Tag Archives: bbm

Cara Menghitung Kompresi Motor dan Rentang Tekanan yang Baik


Jakarta

Menghitung kompresi motor merupakan salah satu langkah penting dalam memastikan kinerja optimal mesin kendaraan. Kompresi yang tepat berperan besar dalam efisiensi pembakaran bahan bakar dan daya yang dihasilkan oleh mesin.

Dengan memahami cara menghitung kompresi, pemilik kendaraan bisa mengidentifikasi masalah potensial yang akan terjadi.

Cara Menghitung Kompresi Motor

Dilansir laman Astra Daihatsu, berikut merupakan rumus menghitung rasio kompresi mesin motor yaitu menggunakan volume silinder (V1) ditambah volume ruang bakar (V2), lalu dibagi volume ruang bakar (V2).


Berikut rumusnya rasio kompresi mesin::

CR = (V1 + V2) / V2

Keterangan:
CR = Rasio kompresi.
V1 = Volume silinder.
V2 = Volume ruang bakar.

Sebagai contoh, diibaratkan motor berkapasitas 150 cc (tanpa ruang bakar) dengan volume ruang bakar 15 cc. Berikut adalah rasio perhitungan kompresi motornya:

CR = (150 + 15) / 15 = 11

Artinya, rasio kompresinya adalah 11 : 1 atau 11 banding 1 untuk motor tersebut.

Berapakah tekanan kompresi motor yang baik? Rentang tekanan kompresi mesin yang baik adalah antara 9,5 hingga 15 bar.

Nilai minimum kompresi mesin yaitu 7 bar. Jika, kompresi dalam silinder mesin (tanpa ruang bakar) berada di bawah 7, maka itu bisa disebabkan karena penuaan mesin maupun adanya karat di piston. Dengan mengetahui rasio kompresi mesin bermanfaat dalam pemilihan dan penyesuaian jenis BBM kendaraan.

Menggunakan BBM yang sesuai dengan kompresi mesin bisa membuat performanya optimal. Tak cuma itu, mesin juga bisa jadi lebih panjang umur. Jika jenis BBM tak sesuai dengan rasio kompresi mesin berisiko membuat mesin rusak.

(khq/fds)



Sumber : oto.detik.com

Biaya Kuras Tangki Bensin Mobil di Bengkel Resmi


Jakarta

Dalam kondisi tertentu, mobil harus dikuras tangki bahan bakarnya untuk melakukan perbaikan. Berapa biaya kuras tangki bensin di bengkel resmi?

Beberapa kondisi pada mobil mengharuskan tangki bensin dikuras. Miasalnya seperti masalah pada filter atau pompa bahan bakar yang tersumbat sehinga tangki bahan bakar harus diturunkan dan bensin yang ada di dalamnya perlu dikuras.

Biaya Kuras Tangki Bensin Mobil

Bengkel resmi menerima jasa kuras tangki bensin. Biayanya memang berbeda-beda tergantung dengan tipe dan jenis kendaraannya.


“Kuras tangki itu beda-beda sih, karena dia beda-beda tipe. Kisaran harga dari Rp 260 ribu sampai di Rp 520 ribu, sesuai tipe kendaraannya untuk turun tangki tipe mobil low, medium, high, tidak termasuk luxury,” kata Kepala Bengkel Astrido Toyota Cileungsi Eko Prasetyo kepada detikOto, Senin (2/11/2024).

Ada beberapa pengerjaan yang dilakukan bengkel untuk menguras tangki. Pertama membongkar dan menurunkan tangki dari mobil serta mengosongkan bensin yang ada di dalamnya.

“Kemudian kita bersihin tangki dalamnya. Kita lihat kondisi filter, pompa, terus kemudian ada beberapa mobil ada regulatornya juga, itu kita cek juga, kita bersihkan sekalian. Kemudian dilakukan pengukuran juga, kan di tangki ada sender-nya yang buat menunjukkan level bensinnya, itu sekalian kita cek, kita bersihkan juga. Jadi item-item yang ada di tangki itu lah, semuanya tuh kita cek, kita bersihkan, kemudian pemasangan lagi dan kita tes jalan,” beber Eko.

Estimasi pengerjaan kuras tangki bensin di bengkel resmi memakan waktu sekitar 2 sampai 3 jam. Untuk bensin di dalam tangki, jika kondisinya masih bagus bisa digunakan kembali.

“Kan nanti (bensin yang dikuras) kita taruh di wadah khusus, kalau kandungan air di bensin tinggi pasti akan kelihatan tuh. Nanti biasanya kita ngobrol lagi sama customernya mau dipakai lagi atau nggak. Tapi kalau yang sifatnya nggak ada keluhan biasanya bagus. Biasanya yang ada keluhan brebet itu pas kita cek kandungan airnya tinggi. Kalau kandungan air tinggi, kita saranin mendingan ganti, nanti beliin (bensin) yang baru,” ujar Eko.

Penyebab Tangki Bensin Mobil Harus Dikuras

Menurutnya, ada beberapa penyebab yang membuat mobil harus dikuras tangki bensinnya. Misalnya seperti terdapat kandungan air pada bensin atau terdapat kotoran yang menyumbat di filter sehingga pemilik kendaraan merasakan tarikan berat, brebet, atau bahkan sampai tidak bisa digas.

“Biasanya salah satu penyebabnya tangki sering kosong. Karena dia kan di dalam pasti ada kotoran ya. Bertahun-tahun usianya, sehingga pasti ada endapan. Kalau saat kondisi sering kosong, itu kadang-kadang kotorannya ikut, makin banyak tuh,” ujar Eko.

“Kotoran bisa dua faktor, bisa dari tangki, bisa juga dari bahan bakarnya. Tipe tangki kan ada beberapa yang sudah pakai semacam kayak fiber, ada yang masih pelat. Nah itu mesti ada endapan lah. Atau misalnya dulu pernah pakai semacam untuk naikin oktan yang sifatnya kayak serbuk, akhirnya ada endapan, itu juga bisa. Tapi yang umum kalau kotor itu biasanya karena umur dan bahan bakar sama kondisi tangki,” jelasnya.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Beda Bensin RON 90, 92, 95 dan 98, Mana yang Cocok buat Kendaraan Kamu?


Jakarta

Di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) saat ini tersedia beragam pilihan bahan bakar minyak (BBM) khususnya untuk jenis bensin. Ragam BBM itu ditawarkan dengan angka oktan atau research octane number (RON) yang berbeda-beda. Mana yang sesuai untuk kendaraan kamu?

Saat ini, bensin yang ditawarkan di SPBU memiliki angka oktan atau RON 90, RON 92, RON 95, bahkan sampai RON 98. Apa bedanya jenis BBM tersebut?

RON pada bensin itu dapat menjadi patokan kecocokan dengan mesin kendaraan. Rasio kompresi mesin menjadi satu faktor penting sebelum menentukan pilihan BBM. Rasio kompresi mesin merupakan nilai yang menandakan perbandingan volume ruang pembakaran yang berasal dari kapasitas terbesar ke kapasitas terkecil.


Anda dapat mengetahui angka rasio kompresi mesin dari Buku Pedoman Pemilik yang didapat saat membeli kendaraan. Makin tinggi rasio kompresi mesin, maka makin tinggi angka oktan BBM yang dibutuhkan.

Bensin RON 90

Saat ini tersedia BBM dengan RON 90. BBM sekelas Pertalite ini cocoknya dipakai untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 9:1 hingga 10:1.

Bensin RON 92

Di atas RON 90 ada bensin dengan oktan 92. BBM sekelas Pertamax atau Shell Super ini memiliki kualitas lebih unggul dibandingkan dengan oktan 90. Angka oktan 92 dapat membuat proses pembakaran mesin jadi lebih sempurna serta memiliki kemampuan untuk membantu membersihkan residu karbon pembakaran di dalam mesin. Hal ini membuat performa mesin lebih baik, awet, dan konsumsi bahan bakar lebih efisien. BBM jenis ini dapat digunakan untuk kendaraan dengan rasio kompresi mesin 10:1 hingga 11:1.

Bensin RON 95

Di pasaran juga dijual bensin dengan RON 95. BBM jenis ini dapat digunakan untuk mesin yang memiliki rasio kompresi lebih tinggi seperti 11:1 hingga 12:1. BBM dengan oktan 95 memiliki kemampuan mengurangi endapan residu karbon dengan lebih baik. Sehingga mampu mendorong kinerja mesin untuk mendapatkan performa lebih tinggi, efisien, dan dapat mengurangi gesekan guna memperkecil energi yang terbuang akibat panas. Keuntungannya dapat mengurangi keausan komponen mesin.

Bensin RON 98

Terakhir ada juga bahan bakar dengan oktan 98. Bensin jenis ini lebih cocok untuk mesin mobil berperforma tinggi. Kemampuannya dalam memberikan efisiensi dan perlindungan komponen mesin sangat dibutuhkan oleh mesin dengan spesifikasi kompresi tinggi yaitu hingga 13:1. Harganya lebih mahal jika dibandingkan jenis BBM lainnya. Apabila digunakan pada mesin berkompresi rendah akan dapat mengakibatkan gejala fuel dilution. Gejala itu membuat BBM tidak terbakar seluruhnya secara sempurna, meninggalkan sisa yang mengakibatkan konsumsi bahan bakar terasa lebih boros.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Cara Menghitung Konsumsi BBM untuk Perjalanan Mudik Lebaran


Jakarta

Banyak masyarakat yang memilih mudik menggunakan mobil pribadi. Namun, ada banyak hal yang harus diperhitungkan sebelum berangkat mudik naik mobil, salah satunya konsumsi bahan bakar.

Bagi detikers yang menggunakan kendaraan konvensional, disarankan untuk menghitung konsumsi BBM saat perjalanan mudik. Hal ini dapat membantu menghitung berapa rata-rata konsumsi BBM dan uang yang dikeluarkan untuk membeli bensin.

Nah, ada dua cara mudah untuk menghitung konsumsi BBM selama perjalanan mudik. Bagaimana caranya? Simak dalam artikel ini.


Cara Menghitung Konsumsi BBM untuk Perjalanan Mudik

Mengutip laman Wuling Indonesia, setidaknya ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menghitung konsumsi BBM, yakni dengan metode full to full dan pengukuran lewat Multi-Information Display (MID). Berikut penjelasannya:

1. Menghitung Konsumsi BBM Melalui MID

Mobil keluaran terbaru kini telah mengusung fitur Multi-Information Display (MID). Layar digital di dekat odometer ini berfungsi untuk memberikan informasi tambahan kepada pengemudi, salah satunya mengecek konsumsi bahan bakar.

Pengemudi dapat mengetahui konsumsi BBM secara otomatis berkat bantuan Electronic Control Unit (ECU) sesuai bensin yang disuplai oleh injektor. Untuk mengetahui jumlah konsumsi bahan bakar, detikers bisa mengeceknya pada kolom average fuel consumption atau umumnya disingkat menjadi ‘AVG’.

2. Menghitung Konsumsi BBM Melalui Metode Full to Full

Untuk mobil yang tidak dilengkapi dengan MID, ada cara lain untuk menghitung konsumsi bahan bakar, yakni lewat metode full to full. Cara ini dilakukan dengan menghitung total jarak tempuh yang sudah dilalui, kemudian membaginya dengan jumlah bahan bakar yang telah diisi ulang.

Agar tidak bingung, simak rumus mengecek konsumsi bahan bakar lewat metode full to full berikut ini:

(Kilometer akhir – Kilometer awal) / BBM yang telah diisi = Hasil akhir.

Misalnya, Ahmad mengisi BBM untuk mobilnya sampai full tank. Saat mengisi bensin yang pertama, angka odometer yang tercatat di mobil adalah 2.000 kilometer. Setelah mengisi bensin, Ahmad kembali menggunakan mobil untuk perjalanan mudik.

Setelah melaju hingga kecepatan 60-100 Km/jam, Ahmad kembali mengisi BBM sampai penuh. Di tahap ini, Ahmad menghitung berapa liter bahan bakar yang diisi ke dalam tangki mobilnya, ternyata mencapai 20 liter.

Selain itu, Ahmad juga mencatat berapa kilometer jarak yang telah ditempuh setelah terakhir kali mengisi bensin. Ternyata, dia sudah menempuh jarak sejauh 200 Km, sehingga di odometer tercatat 2.200 km.

Kini, Ahmad tinggal menghitung konsumsi BBM berdasarkan rumus di atas. Perhitungannya sebagai berikut:

(Kilometer akhir – Kilometer awal) / BBM yang telah diisi = Hasil akhir
(2.200 – 2.000) / 20 = 10 Km/liter.

Jadi, konsumsi BBM mobil Ahmad setelah dihitung menggunakan metode full to full adalah 10 Km/liter.

Perhitungan Konsumsi BBM dapat Berbeda

Sebagai catatan, hasil perhitungan konsumsi BBM dapat berbeda-beda tergantung oleh berbagai faktor. Dilansir situs Daihatsu, berikut sejumlah penyebabnya:

1. Kapasitas Mesin

Perhitungan konsumsi BBM dapat berbeda-beda tergantung dari kapasitas mesin. Saat ini, ada banyak mobil yang memiliki kapasitas mesin yang beragam, mulai dari 1.5 L, 2.0 L, hingga 2.5 L. Kapasitas mesin yang berbeda juga menyebabkan jumlah konsumsi BBM yang tak sama.

2. Kompresi

Tak hanya kapasitas mesin, rasio kompresi juga berpengaruh terhadap perhitungan konsumsi BBM. Soalnya, efisiensi BBM selaras dengan rasio kompresi yang dimilikinya. Rasio bahan bakar yang tinggi dapat mengubah energi kimia ke energi mekanis yang jauh lebih besar.

3. Jenis BBM yang Digunakan

Menggunakan jenis BBM dengan oktan tinggi dinilai lebih irit bensin ketimbang BBM beroktan rendah. Namun, kamu juga harus menyesuaikan kembali dengan kompresi kendaraan masing-masing, apakah bisa menenggak bensin dengan oktan tinggi atau tidak.

4. Gaya Berkendara

Konsumsi BBM juga dipengaruhi oleh gaya berkendara. Misalnya saat menyetir mobil di perkotaan, maka gaya berkendara cenderung santai sehingga lebih irit bahan bakar.

Lain halnya jika mengendarai mobil ke luar kota dengan kecepatan tinggi atau melintasi banyak tanjakan. Hal ini membuat mesin mobil harus bekerja ekstra sehingga lebih boros bensin.

Demikian cara menghitung konsumsi BBM dengan mudah untuk perjalanan mudik. Semoga bermanfaat!

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com

Cara Nyetir Mobil Biar Irit Bensin



Jakarta

Cara menyetir turut mempengaruhi konsumsi BBM. Makanya jangan nyetir asal-asalan. Berikut ini tips menyetir supaya irit bensin.

Nyetir mobil ada tekniknya. Apalagi kalau kamu mau mobilnya irit bensin. Ya, kebiasaan mengemudi memang mempengaruhi konsumsi bahan bakar mobil kamu di samping beberapa kondisi lainnya. Mengutip laman buku panduan manual Mitsubishi Xpander, berikut ini hal-hal yang bisa dipraktikkan agar konsumsi bensin mobil kamu irit.


Pertama berkaitan dengan akselerasi dan deselerasi. Hindari akselerasi dan menjalankan secara tiba-tiba. Mudahnya, jangan kebiasaan ngegas-ngerem secara sering. Ini mengakibatkan konsumsi bahan bakar jadi berlebihan.

Kedua saat perpindahan gigi, khususnya mobil manual. Lakukan perpindahan gigi hanya pada kecepatan dan rpm yang sesuai. Beda halnya dengan mobil matic saat posisi gigi sudah diatur secara otomatis.

“Sebisa mungkin gunakan gigi yang paling tinggi,” demikian dijelaskan pada buku panduan manual tersebut.

Jalan-berhenti, jalan-berhenti seperti saat mengemudi di dalam kota bikin konsumsi bbm jadi boros. Jika memungkinkan, cari jalan yang sepi. Atau ketika berkendara di jalan yang ramai, hindari penggunaan gigi rendah dengan putaran mesin yang tinggi.

Selanjutnya, jangan biarkan mobil dalam keadaan diam terlalu lama. Ya, meski posisinya diam, mobil tetap mengkonsumsi bahan bakar. Hal yang tak kalah penting untuk diperhatikan adalah kecepatan. Jangan sampai membejek gas penuh karena membuat BBM lebih banyak ‘diminum’ mesin.

“Semakin tinggi kecepatan kendaraan, semakin banyak bahan bakar terkonsumsi. Hindari mengemudi pada kecepatan penuh. Bahkan sedikit saja melepas pedal gas akan menghemat bahan bakar secara signifikan,” begitu penjelasannya.

Tekanan angin ban juga mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Pastikan kamu mengecek kondisi tekanan angin ban. Tekanan angin yang kurang akan meningkatkan hambatan saat berjalan dan meningkatkan konsumsi bahan bakar. Tak cuma itu, tekanan angin ban yang kurang juga mempengaruhi keausan ban dan stabilitas mengemudi.

Terakhir berurusan dengan muatan mobil. Bawa barang di mobil seperlunya. Jangan mengendarai kendaraan dengan membawa barang yang tidak perlu di bagasi.

“Penambahan berat kendaraan akan sangat mempengaruhi konsumsi bahan bakar. Hindari juga mengemudi dengan barang-barang yang tidak diperlukan di atap. Hambatan udara akan bertambah dan meningkatkan konsumsi bahan bakar,” tulis buku panduan manual tersebut.

(dry/din)



Sumber : oto.detik.com

Mengenal Apa Itu Etanol, Proses Pembuatan hingga Perdebatannya di Amerika


Jakarta

Belakangan mungkin detikers mendengar kabar Vivo dan BP batal membeli BBM yang diimpor Pertamina. Hal ini dikarenakan ada kandungan etanol 3,5 persen dalam BBM yang diimpor tersebut.

“Isu yang disampaikan rekan-rekan SPBU ini adalah mengenai konten, kontennya itu ada kandungan etanol dimana secara regulasi itu diperkenankan etanol dalam jumlah tertentu kalau tidak salah sampai 20 persen, nah sedangkan ada etanol 3,5 persen nah ini yang membuat kondisi temen-temen SPBU swasta untuk tidak melanjutkan pembelian karena konten etanol tersebut,” jelas Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, dikutip dari detikoto.

Apa Itu Etanol?

Etanol, anggota golongan senyawa organik yang umumnya disebut alkohol; rumus molekulnya adalah C2H5OH. Etanol merupakan bahan kimia industri yang penting; digunakan sebagai pelarut, dalam sintesis bahan kimia organik lainnya, dan sebagai aditif untuk bensin otomotif (membentuk campuran yang dikenal sebagai gasohol).


Etanol juga merupakan bahan yang memabukkan dalam banyak minuman beralkohol seperti bir, anggur, dan minuman beralkohol suling.

Dikutip dari ensiklopedia Britannica, terdapat dua proses utama untuk pembuatan etanol, yakni fermentasi karbohidrat (metode yang digunakan untuk minuman beralkohol) dan hidrasi etilena. Fermentasi melibatkan transformasi karbohidrat menjadi etanol dengan menumbuhkan sel ragi.

Bahan baku utama yang difermentasi untuk produksi alkohol industri adalah tanaman gula seperti bit dan tebu, serta tanaman biji-bijian seperti jagung. Hidrasi etilena dicapai dengan melewatkan campuran etilena dan uap air berlebih dalam jumlah besar pada suhu dan tekanan tinggi di atas katalis asam.

Etanol yang diproduksi melalui fermentasi atau sintesis diperoleh sebagai larutan encer dan harus dipekatkan dengan distilasi fraksional. Distilasi langsung paling baik menghasilkan campuran dengan titik didih konstan yang mengandung 95,6 persen berat etanol.

Dehidrasi campuran dengan titik didih konstan menghasilkan alkohol anhidrat, atau absolut. Etanol yang ditujukan untuk keperluan industri biasanya didenaturasi (dibuat tidak layak minum), biasanya dengan metanol, benzena, atau minyak tanah.

Etanol Terkait Bahan Bakar

Dalam beberapa tahun terakhir, khususnya di Amerika Serikat, bahan bakar etanol telah menjadi kontroversi yang populer. Setidaknya ini beberapa keluhan masyarakat di sana, seperti dikutip dari Pennsylvania State University:

Dalam Bahan Bakar

Etanol mengandung energi sekitar 30 persen lebih sedikit per satuan volume dibandingkan bensin. Akibatnya, campuran etanol-bensin 10 persen akan menghasilkan energi 97 persen lebih banyak daripada bensin.

Namun, perbedaan tersebut tidak terlalu besar. Jika terdapat perbedaan performa saat menggunakan E10, kemungkinan besar hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lain, seperti faktor-faktor berikut:

Kontaminan Bahan Bakar

Bensin tidak larut dalam air, tetapi etanol larut. Oleh karena itu, etanol dapat menangkap kontaminan yang tidak dapat ditangkap bensin dan dapat mengendapkan kontaminan tersebut di dalam mesin, yang menyebabkan filter atau injektor tersumbat. Hal ini dapat menyebabkan penurunan performa mesin yang signifikan jika tidak ditangani.

Mesin yang jarang digunakan atau hanya digunakan secara musiman, seperti mesin pemotong rumput atau gergaji mesin, sangat rentan terhadap masalah, meskipun penyebabnya belum sepenuhnya dipahami. Formulasi dan perawatan campuran etanol yang tepat adalah sesuatu yang mulai dipahami oleh para pengangkut dan pengecer bahan bakar, jadi diharapkan hal ini tidak akan menjadi masalah lagi di masa mendatang.

Segel dan Selang

Pada mesin lama, segel dan selang pada mesin dan sistem bahan bakar cenderung lemah dan rentan terhadap degradasi. Etanol dalam bensin dapat menyebabkannya memburuk, menyusut, atau membengkak, yang mengakibatkan kebocoran.

Rasio Bahan Bakar-Udara

Molekul etanol mengandung atom oksigen, sedangkan molekul bensin tidak. Itulah salah satu alasan mengapa etanol memiliki energi lebih sedikit daripada bensin. Efek lain dari oksigen dari etanol adalah campuran etanol cenderung lebih ramping daripada bensin murni karena terdapat lebih banyak oksigen yang tersedia dalam campuran bahan bakar-udara.

Jika mesin tidak dapat mengimbanginya dengan mengurangi aliran udara yang masuk, kondisi pembakaran yang dihasilkan di dalam silinder mesin mungkin kurang ideal. Kendaraan yang lebih baru umumnya dirancang untuk menangani hal ini secara otomatis, tetapi mesin yang lebih tua mungkin memerlukan sedikit penyesuaian manual untuk mendapatkan campuran udara-bahan bakar yang tepat.

Beberapa orang melaporkan mesin mengalami panas berlebih saat campuran etanol digunakan, yang menunjukkan bahwa etanol terbakar ‘lebih panas’. Hal ini dinilai agak misterius karena etanol mengandung energi per satuan volume lebih rendah daripada bensin, dan suhu nyala etanol lebih dari 40°C lebih dingin daripada bensin. Penjelasan yang paling mungkin berkaitan dengan rasio udara/bahan bakar.

Kebanyakan mesin dirancang untuk beroperasi dengan bahan bakar berlebih relatif terhadap jumlah udara (kaya campuran). Pengalaman menunjukkan hal ini menghasilkan daya keluaran yang lebih tinggi dan suhu mesin yang lebih dingin.

Ketika campuran etanol digunakan, mesin yang lebih baru dilengkapi dengan sensor untuk menyesuaikan rasio udara/bahan bakar secara otomatis. Kendaraan yang lebih tua dan mesin kecil mungkin tidak dilengkapi untuk melakukan hal ini, sehingga menghasilkan pembakaran yang lebih ramping yang dapat meningkatkan suhu mesin dan/atau mengurangi tenaga mesin. Penyesuaian sederhana pada sistem bahan bakar untuk ‘mengkayakan’ campuran seringkali dapat mengatasi masalah ini.

Sisi Positif Etanol

Meski demikian, tak sepenuhnya etanol bersifat negatif, ada beberapa keunggulan etanol terkait bahan bakar, dikutip dari sumber yang sama:

Oksigenasi

Sebelum etanol dicampur dengan bensin, Amerika Serikat menggunakan aditif bahan bakar yang disebut MTBE untuk mengoksidasi bahan bakar, yang meningkatkan efisiensi pembakaran dan mengurangi emisi udara. Masalah dengan MTBE adalah sangat beracun dan dapat mencemari air tanah jika tumpah. Etanol mengoksidasi bahan bakar dan jauh lebih aman untuk pasokan air.

Meningkatkan Oktana

Etanol meningkatkan angka oktana bahan bakar, yang membantu mencegah pre-ignition knock ketukan pra-penyalaan. Sistem peringkat oktana untuk bahan bakar awalnya dikembangkan oleh ahli kimia Penn State, Russell Marker, pada 1920-an.

Nilai oktan (Indeks Anti-Knock, AKI) bensin tanpa timbal standar di Amerika Serikat adalah 87. Nilai oktan etanol murni adalah 100. Yang menarik adalah ketika etanol dicampur dengan bensin, kinerjanya seolah-olah nilai oktannya 112, menjadikan etanol sebagai penguat oktan yang sangat efektif ketika digunakan dalam bensin.

Oktan tinggi adalah salah satu alasan mengapa NASCAR menggunakan etanol untuk mesin balap kompresi tinggi mereka. Mesin yang dirancang dan dioptimalkan untuk bahan bakar etanol berpotensi beroperasi pada efisiensi yang lebih tinggi daripada mesin yang dirancang untuk dan menggunakan bensin.

Harga

Para ekonom senang memperdebatkan masalah ini. Namun, dikatakan cukup masuk akal untuk menyebut tambahan 10 persen bensin yang disediakan oleh etanol meningkatkan jumlah total bahan bakar yang tersedia sekaligus menghilangkan kebutuhan akan oksigenat dan penguat oktan lainnya, sehingga memberikan tekanan ke bawah pada harga minyak bumi.

Dapat Diperbarui

Etanol dari jagung atau tanaman lain dapat ditanam dan diproduksi setiap tahun. Namun, hal yang sama tidak berlaku untuk bensin.

(nah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Pemerintah Bakal Uji BBM Etanol 10% di Iklim Tropis Indonesia



Jakarta

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bakal menguji kecocokan bahan bakar minyak (BBM) dengan kandungan etanol 10 persen untuk negara tropis seperti Indonesia. Mereka akan menggandeng sejumlah industri otomotif di dalam negeri.

Kepastian tersebut disampaikan Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi setelah penandatanganan nota kesepahaman di Kementerian ESDM, Jakarta.


“Jadi pengujiannya menyeluruh, statistiknya mesin-mesin seperti apa, korosif atau nggak, filternya diganti berapa, atau karetnya seperti apa, ini nanti akan persis seperti (uji) biodiesel,” ujar Eniya Listiani Dewi, dikutip dari Antaranews.

PT Pertamina (Persero) meluncurkan produk baru bernama Pertamax Green 95, Senin (24/7/2023). Produk ini dijual seharga Rp 13.500 per liter.Pemerintah mau uji coba BBM etanol 10 persen untuk negara tropis. Foto: Agung Pambudhy

Masyarakat Indonesia sejauh ini masih menyimpan sejumlah kekhawatiran terhadap BBM dengan kandungan etanol, salah satunya saat dipakai di daerah dengan iklim tropis. Selain itu, mereka juga khawatir kandungan tersebut membuat komponen kendaraan mereka korosi.

Pengimplementasian etanol, kata dia, direncanakan untuk diterapkan pada 2-3 tahun ke depan, sehingga memberi ruang bagi pemerintah untuk melakukan pemutakhiran.

“Dua-tiga tahun ke depan, sekitar 2028,” kata Eniya.

Menariknya, Eniya menegaskan, penerapan bioetanol saat ini belum menjadi bagian dari mandatori. Bioetanol yang dijual Pertamina dalam bentuk Pertamax Green juga merupakan bagian dari uji pasar, sehingga masyarakat masih memiliki opsi untuk membeli BBM yang lain.

“Nanti bioetanol kami mandatorikan ke wilayah non-PSO dulu, seperti sekarang uji pasar yang 5 persen kan sudah berjalan,” kata dia.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan masih menyusun peta jalan atau road map pengimplementasian E10 atau bahan bakar minyak (BBM) yang mengandung etanol sebesar 10 persen.

Rencana untuk mengembangkan E10 berangkat dari keberhasilan pemerintah mengimplementasikan biodiesel, dari yang semula B10 atau campuran 10 persen minyak mentah sawit (crude palm oil/CPO) dengan 90 persen solar untuk bahan bakar diesel.

Kebijakan biodiesel tersebut sudah berkembang hingga B40. Bahkan untuk 2026, pemerintah menargetkan pengimplementasian B50.

Menteri ESDM menjelaskan implementasi E10 masih menunggu persiapan pabrik etanol, baik yang berbahan baku tebu maupun singkong. Langkah tersebut selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto soal pembangunan industri etanol.

(sfn/lth)



Sumber : oto.detik.com

Pertamina Dukung Rencana Pemerintah Wajibkan BBM Etanol 10%



Jakarta

PT Pertamina (Persero) buka suara soal rencana pemerintah yang mau mengharuskan bahan bakar minyak (BBM) di Indonesia punya kandungan etanol 10 persen atau E10. Mereka mengaku mendukung kebijakan tersebut.

Kepastian itu disampaikan Simon Aloysius Mantiri selaku Direktur Utama (Dirut) Pertamina. Menurutnya, kebijakan soal BBM campuran etanol sudah diterapkan di negara-negara lain, sehingga bukan perkara baru.


“Kita akan dukung arahan pemerintah dan kita tahu bahwa di beberapa negara sudah banyak yang mencampur etanol. Bahkan di Brasil, sudah beberapa tempat itu campuran 100% mandatori sudah E100. Tempat lain mungkin hanya E20 (etanol 20%),” ujar Simon, dikutip dari CNBC Indonesia, Senin (20/10)

“Ini juga bagian dari inisiatif kita juga mendorong transisi energi dan penciptaan emisi yang lebih rendah, utamanya dari produk BBM,” tambahnya.

Presiden Prabowo memanggil Menkeu Purbaya dan Dirut Pertamina Simon ke Istana Kepresidenan. (Firda Cynthia/detikcom)Pertamina setuju pemerintah wajibkan BBM etanol 10 persen. Foto: Presiden Prabowo memanggil Menkeu Purbaya dan Dirut Pertamina Simon ke Istana Kepresidenan. (Firda Cynthia/detikcom)

Diketahui, pemerintah berencana menerapkan mandatori pencampuran etanol sebesar 10% alias E10 pada Bahan Bakar Minyak (BBM) bensin. Hal tersebut kabarnya sudah disetujui Presiden Prabowo Subianto.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan, pemerintah pun kini tengah mempersiapkan peta jalan (road map) untuk penerapan E10 tersebut.

Menurut Bahlil, campuran etanol dalam BBM bertujuan untuk mengurangi ketergantungan pada impor. Selain itu, penggunaan etanol dalam BBM juga berguna untuk menciptakan lapangan kerja baru.

“Tujuannya apa? Kita mengurangi impor. Dan etanol ini didapatkan dari singkong atau dari tebu. Dan ini mampu menciptakan lapangan pekerjaan, pertumbuhan ekonomi daerah, dan sekaligus pemerintahan,” kata Bahlil beberapa waktu lalu.

Bahlil menyebut, kebijakan ini bukanlah hal baru. Sejumlah negara sudah terlebih dahulu menerapkan pencampuran etanol pada BBM. Beberapa negara tersebut antara lain Brasil, yang sudah mencampur bensinnya dengan etanol hingga 27%. Bahkan, di beberapa kawasan di Negeri Samba, ada yang mengadopsi etanol 100%.

Itulah mengapa, Bahlil pun menepis anggapan etanol tak layak sebagai campuran BBM. Mengingat, banyak negara di dunia yang sudah lebih dulu memakai senyawa tersebut.

“Jadi sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol itu nggak bagus. Buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini,” kata dia.

(sfn/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Mobil-Motor Tahun 2000 ke Atas Aman Pakai Etanol 10%, Ini Penjelasan Ahli



Jakarta

Pakar Teknik Mesin dari Pertamina University, Profesor Iman Reksowardojo menegaskan, motor dan mobil keluaran tahun 2000 ke atas aman menggunakan BBM dengan campuran etanol 10 persen. Sebab, menurutnya, kendaraan tersebut memang telah dirancang untuk E10 dan E20.

Profesor Iman juga mengklaim, hampir seluruh merek kendaraan, asalkan buatan tahun itu, aman menenggak etanol 10 persen. Itulah mengapa, dia mengingatkan, masyarakat tak perlu khawatir.


“Kendaraan (keluaran) tahun 2000 ke atas, pakai E10 dan E20 nggak masalah, karena udah dirancang untuk itu. Kalau yang di bawah (tahun itu) kemungkinannya masih macam-macam. (Kalau yang sekarang) sebagian besar mereknya udah bisa,” ujar Prof Iman di Kuningan, Jakarta Selatan.

Petugas melayani pengisian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertamax di SPBU COCO Jalan Ahmad Yani, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (1/7/2025). PT Pertamina (Persero) melakukan penyesuaian harga BBM nonsubsidi jenis Pertamax dari Rp12.100 per liter menjadi Rp12.500 per liter, Pertamax Turbo dari Rp13.050 per liter menjadi Rp13.500 per liter, Pertamax Green dari Rp12.800 per liter menjadi Rp13.250 per liter, Dexlite dari Rp12.740 per liter menjadi Rp13.320 per liter, dan Pertamina Dex dari Rp13.200 per liter menjadi Rp13.650 per liter yang berlaku per 1 Juli. ANTARA FOTO/Aprillio AkbarMobil dan motor keluaran 2000 ke atas aman pakai etanol. Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

Menurutnya, motor justru lebih aman lagi ketimbang mobil. Sebab, kata dia, teknologinya lebih canggih dibandingkan kendaraan roda empat. Salah satunya, penerapan konsep 3-way catalyst.

“Motor biasanya keluaran baru, jadi lebih nggak masalah lagi. Yang pasti 2000 ke atas aman lah. Motor lebih maju teknologinya dibandingkan mobil di Indonesia, mereka sudah pakai 3-way catalyst, katalis yang bisa menurunkan emisi gas buang,” tuturnya.

“Mobil belum semua. Jadi sebenarnya motor lebih nggak masalah. Harusnya ya. Sebenarnya kalau ada masalah pun tinggal diganti gasketnya. Atau diatur pengapiannya. Ini masalahnya bukan teknis tapi masalah non teknis tadi,” kata dia menambahkan.

PT Pertamina (Persero) meluncurkan produk baru bernama Pertamax Green 95, Senin (24/7/2023). Produk ini dijual seharga Rp 13.500 per liter.Mobil dan motor keluaran 2000 ke atas aman pakai etanol. Foto: Agung Pambudhy

Diberitakan sebelumnya, Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas menegaskan, mulai tahun depan Indonesia wajib menggunakan BBM dengan kandungan etanol atau metanol 10 persen. Langkah tersebut, kata dia, diambil untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap bahan bakar berbasis minyak mentah.

“Sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, pada tahun depan direncanakan, kita sudah mulai pakai premium atau bensin campur, 10 persen etanol atau metanol,” kata Zulhas, pekan lalu.

“Oleh karena itu, kita sekarang besar-besaran untuk mengembangkan tebu dan singkong (sebagai bahan baku etanol),” tambahnya.

Zulhas menegaskan, kebijakan tersebut bukan bersifat sukarela, melainkan wajib. Namun, semuanya harus diukur juga melalui kesiapan infrastruktur yang ada.

“Wajib. Tapi kalau kita sudah siap ya, perintah Bapak Presiden begitu,” ungkapnya.

Zulhas mengingatkan, penerapan E10 akan berdampak luas terhadap perekonomian rakyat. Sebab, bahan bakunya berasal dari hasil pertanian lokal seperti singkong, tebu, dan jagung.

“Jadi artinya program itu, saudara-saudara, akan menggerakkan ekonomi rakyat itu luar biasa. Karena bahan bakunya kan singkong, tebu, dan satu lagi jagung,” kata dia.

(sfn/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Pakar ITB Bilang Campuran Etanol Bisa Turunkan Sulfur BBM



Jakarta

Pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menegaskan, campuran etanol, meski hanya 10 persen, mampu menekan sulfur yang terkandung di bahan bakar minyak (BBM). Sehingga, menurutnya, emisi yang dihasilkan kendaraan bisa berkurang.

Dosen Program Studi Teknik Pangan FTI – ITB, Profesor Ronny Purwadi menjelaskan, etanol sama sekali tak mengandung sulfur. Maka, secara logika, jika dicampurkan ke BBM, maka kandungan sulfurnya akan berkurang.


“Bensin itu diproduksi dari minyak bumi dan minyak buminya itu mengandung sulfur. Sehingga sulfurnya terbawa ke produk. Sedangkan etanol biasanya tidak menghasilkan sulfur,” ujar Prof Ronny saat ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan, belum lama ini.

“Jadi, ada bahan dengan sulfur dan ada bahan tanpa sulfur. Kalau dicampur, ya berkurang dong. Semakin banyak dicampur, sulfurnya makin berkurang. Logikanya kan seperti itu,” tambahnya.

PT Pertamina (Persero) meluncurkan produk baru bernama Pertamax Green 95, Senin (24/7/2023). Produk ini dijual seharga Rp 13.500 per liter.Etanol bikin sulfur BBM berkurang. Foto: Agung Pambudhy

Meski demikian, Prof Ronny memastikan, penurunan sulfurnya tak terlalu signifikan. Ketika ditanya berapa persen atau ppm (part per million), dia belum bisa menjawabnya dengan tegas.

“Intinya turun, tapi nggak signifikan, kok. Tipis aja,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq juga menegaskan, campuran etanol 10 persen bisa menekan sulfur bahan bakar. Keterangan tersebut disampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke TPST Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Bilamana dikonversi sebagian dengan (bahan bakar) alami tentu mengurangi sulfur,” kata Hanif Faisol.

Sebagai catatan, BBM yang dijual di Indonesia rata-rata sulfurnya masih terlalu tinggi. Pertalite dan Pertamax saja masih berada di atas 400 ppm. Padahal, menurut standar global, sulfur BBM seharusnya berkisar 50 ppm.

(sfn/rgr)



Sumber : oto.detik.com