Tag Archives: detikjabar

Peserta Audisi Emeron Hijab Hunt Tampilkan Aksi Wayang hingga Tari Kreasi

Solo

Peserta Emeron Hijab Hunt 2024 membawa bakat yang beragam dan unik di Solo Paragon Lifestyle Mall, Solo, Jawa Tengah (7/8/2024). Peserta ada yang menampilkan aksi wayang, tari kreasi dan bernyanyi.

Seperti Suci Nur Afifah (23 tahun) yang menampilkan bakat wayangan. Mahasiswi Universitas Muhammadiah Purwokerto, fakultas teknik dan sains ini tampil percaya diri di hadapan juri.

“Aku bakatnya wayangan gagrak banyumasan, jadi bedanya gagrak Banyumasan itu dari bahasanya pakai bahasa ngapak, juga dari musik yang lebih keras dan cepat. Wayang dengan lakon Bawor nggayuh wahyu mustika penggalih,” ungkap Suci kepada Wolipop.


Foto Ni Ajeng Ayu Kusumawardhani (kiri) dan Meita Safira (kanan) mengikuti audisi Emeron Hijab Hunt 2024.Foto Suci Nur Afifah mengikuti audisi Emeron Hijab Hunt 2024. Foto: Gresnia/Wolipop.

Suci yang tinggal di Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah ini mengaku sudah lama menonton aksi wayang. Ia juga ingin menjadi dalang wanita yang masih jarang digeluti.

“Kalau menguasai belum lama sekitar lima bulan. Tapi kalau nonton dan lihat wayang sudah nonton sekitar enam tahun. Karena dalang wanita masih sedikit apalagi di Banyumas,” ujar Suci.

Ia juga menceritakan arti aksi wayang yang ia tunjukkan di depan juri. “Latihan suluk seperti pembukaan sebelum lakonnya datang. Belajar menghafalkan percakapannya tentang Bawor nggayuh wahyu mustika penggalih artinya mencari mustika seperti kekuatan caranya itu harus mendekati Allah karena sejatinya hanya dirinya lah yang mendapatkan wahyu mustika penggalih,” ungkap Suci.

Foto Ni Ajeng Ayu Kusumawardhani (kiri) dan Meita Safira (kanan) mengikuti audisi Emeron Hijab Hunt 2024.Foto Ni Ajeng Ayu Kusumawardhani (kiri) dan Meita Safira (kanan) mengikuti audisi Emeron Hijab Hunt 2024. Foto: Gresnia/Wolipop.

Sambil menunggu hampil di depan juri, Risa Sabilla Nurannisa (23 tahun) yang berasal dari Tasikmalaya ikut audisi Emeron Hijab Hunt di Solo untuk menggunakan kesempatan.

“Aku asalnya dari Kabupaten Tasikmalaya. Aku menyanyi Sunda, Arab, lagu lawas 90-an. Karena aku kemarin lagi di Yogyakarta ini ajang pertama kali aku dan aku mau ulang tahun tanggal 22 nanti mudah-mudahan ada rezeki jadi kado terindah,” ucap Sabil.

Sabil mengungkapkan alasan membawakan lagu Hetty Koes Endang berjudul Emut Bae,”Pertama lagi viral dan ada basic di lagi Sunda dan mencari lagu lawas. Aku juga bernyanyi lagu Nike Ardila judul Bintang Kehidupan. Aku juga tahu di DetikJabar informasi audisi karena selama ini gak pernah ikutan lomba,” lanjut Sabil.

Sabil optimis bisa masuk 20 besar dan juga ingin bergabung dengan finalis Emeron Hijab Hunt dari kota lainnya. “Persiapannya aku kan ngegym, latihan vokal di kamar mandi dan aku gak memikirkan dan dijadikan beban mengalir begitu saja. Harapan aku untuk Emeron Hijab Hunt semoga bisa terus mengadakan acara mencari berbakat dan aku bisa masuk ke 20 besar dan bisa bersaing dengan finalis dari kota lainnya,” terangnya.

Peserta bernama Ni Ajeng Ayu Kusumawardhani juga unjuk bakat melalui suaranya yang merdu. Ayu mengatakan ia akan menyanyikan lagu berjudul Hero milik Mariah Carey.

“Kebetulan hobi sudah sejak kecil sudah suka nyanyi dan aktif bernyanyi untuk organisasi kampus dan acara-acara tertentu,” kata Ayu.

Ayu juga pernah meraih lomba nasional dan internasional di Malaysia. Ia juga optimis bisa lolos audisi.”Persiapannya sebenarnya dipaksa oleh tante aku, aku mendengarkan lagu yang mau aku nyanyiin dan pemanasan sebelum tampil audisi,” jelas Ayu.

Pantang menyerah dan terus mencoba, Meita Safira menyebutkan sudah pernah mengikuti audisi Hijab Hunt di Yogyakarta. “Pada tahun 2017 saya mengikuti audisi Hijab Hunt di kota Yogyakarta kemudian tahun 2018 saya mengikuti audisi Hijab Hunt lagi di kota Yogyakarta dan alhamdulillah diberikan kesempatan untuk masuk dalam 20 besar finalist Yogyakarta,” jelas Ayu.

Wanita yang berusia 25 tahun ini menampilkan tari kreasi Wonderland Indonesia. “Alasan saya membawakan tarian ini karena dalam lagu atau instrumen lagu cukup lengkap untuk lagu daerah-daerah dan gerakan tarian bervariasi,” jelas Meita.

Meita menyukai tari sejak kecil, ia mengungkapkan sering mengikuti pentas menari dari SD.”Persiapan mengikuti Hijab Hunt adalah berlatih setiap hari dengan melihat gerakan-gerakan yang ada dan kemudian mengkolaborasikan menjadi satu tarian Wonderland Indonesia,” lanjut Meita.

Di akhir perbincangan, Meita menuturkan ingin menginspirasi wanita muda lainnya lewat seni tari. “Harapan saya pada tahun 2024 saya bisa menampilkan bakat yang terbaik sehingga diberikan kesempatan untuk melanjutkan dibabak selanjutnya, harapan saya saya bisa memberikan manfaat dan menebarkan energi positif,” pungkasnya.

Acara ini didukung oleh Emeron Hijab Shampoo, Shopee Indonesia, Bank Syariah Indonesia, Social Media KipasKipas, EZnet by Telkomsel Internet Mudah Murah Untuk Seisi Rumah dan GIS Travel Sahabat Umroh dan Haji Anda.

(gaf/hst)



Sumber : wolipop.detik.com

Pelajaran dari Kecelakaan Maut Bus di Cipularang, Ingat Rumus Durasi Nyetir Ini!



Jakarta

Kecelakaan maut yang melibatkan bus pariwisata kembali terjadi di Tol Cipularang. Diduga sopir bus mengantuk sehingga menabrak bagian belakang truk.

Dikutip detikJabar, insiden mengerikan itu terjadi di Tol Cipularang KM 80 Babakancikao, Kabupaten Purwakarta, pada Kamis (26/12) dini hari. Kepala Induk PJR Tol Cipularang Kompol Joko mengatakan bus rombongan wisata religi bernopol B-7363-NGA ini awalnya melaju dari arah Bandung menuju Jakarta. Namun setiba di TKP Km 80, bus menabrak bagian belakang truk yang melaju di depannya.

Senior Manager Representative Office 3 Jasamarga Metropolitan Tollroad Agni Mayvinna mengatakan, kecelakaan tersebut disebabkan karena pengemudi bus mengantuk sehingga tidak melihat jika terdapat truk di depannya.


“Berdasarkan keterangan petugas di lapangan, diduga pengemudi bus dalam kondisi mengantuk sehingga kurang antisipasi kendaraan di depannya dan menyebabkan terjadinya tabrak belakang,” ujar Agni dalam keterangannya.

Kasat Lantas Polres Purwakarta AKP Dadang Supriadi mengatakan, dalam kejadian ini di dalam bus ada 64 orang. Dua orang tewas, 12 luka berat dan sisanya luka ringan.

“Untuk keseluruhan ada 64 orang (penumpang), dua orang tewas, 12 orang alami luka berat dan sisanya 50 orang alami luka ringan,” ujar Dadang.

Belajar dari kecelakaan maut ini, pengemudi jangan sekali-sekali menyepelekan waktu berkendara. Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan telah mengatur durasi maksimal mengemudi.

“Sesuai amanah Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang LLAJ, pengemudi kendaraan bermotor umum wajib istirahat setelah berkendara selama empat jam berturut-turut. Pengemudi jangan sampai memaksakan berkendara apabila dalam kondisi lelah atau mengantuk karena hal itu bisa membahayakan,” kata Plt. Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Ahmad Yani, dalam keterangannya.

Pengamat transportasi Djoko Setijowarno menegaskan, waktu kerja dan waktu istirahat sopir harus diatur. Sopir juga harus memiliki waktu istirahat yang cukup sebelum melakukan perjalanan.

“Lama/durasi tidur bagi orang dewasa yang normal adalah 6-8 jam per hari di malam hari. Tidur yang dianggap berkualitas adalah tidur yang memenuhi 4-5 kali siklus tidur, di mana setiap siklusnya membutuhkan waktu kurang lebih 1,5 jam. Satu siklus tidur terdiri dari fase tidur NREM (Non Rapid Eye Movement) dan fase tidur REM (Rapid Eye Movement) karena pada fase-fase inilah tubuh berusaha untuk mengembalikan kemampuan organ-organ yang mengalami kelelahan agar menjadi bugar seperti semula,” kata Djoko belum lama ini.

Pasal 90 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan setiap perusahaan angkutan umum wajib mematuhi dan memberlakukan ketentuan mengenai waktu kerja, waktu istirahat, dan pergantian pengemudi kendaraan bermotor umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Waktu kerja bagi pengemudi kendaraan bermotor umum paling lama 8 jam sehari. Setelah mengemudikan kendaraan selama 4 jam berturut-turut, wajib beristirahat paling singkat setengah jam.

(rgr/lth)



Sumber : oto.detik.com

Penumpang HiAce Terlempar, Ini Pelajaran dari Kecelakaan Maut di Cisumdawu



Jakarta

Kecelakaan maut terjadi di Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu), Selasa (29/4/2025). Kecelakaan itu menewaskan tiga orang. Bahkan, penumpang HiAce ada yang terlempar ke jalan.

Diberitakan detikJabar, kecelakaan maut ini terjadi di Kilometer 189 Tol Cisumdawu, tepatnya di wilayah Kecamatan Cimalaka, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Kecelakaan terjadi pada Selasa (29/4/2025) sekitar pukul 10.30 WIB.

Menurut Kapolres Sumedang AKBP Joko Dwi Harsono, awalnya mobil HiAce dengan nomor polisi D-7838-AV melaju dari arah Bandung ke Cirebon. Diduga sopir travel kurang konsentrasi dalam mengemudi. Mobil travel tersebut menabrak bagian belakang kanan truk yang merupakan pengangkut paket.


“Dua-duanya sedang berjalan, kemudian kemungkinan untuk travel ini dia ingin menyalip dengan kecepatan tinggi, namun diduga kesadaran yang kurang sehingga menabrak, karena memang impact-nya cukup dalam,” katanya.

Joko mengungkapkan, berdasarkan temuan olah TKP sementara, tidak ditemukan adanya tanda-tanda pengereman dari kendaraan travel. Dia menduga sopir mengantuk.

“Dugaan sementara karena tidak ada pengereman, dugaan sementara tidak ada upaya ngerem di jalan, mungkin sopirnya mengantuk,” ungkapnya.

Berdasarkan video pascakecelakaan, material dari mobil HiAce berserakan di jalan. Juga tampak satu orang yang diduga penumpang tergeletak di tengah jalan.

“Informasi dari petugas kita, memang ada satu penumpang yang terlempar. Semuanya di Rumah Sakit Umum Daerah Sumedang,” ujar Joko.

Pelajaran Penting

Dari kecelakaan maut itu, ada pelajaran penting yang bisa diambil agar tidak ada lagi kecelakaan serupa ke depannya. Terutama soal konsentrasi dalam mengemudi. Praktisi keselamatan berkendara yang juga Director Training Safety Defensive Consultant (SDCI), Sony Susmana, mengingatkan kondisi mengantuk saat mengemudi dapat berdampak berbahaya. Menurutnya, mengantuk itu adalah silent killer.

“Soalnya pengemudi nggak pernah tahu datangnya kapan, tapi pasti terjadi. Karena manusia punya keterbatasan kemampuan dan ditambah posisi duduk terus-menerus di mobil membuat darah dan oksigen dalam tubuh menjadi tidak lancar,” ujar Sony kepada detikcom beberapa waktu lalu.

Dia bilang, yang tahu kondisi tubuh adalah diri sendiri. Namun, banyak yang mengabaikan tanda-tanda tubuh mulai lelah saat berkendara. Mereka yang mengabaikan rata-rata beralasan karena faktor waktu, tanggung sebentar lagi sampai, hingga merasa masih baik-baik saja.

Adapun tanda-tanda pengendara harus istirahat, menurut Sony, adalah respons mulai melemah, banyak menguap, pandangan mulai kabur, badan pegal-pegal akibat duduk kaku.

Terkait penumpang yang terlempar ke jalan, bisa diambil pelajaran bahwa penggunaan sabuk pengaman untuk semua penumpang adalah penting. Sony menyampaikan bahwa penggunaan sabuk pengaman sangatlah penting bagi penumpang yang berada di depan maupun belakang.

“Kalau berdasarkan aturan keselamatan, semua orang yang berada di dalam kendaraan yang sedang bergerak, maka mereka harus menggunakan safety belt,” ujar Sony

Menurutnya, bagaimanapun kondisinya di jalanan, penggunaan sabuk pengaman seharusnya ditetapkan kepada seluruh orang yang berada di dalam mobil tanpa terkecuali.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Kesegaran Tersembunyi di Kaki Gunung Salak



Sukabumi

Traveler yang mencari kesegaran buat liburan di akhir pekan bisa bertualang ke kaki gunung Salak. Di sana ada satu curug atau air terjun yang masih tersembunyi.

Kabut pagi masih menggantung di lereng Gunung Salak ketika suara gemericik air mulai terdengar dari balik kebun teh. Di ujung jalur setapak yang menurun tajam itu, air terjun jatuh dari tebing berlumut, memecah keheningan pedesaan Kabandungan.

Warga sekitar menyebutnya Curug 3 Helipad, sebagian lain mengenalnya sebagai Curug Sentral III. Air terjun ini terdiri dari dua aliran besar yang mengucur sejajar dari tebing batu.


Aliran air itu membentuk tirai putih di tengah dinding hijau lumut. Di bawahnya, kolam dangkal berwarna kehijauan memantulkan cahaya lembut dari langit. Wisatawan terlihat bermain air, sebagian lagi berfoto dengan latar curug yang megah.

Di tepi sungai kecil yang menjadi aliran keluar, deretan sandal dan sepatu ditinggalkan begitu saja di atas batu berjejer rapi seperti barisan kecil yang menunggu pemiliknya kembali.

Curug 3 Helipad SukabumiCurug 3 Helipad Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

Terletak di kawasan kebun teh Jayanegara, Desa sekaligus Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, curug ini menjadi tempat beristirahat bagi mereka yang ingin mengasingkan diri dari hiruk-pikuk kota.

Dari atas kebun teh, hamparan hijau membentang sejauh mata memandang. Di kejauhan, perkampungan Kabandungan dan Kalapanunggal terlihat kecil di antara lipatan bukit.

“Curug ini airnya langsung dari Gunung Salak. Banyak pengunjung datang untuk bermain air dan berfoto, apalagi pemandangan kebun tehnya jadi spot favorit,” ujar Andri (35), pengelola Curug Sentral III, Minggu (2/11).

Andri duduk di bale-bale bambu di sisi jalan tanah yang menurun ke arah curug. Dari tempatnya berjaga, ia bisa melihat arus air yang mengalir deras di musim penghujan. Ia tahu persis kapan wisatawan harus diingatkan untuk menjauh.

“Kami selalu awasi langsung, apalagi kalau debit air meningkat,” katanya.

Fasilitas di kawasan ini sederhana. Beberapa warung kopi berdiri di tepi kebun, menyediakan mi instan, gorengan, dan teh hangat. Di dekatnya ada musala kecil dan MCK seadanya.

Pengelola membatasi jam kunjungan wisatawan hingga pukul 17.00 WIB saja setiap harinya. Tiket masuknya murah, hanya Rp10.000 per orang, ditambah Rp3.000 untuk parkir motor.

Sebagian wisatawan lain datang dari luar Sukabumi. Ada rombongan keluarga dari Bogor, sepasang mahasiswa dari Bandung, hingga pejalan tunggal dari Jakarta yang ingin berkemah di sekitar kebun teh.

“Ada juga pengunjung yang datang jauh-jauh dari Papua,” kata Andri dengan bangga.

Pada akhir pekan, suasana berubah lebih ramai. Tenda-tenda kecil kadang berdiri di pinggiran kebun teh, sementara petugas rescue dari Cicurug berjaga di lokasi.

“Hari ini yang bertugas ada tiga orang, situasi aman dan terkendali,” kata seorang anggota tim penyelamat yang berjaga di bawah tebing.

Salah satu pengunjung, Nadia (17), warga Cibadak, datang bersama empat temannya setelah menempuh perjalanan satu jam menggunakan sepeda motor. Wajahnya tampak cerah meski kaki basah oleh air dingin curug.

“Senang banget bisa main air dan foto-foto bareng teman-teman di sini, pemandangannya keren,” ujarnya sambil tertawa.

Bagi warga sekitar, curug ini bukan sekadar tempat wisata. Airnya menjadi sumber penghidupan. Warga memanfaatkan aliran sungai di bawahnya untuk mengairi kebun dan menyalakan turbin kecil pembangkit listrik rumahan.

“Dari dulu air curug ini yang kasih hidup kampung,” tutur Eman (52), warga Jayanegara yang rumahnya di sekitar curug.

Asal Usul Nama Curug Helipad

Nama ‘Helipad’ sendiri muncul dari bentuk kawasan di atas curug yang lapang di tengah kebun teh. Permukaannya datar dan terbuka, menyerupai landasan helikopter.

Warga setempat menyebutnya begitu sejak dulu, meski tak pernah benar-benar ada helikopter mendarat di sana. Lama-kelamaan, nama itu melekat, diwariskan dari mulut ke mulut wisatawan.

Kabut tipis turun perlahan, menyapu pucuk-pucuk teh yang berbaris di lereng. Suara air terjun berpadu dengan canda pengunjung yang tak jemu memotret keindahan alam di hadapan mereka.

Di sela gemuruh air, terdengar samar suara serangga dari balik rimbun dedaunan tanda alam yang masih hidup dan terjaga di kaki Gunung Salak.

——–

Artikel ini telah naik di detikJabar.

(wsw/wsw)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Konon Gua di Pangandaran Ini Tempat Semedi Putra Nyi Roro Kidul



Pangandaran

Taman Wisata Alam (TWA) Cagar Alam Pangandaran menyimpan kisah tentang gua yang konon dipakai sebagai tempat semedi putra Nyi Roro Kidul. Bagaimana kisahnya?

Tidak hanya menyimpan pesona flora dan fauna, TWA Cagar Alam Pangandaran juga punya Gua Panggung yang diyakini sebagai tempat semedi terakhir Putra Nyi Roro Kidul, Embah Jaga Lautan.

Sepintas Gua Panggung Pangandaran terlihat seperti lubang karang yang terbelah dua. Di dalam gua itu ada 10 anak tangga yang menuntun menuju makam Embah Jaga Lautan. Aroma mistis langsung menyambar tubuh kala masuk ke dalam gua tersebut.


Selain sensasi mistis yang kuat, pemandangan ciamik turut mendekap tubuh pengunjung kala berada di mulut Gua Panggung. Pesona alam yang begitu indah dan memanjakan mata pungunjung.

Ketika masuk ke dalam, sekitar berjarak lima meter dengan mulut gua, pengunjung disuguhkan dengan kokohnya bebatuan stalaktit dan stalagmit. Dinding gua yang basah menambah kesan yang tak biasa. Air di dinding gua terus menetes.

Gua Panggung seperti lorong yang menghubungkan ke pantai pasir putih Pantai Timur Pangandaran. Di sebelah baratnya, bisa langsung menatap Samudera Hindia.

Gua Panggung memiliki nilai historis yang kuat antara cerita Nyi Roro Kidul dan anak angkatnya, Embah Jaga Lautan.

Sosok Embah Jaga Lautan diceritakan sebagai seseorang yang memiliki wangsit dan diperintahkan langsung Roro Kidul untuk menjaga laut Pangandaran khususnya, lautan Nusantara pada umumnya.

Goa Panggung, Pangandaran.Goa Panggung, Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadillah

Juru Kunci Gua Panggung Edwar mengatakan goa ini merupakan tempat Embah Jaga Lautan mendapat tugas untuk lautan di daerah Jawa Barat pada khususnya, dan menjaga pantai Nusantara pada umumnya.

“Embah Jaga Lautan mempunyai istri tujuh orang dan hidupnya selalu bertengkar satu sama lainnya. Pada suatu hari istri yang ketujuh tidak sempat ditengok karena pergi memancing dan mendapatkan ikan tempel pada pancingannya,” terang dia.

Setelah mendapatkan petunjuk dari Nyi Roro Kidul, kata Edwar, Embah Jaga Lautan mengajak ketujuh istrinya makan bersama dengan ikan hasil tangkapannya, terbukti ketujuh istrinya hidup rukun.

Pada suatu hari, dia memberitahu kepada istrinya, bahwa dirinya akan melakukan semedi yang lama.

“Namun waktu semedinya itu, dalam waktu yang tidak tentu,” ucapnya.

Ia mengatakan karena terlalu lama merasa penasaran di tinggal dalam waktu yang tak sebentar, para istrinya menengok ke tempat semedi.

“Tapi saat sampai suaminya sudah tidak ada, menunggu dengan waktu yang lama tidak kunjung datang juga, maka untuk mengenangnya para istrinya membuat makam sebagai tanda setia kepada suaminya,” katanya.

Ia menjelaskan sebetulnya makam Embah Jaga Lautan yang ada di Gua Panggung hanyalah simbol. Tidak ada jenazah di dalam makam tersebut.

“Makom itu dibuat ketujuh istrinya sebagai penghormatan dan simbol kesetiaan,” ucapnya.

Pemandu wisata sekaligus Polisi Cagar Budaya Pangandaran Haris Bugis menyatakan Gua Panggung memiliki geometri berupa ceruk berukuran tinggi 5 meter, lebar 17 meter dan panjang goa 61 meter menembus bukit batu gamping hingga berakhir di pantai timur.

Goa Panggung, Pangandaran.Gua Panggung, Pangandaran. Foto: Aldi Nur Fadillah

“Pada ujungnya goa menghadap ke laut terdapat semacam panggung, yang atapnya dihiasi stalaktit, sebagai sarang burung walet,” kata Haris.

Menurutnya, nama Gua Panggung karena makam di atas goa itu menyerupai panggung pertunjukan. “Apalagi disertai dengan anak tangga menuju ke atasnya,” ucapnya.

Ia mengatakan penamaan Gua Panggung memang secara turun temurun alamiah. “Alamiah turun temurun, kalau saat masih ada Embah Jaga nggak tahu namanya apa,” katanya.

——-

Artikel ini telah naik di detikJabar.

(wsw/wsw)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Mitos Ikan Raksasa Penguasa Sungai Citarum



Jakarta

Di balik derasnya arus Sungai Citarum, yang terbentang sejak Kabupaten Bandung-Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tersimpan sebuah kisah yang turun-temurun diceritakan warga sekitar. Konon, di dasar sungai itu hidup seekor ikan raksasa, makhluk gaib yang dipercaya sebagai penguasa Sungai Citarum.

Kisah itu bermula dari Desa Cihea. Di desa itu di bagian Sungai Citarum ada sebuah leuwi atau bagian sungai yang dalam bernama Leuwi Dinding. Karena dalam, air di Leuwi Dinding nyaris selalu dalam keadaan tenang. Airnya juga bersih.

Leuwi itu ada penunggunya. Dia Kiai Layung.


Kiai Layung adalah makhluk air berupa ikan kancra raksasa. Jika umumnya kancra berukuran kecil-sedang, maka Kiai Layung adalah pengecualian. Dia berukuran jumbo, dibilang sebagai ikan raksasa.

Dikutip dari detikjabar, dalam “Asal-usul Hayam Pelung jeung Dongeng-dongeng Cianjur Lianna” tulisan Tatang Setiadi (2011), disebutkan mitos Kiai Layung, kancra raksasa penguasa Sungai Citarum itu.

Siapa Kiai Layung?

Kiai Layung dipercaya sebagai orang sakti yang kena hukuman dari dewata karena orang tersebut berambisi menjadi yang terkuat di bumi dan ingin menguasai surga. Dalam masa hukuman itu, Kiai Layung Harus menjalani ritual berjemur di bawah sinar matahari senja atau dalam bahasa Sunda disebut layung.

Maka, tiap pagi hingga petang, Kiai Layung muncul ke bawah permukaan air dan berjemur di dekat batu pipih di sana. Bertahun-tahun, dia hidup tenang di leuwi itu bersama ikan-ikan kancra.

Diganggu Badak

Hingga kemudian petaka itu muncul. Kiai Layung dan ikan kancra terusik dengan kehadiran badak-badak yang berenang dan berkubang tanpa etika di sekitar Leuwi Dinding. Akibatnya, banyak ikan-ikan kancra mati terinjak, tempat berenang ikan-ikan itu juga menjadi keruh ulah para badak.

Meskipun bekas orang sakti, Kiai Layung yang kini berwujud ikan tidak kuasa untuk mengusir badak-badak bertubuh besar dan memiliki tenaga yang kuat. Dia pun kemudian meminta bantuan kepada manusia. Dengan “Aji Panggentra” yang masih dimiliki, Kiai Layung yang ikan kancra itu memanggil manusia bernama Kiai Padaratan.

Bantuan Orang Sakti

Kiai Padaratan merespons dan bergegas menuju Leuwi Dinding. Setelah berada di Leuwi Dinding, Kiai Padaratan segera menyadari bahwa yang meminta pertolongan kepadanya adalah ikan kancra raksasa yang sedang berjemur di dekat batu. Mereka pun berbincang dan Kiai Padaratan bersedia mengusir badak-badak itu.

Sebelum menjalankan misi itu, mereka membuat kesepakatan. Kiai Layung minta kehidupan yang tenang sebagai ikan kancra sedangkan Kiai Padaratan mendapatkan air dan segala kehidupan yang terkandung di dalam sungai itu untuk kelangsungan hidup manusia.

Kiai Padaratan berhasil mengusir badak-badak itu. Hingga kini, diyakini Kiai Layung bisa berjemur setiap hari dengan damai di Leuwi Dinding di Sungai Citarum itu. Sementara itu, warga sekitar bisa mengambil air dan memanfaatkan isi leuwi di sana.

(fem/wsw)



Sumber : travel.detik.com

56 Hektare Tertutup Gulma, Situ Bagendit Dibersihkan Besar-besaran



Garut

Pemerintah Kabupaten Garut, Jawa Barat membersihkan kawasan wisata danau Situ Bagendit agar bersih dari gulma atau tanaman liar yang selama ini tumbuh menyebar sehingga mengganggu keindahan danau.

“Ini harus segera dibersihkan kalau tidak akan meluas lagi, jangan sampai tak terkejar,” kata Bupati Garut Abdusy Syakur Amin seperti dikutip dari Antara, Sabtu (19/7/2025).

Pemkab Garut bersama TNI/Polri menggelar aksi bersih-bersih di kawasan Situ Bagendit, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Kamis lalu.


Ia menuturkan gerakan bersih-bersih tanaman liar di kawasan danau Situ Bagendit itu merupakan upaya agar tanaman tidak terus tumbuh banyak dan meluas menutupi permukaan danau.

Selama ini, kata dia, luas danau Situ Bagendit sekitar 87 hektare dan sekitar 56 hektare sudah terganggu oleh tanaman gulma seperti eceng gondok, teratai, dan jenis tumbuhan lainnya yang tumbuhnya cukup cepat.

“Kita melihat bahwa sekarang pada saat ini dari 87 hektare, 56 yang terganggu gulma, teratai, dan eceng gondok, ini harus segera dibersihkan karena akan menyebar,” katanya.

Ia mengatakan upaya memperbaiki kawasan Situ Bagendit itu akan dilakukan bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) yang berwenang dalam mengelola wilayah air.

Pemkab Garut, kata dia, tidak hanya siap membersihkan tanaman liar yang tumbuh di danau, tapi juga siap melakukan perbaikan kawasan Situ Bagendit.

“Insyaallah kita akan perbaiki,” katanya.

Kegiatan bersih-bersih tanaman liar di Situ Bagendit itu rutin dilaksanakan oleh sejumlah pihak, termasuk saat ini jajaran TNI dan Polri bersinergi melakukan aksi bersih-bersih di Situ Bagendit.

Kegiatan itu disaksikan langsung oleh Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) Jenderal TNI Maruli Simanjuntak, juga hadir Kepala Kepolisian Resor Garut AKBP Yugi Bayu Hendarto.

Puluhan personel TNI dan Polri diturunkan untuk membersihkan area danau menggunakan perahu ponton, dan perlengkapan lainnya dalam rangka pelestarian lingkungan dan mendukung pemulihan fungsi ekowisata Situ Bagendit.

Banyaknya tanaman liar di Situ Bagendit sudah dikeluhkan pengunjung sejak bulan Mei lalu. “Situ Bagendit sudah jadi situ teratai,” ujar Tita, pengunjung yang datang dari Tasikmalaya.

Sementara mengutip detikJabar, jumlah pengunjung yang datang ke Situ Bagendit sepanjang libur sekolah ini juga dinilai tidak terlalu banyak.

Sepinya Situ Bagendit ini, sudah berlangsung sejak lama. Beberapa pedagang di Situ Bagendit yang berbincang dengan detikJabar di lokasi menyebut, sepinya Situ Bagendit disebabkan banyak faktor.

“Kalau yang naik rakit, kebanyakan tidak mau karena kondisi danaunya kotor. Banyak eceng gondok dan teratai,” kata seorang pedagang.

Selain kotornya kondisi danau yang dipenuhi eceng gondok, sejumlah fasilitas yang ada di Situ Bagendit, juga terlihat tidak sementereng sebelumnya.

Beberapa orang lainnya menilai jika pamor Situ Bagendit yang kini kalah dengan tempat wisata lain yang ada di Garut menjadi biang kerok sepinya Situ Bagendit.

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Objek Wisata Alam di Kuningan, Ada Hutan Tengah Kota



Kuningan

Kabupaten Kuningan memiliki objek wisata baru Kajene Forest. Tempat ini menjadi hutan kota pertama di jantung kota.

Forest Kajene berada di Jalan Siliwangi Cigembang, Kelurahan Purwawinangun, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dibangun di lahan seluas 6 hektare, objek wisata hutan kota swasta itu diyakini dapat menjadi magnet bagi wisatawan baik lokal, regional, atau internasional datang ke Kabupaten Kuningan.

Berbagai fasilitas tersedia di sini, di antaranya Minara Goodies (pusat oleh-oleh), Minara Mart (mini market), Minara Food Park (kuliner) dan Minara House (kafe).


Arti Nama Kajene dan Minara

Merujuk arsip detikjabar, nama Kajene diambil dari sejarah Kabupaten Kuningan pada era Kerajaan Pajajaran saat dipimpin oleh seorang adipati yang bijaksana bernama Arya Kamuning. Nama Kajene disematkan oleh Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati saat menjalankan misi menyebarkan Islam ke wilayah ini.

Kajene berarti kuning atau emas yang juga berarti keagungan, dihormati dan dimuliakan. Nama itu dipilih dengan harapan area itu menjadi ikon Kabupaten Kuningan dan menjadi hutan kota swasta terbaik di Indonesia.

Adapun Minara yang disematkan pada sejumlah fasilitas wisata di sana mempunyai makna filosofi yang dalam. Nama Minara berasal dari Bahasa Sansakerta yang artinya pencuri hati.

Kajene Forest memiliki pembeda dengan berada di kawasan hutan yang semula hijau rimbun dan di antara pohon besar. Bahkan menjadi kawasan konservasi yang lebih tertata dan nyaman karena tidak satupun pohon-pohon besar di kawasan ini yang ditebang.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Aroma Dupa dan Mistis di Goa Panggung, Petilasan Embah Jaga Lautan



Pangandaran

Goa Panggung Pangandaran diyakini petilasan Embah Jaga Lautan, putra Nyi Roro Kidul, kini menjadi lokasi semedi dan ziarah. Aroma dupa dan suasana mistis menyambut pengunjung.

Goa itu berada sekitar 100 meter dari pintu masuk timur Pantai Pangandaran. Embah Jaga Lautan mendapatkan wangsit dari Nyi Roro Kidul dalam mimpinya harus semedi di Goa Panggung.

Dulu Embah merupakan sosok yang ditugaskan menjaga lautan di wilayah pesisir Jawa Barat, umumnya lautan Nusantara.


Sepintas Goa Panggung Pangandaran terlihat seperti lubang karang yang terbelah dua. Untuk menuju goa yang ada makom Embah Jaga Lautan pengunjung harus melewati 10 anak tangga.

Saat memasuki goa dan menuju makom Mbah Jaga Lautan, tercium aroma harum dupa, suasana mistis di dalamnya cukup kuat. Bahkan, taburan bunga di atas makom itu selalu terisi.

Goa Panggung, Pangandaran.Goa Panggung, Pangandaran. (Aldi Nur Fadillah)

Lima meter sebelah kanan makom terdapat goa kecil yang menjadi tempat peziarah bersemedi. Bahkan, gulungan tikar bekas sesaji kerapkali masih tersimpan di dalam goa kecil tersebut.

Selain dikunjungi menjadi lokasi wisata, konon goa tersebut menjadi tempat semedi banyak orang dari berbagai daerah. Bahkan, ada juga yang melakukan kegiatan semedi sampai berhari-hari.

Juru Kunci Gua Panggung Edwar (59) mengatakan pengunjung ke Goa Panggung sangat bervariatif. Selain untuk mengetahui sejarah Nyi Roro kidul, kata dia, banyak yang mengaku dapat wangsit untuk semedi di goa tersebut.

“Mereka biasa datang dari Cirebon, Karawang dan lainnya, dengan tujuan Ya mungkin ada wangsit apa ke sini, ziarah ke sini kayak gitu,” kata Edwar dikutip dari detikjabar, Minggu (13/7/2025).

Goa Panggung, Pangandaran.Goa Panggung, Pangandaran. (Aldi Nur Fadillah)

Selain itu, pengunjung yang bersemedi datang saat weekdays atau momen wisatawan sepi.

“Selain di luar jadwal hari weekday atau hari weekend, ada juga mereka yang datang malam hari. Bahkan saya juga harus jaga dan memastikan tidak membuat hal atau terjadi yang tidak diinginkan,” kata dia.

Edwar mengatakan sudah datang ke Goa Panggung itu sejak pukul 06.00 WIB pagi dan pulang pukul 17.00 WIB.

“Biasanya sampe sore itu sesuai jadwal bukanya aja, kecuali ada yang mau semedi pasti saya jagain,” katanya.

***

Artikel ini sudah lebih dulu tayang di detikjabar. Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Sindang Indramayu Jadi Desa Wisata, Dulu Sering Gagal Panen



Indramayu

Embung Jangkar yang jadi alternatif wisata di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat memiliki cerita panjang. Keberadaanya yang dulu hanya masalah, kini berubah menjadi potensi desa.

Sebuah waduk yang berada di Desa Sindang, Kecamatan Sindang kian berkembang. Bahkan, tidak hanya sebagai penampung air cadangan bagi petani penggarap sawah, areal tersebut justru menjadi salah satu sumber pendapatan bagi desa.

Di balik megahnya areal embung jangkar menyimpan cerita pahit yang dialami petani di Desa Sindang. Di mana, produksi padi tidak terlalu tinggi karena minim pasokan air. Bahkan pada tahun 2015, hektaran sawah gagal panen saat musim kemarau.


Sementara hampir 75 persen dari 332 hektare luasan Desa Sindang didominasi lahan pertanian. Sedang area permukiman hanya 25 persen saja.

“Tahun 2015 penghasilan di sini (produksi padi) masih di bawah 900 ton. Dan ketika musim tanam kedua itu gambling, jadi jangan pernah berfikir Sindang itu sahabat Cimanuk. Air di sini banyak rebutan,” kata Kuwu Desa Sindang, Carnita kepada detikJabar, Jumat (25/7/2025).

“Makanya terjadi di 2015 itu gagal panen,” sambungnya.

Diceritakan Carnita, kala itu ia yang hanya menjadi Kaur Perencanaan turut andil dalam mendesain sebuah Desa agar terentaskan dari banyak masalah. Salah satunya mengubah lahan pertanian yang sering gagal panen menjadi tempat penampungan air (waduk).

“Jadi 2017 itu mengajukan proposal ke DPR komisi V terus 2018 terealisasi bertahap,” ungkapnya.

Tahun 2018 merupakan langkah awal. Bantuan dari Kementerian PU, menjadi satu harapan bagi desa dan masyarakat. Hambatan dan halangan dilalui. Hingga pada tahun 2021, pembangunan embung telah selesai.

Selesainya pembangunan embung telah menjadi satu solusi bagi masalah pertanian di Desanya. Namun, bagi Carnita, hal itu belum selesai. Pasalnya, solusi tersebut belum sepenuhnya selesai jika tidak dikembangkan.

Sejak 2021, ia pun kemudian mendesain kawasan embung jangkar menjadi sebuah wisata alternatif. Mulanya pengunjung hanya menikmati sensasi embung dan sedikit penyewaan bebek gowes di atas embung.

Sejalan waktu, pembangunan terus dikembangkan. Hingga di tahun 2024, ia membangun kolam renang. Bahkan kini, ia menerapkan wisata alam edukasi bagi pengunjung. Dengan mengembangkan sistem budidaya di arealnya.

“2024 itu bikin kolam terus bulan Januari kemarin diserahkan ke Bumdes,” kata Encang akrab sapaan Kuwu Desa Sindang tersebut.

Tidak hanya sukses menyumbang pendapatan desa. Sindang khususnya wisata alam edukasi embung jangkar pun menjadi satu-satunya desa di Kabupaten Indramayu yang masuk 15 besar desa wisata terbaik kategori 2 di ajang Lomba Desa Wisata Nusantara (LDWN) 2025 oleh Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia (Kemendes PDTT RI).

Pengembangan embung jangkar tidak berhenti. Saat ini, areal itu pun mendapat suntikan bantuan dari Pemkab Indramayu melalui Dinas Pemuda Pariwisata dan Olahraga.

Artikel ini sudah tayang di detikJabar. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.

(sud/ddn)



Sumber : travel.detik.com