, Simon Potier, dan saya telah meneliti alap-alap peregrine, alap-alap saker, dan elang Harris dan mengukur seberapa cepat cahaya dapat berkedip sehingga spesies-spesies ini masih dapat merekam kedipan tersebut,” kata profesor di Departemen Biologi, Universitas Lund, Almut Kelber pada akhir 2019 lalu.

Penglihatan Super Alap-alap Kawah

Hasil penelitian menunjukkan bahwa alap-alap kawah memiliki penglihatan tercepat dan dapat mencatat 129 Hz (kedipan per detik) jika intensitas cahaya tinggi. Dalam kondisi yang sama, alap-alap saker dapat melihat 102 Hz dan elang Harris 77 Hz.

Sebagai perbandingan, manusia hanya melihat maksimum 50-60 Hz. Di bioskop, kecepatan 25 gambar per detik cukup bagi kita untuk melihatnya sebagai film, dan bukan sebagai serangkaian gambar diam.

Kecepatan burung pemangsa yang berbeda dalam memproses impresi visual, sesuai dengan kebutuhan mereka saat berburu. Alap-alap kawah memburu burung yang terbang cepat. Sedangkan elang Harris memburu mamalia kecil yang lebih lambat di darat.

“Kami menyimpulkan bahwa spesies burung yang memburu mangsa yang terbang cepat memiliki penglihatan tercepat. Evolusi telah membekali mereka dengan kemampuan ini karena mereka membutuhkannya,” kata Almut Kelber.

“Ini semacam kompetisi. Seekor lalat terbang cukup cepat dan memiliki penglihatan yang cepat, sehingga burung penangkap lalat harus melihat lalat dengan cepat agar dapat menangkapnya. Hal yang sama berlaku untuk alap-alap. Untuk menangkap burung penangkap lalat, alap-alap harus mendeteksi mangsanya cukup awal agar memiliki waktu untuk bereaksi,” jelas Simon Potier.

(nah/faz)



Sumber : www.detik.com