Tag Archives: astra daihatsu

9 Perbedaan Ban Tubeless dan Ban Biasa, Kenali Sebelum Beli!


Jakarta

Ban adalah komponen penting dari kendaraan agar dapat bergerak dengan nyaman. Karena faktor usia dan penggunaan, ban akan menipis dan harus diganti dengan yang baru.

Di toko, detikers akan diberi pilihan apakah ingin menggunakan ban tubeless atau ban biasa. Sebelum beli, ketahui dulu 9 perbedaan ban tubeless dan ban biasa berikut ini, supaya tidak keliru.

Perbedaan Ban Tubeless dan Ban Biasa

Dirangkum dari situs Astra Daihatsu dan Suzuki Aceh, berikut ini perbedaan ban tubeless dan ban biasa, mulai dari bahan baku, komponen, hingga harganya:


1. Bahan Baku

Perbedaan ban tubeless dan ban biasa yang pertama adalah dilihat dari bahan baku bannya. Memang kedua jenis ban sama-sama berbahan baku karet.

Namun pada ban tubeless terdapat lapisan fluid sealant yang mempertahankan kerapatan ban. Fluid sealant berfungsi membuat ban tubeless tidak mudah bocor.

Sementara ban biasa tidak memiliki lapisan fluid sealant, sehingga membutuhkan ban dalam. Hal inilah yang membuat ban tubeless tidak cepat kehabisan udara jika terkena benda tajam.

2. Bobot

Dilihat dari bobot atau beratnya, ban tubeless biasanya lebih berat dari ban biasa. Hal ini disebabkan ban tubeless memiliki desain yang lebih kompleks dan lebih tebal untuk menahan tekanan udara langsung.

3. Komponen

Jika dilihat dari komponennya, ban tubeless lebih ringkas karena hanya terdiri dari ban dan velg. Sementara pada ban biasa terdapat beberapa komponen yang harus dipasang, seperti velg, ban dalam, ban luar, flap, dan lock ring.

4. Daya Tahan

Daya tahan atau durability juga penting untuk menjadi pertimbangan memilih ban tubeless atau ban biasa. Ban tubeless biasanya cenderung lebih kuat dan kokoh, sehingga cocok untuk melewati berbagai jenis medan jalan.

Sementara ban biasa dirancang mampu meredam berbagai jenis getaran, karena ban ni mempunyai tambahan bantalan dari dalam.

5. Tekanan Udara

Dalam hal pemakaian, pengguna harus memperhatikan tekanan udara ketika mengisi angin. Cek pabrikan ban masing-masing untuk mengetahui besaran tekanan udara yang tepat.

Namun pada umumnya, tekanan udara ban tubeless berkisar antara 2,2 hingga 2,5 bar. Sedangkan tekanan udara ban biasa berkisar antara 1,8 hingga 2,3 bar

6. Kenyamanan

Dalam hal kenyamanan, masing-masing jenis ban memiliki kelebihan dan kekurangan. Ban tubeless lebih terasa enteng saat berkendara, tetapi tidak nyaman dipakai melewati jalanan yang basah dan licin

Sementara ban biasa mungkin terasa lebih berat, namun ban biasa nyaman dipakai melewati jalanan yang basah dan licin.

7. Lama Pemakaian

Lama pemakaian ban bisa berbeda-beda tergantung penggunaannya. Namun ban tubeless cenderung lebih pendek masa pakainya dibandingkan ban biasa.

Ban tubeless biasanya bisa dipakai hingga sekitar 1,5 tahun, sedangkan ban biasa bisa dipakai sampai 2 tahun

8. Ketika Ban Bocor

Hal lain yang membedakan adalah ketika ban bocor. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Ban tubeless ketika bocor biasanya lebih mudah penanganannya, karena cukup menutup lubang dengan cairan anti bocor. Namun jika lubangnya cukup parah, maka tidak semua bengkel bisa memperbaikinya.

Sementara ban biasa akan langsung bocor ketika tertancap benda tajam. Penanganannya adalah dengan menambalnya menggunakan karet perekat. Ada yang cukup ditempel dan di-press, ada juga yang harus dipanaskan.

Jika tambalan di ban dalam sudah banyak, maka ban dalam harus diganti baru. Bengkel tambal ban biasa dapat ditemukan di banyak tempat.

9. Harga

Perbedaan terakhir adalah terkait harga. Ban tubeless biasanya lebih mahal dari ban biasa, karena memiliki desain lebih kompleks dan teknologi lebih modern.

Sementara ban biasa cenderung lebih murah. Ban dalam dibeli secara terpisah. Ban biasa cocok bagi konsumen yang ingin berhemat.

Itulah 9 perbedaan ban tubeless dan ban biasa yang wajib detikers ketahui sebelum membeli. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kalian bisa membeli sesuai kebutuhan.

(bai/row)

Sumber : oto.detik.com

Alhamdulillah mobil Otomotif اللهم صل على رسول الله محمد
ilustrasi gambar : unsplash.com / obi

Fungsi Kunci Shock, Jenis, dan Cara Memakainya


Jakarta

Kunci shock adalah salah satu barang yang wajib ada di mobil. Kunci ini memiliki nama lain socket wrench. Dinamakan kunci shock karena banyak digunakan untuk area shockbreaker.

Kunci shock cenderung lebih nyaman dan aman digunakan ketimbang kunci pas atau kunci ring, sehingga banyak dipakai. Bentuknya tabung dengan bagian tengah berongga atau berlubang. Di salah satu ujungnya terdapat lubang segi enam atau segi dua belas yang pas untuk mur atau baut.

Di bawah ini akan kita ulas beberapa fungsi kunci shock, lengkap dengan jenis-jenis dan cara memakai kunci shock, yang dilansir dari situs Dealer Suzuki Indomobil Multi Trada dan situs Astra Daihatsu.


Fungsi Kunci Shock

Beberapa fungsi kunci shock adalah sebagai berikut:

1. Melepas dan Memasang Mur dan Baut

Fungsi kunci shock yang pertama adalah untuk melepas dan memasang mur dan baut pada berbagai bagian kendaraan, misalnya roda, rem, shockbreaker, dan bagian mesin.

2. Melonggarkan dan Mengencangkan Mur dan Baut

Selain melepas dan memasang mur dan baut, kunci shock juga sering dipakai hanya untuk melonggarkan dan mengencangkan mur dan baut pada tingkat keketatan yang diinginkan.

3. Memperbaiki Suspensi

Sering kali kunci shock dipakai untuk memperbaiki komponen shock breaker atau shock absorber, per, dan pegas. Dalam hal ini, fungsi kunci shock juga masih seputar melepas, memasang, melonggarkan, atau mengencangkan mur dan baut..

4. Menjangkau Area yang Sempit

Kelebihan kunci shock adalah bisa menjangkau area yang sempit, sehingga lebih mudah untuk memutar mur dan baut. Untuk menjangkau sudut sempit atau area yang sulit, biasanya memakai universal joint.

5. Lebih Fleksibel

Kunci shock tersedia dalam berbagai ukuran dan bentuk, sehingga memudahkan mekanik untuk menyesuaikan kebutuhan sesuai jenis dan ukuran mur dan baut dengan efisien.

Jenis Kunci Shock

Detikers juga harus tahu bahwa jenis kunci shock ada bermacam-macam. Ketahui jenis-jenis dan kegunaannya masing-masing.

1. Berdasarkan Ukuran Drive Hole

Berdasarkan ukuran drive hole atau lubangnya, kunci shock dibagi menjadi empat jenis. Ukurannya mempengaruhi penggunaan alat pelengkap yang dipakai, sebab masing-masing kunci shock tidak bisa ditukar-tukar.

Empat ukuran kunci shock ini adalah:

  • Kunci shock ukuran 1/4 inci atau 0,6 cm
  • Kunci shock ukuran 3/8 inci atau 0,9 cm
  • Kunci shock ukuran 1/2 inci atau 1,3 cm
  • Kunci shock ukuran 3/4 inci atau 1,9 cm

2. Berdasarkan Bentuk Tabung

Kunci shock berdasarkan bentuk tabungnya dibedakan menjadi dua, yaitu panjang dan pendek.

  • Kunci shock standar (pendek) digunakan untuk mengencangkan atau melepas mur dan baut dengan momen pengencangan besar.
  • Kunci shock deep (dalam/panjang) digunakan untuk mengencangkan dan melepaskan mur dan baut dengan momen pengencangan sedang.

3. Berdasarkan Jumlah Titik Pada Lubang Kunci

Berdasarkan jumlah titik pada lubang, terdapat tiga jenis kunci shock, yaitu:

  • Kunci shock 6 pt yang biasa digunakan untuk momen pengencangan besar.
  • Kunci shock 12 pt yang biasa digunakan pada sudut geser kecil.
  • Kunci shock 8 pt yang biasa digunakan untuk pengencangan.

Cara Memakai Kunci Shock

Jika detikers masih bingung bagaimana cara penggunaan kunci shock, simak langkah-langkah berikut ini:

1. Sesuaikan Kunci Shock dengan Ukuran Mur atau Baut

Ada berbagai jenis kunci shock yang bisa diganti-ganti. Sesuaikan jenis socket sesuai dengan ukuran mur atau baut. Jika menggunakan ukuran terlalu besar atau terlalu kecil, maka bisa merusak mur atau bautnya.

2. Pasang Socket pada Pegangan Kunci Shock

Setelah memilih ukuran, pasangkan socket pada pegangan kunci shock. Pastikan socket terpasang dengan kencang. Jika pemasangan tidak benar, ini bisa menyebabkan kesalahan dalam proses pemasangan atau pelepasan mur atau baut.

3. Pasangkan ke Mur/Baut Lalu Putar Pegangan

Setelah socket terpasang pada kunci shock, pasangkan socketnya pada mur atau baut yang akan dilepas atau dipasang. Putar stang pegangannya searah jarum jam jika ingin melepas mur/baut, atau putar berlawanan arah jarum jam jika ingin memasang mur dan baut.

Demikian telah kita ketahui 5 fungsi kunci shock, lengkap dengan jenis dan cara memakainya. Jangan lupa untuk selalu membawa kunci ini di kendaraan ya.

(bai/row)



Sumber : oto.detik.com

Jarak Aman saat Berkendara di Jalan Raya, Pengemudi Wajib Tahu!


Jakarta

Jarak aman saat berkendara adalah rentang jarak yang harus diperhatikan antara kendaraan satu dengan kendaraan lain. Jarak antara kendaraan merupakan ruang yang tersedia antara kendaraan satu dengan kendaraan lain.

Jarak aman akan memberikan waktu untuk menghadapi situasi tak terduga, seperti perubahan arah kendaraan di depan kita ataupun rem mendadak. Berapa jarak aman saat berkendara?

Jarak Aman saat Berkendara

Jarak aman merupakan jarak yang diambil untuk antisipasi kendaraan lain. Sementara, jarak minimal adalah jarak terdekat di masing-masing kendaraan.


Dikutip dari buku Budaya Berkendara di Jalan Raya karya Joko Subroto berikut adalah jarak minimal dan jarak aman berkendara berdasarkan kecepatan:

  • Kecepatan 30 km/jam: Jarak aman 30 meter dengan jarak minimal 15 meter.
  • Kecepatan 40 km/jam: Jarak aman 40 meter dengan jarak minimal 20 meter.
  • Kecepatan 50 km/jam Jarak aman 50 meter dengan jarak minimal 25 meter.
  • Kecepatan 60 km/jam: Jarak aman 60 meter dengan jarak minimal 40 meter.
  • Kecepatan 70 km/jam: Jarak aman 70 meter dengan jarak minimal 50 meter.
  • Kecepatan 80 km/jam: Jarak aman 80 meter dengan jarak minimal 60 meter.
  • Kecepatan 90 km/jam: Jarak aman 90 meter dengan jarak minimal 70 meter.
  • Kecepatan 100 km/jam: Jarak aman 100 meter dengan jarak minimal 80 meter.

Jarak aman terdiri dari 3 unsur, yakni aman dengan kendaraan di depan, samping, dan di belakang.

  1. Jarak aman dengan kendaraan di depan bertujuan untuk memberi waktu yang cukup agar kita bisa mengurangi kecepatan, serta mendapat ruang cukup dalam mengerem dengan aman.
  2. Jarak aman dengan kendaraan di samping, bermanfaat untuk mengantisipasi kemungkinan kendaraan berubah jalur. Contohnya, saat keluar dari persimpangan atau mobil keluar dari parkir.
  3. Jarak aman dengan motor atau kendaraan di belakang berguna untuk menghindar dari tabrakan dari belakang.

Cara Menjaga Jarak aman Berkendara

Dikutip dari Astra Daihatsu, berikut adalah langkah-langkah untuk menjaga jarak aman berkendara:

1. Gunakan Aturan 3 Detik (3-Second Rule)

Aturan 3 detik berguna untuk mengukur jarak aman kendaraan. Pertama, ilih suatu objek yang dilewati kendaraan di depan, kemudian hitung waktu yang dibutuhkan kendaraan kamu untuk mencapai objek itu (setelah kendaraan di depannya melewati objek).

Idealnya, kita perlu punya 3 detik waktu reaksi. Hal itu akan memberikan cukup ruang bagi kita dalam merespon kendaraan. Terutama kalau kendaraan di depan tiba-tiba berhenti.

2. Nyalakan Klakson atau Lampu

Kalau sekiranya kendaraan di belakang kamu terlalu dekat, kamu bisa memberikan tanda dengan menggunakan lampu rem atau klakson. Hal ini bertujuan untuk memberi tahu kendaraan yang di belakang agar menjaga jarak.

3. Jaga Jarak di Kondisi Khusus

Pastikan untuk meningkatkan jarak aman ketika cuaca buruk atau jalan yang licin. Pasalnya, rem akan lebih sulit merespons di permukaan yang licin.

4. Kurangi Kecepatan di Kepadatan Lalu Lintas

Cara ini bertujuan agar kita bisa punya waktu dan ruang yang cukup untuk merespons perubahan dalam alur lalu lintas.

Kondisi untuk Meningkatkan Jarak Aman Berkendara

Sejatinya menjaga jarak aman harus selalu dilakukan dalam kondisi apa pun. Berdasarkan Buku Petunjuk tata cara Berlalu Lintas (Highway Code) Kemenhub, penting bagi pengemudi untuk menjaga jarak aman antara kendaraan dengan kendaraan di depan, terutama pada saat:

  • Saat waktu hujan
  • Permukaan jalan licin
  • Pendakian yang aman
  • Mengemudikan kendaraan berat atau sedang menarik gandengan atau tempelan.

Jangan lupa pastikan detikers selalu mengecek kecepatan kendaraan, untuk tahu jarak minimal dan mengukur jarak aman berkendara dengan kendaraan lainnya di jalan raya.

(khq/fds)



Sumber : oto.detik.com

Lampu Indikator Mobil Menyala Terus? Ini Arti dan Cara Mengatasinya


Jakarta

Lampu indikator mobil adalah salah satu komponen yang berfungsi menjadi petunjuk terkait kondisi mobil. Termasuk dari sisi bahan bakar hingga peringatan sistem, baik saat mesin menyala ataupun mati.

Jika lampu indikator mobil menyala terus, seringnya hal ini bisa jadi menandakan adanya masalah pada sistem kendaraan. Pahami berbagai arti dan cara untuk mengatasinya di bawah ini.

Arti Lampu Indikator Mobil

Secara umum, arti lampu indikator mobil yaitu untuk memberikan peringatan terkait kondisi khusus atau masalah yang terjadi pada mobil. Namun, sejatinya setiap lampu indikator punya arti.


Dikutip dari laman Astra Daihatsu dan Carsome Indonesia, berikut adalah beberapa arti lampu indikator mobil menyala yang sering dialami para pengguna mobil:

1. Lampu Indikator Pengisian Aki

Lampu aki menyala bisa jadi tanda beberapa masalah, seperti aki yang lemah atau rusak, alternator bermasalah, hingga sabuk penggerak yang kendor.

Cara Mengatasinya:
Segera cek ketersediaan dan kebersihan aki mobil. Pengendara juga bisa membawanya ke tempat servis terdekat.

2. Lampu Indikator Check Engine

Jika simbol menyala pada indikator artinya ada masalah dalam mesin mobil. Bisa jadi hal karena ada tutup bensin yang tidak rapat maupun sensor mesin yang harus diganti.

Cara Mengatasinya:
Cek kondisi tangki mobil dan pastikan tertutup rapat. Pastikan menggunakan bahan bakar dengan kualitas yang baik.

Apabila lampu indikator ini masih menyala terus, segera bawa ke bengkel servis terdekat untuk pengecekkan lebih menyeluruh.

3. Lampu Indikator ABS (Anti-lock Braking System)

Lampu rem ABS menyala ketika sistem pengecekkan berjalan dan mati sendiri. Namun, saat lampu ini terus menyala maka menandakan ada masalah di dalamnya.

Cara Mengatasinya:
Pastikanlah agar tidak ada kabel di dekat roda yang kendor atau rusak.

4. Lampu Indikator Fog

Fog lamp (lampu kabut) menyala jika kita mengaktifkannya di daerah tinggi atau berkabut. Fungsi lampu indikator adalah membantu penerangan jalan di tengah hujan maupun kabut yang menghalangi.

5. Lampu Indikator Rem Parkir

Simbol huruf “P” adalah tanda rem parkir yang sedang aktif. Ketika mobil berjalan dan lampu indikator ini masih menyala berarti rem tangan mobil belum dilepas atau dinonaktifkan.

Cara Mengatasinya:
Segera lepaskan rem tangan kemudi ketika berjalan. Selain bisa membuat mobil terasa lebih berat, ini juga akan membuat minyak rem tabung reservoir habis.

6. Lampu Indikator Tekanan Ban Mobil

Lampu indikator tekanan mobil menyala menandakan adanya tekanan angin dalam ban berkurang sebanyak 25% (dari jumlah seharusnya).

Lampu ini akan menyala beberapa detik, ketika mesin kendaraan menyala dan segera mati saat tekanan ban sudah dalam kondisi normal.

Cara Mengatasinya:
Segera periksa tekanan ban untuk melakukan pengisian angin.

7. Lampu Indikator Electric Power Steering (EPS)

Lampu EPS yang menyala berarti ada indikasi kerusakan pada stir mobil. Biasanya, hal ini juga diikuti dengan setir mobil yang terasa lebih berat.

Penyebab lampu indikator EPS menyala yaitu karena mobil terlalu sering menerjang banjir, atau minyak pada power steering sudah menipis.

Cara Mengatasinya:
Kurangi frekuensi melewati genangan air yang tinggi. Tujuannya agar kondisi mobil tidak semakin parah.

8. Lampu Indikator Busi Pijar

Apabila lampu indikator busi pijar menyala dan berkedip, ini tandanya ada masalah pada busi. Gejalanya adalah adanya guncangan saat mengendarai mobil.

Makanya, pengendara disarankan untuk selalu memeriksa dan mengganti busi mobil ketika sudah melewati jarak tempuh 40.000 – 60.000 kilometer.

9. Lampu Peringatan Power Steering

Lampu indikator peringatan power steering menyala berarti adanya masalah dengan power steering. Biasanya, penyebab nya adalah minyak power steering yang berkurang.

Meskipun tIdak ada dampak signifikan yang terjadi, namun hal ini cenderung membuat stir terasa menjadi berat.

10. Lampu Indikator Level Pendingin Rendah

Indikator level pendingin rendah disebabkan karena suhu temperatur cairan coolant atau pendingin mesin terlalu tinggi. Seringnya, hal ini menjadi tanda bahwa mobil sedang mengalami overheating.

Cara Mengatasinya:
Jika lampu indikator ini menyala, segeralah menepi sejenak dan matikan mesin mobil. Jangan membuka mesin, tunggulah hingga mobil lebih sejuk. Setelah itu, tambahkan cairan coolant ke dalam radiator mobil (hindari untuk mengisinya dengan air biasa).

Cara Mengatasi Lampu Indikator Mobil Menyala Terus

Lampu indikator mobil yang menyala terus perlu dilakukan pengecekan lebih lanjut. Berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi lampu indikator mobil menyala terus:

  • Periksa bagian mesin dan komponen di dalamnya.
  • Cobalah untuk lepaskan kepala aki dan pasang kembali untuk cek masih layak atau tidak.
  • Melakukan service mobil berkala.
  • Lakukan pengecekan secara menyeluruh ke bengkel dan memperbaiki kerusakan yang ada.

Dari uraian di atas, diharapkan detikers tidak lagi mengabaikan lampu indikator yang menyala ya. Karena hal ini punya konsekuensi serius bagi keselamatan, kinerja mobil, dan biaya yang perlu dikeluarkan atas perbaikan di masa depan.

(khq/fds)



Sumber : oto.detik.com

Cara Menghitung Kompresi Motor dan Rentang Tekanan yang Baik


Jakarta

Menghitung kompresi motor merupakan salah satu langkah penting dalam memastikan kinerja optimal mesin kendaraan. Kompresi yang tepat berperan besar dalam efisiensi pembakaran bahan bakar dan daya yang dihasilkan oleh mesin.

Dengan memahami cara menghitung kompresi, pemilik kendaraan bisa mengidentifikasi masalah potensial yang akan terjadi.

Cara Menghitung Kompresi Motor

Dilansir laman Astra Daihatsu, berikut merupakan rumus menghitung rasio kompresi mesin motor yaitu menggunakan volume silinder (V1) ditambah volume ruang bakar (V2), lalu dibagi volume ruang bakar (V2).


Berikut rumusnya rasio kompresi mesin::

CR = (V1 + V2) / V2

Keterangan:
CR = Rasio kompresi.
V1 = Volume silinder.
V2 = Volume ruang bakar.

Sebagai contoh, diibaratkan motor berkapasitas 150 cc (tanpa ruang bakar) dengan volume ruang bakar 15 cc. Berikut adalah rasio perhitungan kompresi motornya:

CR = (150 + 15) / 15 = 11

Artinya, rasio kompresinya adalah 11 : 1 atau 11 banding 1 untuk motor tersebut.

Berapakah tekanan kompresi motor yang baik? Rentang tekanan kompresi mesin yang baik adalah antara 9,5 hingga 15 bar.

Nilai minimum kompresi mesin yaitu 7 bar. Jika, kompresi dalam silinder mesin (tanpa ruang bakar) berada di bawah 7, maka itu bisa disebabkan karena penuaan mesin maupun adanya karat di piston. Dengan mengetahui rasio kompresi mesin bermanfaat dalam pemilihan dan penyesuaian jenis BBM kendaraan.

Menggunakan BBM yang sesuai dengan kompresi mesin bisa membuat performanya optimal. Tak cuma itu, mesin juga bisa jadi lebih panjang umur. Jika jenis BBM tak sesuai dengan rasio kompresi mesin berisiko membuat mesin rusak.

(khq/fds)



Sumber : oto.detik.com

Mobil Lebih Kuat Lewat Tanjakan Jika Berjalan Mundur, Mitos atau Fakta?


Jakarta

Saat berkendara ke luar kota, detikers mungkin akan menemukan jalanan yang menanjak dan menurun. Jangan anggap remeh jalanan yang menanjak dan menurun karena banyak pengendara yang kesulitan saat melewatinya.

Soalnya, sering terjadi kasus mobil gagal melibas tanjakan curam. Oleh sebab itu, banyak pengendara yang berpikir bagaimana cara melintasi tanjakan dengan benar dan aman.

Nah, salah satu caranya adalah dengan berjalan mundur. Sebab, beberapa orang meyakini jika mobil berjalan mundur maka akan lebih kuat menanjak.


Namun, apakah hal tersebut benar adanya? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

Apakah Mobil Berjalan Mundur Lebih Kuat Di tanjakan?

Mengutip situs Spot Dem, sebenarnya mobil bisa lebih kuat menanjak dengan cara berjalan mundur jika mobil tersebut berpenggerak roda depan atau front wheel drive (FWD).

Sebab, gigi mundur (reverse) memiliki rasio gigi yang lebih rendah daripada gigi maju (drive). Oleh sebab itu, mobil yang berjalan mundur mungkin akan lebih kuat melibas tanjakan.

Saat mobil dalam gigi mundur, distribusi bobot juga berubah dengan beban yang lebih besar didistribusikan ke roda belakang. Mobil juga dapat menanjak dengan lebih mudah karena memiliki daya cengkeram yang lebih baik.

Apakah Aman Mobil Berjalan Mundur saat Nanjak?

Meski begitu, melintasi tanjakan dengan cara mundur dinilai kurang aman dan tidak efisien. Sebab, transmisi, mesin, dan komponen lainnya pada mobil disetel untuk bergerak maju dan berbelok, bukan mundur ke belakang.

Selain itu, bergerak mundur dan menanjak dapat memberikan tekanan pada mesin dan transmisi mobil. Hal ini bisa menyebabkan mesin cepat panas sehingga mengalami overheat dan memicu kerusakan pada komponen lainnya.

Dari segi keselamatan, berkendara mundur di tanjakan juga menyulitkan pengendara karena keterbatasan visual. Meski mobil keluaran terbaru sudah dilengkapi kamera belakang untuk mundur, tapi tetap saja berbahaya karena jarak pandangnya terbatas.

Tips Melintasi Tanjakan dengan Mobil

Daripada harus berjalan mundur yang bikin kamu repot sendiri, lebih baik bergerak maju ketika melewati tanjakan. Jika takut mobil tak kuat nanjak, ada sejumlah tips agar detikers lancar saat melalui tanjakan.

Mengutip situs Astra Daihatsu, berikut tips melewati jalanan menanjak dengan berkendara mobil:

1. Pakai Gigi Rendah

Jika kamu menggunakan mobil manual, gunakan gigi rendah atau 1 saat melintasi jalanan tanjakan. Pada mobil matic, kamu bisa memindahkan gigi dari ‘D’ ke ‘L’ agar mendapatkan torsi yang besar untuk melibas tanjakan.

2. Injak Gas Sesuai Kebutuhan

Saat melintasi jalanan yang menanjak, injak pedal gas sesuai kebutuhan. Apabila tanjakan dirasa curam dan panjang, maka diperbolehkan menginjak gas dalam-dalam agar mobil bisa melalui tanjakan.

Jika tanjakan tidak begitu curam, maka detikers tak perlu menginjak pedal gas terlalu dalam. Jadi, bisa disesuaikan dengan tanjakan yang dilalui.

3. Aktifkan Hill Start Assist

Beberapa mobil keluaran terbaru telah dilengkapi dengan fitur Hill Start Assist (HSA). Fitur keselamatan ini berfungsi untuk mengendalikan mobil agar tidak merosot ketika berada di posisi menanjak.

Biasanya, mobil yang sedang berhenti di tanjakan dan akan mulai jalan kembali, mobil akan sedikit mundur sebelum dapat berjalan maju. Dengan mengaktifkan fitur HSA, maka mobil tidak akan mundur saat pengemudi akan kembali melaju.

Selain itu, Hill Start Assist juga dapat mengendalikan mobil saat akan mulai menanjak agar akselerasi yang dihasilkan dapat berjalan mulus. Dengan begitu, roda mobil dapat berfungsi optimal dan meminimalisir terjadinya selip.

Demikian penjelasan mengenai apakah mobil berjalan mundur lebih kuat ditanjakan. Semoga bermanfaat!

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com

5 Tanda Air Radiator Mobil Habis dan Cara Mengisi Ulangnya dengan Benar


Jakarta

Radiator termasuk komponen penting pada mobil. Fungsinya sebagai pendingin mesin kendaraan. Agar dapat berfungsi maksimal, komponen ini memerlukan air radiator atau coolant.

Namun air radiator bisa habis dan harus segera diisi ulang. Jika tidak, sejumlah permasalahan yang dapat membahayakan mungkin terjadi. Lantas, apa ciri-ciri air radiator mobil habis?

Tanda Air Radiator Mobil Habis

Mengutip Auto2000 dan Astra Daihatsu, berikut ciri-ciri air radiator mobil habis dan perlu diganti:


1. Suara Mesin Kasar

Saat air radiator habis, suara kasar dari mesin bisa terdengar. Suara ini ditimbulkan dari suhu mesin yang meningkat sehingga mempengaruhi sistem pembakaran.

Ketika air radiator masih cukup, proses pembakaran mesin berjalan normal. Proses ini dapat berlangsung lebih cepat jika coolant habis sehingga suara knocking pada mesin bisa terdengar.

2. Performa Mesin Kurang Bertenaga

Air radiator yang habis dapat mempengaruhi kinerja mesin. Mesin akan menjadi kurang bertenaga saat mobil melaju pada putaran tinggi atau ketika pedal gas telah ditekan lebih dalam.

3. AC Kurang Dingin

Tanda air radiator habis dapat dilihat dari kondisi suhu AC mobil. Jika udara AC kurang terasa sejuk padahal sudah dinyalakan dalam waktu lama dan kondisi freonnya masih bagus, maka bisa jadi air radiatornya habis.

4. Mesin Mobil Overheat

Selama perjalanan, mesin mobil bisa mengalami overheat. Jika hal ini terjadi, kemungkinan menandakan air radiator yang habis. Jadi pastikan mengecek komponen radiator sebelum bepergian jauh dan kalau bisa siapkan air radiator cadangan.

5. Lampu Indikator Menyala Merah

Detikers juga dapat memperhatikan lampu indikator temperatur mobil di bagian dashboard. Apabila lampunya menyala merah atau arah jarumnya berada di tanda merah maka bisa mengindikasikan air radiator habis dan perlu diisi ulang.

Cara Mengisi Air Radiator Mobil dengan Benar

Jika air radiator habis maka detikers perlu segera mengisinya kembali. Dikutip dari laman Suzuki, berikut tata cara mengisi ulang air radiator secara mandiri dengan benar:

1. Pastikan Mesin dalam Kondisi Dingin

Sebelum mengganti air radiator, pastikan mesin mobil sudah dalam keadaan dingin. Jika mesin berkondisi panas, air radiator juga kemungkinan masih panas. Saat hendak mengisi ulang, air radiator panas itu dapat mengenai kulit dan menyebabkan luka.

Oleh sebab itu, matikan mobil dan tunggu hingga mesinnya benar-benar dingin agar pengisian ulang air radiator berjalan aman.

2. Periksa Level Air Radiator

Ketika hendak mengisinya, cek terlebih dahulu bagian luar tangki reservoir air radiator yang bertanda garis level air radiator. Apabila garisnya menunjukkan di bawah minimum, tandanya air radiator menipis dan perlu segera ditambahkan.

3. Cek Kondisi Air Radiator

Selain itu, periksa juga kondisi air radiatornya. Jika airnya masih bersih dan tersisa sedikit, detikers dapat langsung mengisi ulang coolant.

Namun bila warna airnya keruh, kamu perlu mengurasnya terlebih dahulu sebelum menambahkan air radiator baru. Sebab air yang keruh dapat menyebabkan pampat dan mempengaruhi performa mesin.

4. Hindari Isi Ulang dengan Air Biasa

Berdasarkan catatan detikcom, tidak dianjurkan mengisi radiator dengan air biasa. Sebaiknya gunakan coolant atau cairan khusus untuk radiator. Kandungan sejumlah bahan di dalam cairan tersebut dapat bantu radiator bekerja lebih optimal.

Air biasa mesti dihindari sebab mobil di masa kini memiliki mesin berkinerja dengan kompresi tinggi. Menggunakan air biasa dapat membuat radiator kurang bekerja maksimal. Bahkan pemakaiannya mampu menyebabkan overheat pada mobil diesel.

Selain itu, penggunaan air biasa di komponen radiator dikhawatirkan membuatnya mudah berkarat. Sehingga disarankan mengisi ulang air radiator dengan coolant.

5. Gunakan Bantuan Corong

Lubang tabung radiator berukuran kecil maka detikers dapat menggunakan corong untuk mengisi ulang coolant. Air radiator yang tumpah berisiko membahayakan apabila mengenai komponen mobil lain, seperti menyebabkan karatan dan korsleting pada sistem kelistrikan kendaraan.

6. Isi Air Radiator dengan Jumlah Tepat

Volume coolant yang diisi harus tepat, jangan sampai melebihi batas maksimal ataupun kurang. Detikers mungkin akan menemukan jarak antara tutup reservoir dengan batas maksimum yang cukup jauh. Tapi kamu tetap harus mengikuti batasnya saat mengisi ulang coolant lantaran itulah standar yang telah ditetapkan produsen mobil.

7. Tutup Tabung Radiator dengan Rapat

Setelah pengisian, tabung radiator harus ditutup dengan rapat. Tutup tabung berisiko terpental saat mesin dihidupkan jika tidak dipasang dengan kencang. Jika tutupnya terlepas, air radiator pun dapat tumpah ke berbagai komponen kendaraan.

Nah, itu tadi ciri-ciri air radiator mobil habis dan cara mengisi ulangnya dengan benar. Jadi, harap segera mengisi kembali coolant apabila sudah habis.

(azn/inf)



Sumber : oto.detik.com

Manfaat Cairan Ban Tubeless, Ketahanan, dan Efek Sampingnya


Jakarta

Cairan ban tubeless menjadi salah satu komponen penting yang dalam perawatan ban kendaraan. Cairan ini juga berperan dalam meningkatkan keamanan dan kenyamanan berkendara.

Mulai dari mengurangi risiko kebocoran hingga kenyamanan yang lebih baik ketika berkendara. Simak manfaat dan fungsinya berikut ini.

Apakah Bagus Ban Tubles Dikasih Cairan Penambal?

Mengutip situs OC1, nama cairan untuk ban tubeless adalah sealant, yakni cairan yang diformulasikan secara khusus yang dimasukkan ke dalam ban tubeless.


Fungsi utama cairan ban tubeless adalah untuk mencegah kebocoran udara, menutup kebocoran saat terjadi, dan menjaga tekanan ban tetap optimal.

Sealant ban tubeless biasanya terbuat dari larutan berbasis lateks, yang mengandung partikel tersuspensi. Kandungan tersebutlah yang menempel pada kebocoran dan membentuk segel pada ban.

Manfaat Penggunaan Cairan Ban Tubeless

Berikut adalah beberapa manfaat dari ban tubeless pada kendaraan:

1. Mencegah Kebocoran Ban

Cairan ban tubeless berguna agar menjaga kerapatan ban, sehingga tidak mudah mengalami kebocoran jika terkena benda tajam (paku, pecahan kaca, dan lainnya). Jadi, jika terkena benda tajam, ban tidak akan mudah bocor.

2. Memperkuat Ketahanan Ban

Cairan tersebut juga memberikan perlindungan pada ban, dengan menutup celah ban saat ada bagian yang terbuka. Hal ini membuat ban menjadi jadi lebih kuat. sehingga perjalanan bisa lebih aman dan nyaman.

Sealant ban tubeless digunakan untuk mengatasi kebocoran pada ban. Saat terjadi kebocoran, cairan akan bereaksi dengan udara dan mulai mengering di dalam kebocoran.

Karena berbahan dasar lateks, ia akan menempel pada tepi kebocoran dan partikel yang tersuspensi membentuk gumpalan, sehingga lubang tertutup rapat. Begini cara kerja cairan ban tubeless dalam mencegah udara keluar dan menjaga tekanan ban.

Efek Samping Cairan Ban Tubeless

Mengutip laman Planet Ban, terdapat kemungkinan efek samping dari penggunaan cairan ban tubeless, di antaranya:

  • Berpotensi menyumbat luban penting pada ban, karena kemungkinan terjadi penyumbatan yang bisa membuat ban sulit diisi angin saat diperlukan.
  • Berisiko membuat kerusakan pelek akibat korosi atau karat pada pelek. Pasalnya, kandungan pH atau tingkat asam basa cairan biasanya terlalu tinggi. Ini bisa mengakibatkan pelek mudah berkarat.

Berapa Lama Tahan Cairan Ban Tubeless?

Lama masa pakai cairan ban tubeless bervariasi. Hal ini tergantung pada faktor-faktor seperti kondisi berkendara, suhu, dan jenis sealant.

Secara umum, kinerja cairan ban tubeless bisa bertahan lama antara 3 – 12 bulan. Namun, pemeriksaan dan penambahan secara berkala, juga diperlukan untuk mempertahankan kinerja penyegelan optimal.

Kelebihan Ban Tubeless

1. Tidak Langsung Kempes jika Tertusuk Benda Tajam

Mengutip laman Astra Daihatsu, salah satu kelebihan dari ban tubeless adalah mampu membuat pengendara terhindar dari masalah tusukan benda tajam, yang menembus ban luar sehingga bisa merusak ban dalam.

2. Performa yang Lebih Baik

Ban tubeless mampu memberikan performa yang lebih baik, terutama dalam m hal traksi dan handling. Pasalnya, ban ini dirancang dengan teknologi yang lebih modern.

Dengan daya cengkeram terhadap permukaan jalan yang baik, ban ini bisa meningkatkan keselamatan dalam berkendara.

3. Minim Risiko Kebocoran

ban tubeless mampu menahan kebocoran yang lebih baik, karena ia memiliki kemampuan untuk menahan udara lebih lama jika dibandingkan dengan ban biasa. Hal ini membuat pengendara punya waktu yang lebih lama jika ingin melakukan perbaikan.

4. Membantu Meningkatkan Keamanan saat Berkendara

Dilansir laman Tyreplus, kendaraan akan sulit dikendalikan jika ban tipe tabung tiba-tiba bocor. Ini akan membuat situs berkendara lebih berbahaya, ketika dalam kecepatan tinggi di jalan raya.

Namun, risiko tersebut bisa berkurang secara signifikan dengan ban tanpa ban dalam. Mengapa? karena udara keluar secara perlahan dan ban tidak langsung kempes sepenuhnya.

Dengan begitu, pengemudi tidak mudah kehilangan kendali. Hal ini juga memungkinkan pengemudi memiliki lebih banyak waktu untuk bergerak di sisi jalan.

Meski begitu, berkendara dengan kecepatan tinggi tetap memiliki risiko keselamatan. Jadi, perhatikanlah batas kecepatan maksimum.

5. Kenyamanan Berkendara

Pemasangan ban tanpa ban hanya terdiri dari dua komponen, yakni roda dan ban. Hal ini memungkinkan pemasangan ban yang lebih baik secara keseluruhan ,dan lebih presisi pada roda.

Hal tersebut pada akhirnya juga berperan untuk meningkatkan kenyamanan berkendara, jika dibandingkan dengan pemasangan ban tipe ban dalam.

6. Hemat Bahan Bakar

Karena bobotnya yang lebih ringan, tekanan di mesin berkurang. Artinya, akan lebih sedikit energi yang dikonsumsi. Hal ini membuatnya bisa menempuh jarak lebih jauh, dengan jumlah bahan bakar yang sama.

(khq/fds)



Sumber : oto.detik.com