Tag Archives: aquaplaning

Penting! Ini 9 Komponen Mobil yang Perlu Dicek sebelum Trabas Hujan



Jakarta

Musim hujan mulai intens di berbagai daerah. Jalanan licin, genangan air, hingga kabut menjadi tantangan tersendiri bagi pengemudi mobil. Karena itu, sebelum mobil dipakai menembus hujan, penting untuk memastikan semua komponennya dalam kondisi prima agar perjalanan tetap aman dan nyaman.

9 Komponen Wajib Dicek Sebelum Terabas Hujan

Dijelaskan Auto2000, berikut sembilan komponen mobil yang wajib dicek sebelum menghadapi cuaca ekstrem:

1. Ban Mobil

Pastikan kondisi ban masih layak pakai dan tekanan udaranya sesuai rekomendasi pabrikan. Ban aus bisa memicu aquaplaning alias kehilangan cengkeraman di jalan basah. “Gejala aquaplaning bisa membuat mobil tergelincir, karena itu penting memastikan kondisi ban prima,” jelas Nur Imansyah Tara, Marketing Division Head Auto2000.


2. Sistem Rem

Periksa kampas rem dan cairan rem agar daya pengereman tetap optimal di jalan licin. Hindari kebocoran atau endapan kotoran di saluran rem.

3. Wiper dan Washer

Pastikan karet wiper tidak getas dan tangki washer terisi penuh agar kaca tetap bersih dan visibilitas terjaga.

4. Lampu Mobil

Pastikan semua lampu berfungsi, baik depan maupun belakang, untuk meningkatkan visibilitas saat hujan deras.

5. Karet Pintu dan Jendela

Periksa kondisi karet agar air tidak masuk ke dalam kabin. Termasuk karet panoramic roof jika ada.

6. AC Mobil

AC yang dingin membantu mencegah embun di kaca depan dan menjaga kenyamanan kabin.

7. Perlengkapan Darurat

Senter, dongkrak, kunci roda, dan kotak P3K wajib ada di mobil, termasuk ban serep yang siap pakai.

8. Sistem Kelistrikan

Cek aki dan sistem listrik, apalagi saat hujan semua fitur seperti lampu dan wiper bekerja bersamaan.

9. Kaki-kaki Mobil

Pastikan shock absorber, bushing, dan sistem kemudi tidak bermasalah agar mobil tetap stabil di jalan licin.

Sebagai tambahan, pengemudi juga perlu menyiapkan payung, sandal plastik, pakaian ganti, dan air minum di mobil. Kalau tak sempat ke bengkel, servis bisa dilakukan lewat THS – Auto2000 Home Service, yang siap datang ke rumah atau kantor untuk perawatan ringan di musim hujan.

(lua/dry)

Sumber : oto.detik.com

Alhamdulillah mobil Otomotif اللهم صل على رسول الله محمد
ilustrasi gambar : unsplash.com / obi

Belajar dari Kecelakaan Maut Avanza Terbelah Dua



Jakarta

Kecelakaan nahas terjadi di Padang Pariaman, Sumatera Barat. Mobil Toyota Avanza Veloz sampai terbelah dua akibat menabrak tiang reklame. Diduga kecelakaan terjadi karena aquaplaning.

Peristiwa itu dilaporkan terjadi di jalan menuju Bandara Internasional Minangkabau pada Selasa (9/1/2024) sore. Kecelakaan ini menyebabkan satu orang meninggal dunia.

Dari data Samsat Jambi, mobil dengan nomor polisi BH 1003 LE itu merupakan Toyota Avanza Veloz 1.5 M/T tahun 2012. Dari foto yang beredar, mobil Avanza Veloz tersebut ringsek. Bagian depan dan belakang mobil sampai terpisah. Mobil ringsek diduga karena menabrak tiang reklame dengan kecepatan tinggi.


[Gambas:Instagram]

Pelajaran dari Kecelakaan Avanza hingga Terbelah

Diduga mobil Avanza Veloz itu mengalami gejala aquaplaning mengingat jalanan saat itu tampak basah. Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menjelaskan, aquaplaning merupakan sebuah fenomena ketika ban mobil kehilangan traksi saat melewati genangan air dalam kecepatan tinggi. Efeknya, mobil serasa melayang di atas air.

“Nggak ada satu pun pengemudi yang bisa mengontrol mobilnya ketika terjebak aquaplaning di kecepatan tinggi. Kalaupun pernah berhasil itu karena faktor lucky (keberuntungan),” kata Sony kepada detikOto, Kamis (11/1/2024).

Ada beberapa hal yang bisa menjadi pelajaran agar kejadian serupa tak terulang. Pertama, menurut Sony, pastikan kondisi ban masih baik, sesuai dan tekanan angin ban normal. Pastikan juga seluruh sistem suspensi dalam keadaan baik.

“Turunkan kecepatan saat hujan kira-kira 10 km/jam (lebih lambat) dari kondisi kering. Semakin deras hujan semakin dikurangi lagi kecepatannya,” ucap Sony.

Kalau dirasa kecepatan terlalu tinggi, lakukan pengereman secara mulus sebelum masuk genangan air. Saat masuk genangan air jangan ngerem.

“Putaran ban (terkontrol) di genangan itu membelah air, tapi kalau tidak berputar (ngerem) maka ban akan terangkat oleh lapisan air (hilang kontak). Ini yang berakibat selip,” jelas Sony.

Tahan dan arahkan setir ke depan. Hindari mengoreksi setir secara berulang-ulang. Karena koreksi setir bisa membuat arah mobil berubah.

“Jangan panik, info ke penumpang kalau terkena aquaplaning dan tetap fokus ke sekeliling kendaraan,” ujar Sony.

Simak juga Video: Korban Tewas Pajero Tabrak Pembatas Tol Palindra Ternyata Caleg PPP

[Gambas:Video 20detik]

(rgr/dry)





Sumber : oto.detik.com

Avanza Hancur sampai Terbelah Dua, Ini Ngerinya Kena Aquaplaning



Jakarta

Viral di media sosial Toyota Avanza Veloz hancur sampai terbelah. Kecelakaan ini diduga disebabkan oleh efek aquaplaning.

Peristiwa ini dilaporkan terjadi di jalan sekitar Bandara Internasional Minangkabau pada Selasa (9/1/2024) sore. Kecelakaan ini menyebabkan satu orang meninggal dunia.

Dari data Samsat Jambi, mobil dengan nomor polisi BH 1003 LE itu merupakan Toyota Avanza Veloz 1.5 M/T tahun 2012. Dari foto yang beredar, mobil Avanza Veloz tersebut ringsek. Bagian depan dan belakang mobil sampai terpisah. Mobil ringsek diduga karena menabrak tiang reklame dengan kecepatan tinggi.


[Gambas:Instagram]

Sebelum menabrak tiang reklame, Avanza Veloz ini diduga mengalami aquaplaning. Praktisi keselamatan berkendara sekaligus Director Training Safety Defensive Consultant Indonesia (SDCI) Sony Susmana menjelaskan, aquaplaning merupakan sebuah fenomena ketika ban mobil kehilangan traksi saat melewati genangan air dalam kecepatan tinggi. Efeknya, mobil serasa melayang di atas air.

Menurut Sony, jika mobil mengalami aquaplaning tentu sangat berbahaya. Mobil cenderung tidak bisa dikontrol karena ban kehilangan traksi.

“Seperti yang kita tahu bahwa empat ban yang ada di mobil itu nggak sampai 10 persen dari total bodi mobil yang terhubung ke jln. Nah aquaplaning bahaya, karena bisa menghilangkan kontak ban dengan alas jalan (aspal),” ujar Sony kepada detikOto, Kamis (11/1/2024).

“Artinya kalau sudah terjebak aquaplaning maka arah mobil berubah tidak terkontrol,” sambungnya.

Kalau sudah begitu, mobil bisa melintir atau bahkan menabrak benda di sekitarnya. Efeknya semakin parah kalau kecepatan kendaraan tinggi.

“Semakin kencang lajunya semakin parah benturannya,” sebut Sony.

Untuk itu, Sony menyarankan saat turun hujan atau jalanan basah sebaiknya pengendara mengurangi kecepatan. Pastikan laju kendaraan setidaknya 10 km/jam lebih rendah dibanding kondisi normal.

“Semakin deras hujan semakin dikurangi lagi kecepatannya,” sarannya.

Simak Video ‘Rekaman Dashcam Kecelakaan Avanza Veloz Terbelah 2 di Padang Pariaman’:

[Gambas:Video 20detik]

(rgr/dry)





Sumber : oto.detik.com

Waspada Aquaplaning, Ini Tips Aman Mengemudi Mobil saat Kondisi Hujan



Jakarta

Hujan kembali mengguyur sebagian wilayah Indonesia. Bagi Anda yang beraktivitas menggunakan mobil saat kondisi hujan, jangan lupa agar selalu menekankan keselamatan. Salah satu yang harus dihindari adalah gejala aquaplaning yang bisa berakibat fatal.

Dikatakan National Sales Manager TBR (Truck & Bus Radial) Hankook Tire Sales Indonesia Ahmad Juweni, aquaplaning adalah kondisi di mana ban kendaraan kehilangan traksi atau penapakan pada permukaan jalan saat melewati genangan air hujan di jalanan. Fenomena ini dapat menyebabkan pengemudi kehilangan kendali atas kendaraan.

“Saat menghadapi jalanan licin, diperlukan keterampilan khusus untuk menghindari aquaplaning. Kami mengimbau pengemudi kendaraan agar lebih memperhatikan beberapa komponen penting sebelum berkendara dan menerapkan teknik berkendara aman,” ungkap Juweni dalam keterangan resminya.


Hankook Tire juga berbagi sejumlah tips untuk mengantisipasi aquaplaning selama musim hujan, antara lain:

1. Pastikan tekanan udara di setiap ban sesuai dengan rekomendasi produsen. Tekanan udara yang kurang atau berlebihan bisa mempengaruhi kinerja ban dan meningkatkan risiko aquaplaning.

2. Pengendara perlu memeriksa kedalaman tapak pada setiap ban karena tapak yang aus dapat mengurangi traksi dan meningkatkan risiko kehilangan kendali, terutama saat melintasi jalan basah. Caranya, dengan melihat Tread Wear Indicator (TWI) yang bisa ditemukan di dinding ban. Jika tanda segitiga TWI sudah sentuh tapak ban, maka ban harus segera diganti.

3. Kurangi kecepatan saat berkendara di jalan yang basah. Makin tinggi kecepatan, makin besar gaya angkat yang terjadi pada ban sehingga semakin mudah ban tergelincir di atas air. Ketika hujan, pengendara disarankan untuk mengurangi kecepatan setidaknya 10 km/jam dari kondisi normal. Perlu diketahui, kecepatan yang lebih rendah bakal memberikan lebih banyak waktu bagi ban untuk mengalami kontak dengan permukaan jalan, meningkatkan traksi, dan mengurangi risiko hilang kendali.

4. Ketika berkendara dalam kondisi hujan, disarankan untuk menghindari jalur air berlebih di jalanan. Hindari melintasi genangan air yang terlalu dalam, serta jalur dengan air yang mengalir deras, karena hal ini dapat meningkatkan risiko aquaplaning. Sebaiknya, pilih jalur di tengah jalan yang biasanya memiliki kedalaman air yang lebih rendah, sehingga traksi ban dapat tetap optimal.

Namun, apabila pengendara masih mengalami aquaplaning, hal terpenting yang harus dilakukan yaitu tetap tenang agar tidak kehilangan kendali atas kendaraannya. Cobalah menahan setir tetap lurus dan hindari menginjak pedal rem. Ikuti arah tanpa melawan, dan perlahan koreksi traksi. Hindari pengereman mendadak, sebab bisa membuat ban selip dan melintir. Perhatikan faktor seperti tekanan udara ban, keausan, dan kondisi suspensi untuk mencegah aquaplaning yang lebih parah. Jika memungkinkan, arahkan kendaraan ke tepi jalan untuk mengurangi risiko tabrakan.

(lua/riar)



Sumber : oto.detik.com

7 Hal yang Tidak Boleh Dilakukan saat Berkendara di Musim Hujan


Jakarta

Berkendara selama musim hujan harus ekstra hati-hati. Pasalnya, kendaraan bisa sulit dikendalikan lantaran daya cengkeram ban berkurang dan tingkat visibilitas yang buruk saat hujan turun.

Gegabah saat menyetir di kala hujan bisa berisiko celaka yang berujung mengancam keselamatan. Karena itu, penting bagi pengendara menghindari sederet hal yang mampu menimbulkan bahaya. Apa saja?

7 Hal yang Mesti Dihindari saat Berkendara di Musim Hujan

Dilansir laman Top Gear, Auto2000, dan catatan detikcom, berikut sejumlah hal yang tidak boleh dilakukan pengendara ketika hujan:


1. Tidak Mengecek Kondisi Kendaraan

Kondisi mobil terutama ban harus optimal selama mengemudi di musim hujan. Untuk mengetahui baik buruknya kondisi kendaraan, tentu saja pengecekan rutin perlu dilakukan.

Pastikan seluruh komponen kendaraan baik dan tidak ada yang aus. Periksa kondisi telapak ban dan pastikan cukup tebal serta terpompa dengan tekanan angin yang sesuai agar bisa melaju pada permukaan jalan yang licin.

2. Berkendara dengan Kecepatan Tinggi

Permukaan jalan menjadi basah dan licin saat hujan sehingga traksi ban dengan jalan menurun. Ketika itu, efek aquaplaning bisa terjadi dan pengemudi dapat kehilangan kontrol atas mobilnya.

Jika detikers tidak berhati-hati, kondisi tersebut mampu menyebabkan kecelakaan. Oleh sebab itu, hendaknya berkendara dengan perlahan dan hindari kecepatan tinggi.

3. Membuntuti Kendaraan Lain

Detikers harus menjaga jarak aman saat berkendara, khususnya di kala hujan. Meski tidak mengebut, menjaga jarak penting agar memberi waktu untuk bereaksi terhadap apa pun yang mungkin terjadi selama mengemudi.

Apabila detikers membuntuti mobil lain terlalu dekat dan terjadi disfungsi padanya, tabrakan bisa saja terjadi. Selain itu, cipratan air dari kendaraan di depan dapat mengenaimu.

4. Menyalakan Lampu Hazard

Menyalakan lampu hazard ketika hujan bisa membahayakan keselamatan. Saat detikers hendak bermanuver ke kanan atau kiri, pengendara lain menjadi tidak tahu sehingga tabrakan dapat terjadi.

Lampu hazard dimaksudkan bagi mobil yang tidak bergerak dan berhenti di pinggir jalan. Sebagai gantinya, detikers dapat menyalakan foglamp saat menyetir di kala hujan.

5. Manuver Mendadak

Hendaknya menghindari manuver seperti pengereman tiba-tiba dan akselerasi yang cepat saat hujan deras. Sebab hal ini dapat menyebabkan kecelakaan beruntun. Yang paling baik adalah berkendara perlahan dan melakukan pengereman secara bertahap agar kendaraan tidak tergelincir.

6. Tidak Berhati-hati Melewati Genangan Air

Genangan air di sejumlah titik jalan dapat terbentuk saat hujan. Ketika menemui jalan seperti ini, disarankan agar tidak melewati genangan tersebut. Karena detikers mungkin tidak tahu seberapa dalam jalanan yang tidak rata itu. Bisa saja terdapat lubang cukup dalam yang membuat salah satu roda mobil terjebak dan sulit dikeluarkan.

7. Tidak Menggunakan Sabuk Pengaman

Sabuk pengaman harus selalu digunakan selama berkendara, terlepas musim hujan maupun tidak. Komponen ini disematkan pada mobil guna melindungi pengendara dari cedera serius akibat kecelakaan atau tabrakan. Jadi, jangan lupa kenakan sabuk pengaman ya.

Nah, itu tadi sederet hal yang mesti dihindari pengendara saat mengemudi di musim hujan.

(azn/row)



Sumber : oto.detik.com

Berapa Tekanan Ban Mobil Ideal saat Musim Hujan?


Jakarta

Tekanan angin ban termasuk hal penting yang perlu diperhatikan saat berkendara, terutama di musim hujan. Karena itu, pengendara diimbau mengecek tekanan ban sebelum bepergian.

Ada yang mengatakan bahwa tekanan ban mobil mesti dikurangi saat musim hujan. Alasannya karena ban berisiko mengalami aquaplaning sehingga tekanan perlu disesuaikan agar cengkeramannya ke permukaan jalan lebih kuat. Namun, benarkah demikian?

Apakah Perlu Menyesuaikan Tekanan Ban Mobil saat Musim Hujan?

Tekanan udara ban mobil tidak perlu dikurangi atau dilebihkan selama musim hujan. Mengutip catatan detikcom, tekanan angin yang kurang atau berlebihan justru mampu mempengaruhi performa ban dan meningkatkatkan risiko aquaplaning.


Aquaplaning merupakan kondisi ban kehilangan traksi atau penapakan pada permukaan jalan. Di kala hujan, jalan menjadi basah serta licin sehingga ban rentan mengalami kondisi tersebut. Aquaplaning bisa membuat pengemudi kehilangan kontrol atas kendaraannya.

Sport segmen Business Manager Michelin Indonesia, Refil Hidayat, menjelaskan mengapa aquaplaning bisa terjadi jika tekanan ban dikurangi. “Karena dia bebannya tidak ditampung dengan baik oleh bannya jadi ketika lewat jalan basah dia akan memiliki tingkat floating tinggi, sehingga saat floating terjadi antara karet dan aspal itu ada jarak, makanya tekanannya harus benar.”

Begitu juga sebaliknya, tekanan angin yang dilebihkan saat musim hujan membuat ban berisiko bergelembung di tengahnya. “Sehingga yang napak ke aspal tengahnya saja, kanan kiri akan memiliki jarak dengan aspal,” jelas Refil.

Di sisi lain, ban tidak perlu dikurangi atau dilebihkan tekanannya untuk berkendara di jalan raya saat hujan karena kontur jalanan aspal itu rata dan keras. Untuk mendapatkan cengkeraman yang kuat pada jalan basah akibat diguyur hujan, tekanan angin yang diperlukan sesuai dengan rekomendasi.

Tekanan Ban Mobil Ideal saat Musim Hujan

Tekanan angin ban yang ideal untuk mobil adalah mengikuti standar pabrik kendaraan. Rekomendasi tekanan udara produsen sudah melalui proses penghitungan dengan teliti sehingga cocok di kondisi jalan basah maupun kering.

“Tekanan ideal adalah yang sesuai dengan rujukan dari produsen mobil. Tidak ada istilahnya harus menurunkan tekanan ban. Justru menurunkan tekanan ban di bawah rekomendasi yang sudah ditentukan akan sangat membahayakan,” ujar Rifat Sungkar, Direktur Rifat Drive Labs.

Tekanan ban untuk tiap-tiap mobil dapat berbeda. Untuk Toyota Avanza contohnya. Dikutip dari laman Auto2000, tekanan angin yang dianjurkan untuk mobil Low MPV ini sekitar 30-32 Psi. Rujukan tekanan udara yang pas dapat dilihat di bagian pilar B atau dekat dengan pintu di kursi pengemudi.

(azn/row)



Sumber : oto.detik.com

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengganti Ban Mobil?


Jakarta

Ban adalah salah satu komponen penting dalam mobil, yang tidak boleh luput dari perhatian pemiliknya. Padahal, komponen ini berperan besar dalam menjaga keamanan dan kenyamanan saat berkendara.

Kondisi ban yang sudah aus atau rusak bisa meningkatkan risiko kecelakaan. Sehingga, penting untuk mengetahui saatnya mengganti ban.

Kapan Waktu yang Tepat untuk Mengganti Ban Mobil?

Idealnya ban mobil harus diganti tiga tahun sekali atau jarak tempuh mencapai 40.000 km. Jika pemakaian belum sampai tiga tahun, tapi intervalnya sudah lebih dari 40.000 km, maka ban sebaiknya segera diganti.


Selain itu, ada indikator yang menentukan waktu penggantian ban. Menurut produsen ban Dunlop di Indonesia, PT Sumi Rubber Indonesia, dan Auto2000, ban harus diganti ketika:

1. Kedalaman Alur Ban Menipis

Indikator pertama ban harus diganti adalah kedalaman alur ban yang menipis. Perlu diketahui, alur ban dirancang untuk memberi traksi dan mencegah aquaplaning.

Apabila alur ban sudah terlalu tipis atau dangkal, maka kemampuan untuk dicengkeram rem menurun. Hal ini berbahaya saat berada di jalan basah atau menurun, ketika mobil berisiko selip. Untuk mengukur kedalaman ban bisa dilihat melalui indikator keausan (Tread Wear Indicator).

2. Permukaannya Retak atau Ada Benjolan

Adanya keretakan atau benjolan pada sisi ban menjadi tanda struktur ban melemah. Retaknya sisi ban bisa disebabkan paparan sinar matahari, usia ban makin tua, atau tekanan udara tidak tepat. Sementara penyebab benjolan ban adalah kerusakan internal yang berisiko mengakibatkan ledakan.

3. Ban Sering Bocor

Seringnya kehilangan tekanan udara tanpa alasan, bisa menjadi tanda ban perlu diganti. Kebocoran kecil yang berulang, meski sudah diperbaiki dapat menjadi ban tidak dalam kondisi optimal. Ban yang terus menerus kehilangan tekanan dapat meningkatkan risiko kecelakaan.

4. Adanya Getaran Berlebih Saat Berkendara

Getaran lebih saat berkendara bisa menjadi tanda ada masalah pada ban atau roda. Adanya getaran bisa disebabkan karena ban tidak seimbang, keausan tidak merata, atau ada kerusakan internal pada ban. Apabila getaran itu berlanjut setelah melakukan balancing roda, ada baiknya untuk memeriksa kondisi ban secara menyeluruh dan ganti jika ditemukan kerusakan.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Saat Mengganti Ban

Sebelum mengganti ban, ada hal yang perlu diperhatikan. Berikut di antaranya:

1. Perhatikan Tipe dan Ukuran Ban

Hal pertama yang harus diperhatikan saat mengganti banda adalah tipe dan ukuran ban serta kaitkan dengan medan yang akan dilalui. Pastikan ban yang digunakan sesuai dengan rekomendasi dari produsen kendaraan. Selain itu, pastikan juga hanya menggunakan ban yang sesuai dengan spesifikasinya.

2. Periksa Label Kinerja pada Ban

Periksa juga label kinerja pada ban misal label traksi basah, daya cengkeram, kebisingan, dan efisiensi bahan bakar. Selain itu, untuk perjalanan darat dengan kondisi jalan yang baik bisa memilih ban dengan tapak lebih rata. Hal ini agar dapat mengurangi kebisingan dan mengoptimalkan efisiensi bahan bakar.

Menurut Sales Marketing Director PT Sumi Rubber Indonesia, Tomohiro Senna, ban merupakan bagian yang akan menjadi dasar dari bobot dan pergerakan kendaraan. Sehingga, penting untuk menggunakan produk yang tepat. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan pengecekan rutin untuk menjamin durabilitasnya.

Itulah penjelasan mengenai waktu yang tepat untuk mengganti ban. Semoga artikel ini membantumu ya.

(elk/row)



Sumber : oto.detik.com