Tag Archives: aspek budaya

Gokil! Kemang Masuk Kawasan Paling Keren di Dunia Tahun 2025



Jakarta

Kawasan Kemang di Jakarta Selatan masuk ke dalam beberapa kawasan paling keren di dunia tahun 2025 versi Time Out.

Time Out merilis sekitar 39 kawasan paling keren yang ada di dunia. Kemang berada di urutan nomor 28 dari list yang laporkan tersebut. Dari laporan tersebut, Kemang disebut punya lanskap yang kreatif. Dengan banyaknya toko-toko di sana yang berasal dari ragam lini, fashion hingga kuliner.


“Para pencinta kuliner berbondong-bondong ke Jalan Kemang Raya dan Jalan Bangka, tempat banyaknya kios makanan kaki lima berjejer di trotoar saat matahari terbenam. SCBD mungkin merupakan pusat pesta kota, tetapi bar-bar dan bar kasual Kemang menawarkan suasana yang jauh lebih membumi – sempurna untuk menghabiskan malam,” tulis Layla Rose dalam laporan ‘The Coolest Neighbourhoods Time Out‘, dikutip Selasa (14/10/2025).

Jimbocho di Tokyo, Jepang berhasil menduduki peringkat teratas. Dikenal sebagai nirwana bibliofil, Jimbocho menawarkan sekitar 130 toko buku antik yang menjadi daya tarik utama.

Editor perjalanan Time Out, Grace Beard, mengatakan penentuan kawasan paling keren di dunia itu berdasar pada bagaimana kawasan tersebut mampu membentuk ekosistem yang baik untuk komunitas lokal di sana.

“Hal terpenting dari daftar tahun ini adalah bagaimana lingkungan tersebut dibentuk oleh, dan untuk komunitas lokalnya,” ungkap Grace mengutip dari CNN.

Daftar tersebut disusun dari rekomendasi para editor dan kontributor Time Out di seluruh dunia, kemudian diperingkat berdasarkan aspek budaya, komunitas, kelayakan huni, kuliner, dan tentunya kekinian.

List Kawasan Paling Keren di Dunia

1. Jimbocho di Tokyo, Jepang

2. Borgerhout di Antwerp, Belgia

3. Barra Funda di Sao Paulo, Brasil

4. Camberwell di London, Inggris

5. Avondale di Chicago, Amerika Serikat

6. Mullae-dong di Seoul, Korea Selatan

7. Menilmontant di Paris, Prancis

8. Nakatsu di Osaka, Jepang

9. Vallila di Helsinki, Finlandia

10. Labone di Accra, Ghana

11. Nguyen Thai Binh di Ho Chi Minh, Vietnam

12. Anjos di Lisbon, Portugal

13. Digbeth di Birmingham, Inggris

14. Red Hook di New York, Amerika Serikat

15. Perpetuo Sucorro di Medellin, Colombia

16. Burwood di Sydney, Australia

17. Linden di Johannesburg, Afrika Selatan

18. Former French Concession di Shanghai, China

19. Quartieri Spagnoli di Naples, Italia

20. Bencoolen di Singapura, Singapura

21. Endoume di Marseille, Prancis

22. Plateau-Mont-Royal di Montreal, Kanada

23. The Liberties di Dubli, Irlandia

24. North Melbourne di Melbourne, Australia

25. Portales di New Mexico, Amerika Serikat

26. Davenport di Toronto, Kanada

27. Little River di Miami, Amerika Serikat

28. Kemang di Jakarta, Indonesia

29. Botafogo di Ro de Janeiro, Brasil

30. Sheung Wan di Hong Kong

31. Barranco di Lima, Peru

32. Mont Kiara di Kuala Lumpur, Malaysia

33. Clarksville di Austin, Amerika Serikat

34. Margit-negyed di Budapest, Hungaria

35. Glen Park di San Francisco, Amerika Serikat

36. MiZa di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab

37. Villa Devoto di Buenos Aires, Argentina

38. Mehrauli di Dehli, India

(upd/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Sektor Ekraf di ASEAN Berkembang Pesat, Harus Didukung Kebijakan Tepat



Jakarta

Utusan Wali Kota London untuk Industri Kreatif, John Newbigin menilai ekonomi kreatif di kawasan ASEAN sudah berkembang pesat, tapi butuh kebijakan yang tepat.

“Ekonomi kreatif bukan sekadar serangkaian industri, tetapi merupakan cara berpikir yang benar-benar baru tentang interaksi dan hubungan timbal balik antara ekonomi, budaya, komunitas, masyarakat, dan lingkungan. Dan itulah yang sebenarnya disatukan oleh kerangka kerja ini,” kata Newbigin dalam pemaparannya di Jakarta, Rabu (22/10/2025) dikutip dari Antara.

Berdasarkan kerangka kerja tersebut, pembuat kebijakan perlu memperhatikan keseimbangan antara sosial, budaya, lingkungan, dan ekonomi dari kebijakan berkelanjutan pada bidang apapun. Itu yang pertama.


Yang kedua, kebijakan untuk memajukan ekonomi kreatif perlu inklusif, tidak hanya harus mencakup semua negara anggota ASEAN, tapi juga semua komunitas yang membentuk bangsa di kawasan itu, khususnya komunitas terpinggirkan dan komunitas adat serta keterlibatan setiap kementerian.

“Ini adalah sesuatu untuk semua orang. Sebagian karena ekonomi kreatif tidak memiliki hambatan untuk masuk. Ekonomi ini padat karya, bukan padat modal, sehingga relatif mudah bagi orang untuk memulai bisnis, yang menjadikannya sangat penting bagi pertumbuhan kaum muda di kawasan ini,” kata Newbigin.

Ketiga, seperti dikatakan Newbigin, kebijakan ekonomi kreatif harus bersifat praktis, membantu mewujudkan perubahan dan kolaboratif.

Terakhir, kebijakan juga harus kolaboratif, setiap 10 negara anggota ASEAN harus memiliki peran yang unik dan krusial dalam pembangunan ekonomi kreatif meskipun masing-masing memiliki keragaman.

Keempat kerangka kerja tersebut diharapkan dapat mempertimbangkan dampak sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan secara bersamaan, bukan hanya tentang pertumbuhan ekonomi.

“Pertumbuhan ekonomi harus berdampak budaya karena kawasan ini memiliki warisan budaya yang begitu kaya, dan kita semua tahu bahwa proses urbanisasi dan pertumbuhan media sosial membahayakan banyak aspek budaya tradisional, nyata, dan tak nyata. Dan menemukan cara untuk menjaga hal-hal ini tetap hidup dan relevan di abad ke-21 adalah penting,” kata Newbigin.

Industri kreatif telah menyumbang lebih dari US$ 200 juta terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan memperkerjakan lebih dari 15 juta orang dengan potensi yang mulai berkembang di kawasan ASEAN.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com