Tag Archives: bibir pantai

Primadona Baru Halmahera Tengah yang Memukau



Halmahera Tengah

Halmahera Tengah punya sebuah pulau cantik yang namanya mungkin belum pernah traveler dengar sebelumnya. Namanya pulau Moor. Mari mengenal pulau ini!

Pulau Moor adalah sebuah pulau kecil yang berada tidak jauh dari Patani, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini luasnya hanya sekitar 3 kilometer persegi.

Pulau Moor memiliki danau dan pantai yang cantiknya luar biasa, sehingga mata traveler seperti akan dimanjakan dengan kejernihan dan warna airnya yang menawan.


Meski hanya pulau kecil, tapi pulau Moor memiliki pantai dengan pasir putih yang sangat halus. Pantai ini dijamin akan membuat betah mata wisatawan yang datang liburan ke sana.

Pulau Moor dihuni oleh petani kelapa aktif yang melakukan aktifitas di sana. Jumlahnya kurang lebih 20 orang saja.

Selain memiliki pantai yang indah, pulau Moor memiliki laguna atau danau air laut yang cantik sekali. Laguna ini memiiki air berwarna tosca yang hanya berjarak sepuluh meter dari bibir pantai.

Bagi traveler yang hobi snorkeling dan diving, kalian dapat mengeksplorasi potensi bawah laut pulau Moor yang luar biasa cantik dan terawat dengan baik.

Cara ke Pulau Moor

Agar bisa menikmati keindahan pulau Moor, pengunjung bisa mengaksesnya melalui 2 jalur. Melalui jalan darat, lalu menyeberang dengan speedboat menuju ke pulau indah tersebut.

Perjalanan menuju pulau Moor memakan waktu yang lumayan lama. Perjalanan dimulai dari Sofifi menuju ke desa Patani, Halmahera Tengah melalui jalur darat, yang bisa memakan waktu sekitar 4 sampai 5 jam perjalanan.

Pulau Moor di Halmahera UtaraPulau Moor Foto: (dok. Istimewa)

Setelah menempuh jalur darat, perjalanan akan disambung dengan naik speedboat ataupun kapal body menggunakan mesin selama kurang lebih 1 jam.

Meski perjalanan yang ditempuh cukup jauh, perjalanan itu akan sepadan dengan pemandangan indah pulau Moor. Traveler tertarik buat main ke sini?

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Sejarah Unik Pantai Duduk, Ternyata Berasal dari Upeti Kerajaan Lombok



Lombok Barat

Lombok tak hanya punya pantai Kuta Mandalika, ada juga pantai Duduk yang punya sejarah unik tentang upeti zaman kerajaan. Bagaimana kisahnya?

Pantai yang hanya berjarak 20 menit dari Kota Mataram ini terletak di Dusun Duduk, Desa Batu Layar Barat, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB). Lokasi tepatnya berada setelah tikungan Batu Layar di depan Crystal Cafe.

Pantai Duduk memadukan wisata pantai yang penuh dengan ketenangan, keindahan alam, kuliner dan aktivitas wisata yang seru. Dengan segala keunggulan itu, pantai Duduk patut masuk daftar kunjungan jika liburan ke Lombok.


Sejarah Pantai Duduk

Banyak orang mengira bahwa pemberian nama ‘duduk,’ berkaitan dengan tersedianya banyak tempat duduk oleh warung atau lapak yang berjualan di Pantai Duduk.

Namun siapa sangka, nama ‘duduk’ sendiri berasal dari kata ‘dudukan,’ yang bagi warga lokal diartikan sebagai ‘pungutan’ dalam bahasa Indonesia.

Kasirim, salah satu warga lokal, mengatakan bahwa kata ‘Dudukan’ tersebut merujuk pada tindakan kerajaan pada masa lampau.

Pada zaman itu, orang-orang selalu mengambil pungutan terhadap warga yang memasuki kawasan Pantai Duduk setiap kali mereka akan beraktivitas.

“Dudukan itu bagi kami adalah pungutan, ya semacam upeti lah yang dipungut oleh pihak kerajaan pada zaman dulu ke nenek moyang kita yang memasuki kawasan ini, karena ini dulu hutan sebenarnya. Makanya disebut Dusun Duduk, Pantai Duduk Sekarang,” jelas pria berusia sekitar 70 tahun tersebut, Minggu (10/8).

Mantan Kepala Dusun Duduk periode 2003-2018 itu mengatakan, bahwa sejarah penamaan tersebut merupakan cerita yang sudah turun temurun diwariskan dari orang tua zaman dahulu di wilayah itu.

Daya Tarik Wisata Pantai Duduk

1. Sunset dengan View Gunung Agung

Pantai Duduk tidak hanya memberi ruang bagi siapa pun untuk sekadar duduk, menarik napas panjang, dan membiarkan alam bercerita lewat sisiran ombak, pasir, dan langit biru.

Pantai ini menawarkan panorama alam yang memukau. Pesona utamanya adalah pemandangan matahari terbenam yang indah, berpadu dengan siluet megah Gunung Agung di Bali yang terlihat jelas dari bibir pantai.

2. Bisa Sewa Kuda

Jika bosan dengan aktivitas duduk dan hanya menatap senja, tenang! Karena pantai ini juga menyediakan aktivitas lain yang tak kalah serunya.

Pantai duduk sendiri menyediakan tempat penyewaan kuda bagi siapapun yang hendak menjajaki bibir pantai sembari menikmati angin laut. Fasilitas penyewaan ini juga sudah didampingi profesional, sehingga pengunjung tak perlu khawatir jika masih tergolong pemula dalam hal menunggangi kuda.

3. Wisata Kuliner

Kurang afdal rasanya jika hanya duduk dan sekedar menatap senja. Sebab, Pantai Duduk juga menyediakan berbagai macam kuliner yang bisa disantap sembari menikmati suasana.

Mulai dari hidangan laut bakar, kelapa muda segar, kopi hingga jajanan ringan lainnya, siap memanjakan lidah pengunjung.

4. Bisa Kemah di Pantai Duduk

Pantai Duduk sangat dikenal dengan kebersihan lingkungannya, sehingga membuat pengunjung betah berlama-lama menikmati suasana.

Pantai ini juga menyediakan area perkemahan yang dapat digunakan oleh wisatawan yang ingin menikmati suasana hingga malam hari di tepi pantai.

Harga Tiket dan Jam Buka Pantai Duduk

Dengan kombinasi panorama yang memanjakan mata, aktivitas seru, kuliner yang beragam, dan kebersihan yang terjaga. Pantai Duduk layak menjadi salah satu pilihan utama bagi wisatawan.

Suasana pantainya tenang, namun tetap menawarkan pengalaman wisata yang lengkap. Tak seperti pantai Kuta Mandalika yang sudah mainstream, pantai Duduk layak disebut hidden gem.

Cukup dengan membayar tiket masuk Rp 10.000 per mobil dan Rp 5.000 per motor, pengunjung sudah bisa memasuki kawasan pantai ini.

Pantai ini buka setiap hari mulai pukul 07.00 Wita sampai 21.00 Wita. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi hari ketika udara masih sejuk dan sore hari menjelang matahari terbenam.

——-

Artikel ini telah naik di detikBali.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Pantai Klotok, Permata Tersembunyi di Timur Bali yang Mempesona



Jakarta

Jauh dari gemerlapnya Kuta dan riuhnya Canggu, ada pantai dengan pesona alam yang masih asri dan belum banyak tersentuh wisatawan. Pantai Klotok namanya.

Pantai Klotok atau yang juga dikenal sebagai Pantai Watu Klotok, terletak di Desa Tojan, Kecamatan Klungkung, Kabupaten Klungkung, Bali. Destinasi ini cocok untuk para pencari ketenangan yang ingin merasakan keindahan Bali dalam versi yang lebih sunyi dan sakral.

Nama Watu Klotok diambil dari bahasa Bali; watu berarti batu dan klotok merujuk pada suara ketukan atau dentingan. Konon, pantai itu dinamai berdasarkan batu unik yang saat digoyang mengeluarkan suara nyaring, yang hingga kini dipercaya memiliki nilai spiritual tinggi oleh masyarakat sekitar.


Tepat di bibir pantai berdiri megah Pura Watu Klotok, tempat suci umat Hindu yang rutin digunakan dalam berbagai upacara keagamaan seperti melukat (ritual pembersihan diri secara spiritual) dan pujawali (peringatan hari suci pura). Pura itu juga diyakini berkaitan erat dengan Dewa Brahma, dewa pencipta dalam kepercayaan Hindu.

Punya Panorama yang Eksotis

Pantai Klotok menyuguhkan pemandangan yang memukau dengan hamparan pasir hitam berkilau yang terlihat memesona saat tersapu cahaya matahari. Laut biru yang membentang luas dengan ombak yang cukup tinggi menjadi daya tarik tersendiri bagi para peselancar, termasuk wisatawan asing yang ingin merasakan tantangan ombak khas pantai timur Bali.

Bagi traveler yang hanya ingin bersantai, Pantai Klotok menawarkan suasana yang tenang. Menikmati hembusan angin laut, berjalan menyusuri bibir pantai, atau sekadar duduk di tepi sambil menatap cakrawala bisa menjadi pengalaman yang menyegarkan, jauh dari kebisingan kota.

Mengutip Antara, pada pertengahan tahun 2020 Pantai Klotok mencatat temuan mengejutkan, yakni sekitar 2.900 telur penyu ditemukan bertelur di sepanjang garis pantai itu hingga ke Pantai Sidayu.

Menyadari potensi besar tersebut, Pemerintah Kabupaten Klungkung segera merancang pembangunan tempat konservasi penyu, tidak hanya sebagai sarana pelestarian lingkungan, tetapi juga sebagai objek edukatif dan wisata ramah keluarga.

Telur-telur yang berhasil menetas dirawat dengan baik sebelum dilepas ke habitat aslinya di laut, sekaligus menjaga keseimbangan ekosistem laut yang kini semakin terancam. Menariknya, penyu-penyu tersebut juga memiliki nilai penting dalam konteks keagamaan masyarakat setempat.

Tak hanya untuk bersenang-senang, Pantai Klotok juga menjadi lokasi penting dalam sejumlah upacara adat Bali. Setiap perayaan Saraswati dan Banyu Pinaruh, Pantai Klotok dipadati umat Hindu yang melakukan ritual melukat untuk membersihkan diri secara lahir dan batin.

Kehadiran pura di tepi pantai memperkuat nuansa religius yang kental, menjadikan tempat tersebut bukan sekadar objek wisata, melainkan ruang spiritual.

Fasilitas Lengkap dan Akses Mudah

Meskipun dikenal sebagai destinasi tersembunyi, Pantai Klotok sudah dilengkapi dengan fasilitas yang memadai. Setelah melalui proses revitalisasi pada akhir 2023, kawasan ini kini memiliki jalur pedestrian yang nyaman, gazebo untuk bersantai, toilet bersih, area parkir luas hingga mushola bagi pengunjung Muslim.

Biaya masuk pun sangat terjangkau, hanya sekitar Rp 5.000 per orang. Dengan harga tersebut, wisatawan sudah bisa menikmati panorama alam yang memesona sekaligus fasilitas yang layak.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Ada Gundukan Tebing Pasir Bekas Abrasi



Badung

Ada pemandangan berbeda di pantai Kuta Bali. Gundukan tebing pasir bekas abrasi terlihat ‘menganggu’ pemandangan pantai ikonnya pulau Dewata itu.

Di sisi utara Shelter Kebencanaan Baruna Pantai Kuta, terdapat gundukan seperti tebing bekas abrasi yang menghiasi garis pantai sepanjang puluhan meter itu.

“(Bekas) abrasi sejak 2021 itu. Ini di sisi utara Shelter Kebencanaan Baruna,” kata penjaga pantai (lifeguard), Wayan Mogi saat ditemui di Pantai Kuta, Sabtu (11/10) akhir pekan lalu.


Tebing pasir yang nampak seperti bekas abrasi air laut itu dimulai dari sisi utara bangunan Shelter Kebencanaan Baruna yang mengarah ke Pantai Legian.

Meski hanya beberapa puluh meter, tebing pasir bekas abrasi itu nampak jelas. Tingginya, sekitar 3 meter. Di atasnya, berderet meja dan kursi plastik yang ditempati para turis asing, saat menikmati minumannya.

Hanya, suasana di bibir pantainya cukup kontras jika dibandingkan dengan garis pantai yang mengarah ke Pantai Legian. Keramaian terlihat di sepanjang bibir pantai dari utara ke selatan, menuju Shelter Kebencanaan Baruna.

Namun, keramaian wisatawan yang bersantai di bibir pantai agak jarang di titik di mana tebing pasir itu berada. Hanya ada segelintir wisatawan yang bermain atau asik merekam suasana sore di Pantai Kuta dengan kameranya.

“Kalau tamu (wisatawan) masih ada.Tapi kesannya nggak seperti dulu, masih bisa duduk di pasir dan bawa tikar. Kalau sekarang nggak aman karena ada ombak besar dan air pasangnya itu,” kata Mogi.

Dia menjelaskan ombak tinggi dan eempasan gelombang yang menjorok hingga menutup hampir seluruh lebar garis pantai selalu terjadi saat musim hujan. Setidaknya, setiap 15 hari saat purnama tilem atau bulan mati.

Saat itulah, gelombang air menghempas hingga ke area pedagang makanan dan minuman di pinggir bibir pantai. Apalagi, tidak ada bebatuan pencegah abrasi di areal bibir pantai itu.

“Jadi, kesannya seperti air rob. Setiap 15 hari itu ombaknya besar sampai ke pinggir area pedagang,” katanya.

Mogi mengaku tidak dapat berbuat banyak. Dia hanya dapat berharap wisatawan menyadari bahaya abrasi yang semakin menggerus bibir pantai di areal itu.

“Perlu dipublikasikan supaya (wisatawan) tahu. Apalagi sekarang musim angin barat, musim sampah, musim hujan. Ombaknya besar, lebih berbahaya,” katanya.

——–

Artikel ini telah naik di detikBali.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com