Tag Archives: curian

Pavel Durov, Bos Telegram Mau Beli Perhiasan yang Dicuri dari Louvre



Paris

Perampokan yang terjadi di Museum Louvre membuat dunia gempar. Sistem keamanan dikritik, investigasi dilakukan, dan museum ditutup. Namun salah satu pendiri Telegram punya ‘solusi’ lain.

Pavel Durov, salah satu pendiri Telegram punya sebuah gagasan nyeleneh tapi menarik. Dikutip dari Big New Network pada Selasa (21/10),

Durov berkata bahwa dirinya ingin membeli perhiasan yang dicuri dari Museum Louvre.


“Senang bisa membeli perhiasan curian dan menyumbangkannya kembali ke Louvre. Maksud saya Louvre Abu Dhabi, tentu saja; tidak ada yang mencuri dari Louvre Abu Dhabi,” tulis pengusaha teknologi kelahiran Rusia yang tinggal di Dubai lewat platform X (Twitter).

Louvre Abu Dhabi dibuka pada tahun 2017, tepatnya di Pulau Saadiyat, yang merupakan proyek bersama antara Prancis dan UEA.

Durov mengatakan bahwa ia sama sekali tidak terkejut dengan pencurian di Paris.

“Ini adalah tanda menyedihkan lainnya dari kemunduran negara yang dulunya hebat, di mana pemerintah telah menyempurnakan seni mengalihkan perhatian orang dengan ancaman palsu, alih-alih menghadapi ancaman nyata,” tulisnya.

Durov sempat ditahan di bandara Paris atas tuduhan gagal menghapus konten ilegal dari platformnya dan dibebaskan dengan jaminan. Entah sarkas atau betulan mau beli perhiasan yang dicuri, namun pernyataannya membuat solusi yang tak terpikirkan oleh siapa pun.

Perampokan terjadi sekitar pukul 09.30 waktu setempat, ketika para wisatawan sudah berkeliling di lorong-lorong museum. Parampok tersebut sudah mengincar Galeri Apollo, sebuah aula berlapis emas dan dicat mewah yang dibangun atas perintah Raja Louis XIV dan menyimpan permata mahkota Prancis.

Menteri Dalam Negeri Laurent Nunez menyebut insiden itu sebagai perampokan besar. Ia mengatakan pelaku menggunakan lift barang untuk mencapai jendela museum, memasuki galeri, dan melarikan diri dengan sepeda motor sambil membawa perhiasan yang tak ternilai.

(bnl/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Hati-hati! Perhiasan Louvre Palsu Dijual Online, Harganya Rp 2,2 Miliar



Paris

Sebanyak delapan perhiasan era Napoleon yang digasak perampok saat siang bolong hari Minggu (19/10/2025) dari Museum Louvre, dijual secara daring melalui Vinted dan eBay. Harga yang ditawarkan mulai £100.000 (Rp 2,2 miliar).

Diberitakan Metro, Kamis (23/10/2025) tentu saja perhiasan yang dijual online itu palsu. Karena menurut detektif seni Arthur Brand, perhiasan yang dicuri sangat terkenal dan para pencuri tidak bisa begitu saja menjualnya.

“Satu-satunya yang bisa mereka lakukan adalah melebur perak dan emasnya, membongkar berliannya, mencoba memotongnya. Begitulah cara mereka mungkin akan menghilang selamanya,” katanya.


Saat ini polisi berpacu dengan waktu karena semakin lama waktu berlalu, semakin kecil kemungkinan untuk menemukan perhiasan bernilai fantastis ini kembali. Sekitar 100 penyidik terlibat dalam pencarian perhiasan dan pencurinya.

Menurut eBay dan Vinted, barang-barang yang diklaim sebagai permata tersebut dijual dengan harga mulai dari beberapa ribu hingga £100.000 sebagai tawaran awal. Salah satu akun di Vinted yang menjual perhiasan mengatakan “Saya menjual set ini seperti baru, saya menerimanya dari seorang teman”.

Daftar perhiasan misterius juga telah muncul di eBay dan ditawar dengan harga awal £100.000. Dengan santai akun tersebut menulis ‘Louvre Jewels France’ berada dalam kondisi bekas yang baik dan akan dikirim oleh Yodel.

Hingga Rabu malam, belum ada yang tertarik untuk mulai menawar.

Sepertinya netizen tak mau ambil pusing terkait iklan perhiasan palsu yang dijual ‘murah’ ini. Tagar #LouvreOnVinted dengan cepat menjadi tren, dan semua orang ikut bercanda, menanyakan apakah ada hadiah jika menemukan barang curian tersebut.

(sym/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Jadi Operasi Kriminal Bernilai Miliaran Dollar


Jakarta

Apa yang dulu dianggap sekadar gangguan kini berubah menjadi operasi kriminal terorganisir bernilai besar. Pejabat AS dan penyelidik menyebut jaringan SMS penipuan–yang mengaku dari jasa tol, kurir, atau instansi pemerintah–telah menjadi mesin penghasil uang lebih dari USD 1 miliar dalam tiga tahun terakhir.

Skema bermula dari pesan singkat palsu yang mengarahkan korban ke situs phishing tiruan. Di sana korban tanpa sadar memasukkan data kartu pembayaran dan kode otentikasi satu kali (OTP). Data ini lalu diolah oleh sindikat internasional: nomor kartu dimuat ke dompet digital di Asia, sehingga pelaku di lapangan bisa memakai kartu itu lewat fitur “tap-to-pay” seolah-olah kartu asli milik mereka. Metode ini memungkinkan penipuan melewati banyak pengamanan tradisional.

Skala operasi mengejutkan. Perusahaan keamanan Proofpoint mencatat rekor satu hari dengan sekitar 330.000 pesan scam bertema tol pada bulan lalu, atau naik sekitar 3,5 kali lipat dibanding awal 2024. Lonjakan ini menandakan kapasitas pengiriman pesan yang telah dimultiplikasi secara industri, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Minggu (19/10/2025).


Rahasia kapasitas massal itu ada pada “SIM farm”, atau rak-rak perangkat berisi ratusan SIM card yang dikendalikan untuk menyebarkan jutaan SMS secara cepat. Penyelidik menemukan puluhan lokasi semacam itu di kota-kota AS; operatornya mengandalkan pekerja sementara yang dibayar sedikit untuk “mengonversi” data curian menjadi barang atau gift card.

Rantai criminal ini juga menunjukkan bagaimana barang hasil penipuan dipindahkan: pembelian barang di AS dengan kartu curian, lalu pengiriman ke luar negeri. Kasus ilustratif terjadi di Kentucky, dimana seorang terdakwa mengaku membeli puluhan gift card menggunakan ratusan nomor kartu curian yang dimuat ke dompet digital ponselnya.

Para ahli menyebut ini masalah lintas-batas yang membutuhkan respons terkoordinasi: penguatan filter SMS, tindakan terhadap SIM farm, dan langkah antiphishing. Sementara itu, publik diimbau selalu curiga terhadap link tak dikenal, mengaktifkan notifikasi transaksi bank, dan tidak memasukkan data sensitif melalui tautan SMS–karena sekali bocor, konsekuensinya bisa panjang dan mahal.

(asj/asj)



Sumber : inet.detik.com