Tag Archives: detikjatim

Terjadi Lagi, Mobil Nyasar ke Sawah Gara-gara Ikuti Google Maps



Jakarta

Mobil seorang pemudik tidak sengaja masuk ke area persawahan di Ponorogo, Jawa Timur. Gara-garanya, dia mengikuti petunjuk peta digital, Google Maps. Ini menjadi kasus kesekian kalinya pengendara mobil kesasar gegara mengikuti Google Maps.

Diketahui mobil itu milik Ibnu, warga Yogyakarta. Ibnu berencana pergi ke Desa Sendang, Jambon, Ponorogo. Berbekal navigasi Google Maps, mobil yang ditumpangi olehnya justru terperosok ke dalam sawah di wilayah Balong.

“Saya kan ngikuti arah google maps. Ternyata diarahkan ke sawah, akhirnya karena kurang menguasai medan malah tercebur ke sawah,” kata Ibnu kepada wartawan, Minggu (6/4/2025).


Ibnu menambahkan, dia sudah berusaha mengeluarkan mobil berwarna merah itu dari sawah dengan bantuan warga sekitar. Namun usahanya gagal karena kurangnya tenaga bantuan. Akhirnya dia meminta bantuan Polsek Balong untuk mengeluarkan mobil yang diketahui bermerek Chevrolet Aveo tersebut.

“Saya tadi minta tolong ke Polsek Balong, langsung ditangani. Alhamdulillah, berhasil mobilnya berhasil keluar dari sawah,” tandas Ibnu.

Sementara itu, Kapolsek Balong, AKP Agus Wibowo, mengungkapkan bahwa insiden ini terjadi lantaran pemudik mengandalkan aplikasi peta digital dalam perjalanan mereka.

“Mereka berangkat dari Yogyakarta dan tiba di Desa Sendang pada dini hari. Karena mengandalkan Google Maps, mereka tidak menyadari jalur yang dilewati adalah jalan persawahan hingga akhirnya terjebak,” papar Agus.

Menurut Agus, meskipun mengikuti arahan Google Maps. Sebaiknya pengendara tetap memperhatikan area sekitar dan juga bertanya kepada warga agar tak terjadi kejadian serupa. “Ini tadi evakuasi tidak hanya dari pihak kepolisian, evakuasi juga melibatkan anggota Koramil Balong dan juga warga sekitar,” imbuh Agus.

Cara mengevakuasi mobil warga yang masuk ke areal persawahan dengan menggunakan kayu papan untuk menyangga ban mobil. Kemudian mobil warga ditarik dengan mobil polisi dan akhirnya terbebas dari sawah.

“Dengan semangat gotong royong, mobil tersebut akhirnya berhasil dikeluarkan dari area persawahan,” pungkas Agus.

Baca artikel selengkapnya di sini

(lua/riar)



Sumber : oto.detik.com

Hutan Durian Terbesar Asia Tenggara, Ada di Desa Wisata Ini



Trenggalek

Mau pesta durian? Di desa ini mungkin bisa. Desa Wisata Duren Sari Sawahan dikenal sebagai hutan durian terbesar se-Asia Tenggara.

Berlokasi di Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, desa ini menawarkan ribuan pohon durian produktif yang tumbuh di area ratusan hektare, sekaligus menjadi destinasi wisata edukasi, kuliner, dan alam yang menarik.

Desa satu ini dikenal luas sejak meraih predikat Desa Wisata Terbaik Nasional 2020. Berbasis Community Based Tourism (CBT), desa ini dibangun atas semangat warga yang ingin menjaga lingkungan sekaligus meningkatkan kesejahteraan.


Pada awalnya, kondisi sungai kurang bersih dan hasil pertanian sulit dipasarkan. Namun berkat komitmen masyarakat, terbentuklah Pokdarwis Duren Sari pada 2015, yang kemudian diresmikan dengan SK Dinas Pariwisata Trenggalek pada 2017.

Nama “Duren Sari” bukan sekadar julukan. Desa ini berada di kawasan International Durio Forestry (IDF), hutan durian terluas se-Asia Tenggara seluas 650 hektare, yang ditetapkan Menteri Pertanian pada 2016.

Sebagian besar pohonnya berusia ratusan tahun sejak masa penjajahan dan tetap terjaga kesuburannya hingga kini. Setiap musim panen, durian tampak menggunung di teras rumah warga, menjadi daya tarik utama wisatawan dari berbagai daerah dan mancanegara.

Desa Wisata Duren Sari Sawahan menawarkan pengalaman lengkap bagi pengunjung, mulai dari hamparan hutan durian yang rimbun, suasana pedesaan yang asri, hingga beragam aktivitas edukasi dan kuliner. Setiap sudut desa menghadirkan pesona khas yang membuat wisatawan betah berlama-lama.

IDF menawarkan pengalaman trekking di tengah rindangnya pohon durian tua sambil mengenal berbagai varietas durian lokal. Saat musim panen, pengunjung dapat mencicipi durian yang jatuh langsung dari pohonnya, mulai dari durian Ripto hingga durian khas lain dengan rasa unik.

Selain durian, buah manggis juga melimpah dan dipanen bersamaan. Udara sejuk, oksigen segar hutan, dan keramahan petani durian menjadi pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan.

Untuk memenuhi minat beragam wisatawan, Desa Wisata Duren Sari menawarkan paket wisata alam, edukasi, budaya, kuliner, outbound, dan live-in. Dengan homestay yang nyaman, wisatawan dapat tinggal bersama penduduk lokal.

Lalu, merasakan suasana akrab layaknya keluarga, sekaligus belajar kehidupan pedesaan. Hidangan khas seperti wedang jeser (campuran jahe, sere, dan gula aren), sompil, tiwul jambul, hingga nasi luwak siap melengkapi kunjungan Anda.

Jumlah wisatawan terus meningkat, peluang usaha lokal bertambah, dan lingkungan desa menjadi lebih bersih serta sehat. Keterlibatan warga, termasuk mantan tenaga kerja migran yang menjadi pemandu multilingual, membuat desa ini semakin siap menyambut wisatawan dari seluruh dunia.

Artikel ini sudah tayang di detikJatim. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.

(ddn/ddn)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Seru! Main Offroad di Coban Talu Kota Batu



Batu

Coban Talun di Kota Batu menawarkan pengalaman offroad seru dengan mobil jip. Nikmati keindahan alam, air terjun, dan beragam aktivitas seru lainnya!

Pengunjung akan diajak menyusuri jalur ekstrem yang melewati hutan pinus, sungai, hingga perkebunan sayur yang hijau. Kontur jalan yang terjal dan berbatu menjadi tantangan utama yang memacu adrenalin, sekaligus menyuguhkan keindahan alam pegunungan yang menyegarkan mata.

Saat menjajal offroad di kawasan wisata Coban Talun, wisatawan disarankan untuk membawa pakaian ganti. Pasalnya, rute offroad tak hanya melewati jalan ekstrem, tetapi juga melintasi sungai yang mengharuskan pengunjung siap basah-basahan saat menaiki mobil jip.


Selain offroad, Coban Talun di Kota Batu juga menawarkan beragam aktivitas seru lainnya yang cocok untuk dinikmati bersama keluarga maupun rombongan. Pengunjung bisa berfoto di area kebun bunga yang estetik, mengikuti kegiatan outbound, rafting menyusuri sungai, hingga seru-seruan bermain paintball.

Sebagai ikon utama, Coban Talun memiliki air terjun setinggi 50-60 meter dengan aliran air jernih dan menyegarkan. Di sekitar air terjun terdapat formasi bebatuan alami yang terbentuk dari letusan gunung di masa lalu. Bagian bawah air terjun membentuk kolam dangkal yang aman digunakan untuk bermain air atau berenang.

Lokasi Coban Talun berada di Dusun Wonorejo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Dari Alun-alun Kota Batu, perjalanan menuju lokasi hanya memakan waktu sekitar 20 menit. Akses jalan menuju Coban Talun cukup mudah dilalui, baik menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Artikel ini sudah tayang di detikJatim. Klik di sini untuk membaca selengkapnya.

(auh/ddn)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Pondok Mayit-Pondok Demit, 2 Pos Gunung Raung yang Paling Mistis



Banyuwangi

Mendaki gunung Raung, para pendaki akan melewati pos Pondok Mayit dan Pondok Demit yang nuansanya mistis. Bagaimana kisahnya?

Gunung Raung tak hanya dikenal karena kaldera raksasanya dan medan pendakian ekstrem yang menantang. Di balik megahnya salah satu gunung tertinggi di Jawa Timur ini, tersimpan dua spot yang paling banyak dibicarakan para pendaki, yaitu Pondok Mayit dan Pondok Demit.

Keduanya bukan sekadar tempat istirahat, tapi dipercaya menyimpan kisah gaib yang membuat jalur pendakian Gunung Raung semakin mencekam. Dari penampakan mayat misterius tergantung di pohon, hingga suara pasar gaib yang muncul tiba-tiba di tengah hutan.


Cerita tentang dua pos bernama seram ini akan terus hidup di kalangan pendaki dan masyarakat lokal. Tak sedikit pendaki yang mengaku mengalami kejadian di luar nalar saat melewati dua pos pendakian tersebut.

Asal Usul Nama Pos Pondok Mayit

Nama Pondok Mayit seolah sudah menjelaskan aura yang menyelimutinya. Tak sedikit pendaki yang merasa tidak nyaman saat melintasi kawasan ini, bahkan ketika matahari masih tinggi.

Pondok Mayit memang dikenal sebagai lokasi yang menyeramkan karena pernah ditemukan jasad misterius yang tergantung di pohon di area ini.

Beberapa cerita menyebut mayat tersebut adalah bangsawan Belanda yang dihukum gantung oleh para pejuang lokal pada masa penjajahan. Kejadian tersebut masih menjadi bagian dari catatan sejarah tak resmi yang dipercayai masyarakat sekitar Gunung Raung.

Dari nama Pondok Mayit saja itu sudah cukup untuk menghadirkan suasana mencekam. Sebutan itu seolah menyiratkan tempat yang identik dengan kematian, membuat siapa pun yang mendengarnya langsung merasakan hawa dingin merambat ke tubuh.

Dilansir dari pemberitaan detikcom, banyak pendaki menggambarkan bagaimana rasa merinding kerap datang, bahkan sebelum tiba di lokasi tersebut. Di sekitar kawasan ini, cerita-cerita mistis tak lagi sekadar bisikan.

Pernah terjadi kejadian di mana salah satu pendaki mendadak berteriak di tengah malam, seakan kesurupan. Suaranya berubah menjadi berat dan menggelegar, jauh dari suara aslinya.

Situasi semakin mencekam hingga akhirnya ada yang menenangkan dengan bacaan ayat-ayat suci, dan suasana kembali tenang. Kisah semacam ini memperkuat anggapan bahwa Pondok Mayit bukan sekadar nama, tapi bagian dari misteri nyata yang menyelimuti Gunung Raung.

Pondok Demit dan Munculnya Pasar Gaib di Tengah Hutan

Jika Pondok Mayit dikenal lewat kisah jasad misterius dan aura kematian, Pondok Demit menawarkan misteri yang lebih surreal, yaitu keramaian pasar makhluk halus di tengah hutan sunyi.

Masyarakat setempat mempercayai Pondok Demit sebagai “pasar” tempat makhluk halus melakukan transaksi di waktu-waktu tertentu. Hal ini sejalan dengan kisah para pendaki yang mengaku mendengar keramaian layaknya pasar malam, tawa perempuan, gamelan, suara tawar-menawar, hingga langkah kaki banyak orang, padahal di tengah hutan.

Beberapa pendaki yang bermalam di sekitar pos ini juga mengaku mengalami gangguan. Mulai dari mimpi buruk hingga perasaan diawasi sepanjang malam tanpa sebab yang jelas.

Aura ganjil yang menyelimuti Pondok Demit semakin memperkuat reputasinya sebagai salah satu pos paling mistis di jalur pendakian Gunung Raung.

Nama Pondok Demit sendiri berasal dari kata demit yang dalam bahasa Jawa berarti makhluk halus atau jin. Nama ini tak muncul begitu saja, tapi dibentuk dari rangkaian kisah-kisah ganjil yang sudah berlangsung puluhan tahun.

Cerita-cerita yang tak terdokumentasi resmi, namun dipercaya secara luas oleh masyarakat lokal maupun pendaki veteran. Keberadaan Pondok Mayit dan Pondok Demit bukan hanya legenda yang hidup dari mulut ke mulut.

Keduanya sudah menjadi bagian dari narasi besar Gunung Raung, gunung dengan empat puncak dan kaldera kering terbesar di Pulau Jawa.

Di balik keindahan dan tantangan fisiknya, Gunung Raung juga menjadi ruang di mana kepercayaan, sejarah, dan pengalaman spiritual berpadu menjadi satu.

Bagi para pendaki, melintasi dua pos ini bukan hanya soal fisik dan stamina. Tapi juga kesiapan mental. Sebab bukan hanya tubuh yang diuji, melainkan keberanian menghadapi yang tak kasat mata.

Meski begitu, kisah-kisah ini tidak serta-merta membuat Gunung Raung ditinggalkan. Justru sebaliknya, nuansa misterius itu menambah daya tarik tersendiri dari gunung itu.

——–

Artikel ini telah naik di detikJatim.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Endog-endogan Banyuwangi, Tradisi Memperingati Maulid Nabi



Banyuwangi

Untuk memperingati hari lahir Nabi Muhammad SAW, masyarakat Banyuwangi punya tradisi endog-endogan. Tradisi ini merupakan salah satu warisan budaya Banyuwangi yang unik dan penuh makna.

Bagi masyarakat Banyuwangi, terutama komunitas Using, endog-endogan bukan sekadar perayaan, tetapi juga ungkapan rasa cinta kepada Nabi Muhammad SAW, sekaligus sarana memperkuat syiar Islam di Bumi Blambangan.

Sejarah Tradisi endog-endogan

Dilansir dari Repository Unej, tradisi endog-endogan tercatat sudah ada sejak tahun 1777, masa ketika para misionaris VOC berusaha menyebarkan agama Nasrani di wilayah Banyuwangi. Pada masa itu, para ulama dan masyarakat setempat memanfaatkan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai media dakwah.


Mereka merangkai telur rebus hias menjadi arak-arakan meriah yang kemudian dikenal sebagai tradisi endog-endogan. Keberadaan tradisi ini juga terkonfirmasi dalam Cathetan Raden Sudira pada awal 1930-an, hasil riset tentang Banyuwangi atas perintah peneliti Belanda Theodoore Pigeaud.

Dalam manuskrip yang kini tersimpan di Perpustakaan Universitas Indonesia, disebutkan adanya hidangan ancak dan telur hias (endog-endogan) dalam perayaan Maulid Nabi, sebagaimana yang dikenal masyarakat Banyuwangi hingga kini.

Dalam cerita lisan masyarakat, yang dilansir dari arsip pemberitaan detikJatim, tradisi ini bahkan diyakini pertama kali dicetuskan KH Abdullah Faqih dari Cemoro, Songgon.

Menurut penulis buku Islam Blambangan, Ayung Notonegoro, setiap sisi tradisi endog-endogan memiliki nilai filosofis yang melambangkan ajaran Islam. Telur dengan tiga lapisannya mencerminkan Islam, Iman, dan Ihsan sebagai lapisan spiritual yang harus dimiliki seorang muslim.

Sejak awal kemunculannya, tradisi endog-endogan mengalami pasang surut. Ada masa ketika tradisi ini dijalankan meriah, ada masa ketika hampir terpinggirkan oleh arus modernisasi.

Namun, pada tahun 1995, pemerintah daerah Banyuwangi mulai memberi perhatian khusus dengan memasukkannya dalam agenda resmi pariwisata. Sejak itu, tradisi ini dikemas lebih menarik untuk memikat wisatawan, baik lokal maupun mancanegara.

Kini, tradisi endog-endogan semakin berkembang. Arak-arakan berlangsung lebih terorganisir, hiasan telur semakin kreatif, dan fungsi sosialnya semakin kuat sebagai sarana mempererat kebersamaan warga.

Setiap wilayah di Banyuwangi bahkan memiliki ciri khas tersendiri dalam menghias jodang dan menggelar prosesi. Kondisi ini menunjukkan kekayaan budaya lokal yang tetap lestari.

Rangkaian Acara Tradisi Endog-endogan

Tradisi endog-endogan di Banyuwangi memiliki susunan acara yang sarat makna dan nilai kebersamaan. Setiap tahapannya mencerminkan kekayaan budaya Using, sekaligus semangat umat Islam dalam memperingati Maulid Nabi. Berikut rangkaian tradisi endog-endogan yang biasa digelar masyarakat Banyuwangi.

1. Persiapan Telur Hias dan Jodang
Warga menyiapkan ribuan telur rebus yang dihias beraneka warna. Telur-telur ini ditancapkan pada batang pisang atau jodang. Satu jodang biasanya memuat sekitar 50 telur, masing-masing ditempatkan dalam wadah kecil yang menarik.

2. Arak-arakan Telur Sambil Bersalawat
Pada hari pelaksanaan, warga mengenakan pakaian serba putih sebagai simbol kesucian. Mereka mengarak jodang telur keliling kampung sambil diiringi rebana, musik-musik Islami,dan melantunkan salawat Nabi Muhammad SAW. Ribuan warga dari berbagai penjuru berkumpul, melambangkan lima waktu salat wajib.

3. Tausiah dan Doa Bersama
Acara diisi dengan tausiah agama yang dilakukan para ulama. Tausiah ini mengingatkan makna peringatan Maulid Nabi dan nilai Islam, iman, serta ihsan yang disimbolkan telur dalam tradisi endog-endogan.

Sebagai penutup acara, warga duduk bersama menikmati nasi ancak-nasi dan lauk yang disajikan di nampan daun pisang untuk dimakan oleh 4-5 orang. Momen ini menjadi simbol keguyuban, gotong royong, dan persaudaraan antarwarga.

Artikel ini sudah tayang di detikJatim. Baca selengkapnya di sini.

(auh/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Bapak-bapak Merapat, Saatnya Main Mobil RC Offroad di Lereng Bromo



Probolinggo

Buat bapak-bapak dan juga anak-anak, saatnya main mobil-mobilan remote control offroad di lereng gunung Bromo.

Jika biasanya offroader menggunakan mobil sungguhan, lain halnya dengan komunitas RC Adventure Probolinggo. Mereka justru menjelajah hutan, tebing, hingga sungai di lereng Bromo menggunakan mobil offroad remote control (RC).

Belasan mobil mini offroad terlihat berjajar di area Mata Air Tirto Ageng, Kecamatan Lumbang, Kabupaten Probolinggo. Sekilas, mobil-mobil ini tampak seperti aslinya, lengkap dengan ban besar, bodi tangguh, hingga aksesori pendukung seperti sekop, jeriken, tali, hingga tenda mini untuk simulasi kemping.


Beberapa unit bahkan dilengkapi stiker, lampu kabut, dan detail yang mirip mobil sungguhan. Setelah persiapan, para anggota komunitas langsung mengendalikan mobil RC mereka melintasi hutan, bebatuan terjal, hingga jalur sungai yang berlumpur.

Diperlukan ketangkasan dan konsentrasi tinggi agar mobil tidak terjebak di lumpur atau terseret arus sungai. Meski terkesan seperti mainan anak-anak, hobi ini justru mendapat dukungan penuh dari keluarga.

“Awalnya saya tidak tahu kalau suami suka main mobil remote. Tapi ternyata lebih baik hobi ini daripada yang lain. Mobilnya juga dirawat dengan serius dan awet dipakai, dari pada pelihara hewan yang rentan mati dan sulit merawatnya,” ujar Halimatus Sakdiyah, istri salah satu anggota.

Harga mobil RC offroad ini bervariasi, mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 15 juta. Namun, jika sudah dimodifikasi sesuai selera, nilainya bisa menembus puluhan juta rupiah. Tak heran jika hobi ini disebut sebagai permainan yang ‘mahal’, tetapi tetap menyenangkan.

Komunitas RC Adventure Probolinggo sendiri baru terbentuk sekitar tiga bulan lalu dan kini sudah memiliki lebih dari 20 anggota. Mereka rutin berkumpul sebulan sekali dengan membawa keluarga.

“Kalau main sendirian memang terasa sepi. Makanya kami bikin komunitas lewat media sosial, ternyata banyak yang tertarik. Anggota ada yang pakai mobil standar harga ratusan ribu, ada juga yang puluhan juta setelah modifikasi,” jelas Alfian Reza, Ketua RC Adventure Probolinggo.

Bagi yang tertarik, komunitas ini tidak hanya menjadi tempat nostalgia bermain mobil-mobilan di masa kecil, tetapi juga ajang silaturahmi dan petualangan seru menaklukkan alam lereng Bromo.

———

Artikel ini telah naik di detikJatim.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Harga Tiket Kereta Ekonomi Jakarta-Banyuwangi Sekali Jalan, Nggak Perlu Transit



Jakarta

Perjalanan jauh dari Jakarta-Banyuwangi pp bisa ditembuh dengan praktis dan biaya yang ramah kantong. PT Kereta Api Indonesia (KAI) menghadirkan Kereta Api (KA) Blambangan Ekpres untuk memberi layanan perjalanan kelas ekonomi dengan berbagai rute yang dapat ditempuh dari Pasar Senen-Ketapang (Banyuwangi).

KA Blambangan Ekspres menjadi rute terpanjang dari ujung barat ke ujung timur Pulau Jawa. Kereta itu melaju selama 16 jam dan 30 menit.

Perjalanan dengan KA Blambangan Express dijanjikan nyaman untuk penumpang kendati dengan kereta api ekonomi. KAI menyebut KA Blambangan Express memiliki fasilitas standar kelas ekonomi, termasuk AC, reclining seat, dan toilet di dalam kereta.


Penumpang juga bisa menikmati layanan pembelian tiket online melalui aplikasi KAI Access atau loket stasiun, sehingga perjalanan menjadi lebih praktis dan efisien.

Selain itu, jadwal keberangkatan kereta ini cukup fleksibel, dengan beberapa pilihan keberangkatan setiap harinya. Pilihan itu diyakini bisa memudahkan penumpang untuk menyesuaikan waktu perjalanan, baik untuk keperluan liburan maupun urusan bisnis, tanpa harus khawatir soal ketersediaan tiket.

Harga Tiket Kereta Api Blambangan Ekspres Kelas Ekonomi

Melansir situs detikJatim, harga tiket Kereta Api Blambangan Ekspress kelas ekonomi rute Jakarta-Banyuwangi adalah Rp 505 ribu. Kereta itu melaju dengan waktu tempuh sekitar 16 jam 30 menit.

Bagi detikers yang ingin memesan tiket, sekarang lebih praktis melalui aplikasi Access by KAI.

Fasilitas KA Blambangan Ekspres

Kereta api Blambangan Ekspres menyediakan rute pulang-pergi untuk Jakarta-Banyuwangi. Mengutip informasi dari detikJatim, fasilitas yang ditawarkan KA Blambangan Ekspres merupakan kereta kelas ekonomi adalah rangkaian eksekutif dan ekonomi new generation.

Pada kelas ekonomi terdiri dari 19 baris dan 72 kursi dalam satu gerbong. Kereta itu dimodifikasi dengan leg room yang lebih luas, memiliki tipe captain seat atau kursi terpisah, terdapat sandaran di kedua sisi, dan bisa diatur posisinya searah laju kereta atau berhadapan.

Untuk merespons keluhan penumpang dengan kursi yang membelakangi laju kereta, PT KAI mereduksinya. PT KAI menjamin saat ini tidak ada lagi keluhan kursi menghadap belakang atau drama adu dengkul antar penumpang di dalam kereta.

Interior kereta juga dimodifikasi dengan warna yang lebih cerah, bagian bagasi didesain mirip dengan kereta eksekutif. Selain itu, toilet dibuat senyaman mungkin dan terdapat mushola di kereta restorasi.

Jadwal Keberangkatan Kereta Api Blambangan Ekspres

PT KAI meresmikan kereta api Blambangan Ekspres relasi Banyuwangi-Semarang. Hal ini dapar memudahkan masyarakat yang ingin berpergian ke daerah tersebut.PT KAI meresmikan kereta api Blambangan Ekspres relasi Banyuwangi-Semarang. (Budi Candra Setya/Antara)

Jadwal keberangkatan Kereta Api Blambangan Ekspres rute Jakarta-Banyuwangi adalah sebagai berikut:

· Pasar Senen-Ketapang:

Berangkat : 12.10 WIB

Tiba : 04.40 WIB

· Ketapang-Pasar Senen:

Berangkat : 15.45 WIB

Tiba : 08.16 WIB

Rute Kereta api Blambangan Ekspres

Melansir dari situs detikJatim, rute Kereta Api Blambangan Ekspres mulai dari Pasarsenen, Bekasi, Karawang, Cirebon, Tegal, Pekalongan, Semarang Tawang, Ngrombo, Cepu, Bojonegoro, Lamongan, Surabaya Pasarturi, Surabaya Gubeng, Sidoarjo, Bangil, Pasuruan, Probolinggo, Klakah, Tanggul, Rambipuji, Jember, Kalibaru, Kalisetail, Temuguruh, Rogojampi, Banyuwangi Kota, Ketapang.

Tempat Wisata Seru di Banyuwangi

Nah, detikers yang tertarik untuk berlibur ke Banyuwangi dengan Kereta Api Blambangan Ekspres bisa mengunjungi tempat-tempat seru di Banyuwangi, berikut beberapa tempat wisata di Banyuwangi melansir situs detikJatim.

1. De Djawatan, hutan magis Ala “Lord of the Rings”

2. Green Bay (Teluk Ijo)

3. Pulau Tabuhan

4. Air Terjun Telunjuk Raung

5. Air Terjun Kembar Arum

6. Pantai Pulau Merah

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Musala Bersejarah Berusia 158 Tahun Itu Kondisinya Terbengkalai



Sidoarjo

Sebuah musala bersejarah di Sidoarjo yang usianya konon sudah 158 tahun kondisinya memprihatinkan. Bangunannya terbengkalai dan ditelan rimbunan rumput liar.

Musala itu berdiri di Desa Penambangan, Kecamatan Balongbendo, Sidoarjo, Jawa Timur. Warga setempat mengenalnya sebagai Langgar Sawo.

Bangunan musala kecil itu menjadi saksi sejarah perjalanan Islam di kawasan yang dulunya dikenal sebagai pusat perekonomian kerajaan Jenggolo pada masa kolonial Belanda.


Bangunan yang didirikan pada tahun 1867 ini memiliki ciri khas berbeda dengan musala pada umumnya. Atapnya berbentuk unik dengan ornamen menyerupai mahkota bergaya Tionghoa.

Sementara itu, penanda waktu salat dalam musala tersebut menggunakan kentongan kayu, bukan pengeras suara seperti musala modern zaman sekarang.

Dari pantauan di lokasi, musala kuno tersebut saat ini kondisinya sangat memprihatinkan. Bangunannya dikelilingi oleh rerumputan yang tinggi.

Saat menuju musala, kami sangat kesulitan karena banyak rumput liar yang tumbuh. Bahkan saat akan masuk ruang musala, kami juga sangat kesulitan.

Kepala Desa Penambangan, Helmy Firmansyah menuturkan, musala ini awalnya merupakan milik seorang Belanda, sebelum kemudian dibeli oleh seorang saudagar Tionghoa yang memeluk agama Islam. Sejak itulah, bangunan tersebut difungsikan sebagai tempat ibadah umat Muslim setempat.

“Menurut cerita, setelah Belanda, musala ini dibeli oleh orang Tionghoa yang kemudian masuk Islam. Nah, sekitar tahun 1867 itulah musala ini berdiri dan sampai sekarang masih kokoh,” ujar Helmy, Minggu (28/9).

Kini, Langgar Sawo sudah tak lagi dipakai untuk salat berjamaah karena kondisi bangunannya sudah sangat memprihatinkan.

“Yang merawat ada, tapi sifatnya sosial. Musala ini awalnya masih difungsikan untuk ibadah, meski jemaahnya tidak banyak, karena saat ini kondisinya seperti itu akhirnya tidak difungsikan sebagai musala. Bagi kami, keberadaan musala ini adalah ikon desa sekaligus bukti sejarah yang harus tetap dijaga,” lanjut Helmy.

Selain musala, di Desa Penambangan juga masih berdiri rumah bergaya kolonial Belanda yang hingga kini ditempati keturunan pemilik lama. Kehadiran bangunan-bangunan tua itu menambah kekayaan sejarah kawasan Penambangan.

Helmy berharap, keberadaan Langgar Sawo mendapat perhatian dari pemerintah maupun pihak terkait agar bisa dipugar tanpa menghilangkan nilai sejarahnya.

“Bangunan ini punya nilai historis. Dari Belanda, lalu ke Tionghoa Muslim, tapi sayang sampai sekarang tidak dipakai untuk salat. Kalau dirawat dengan baik, musala ini bisa jadi ikon wisata sejarah religi di Balongbendo,” ujarnya.

Efendy (39) warga Penambangan mengatakan bahwa musala kuno yang disebut oleh warga desa Langgar Sawo itu akhir-akhir ini sudah tidak dipakai untuk sholat berjamaah.

“Karena tidak ada yang merawat akhirnya Langgar Sawo saat ini ditumbuhi rumput liar, dan tidak digunakan untuk aktifitas sholat berjamaah,” kata Efendy.

“Kami berharap Pemkab Sidoarjo Langgar Sawo ini dirawat, karena sebagai aikon sejarah Sidoarjo, eman pak gak dirawat,” pungkas Efendy.

——-

Artikel ini telah naik di detikJatim.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Belum Ada Satu Bulan… Cat Ikon Kota Batu Kok Sudah Mengelupas?



Kota Batu

Belum ada satu bulan, tapi cat patung apel yang menjadi ikon wisata dari kota Batu ternyata sudah mengelupas. Kok bisa ya?

Pemerintah Kota Batu nampak getol untuk merombak taman median jalan di kawasan Jalan Sultan Agung. Namun revitalisasi taman itu ternyata mendapat banyak kritikan dari publik.

Salah satu kritikan yang saat ini sedang hangat diperbincangkan publik di media sosial adalah soal kondisi patung apel besar di depan gedung Koramil Kecamatan Batu.


Patung yang baru dibuat tersebut menjadi buah bibir karena catnya sudah mengelupas. Padahal patung apel berukuran besar itu belum lama ini dibuat melalui dana bantuan CSR.

Penampakan miris itu diunggah oleh akun instagram @skyscrapercity_kotabatu pada Rabu (1/10/2025). Dalam unggahan itu nampak foto patung apel dengan kondisi cat mengelupas.

“Belum 1 bulan tapi warna catnya sudah terkelupas, gmn menurut kalian???,” tulis dalam keterangan unggahan tersebut dikutip, Kamis (2/10/2025).

Unggahan tersebut tak ayal mendapat berbagai macam respons dari netizen kota Batu. Mereka turut malu dengan peristiwa itu.

“Lawak-lawak wkwkwkwk. Iki kota wisata batu opo kota wisata bati??,” komentar dari @mau**********.

Plis lah ojo isin2i. Aku mben mulih mbatu liwat kunu loh, yo mosok driverku enggkok ngomong ‘kok patung apelnya jelek gitu pak catnya,” tulis akun @rad**********.

Mosok gawe cat kiloan sing ndek plastik iku,” komentar lain dari @ami***********.

Jelas murah kyk e bahane … Msok mbatu sae dadi piye??,” tulis akun lain @col*******.

Masio mbati yo ojok nemen” rek. Mbok yo seng pantes. Srakah temen se,” komentar lain dari @rov********.

Pembuatan Patung Apel Dinilai Asal-asalan

Dari pantauan di lokasi pada Kamis (2/10/2025) pagi, terlihat sebagian besar cat patung apel berwarna hijau stabilo itu mengelupas. Sehingga bagian dasar patung berwarna putih terlihat.

Pada saat di lokasi, terlihat juga ada beberapa orang yang melakukan perbaikan pada patung apel tersebut.

Salah satu pengendara sepeda motor yang melintas, Angga mengaku cukup prihatin melihat kondisi cat patung apel yang mengelupas. Ia menyebut kemungkinan pembuatan patung itu hanya asal-asalan.

“Kalau gak salah itu baru dibuat tapi kok sudah ngelontok catnya. Pasti catnya murah kalau enggak memang tukangnya saat ngerjakan itu asal aja,” kata Angga.

Warga Kecamatan Batu itu mengatakan bahwa tidak tahu menahu soal apa alasan pemkot Batu membuat patung apel di taman tersebut. Menurutnya, adanya patung itu tidak terlalu penting.

“Gimana ya, sekarang dirombak ada apel besar, ada gunung-gunung sama patung petani malah jadi makin rame dan kelihatan kurang bagus. Mending kayak sebelumnya aja taman biasa tapi rasanya asri,” tutur Angga.

Hal senada juga disampaikan Tomi, warga Kecamatan Junrejo. Dia menilai, pembuatan patung apel bertuliskan jendela mbatu sae itu kurang bagus dan estetik.

“Seharusnya Kota Batu sebagai Kota Wisata bisa memberikan karya yang lebih baik untuk mencerminkan bahwa kota kita unggul. Kalau gini aja catnya udah ngelupas menunjukkan ya segini aja kemampuan pemerintah,” terangnya.

——–

Artikel ini telah naik di detikJatim.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Pakar Buka Suara, Ini Penyebab Ambruknya Bangunan Ponpes di Sidoarjo



Jakarta

Bangunan di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur ambruk pada Senin (29/9/2025) lalu. Per Minggu (5/10/2025) pukul 21.00 WIB, korban meninggal mencapai 52 orang, puluhan belum ditemukan, dan 104 orang selamat.

Ambruknya bangunan ini menuai sorotan dari berbagai pakar. Salah satunya Pakar Teknik Sipil Struktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Mudji Irmawan.

Ia mengatakan, struktur bangunan yang ambruk di Ponpes Al Khoziny dalam keadaan tidak stabil atau labil. Ini karena konstruksi bangunan awalnya direncanakan untuk satu lantai, tapi kemudian dibangun tiga lantai.


“Kalau kita lihat sejarah pembangunan ruang kelas pondok pesantren ini awalnya merupakan bangunan yang direncanakan cuman satu lantai,” kata Mudji kepada detikJatim, Selasa (30/9/2025), dikutip detikEdu, Senin (6/10/2025).

Tidak Sesuai Kaidah Teknis Pembangunan

Mudji menduga, karena bangunan masih aman saat dibangun satu lantai, maka dibangun lantai dua. Namun, akhirnya, beban yang ditanggung lantai satu menjadi bertambah. Begitu pun dengan dilanjutkan lantai tiga, beban semakin bertambah.

Ia menilai, pembangunan ini tidak sesuai kaidah teknis. Ini karena beban yang terus ditambah hingga lantai 3 tidak dihitung dan direncanakan sejak awal.

“Pertanyaannya apakah ini mengikuti kaidah teknis? Tentunya ya tidak, kan tidak dipikirkan dari awal. Sebetulnya apakah ini bisa dicegah? Bisa saja, bisa saja kalau kita melibatkan secara teknik,” ungkapnya.

“Bagaimana kalau ada bangunan lantai satu kemudian dibangun, ditingkatkan menjadi tiga lantai, secara teknik bisa mampu, masih bisa, tapi harus ada hitungannya, ada pendampingannya, ahli teknik, khususnya konstruksi bangunan,” imbuhnya.

Dugaan Pengecoran yang Belum Matang

Di sisi lain, pakar teknik sipil Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya), Yudha Lesmana, menyoroti bangunan yang diberitakan masih tahap pengecoran. Ia menilai, pengecoran seharusnya tidak menimbulkan masalah jika sesuai perencanaan.

“Kalau ini gedung baru yang dibangun bertahap, ada kekhawatiran umur pengecoran belum cukup. Ibaratnya, beton masih lemah karena belum matang sudah ditambah beban baru. Minimal 14 hari, idealnya 28 hari untuk mencapai kekuatan yang memadai,” jelasnya dalam laman resmi UM Surabaya, dikutip Senin (6/10/2025).

Menurut Yudha, perencanaan dan pembangunan gedung seharusnya melibatkan ahli teknik sipil. Sebab, banyak kasus di lapangan dikerjakan tanpa hitungan teknis ahli dan hanya mengandalkan tukang atau kontraktor.

Terkait bangunan di Ponpes Al Khoziny, Yudha mempertanyakan, apakah direncanakan dengan melibatkan ahli teknik sipil atau tidak. Selain itu, menurutnya juga patut dipertanyakan apakah bahan-bahan konstruksinya sesuai mutu atau tidak.

“Dalam praktik, ada perhitungan teknik sipil untuk IMB (izin mendirikan bangunan), tapi pelaksanaannya sering tidak sesuai. Bisa saja material yang dibeli tidak sesuai spesifikasi. Ini fenomena jamak di masyarakat,” ujar dosen yang mengajar struktur beton, baja, dan struktur tahan gempa itu.

Pentingnya Pengawasan dalam Pembangunan

Sementara itu, Guru Besar Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Mochamad Solikin, kegagalan konstruksi sebenarnya bisa menimpa berbagai jenis bangunan. Kegagalan bisa terjadi jika perencanaan dan pelaksanaan tidak sesuai kaidah konstruksi.

Dia menyoroti berbagai hal termasuk disiplin dalam tahap pelaksanaan hingga materialnya. Ia menekankan pentingnya keterlibatan profesional seperti perencana, kontraktor, dan pengawas.

“Kontraktor tidak boleh mengawasi dirinya sendiri. Harus ada konsultan pengawas resmi yang kompeten agar kualitas dan keselamatan terjamin,” ucapnya, dikutip dari laman resmi Muhammadiyah, Senin (6/10/2025).

Solikin menyayangkan, bahwa di masyarakat, prosedur konstruksi sering diabaikan. Padahal, dampak kegagalan konstruksi bisa sangat fatal.

Sebagai akademisi, Solikin menuturkan bahwa Fakultas Teknik UMS memiliki komitmen untuk membantu masyarakat dalam bidang pendampingan teknis. Ia memberi contoh, tim UMS pernah menilai kelayakan gedung pascakebakaran, mengevaluasi struktur yang dialihfungsikan, hingga mendampingi pembangunan baru.

“Itu bagian dari pengabdian kami kepada masyarakat,” katanya.

Ia mengajak semua pihak untuk lebih menaati standar keamanan dalam pembangunan. Ia juga menegaskan untuk melibatkan ahli dalam setiap pembangunan sejak awal.

“Kegagalan bangunan bukan sekadar kerugian material, tapi juga bisa merenggut nyawa. Karena itu, mari taati standar dan libatkan tenaga ahli sejak awal,” pungkasnya

(faz/twu)



Sumber : www.detik.com