Tag Archives: batasan

Begini Cara Cerdas Atur Keuangan & Transfer Uang Murah saat Kuliah di LN!


Jakarta

Kuliah di luar negeri adalah impian banyak mahasiswa Indonesia. Selain membuka peluang akademik dan pengalaman budaya baru, kesempatan ini juga menantang kemampuan kamu dalam manajemen keuangan.

Siapa yang tidak mau, kan? Namun, tantangan utama sering kali datang dari pengelolaan biaya hidup yang jauh berbeda dari Indonesia, pengeluaran tak terduga, hingga kebutuhan transfer uang antarnegara.

Namun, kamu tidak perlu khawatir. Dengan perencanaan yang matang dan memanfaatkan teknologi yang ada, bisa kok melewati semua ini dengan lebih mudah. Yuk, simak lima tips simpel dan praktis supaya keuanganmu tetap aman selama kuliah di luar negeri!


1. Buat Anggaran Bulanan yang Realistis

Langkah pertama yang wajib kamu lakukan adalah memahami biaya hidup di negara tujuan. Cari tahu perkiraan biaya tempat tinggal, makan, transportasi, hingga hiburan.

Setelah itu, buatlah daftar pengeluaran wajib dan tetapkan batasan untuk kebutuhan lainnya. Dengan begitu, kamu bisa lebih mudah mengontrol pengeluaran.

Supaya lebih praktis, gunakan aplikasi keuangan untuk melacak pengeluaran harian dan memastikan anggaran tetap on track. Jangan lupa, selalu sisihkan dana darurat, ya. Dana ini penting untuk berjaga-jaga kalau ada kebutuhan mendadak yang perlu segera ditangani.

2. Cari Diskon dan Promosi untuk Mahasiswa

Sebagai mahasiswa, kamu bisa memanfaatkan diskon khusus, mulai dari potongan harga transportasi umum, toko buku, hingga langganan aplikasi streaming. Jangan ragu untuk memanfaatkan kartu mahasiswa internasional seperti ISIC (International Student Identity Card) agar bisa menikmati berbagai penawaran menarik.

Belanja cerdas itu penting. Tapi ingat, cerdas bukan berarti pelit, lho. Fokuslah pada kebutuhan utama, bukan keinginan sesaat, supaya keuangan tetap sehat.

3. Gunakan Fitur Transfer Valas untuk Terima Kiriman Uang

Jika kamu kuliah di luar negeri, kebutuhan mendesak sering kali muncul. Misalnya, uang sewa tempat tinggal atau biaya kesehatan yang harus segera dibayar. Dengan fitur Transfer Valas di Livin’ by Mandiri, orang tua di Indonesia bisa mengirim uang ke rekeningmu secara cepat dan aman.

Fitur ini menawarkan:

  • Transfer hingga 18 mata uang asing tujuan.

  • Jangkauan luas hingga 180 negara.

  • Transfer USD ke seluruh dunia

  • Pengiriman uang secara real-time untuk beberapa mata uang tertentu.

  • Kurs yang kompetitif dan biaya transfer murah.

  • Akses 24/7 kapan saja dan di mana saja.

Jadi, saat ada kebutuhan mendesak, tidak perlu menunggu lama. Uang dari orang tua bisa langsung diterima dan digunakan.

4. Pantau Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar mata uang sering berubah-ubah, dan ini bisa mempengaruhi jumlah uang yang kamu terima atau kirim. Kalau rutin mendapat kiriman uang dari keluarga di Indonesia atau sebaliknya, pantau kurs secara berkala.

Dengan begitu, bisa memilih waktu transfer yang paling menguntungkan. Fitur Transfer Valas di Livin’ by Mandiri juga memberikan kemudahan dengan kurs yang murah dan proses yang simpel. Jadi, kamu tidak perlu cemas uang akan biaya transfer yang mahal.

5. Manfaatkan Teknologi untuk Pengelolaan Keuangan

Di zaman sekarang, teknologi adalah teman terbaik untuk mengatur keuangan. Gunakan aplikasi keuangan untuk mencatat pengeluaran harian, merencanakan tabungan, hingga memantau investasi kecil-kecilan. Dengan bantuan teknologi, kamu bisa lebih disiplin dan terorganisir.

Nah, super app Livin’ by Mandiri adalah solusi pasti valuta asing andalan untuk memenuhi kebutuhan transaksi global. Dengan fitur Transfer Valas, proses pengiriman uang menjadi mudah, cepat, dan terjangkau. Pengelolaan keuangan pun terasa lebih nyaman.

Dengan langkah-langkah ini, kamu bisa menjalani masa kuliah di luar negeri dengan keuangan yang lebih stabil dan terencana.

Solusi Pasti Transfer Uang dari Indonesia ke Luar Negeri

Kuliah di luar negeri pasti membawa banyak pengalaman seru, tapi kebutuhan transfer uang sering kali jadi tantangan tersendiri. Untungnya, sekarang ada fitur Transfer Valas di Livin’ by Mandiri yang bikin hidup lebih mudah.

Proses kirim uang dari Indonesia ke luar negeri jadi super praktis dan yang paling penting, uang yang dikirim akan sampai secara real-time ke kamu tanpa biaya tambahan. Tinggal fokus saja ke studi dan menikmati pengalaman di negara baru.

Mengelola keuangan saat kuliah di luar negeri memang butuh usaha ekstra, tapi kalau tahu cara yang tepat, semuanya jadi terasa lebih ringan. Salah satunya, pastikan kamu pakai fitur Transfer Valas di Livin’ by Mandiri untuk urusan kirim uang antarnegara. Livin’ by Mandiri bisa di-download di sini.

Dengan pengelolaan keuangan yang baik dan dukungan teknologi canggih, kuliah di luar negeri bisa terasa lebih nyaman. Yuk, siapkan diri dengan matang, nikmati setiap momennya, dan jadikan pengalaman ini tak terlupakan.

(anl/ega)



Sumber : finance.detik.com

Apakah Financial Freedom Cuma Sekadar Mimpi buat Pekerja?


Jakarta

Untuk mencapai kebebasan secara finansial, bagi sebagian orang dirasa hampir tidak mungkin. Ditambah, jika gajinya tidak berbanding jauh dengan upah minimum regional (UMR). Namun, perencana keuangan justru menyatakan bukan tidak mungkin untuk bisa mencapai kebebasan finansia di masa pensiun, meskipun gaji tak terpaut jauh dari UMR.

Perencana Keuangan Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting, Tejasari, bilang bahwa berapapun besaran gaji kita, bisa jadi langkah buat mencapai kebebasan finansial yang kita inginkan. Hal ini lantaran kebebasan finansial atau financial freedom sangat berbeda buat tiap-tiap orang.

“Financial freedom sangat berbeda untuk setiap orang, baik dalam jumlah Rupiah maupun kebebasan finansial yang mereka inginkan. Kalau kita menilainya secara finansial atau secara uang, maka tidak akan pernah ada batasan limit di langit ‘kan, ya,” ucapnya kepada detikcom.


Menurut Tejasari, bagi setiap orang, kebebasan finansial sebenarnya bahkan bisa sangat sederhana. Tejasari bilang, berapapun gajinya, kebebasan finansial bisa digapai asalkan punya perencanaan dan komitmen yang baik.

“Bagi setiap orang, sebenarnya kebebasan finansial bisa sangat sederhana sekali. Jadi, berapapun gajinya, asal kita bertekad membuat rencana dan mengejarnya, pasti akan bisa,” tambah Tejasari.

Tejasari menyampaikan beberapa tips yang bisa diterapkan buat songsong masa pensiun dengan tenang. Salah satunya, dengan menyisihkan 20% dari nominal gaji untuk diinvestasikan yang sesuai dengan profil risiko kita.

“Sisihkan di awal gajian 20% dari penghasilan kita, dan tempatkan di produk investasi yang sesuai dengan profil risiko kita. Kalau Rp 1 juta (20% dari gaji UMR Jakarta yang di kisaran Rp 5 juta), 30 tahun, target return 6% per tahun, maka future value-nya sekitar Rp 1 miliar,” terangnya.

Tejasari mengelaborasi lebih lanjut, jika kita bisa meningkatkan profil risiko investasi kita, maka nominal Rp 1 juta untuk jangka waktu investasi 30 tahun dengan target return 10% per tahun, maka future value-nya menjadi Rp 2,2 miliar.

“Lakukan secara konsisten setiap bulan pastinya, langsung saat kita menerima gaji dan ditempatkan di produk investasi yang legalitasnya jelas dan aman. Berikutnya, tentukan aset aktif apa yang kita ingin capai dalam financial freedom kita,” beber Tejasari.

Aset aktif yang dimaksud Tejasari bisa berupa aset properti, surat berharga, atau pun bisnis. Tejasari bilang, dari aset aktif yang dipilih juga akan memberikan penghasilan secara rutin di masa pensiun.

“Berikutnya, buat juga dana darurat dan bijak dalam mengambil utang. Pilih hanya utang produktif, jangan gunakan utang konsumtif. Karena, financial freedom dapat kita capai apabila kita memiliki dana darurat yang cukup, dan tentunya tanpa utang,” tandasnya.

Sebagai informasi, beberapa waktu lalu HSBC Indonesia mengungkapkan riset soal nasabah tajir di Indonesia menganggap dana sebesar US$ 340.000 atau Rp 5,5 miliar (1 US$ = Rp 16.231) menjadi jumlah ideal untuk memasuki masa pensiun. Dana ini hanya cukup untuk keperluan sehari-hari.

(hns/hns)



Sumber : finance.detik.com

Hati-hati, Masuk Desa Kincir Angin di Belanda Ini Harus Bayar!



Amsterdam

Kincir angin menjadi ikon dari Belanda. Sebuah desa bersejarah yang punya banyak kincir menjadi destinasi turis dan kini ingin batasan.

Adalah Desa bersejarah Zaanse Schans, yang telah dikunjungi oleh 2,6 juta turis pada tahun lalu. Saking ramainya, desa yang hanya dihuni oleh 100 penduduk ini mulai merasa sesak oleh turis, seperti dikutip dari BBC pada Rabu (1/10).

“Jumlah wisatawan yang datang terlalu banyak,” kata dewan setempat.


Oleh karena itu, desa mengumumkan akan mengenakan biaya masuk sebesar €17,50 (Rp 336 ribuan) kepada setiap pengunjung dari luar daerah tersebut, untuk mengendalikan jumlah pengunjung. Tiket masuk akan mulai dioperasikan pada musim semi tahun depan.

“Pada tahun 2017, kami memiliki 1,7 juta pengunjung, tahun ini kami menargetkan 2,8 juta,” ujar Marieke Verweij, direktur museum desa.

“Tapi tempat ini kecil! Kita tidak punya ruang untuk semua orang ini!”

Parahnya lagi, kata Marieke Verweij, pengunjung sering tidak tahu kalau ada orang tinggal di sini. Melihat rumah-rumah tradisional membuat mereka penasaran sampai masuk ke rumah, buang air kecil di kebun, mengetuk pintu, berfoto, dan menggunakan tongsis untuk mengintip ke dalam rumah.

“Jadi tidak ada privasi sama sekali.”

Rencananya, semua orang dapat memesan dan membayar tiket secara online. Kebijakan museum pasca-Covid masih dirasa sesuai sebagai solusi untuk masalah ini.

Dengan tiket tersebut wisatawan turis sudah mendapatkan tiket masuk ke dua tempat, yaitu tiket masuk museum dan masuk ke dalam kincir angin.

Jika hanya setengah dari jumlah pengunjung saat ini yang tetap berkunjung setelah biaya masuk diberlakukan, pendapatan tahunan akan mencapai sekitar €24,5 juta.

Dewan berencana menggunakan dana tersebut untuk pemeliharaan kincir angin dan infrastruktur baru seperti toilet.

Namun, para pemilik toko dan restoran sama sekali tidak senang. Toko-toko itu sendiri, harus diakui, cukup menarik. Para staf mengenakan kostum tradisional di toko keju, mereka melakukan demonstrasi membuat bakiak di toko sepatu.

Dan toko-toko itu terletak di dalam rumah-rumah kayu tua yang indah. Toko barang antik dan suvenir yang berasal dari tahun 1623.

“Rencana biaya masuk ini mengancam mata pencaharian para pengecer dan pemilik restoran Zaanse Schans,” kata Sterre Schaap, ia merupakan salah satu pengelola toko suvenir bernama Trash and Treasures.

“Ini mengerikan. Artinya, orang-orang yang tidak punya dompet tebal tidak akan bisa datang ke sini,” kata Schaap.

“Itu artinya kita akan kehilangan banyak pembeli.

Kesepakatan ini juga merupakan pertanda perubahan zaman. Rachel Dodds, profesor pariwisata di Universitas Metropolitan Toronto, Kanada, menunjukkan beberapa kasus serupa.

“Bhutan mengenakan biaya masuk per hari untuk mengunjungi negara ini. Venesia, tentu saja, mungkin yang paling terkenal dengan biaya €5 untuk wisatawan harian,” ujarnya.

Sementara itu, AS dan Inggris sama-sama mengenakan biaya otorisasi perjalanan atau visa bagi warga negara asing untuk mengunjungi mereka.

Namun, desa-desa yang mengenakan biaya masuk masih sangat jarang. Contoh lain yang ada saat ini adalah desa nelayan Clovelly yang dikelola swasta di Devon, Inggris, Civita de Bagnoregio dan Corenno Plinio yang dibangun pada abad pertengahan di Italia, dan Penglipuran di Bali, Indonesia.

(bnl/wsw)



Sumber : travel.detik.com