Tag Archives: detiktravel

6 Kegiatan Seru yang Bisa Dilakukan di Eco Edu Wisata Ciliwung



Jakarta

Eco Edu Wisata Ciliwung merupakan wisata dari revitalisasi sungai Ciliwung. Ada setidaknya 7 kegiatan seru yang bisa dilakukan di tempat wisata ini.

Tempat wisata yang berdiri sejak 2006 ini memiliki salah satu tujuan yaitu agar sungai Ciliwung bersih dan rapih. Kami pun berkesempatan untuk mengobrol dengan pelopor Masyarakat Pecinta Sungai Ciliwung (Mat Peci), Usman Firdaus.

Dengan Eco Edu Wisata Ciliwung, pihak pengelola ingin menunjukan kalau wisata itu enggak selalu ‘fun’, tapi juga memiliki milai kepedulian agar lingkungan tetap bersih. Berwisata sambil menanam pohon dan mendaur ulang sampah.


Tantangan terbesar dalam mengelola Eco Edu Wisata ini adalah kesadaran masyarakat yang masih membuang sampah sembarangan di area sekitar sungai dari semua kalangan.

“Tujuan dari adanya Eco Edu Wisata Ciliwung dalam rangka menjaga kelestarian alam dan sungai”, kata Usman Firdaus, Kamis (27/9).

Di Eco Edu Wisata Ciliwung, ada setidaknya 7 kegiatan seru yang bisa traveler coba, berikut di antaranya:

1. Edukasi Lingkungan

Di sini traveler akan diajarkan bagaimana cara membibitkan tanaman, seperti tanaman-tanaman endemik Jakarta. Tanaman yang ditanam di Eco Wisata Ciliwung ini ada tanaman pohon gandaria, dan kemang.

2. Urban Farming dan Ketahanan Pangan Mandiri

Di kegiatan ini, traveler akan diajarkan cara bagaimana menanam sayuran, memelihara ikan, cara mengelola kompos, sebagai bahan edukasi, dan sumber ketahanan pangan warga sekitar Ciliwung.

3. Kebun Bibit Pohon dan Tanaman

Menjaga budaya dan kearifan lokal di sekitar sungai juga bisa dilakukan di sini. Hasil perkebunan disalurkan untuk dikonsumsi warga sekitar dan pengelola, dan masyarakat umum yang ingin membelinya. Bibit dan tanaman yang ditanam di kebun ini ada kangkung, cabai, bayam, tomat, dan lainnya.

4. Pengelolaan Sampah Organik

Pengelolaan sampah organik berasal dari bahan bekas makanan yang tidak habis untuk dijadikan kompos oleh maggot dan eco enzim. Kegiatan ini sebagai bahan edukasi bagi pengunjung.

Kompos yang dihasilkan akan dijadikan pupuk bagi tanaman yang ada di kebun urban farming, dan disalurkan ke masyarakat umum secara cuma-cuma. Program pengelolaan sampah organik bertujuan untuk menjaga budaya dan kearifan lokal yang ada di Sungai Ciliwung.

Eco Edu Wisata Sungai Ciliwung, JakartaEco Edu Wisata Sungai Ciliwung, Jakarta Foto: Qonita Hamidah/detikcom

5. Susur Sungai

Kegiatan ini dilakukan untuk pendidikan pelatihan rescue dan kemanusiaan dari masyarakat yang ingin mengadakan susur sungai untuk siaga bencana.

6. Sekolah Sungai Ciliwung

Sekolah sungai Ciliwung di Eco Edu Wisata Ciliwung terbuka untuk umum, baik sekolah, universitas, dan mahasiswa yang ingin meneliti sungai ini sebagai tugas akhir.

Untuk pemateri di sekolah sungai Ciliwung biasanya datang dari relawan mahasiswa dan pengelola Eco Edu Wisata Ciliwung. Program Sekolah lingkungan tergantung request dari peserta.

“Yang ngisi materi di sekolah lingkungan ada relawan mahasiswa dari kampus-kampus Jakarta, bisa juga saya sendiri yang ngisi materi”, kata Usman Firdaus pelopor Masyarakat Pecinta Sungai Ciliwung (Mat Peci).

Tujuan diselenggarakan pendidikan sekolah sungai ciliwung adalah alam terjaga, kearifan lokal terpelihara, masa depan lebih baik.

7. Pembibitan Ikan dan Unggas

Berdasarkan pengamatan detikTravel, unggas di wisata ini ada bebek, angsa, dan ayam. Sedangkan jenis ikan ada beberapa jenis yang ada dipelihara untuk memenuhi kebutuhan protein sehat bagi masyarakat.

Eco Edu Wisata Ciliwung biasanya ramai di weekend. Kalau weekday biasanya ada permintaan dari sekolah untuk mengadakan kegiatan edukasi lingkungan di sungai.

Dengan hadirnya Eco Edu Wisata Ciliwung, masyarakat tidak hanya diajak menikmati wisata, tetapi juga belajar menjaga kelestarian lingkungan melalui berbagai kegiatan edukatif. Tempat ini menjadi bukti nyata bahwa wisata bisa sejalan dengan kepedulian terhadap alam dan pemberdayaan warga sekitar.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Prabowo Sebut Indonesia Kaya Sumber Daya Alam, Ternyata Bukan Omon-Omon

Jakarta

Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam yang begitu besar. Dia menyayangkan bahwa kekayaan itu justru sering diganggu bahkan diinvasi asing.

Pernyataan itu disampaikan Prabowo dalam pidato upacara HUT TNI ke-80 pada Minggu (5/10/2025). Prabowo mengatakan pihak asing seringkali datang ke Indonesia hanya untuk merenggut kekayaan yang ada di bumi Nusantara.

“Saudara-saudara tak perlu ditutup-tutupi kekayaan alam kita besar, ratusan tahun Nusantara diganggu dan diinvasi oleh kekuatan asing, mereka datang ke kita untuk ambil kekayaan kita,” kata Prabowo dalam pidato yang disiarkan virtual, Minggu (5/10/2025), dilansir detikfinance.


Dia menekankan sampai saat ini masih banyak sekali kekayaan alam yang dicuri, diselundupkan, hingga diambil oleh kekuatan-kekuatan yang tidak bertanggungjawab.

“Sampai detik ini sampai hari ini banyak kekayaan kita yang dicuri, diselundupkan dan diambil oleh kekuatan yang tidak bertanggungjawab,” ujar Prabowo.

Prabowo menyatakan kekayaan alam itu seharusnya bisa diselamatkan untuk bisa dikelola bagi kemakmuran rakyat dan pada akhirnya memberantas kemiskinan di Indonesia karena semua orang mendapat berkah kekayaan negara.

“Kekayaan itu sangat penting agar bangsa Indonesia jadi bangsa yang maju, negara modern, dan adil makmur sesuai cita-cita bangsa Indonesia,” ujar Prabowo.

Prabowo mengingatkan TNI sebagai pelindung bangsa Indonesia harus tanggap melihat persoalan itu. Dia meminta TNI lebih banyak membantu penegakan hukum dalam rangka menjaga pengelolaan kekayaan negara.

“TNI harus intropeksi diri dengan semua organisasi yang dimiliki TNI harus tanggap, TNI harus bantu penegak hukum, bantu pemerintah daerah dan pusat untuk menjaga kekayaan kita sumber daya alam kita,” kata Prabowo.

Betulkah Indonesia begitu kaya? detiktravel merangkum dari berbagai sumber tentang kekayaan Indonesia, termasuk pariwisata dengan keberagamannya.

Produksi Timah RI Peringkat 3 Dunia

Kawasan hutan mangrove yang rusak akibat penambangan biji timah ilegal di perairan Teluk Kelabat Dalam, Belinyu, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, Minggu (26/1/2025). Kerusakan kawasan hutan mangrove di daerah tersebut dikarenakan maraknya penambangan biji timah ilegal. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Hutan mangrove di Banga Belitung rusak akibat tambang timah ilegal. (detikcom)

Belum lama ini Prabowo mencontohkan timah sebagai salah satu kasus kekayaan negara yang diincar asing. Menurutnya, banyak tambang timah ilegal ditemukan di Bangka Belitung yang menyimpan pasokan timah besar dan terkemuka di dunia. Dia mengatakan hasil dari tambang ilegal itu juga hasilnya diselundupkan ke pihak asing di luar negeri.

“Bangka Belitung yang cukup lama menjadi pusat tambang timah terkemuka di dunia. Itu terdapat 1.000 tambang ilegal,” ungkap Prabowo di acara Munas VI PKS, Senin (29/9).

Per 1 September 2025, dia memberikan perintah khusus kepada TNI, Polri, dan Bea Cukai untuk membuat operasi besar pemberantasan tambang ilegal di Bangka Belitung. Operasi ini menutup peluang bagi penyelundupan timah ilegal ke luar negeri.

“Menutup yang selama ini hampir 80% hasil timah tiap tahun diselundupkan tiap tahun, 80% timah kita. Kita tutup. Dan selundupnya macam-macam ada yang pakai kapal, pakai feri, sekarang tutup! Semua tidak bisa keluar. Sampan pun tak bisa keluar,” kata Prabowo.

Menurut Booklet Tambang Timah 2020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2019 Indonesia memproduksi 78.189 ton timah dengan total cadangan mencapai 800 ribu ton.

Mineral timah di Indonesia tersebar di beberapa daerah yang dinamai dengan The Indonesian Tin Belt. Di Indonesia, timah dapat ditemukan di sejumlah pulau di Bangka Belitung. Bangka Belitung merupakan merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia, bahkan mendominasi 90 persen dari produksi timah nasional. Penambangannya sudah dimulai sejak 1711.

Kemudian, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat, kemudian Sulawesi Utara utamanya di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara.

Merujuk U.S. Geological Survey (USGS) pada 2024 produsen timah terbesar dunia adalah China dengan produksi timah sebesar 69.000 metrik ton. Tambang-tambang timah utama China itu berada di provinsi Yunnan, Guangxi, dan Hunan.

Indonesia menempati peringkat kedua negara penghasil timah terbesar di dunia adalah Indonesia. Pada 2024, Indonesia berhasil menghasilkan sekitar 52.000 metrik ton timah. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan estimasi tahun 2023 yang mencapai 69.000 metrik ton.

Urutan ketiga produsen timah dunia adalah Myanmar. Negara itu menempati urutan kedua sebagai negara penghasil timah terbesar di dunia dengan 34.000 metrik ton timah per tahun 2024. Melengkapi lima besar adalah Peru dan Brasil.

Indonesia Raja Nikel

Foto udara suasana aktivitas tambang ore nikel di perusahaan pertambangan PT.Nusa Karya Arindo (NKA) Sub Antam Group di Desa Maba, Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, Senin (30/6/2025). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berencana mendiversifikasi hilirisasi ke sektor perikanan dan perkebunan untuk 8 tahun ke depan dengan memanfaatkan lahan eks-tambang di Maluku Utara untuk membagun pusat ekonomi baru agar Indonesia tidak terkena kutukan sumber daya alam yang mana setelah pertambangan pemutaran ekonomi tetap terus berjalan.ANTARA FOTO/Andri Saputra/bar
Bekas tambang nikel di Maluku Utara (Andri Saputra/Antara)

Berdasarkan laporan U.S. Geological Survey (USGS) 2024, sumber daya nikel di dunia diperkirakan mencapai lebih dari 350 juta ton. Sementara itu, cadangan nikel yang tersebar di seluruh dunia diperkirakan mencapai lebih dari 130 juta ton. Produksi tambang nikel diperkirakan meningkat secara global dari 3,27 juta ton pada 2022 menjadi 3,6 juta ton pada 2023.

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2022-2027, cadangan dan produksi nikel Indonesia berada di peringkat pertama di dunia atau setara dengan 23% cadangan dunia dan produksi 29% dari cadangan dunia.

Indonesia memiliki total sumber daya nikel sebesar 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam. Indonesia juga masih menyimpan beberapa potensi nikel yang belum dieksplorasi (greenfield) yang dapat dikembangkan, seperti di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

USGS memperkirakan produksi nikel Indonesia pada 2023 mencapai 1,8 juta ton, hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia.

Sebagai runner-up adalah Filipina. Pertambangan nikel di Filipina berada di Palawan dan Mindanao. Berdasarkan data USGS, Filipina diperkirakan memiliki cadangan nikel 4,8 juta ton. Produksi nikel Filipina pada 2023 berada di peringkat kedua terbesar di dunia sebanyak 400.000 ton.

Melengkapi lima besar terdapat Kaledonia Baru yang memiliki nikel dengan volume 230.000 ton pada 2023. USGS mencatat cadangan nikel Kaledonia Baru diestimasi mencapai 7,1 juta ton.

Kemudian, Rusia yang memproduksi nikel 200.000 ton pada 2023. USGS mengestimasi cadangan nikel Rusia mencapai 8,3 juta ton.

Di urutan kelima ada Kanada dengan produksi mencapai 180.000 ton pada 2023. Produksi tersebut meningkat cukup signifikan dibandingkan produksi 2022 yang mencapai 143.000 ton. Sementara itu, potensi cadangan nikel Kanada diperkirakan mencapai 2,2 juta ton

Potensi Pariwisata Unggul dengan Keberagaman

Pemandangan Danau Segara Anak dari puncak Gunung Rinjani, NTB. (Ahmad Viqi/detikBali)
Suasana Pelawangan Gunung Rinjani, Lombok, NTB. (Ahmad Viqi/detikBali).

Berdasarkan laporan Travel & Tourism Development Index (TTDI) 2024 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), Indonesia mencatatkan kemajuan signifikan dalam sektor pariwisata global.

Dalam laporan itu, Indonesia menempati peringkat ke‑22 dari 119 negara, naik 10 peringkat dari posisi sebelumnya di urutan ke‑32. Capaian ini sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kinerja pariwisata terbaik kedua di kawasan ASEAN, hanya di bawah Singapura, dan mengungguli negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Indonesia unggul karena keberagaman jenis wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dari berbagai latar belakang, baik yang mencari pengalaman alam, budaya, petualangan, maupun hiburan urban. Keanekaragaman ini menjadi salah satu faktor kunci yang mendukung kenaikan peringkat Indonesia dalam TTDI 2024.

Beberapa keunggulan utama Indonesia yang diakui dalam laporan TTDI 2024 antara lain:
1. Kebijakan pariwisata yang mendukung dan kompetitif, termasuk kemudahan regulasi, keterbukaan terhadap wisatawan internasional, serta prioritas pemerintah dalam pengembangan sektor ini.

2. Daya saing harga (price competitiveness) yang tinggi, menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata yang relatif terjangkau, baik dari sisi akomodasi, transportasi, maupun layanan.

3. Kekayaan sumber daya alam, seperti keanekaragaman hayati, lanskap alam yang indah, taman nasional, laut, pegunungan, hingga warisan budaya yang kuat-semuanya menjadi daya tarik utama wisatawan dunia.

4. Komitmen terhadap keberlanjutan, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan, di mana Indonesia dinilai memiliki pendekatan yang semakin inklusif terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

Meskipun demikian, laporan tersebut juga menyoroti beberapa aspek yang masih perlu diperkuat, seperti infrastruktur transportasi lokal, kualitas layanan kesehatan dan kebersihan di kawasan wisata, serta peningkatan kapasitas dan pelatihan sumber daya manusia di sektor pariwisata.

Produksi Batubara Indonesia Peringkat 3 Dunia

Pemandu wisata menunjukan lubang yang baru akan dibuka, di lubang tambang Mbah Suro level II, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, (4/2/2024). Lubang tambah batubara yang menjadi objek wisata itu kini bisa diakses mulai level I hingga ke level II yang baru dibuka sepanjang 60 meter dan ada lubang lainnya yang dibuka secara bertahap. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/Spt.
Ilustrasi tambang batubara (Iggoy el Fitra/Antara)

Merujuk International Energy Agency, produksi batubara dunia pada 2024 mengalami peningkatan sebesar 1,4% dibandingkan 2023, mencapai sekitar 9,15 miliar ton. Kenaikan itu terutama didorong oleh tiga negara produsen terbesar, yaitu China, India, dan Indonesia, yang secara kolektif menyumbang hampir tiga perempat dari total produksi global.

China menjadi produsen utama dengan sekitar 4,78 miliar ton atau lebih dari 51% produksi dunia, diikuti oleh India dengan 1,08 miliar ton dan Indonesia yang mencatat produksi sekitar 836 juta ton.

Sementara itu, produksi di negara lain, seperti Amerika Serikat (AS) justru menurun signifikan hingga 11% akibat turunnya permintaan domestik. Peningkatan produksi di Asia, khususnya di China dan India, sebagian besar disebabkan oleh tingginya permintaan listrik dari sektor industri, sedangkan di Indonesia, pertumbuhan dipacu oleh pasar ekspor.

Produksi Gas Alam Indonesia di Posisi ke-12 Dunia

Petugas PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN) melakukan pengecekan rutin instalasi di PT Ubin Keramik Kemenangan Jaya Bogor, Jawa Barat. PGN telah mengoperasikan infrastruktur pipa gas bumi sepanjang 7.453 km atau setara 80% pipa gas bumi hilir di seluruh Indonesia.
Ilustrasi gas alam (dok. PGN)

Merujuk data Enerdata, produksi gas alam Indonesia ada di urutan ke-12 pada 2024. Yakni, mencapai 72 miliar meter kubik (bcm). Tepat di atas Indonesia adalah Malaysia dengan volume 80 bcm.

Juara penghasil gas alam dunia adalah Amerikat Serikat (AS) dengan volume 1.092 bcm, Rusia 706 bcm, dan China 293 bcm.

Cadangan gas alam Indonesia masih cukup besar, terutama di wilayah Kalimantan, Papua, dan Natuna. Proyek besar seperti Tangguh Train 3 (Papua) dan pengembangan di Blok Masela (Maluku) diharapkan meningkatkan kapasitas produksi dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, tantangan struktural seperti infrastruktur pipa yang terbatas dan kebutuhan investasi jangka panjang masih menjadi perhatian utama.

Keanekaragaman Hayati RI Peringkat 3 Dunia

Warga melintas di kawasan mangrove Desa Maileppet, Siberut Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat, Selasa (8/7/2025). Kawasan hutan mangrove Siberut yang berada di dalam Taman Nasional Siberut itu memiliki sebanyak 23 spesies mangrove yang dapat dikembangkan menjadi destinasi wisata berbasis lingkungan. ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/agr
Hutan mangrove di Mentawai (Iggoy el Fitra/Antara)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, menempati peringkat ketiga setelah Brasil dan Kolombia.

Merujuk laporan WWF, dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di seluruh nusantara, Indonesia memiliki berbagai ekosistem mulai dari hutan hujan tropis, pegunungan, hingga terumbu karang yang kaya akan spesies flora dan fauna unik.

Indonesia menjadi rumah bagi sekitar 10% spesies tumbuhan berbunga dunia, 17% spesies burung, serta 25% spesies mamalia laut. Wilayah laut Indonesia juga termasuk dalam Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang merupakan pusat keanekaragaman terumbu karang dunia.

Matahari, Sumber Daya Alam Terbarukan Tersedia Sepanjang Tahun

Petugas PLN berada di dekat area Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) terapung Tambaklorok, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (25/6/2025). PLTS terapung Tambaklorok yang dioperasikan oleh PLN Indonesia Power (PLN IP) itu memiliki kapasitas 561,60 kilowatt peak (kWp) yang mampu memproduksi listrik ramah lingkungan sebesar 787.400,60 kWh per tahun. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
Listrik dari Atas Air, PLTS Terapung Tambaklorok menghasilkan energi bersih. (Aprillio Akbar/Antara)

Matahari merupakan salah satu sumber daya alam terbesar dan terbarukan di Indonesia. Berada di sekitar khatulistiwa, Indonesia menerima intensitas sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, sehingga memiliki potensi besar untuk pengembangan energi surya.

Salah satunya dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Saat ini, kapasitas PLTS di Indonesia mencapai sekitar 400-500 megawatt, meskipun kontribusinya terhadap bauran energi listrik nasional masih relatif kecil, yakni sekitar 0,2-0,3 persen.

Pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas PLTS hingga 3,6 gigawatt pada tahun 2030 sebagai bagian dari Rencana Umum Energi Nasional. Pemanfaatan energi surya tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan listrik secara berkelanjutan, tetapi juga mendukung upaya pengurangan emisi karbon dan diversifikasi sumber energi nasional.

Bahkan, di beberapa provinsi di Indonesia, energi matahari tersedia dalam jumlah yang lebih melimpah dibandingkan provinsi lainnya, menjadikannya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan. Di antaranya adalah provinsi seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, dan sebagian wilayah Papua, yang menerima rata-rata paparan sinar matahari lebih dari 5 kWh/m² per hari sepanjang tahun.

Cadangan Air Tawar Nomor Lima Dunia

Seorang anak berjalan di atas Jembatan Gantung Sungai Cicadas di Desa Karanganyar, Cililin, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (31/8/2025). Vertical Rescue Indonesia (VRI) membangun jembatan gantung sepanjang 120 meter yang menghubungkan Desa Karanganyar, Kecamatan Cililin dengan Desa Suka Mulya, Kecamatan Cipongkor guna mempermudah masyarakat yang selama ini kesulitan mengakses layanan pendidikan, ekonomi, kesehatan, hingga administrasi kependudukan akibat kondisi geografis yang terisolasi. ANTARA FOTO/Abdan Syakura/foc.
Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan air tawar terbesar di dunia, menempati peringkat ke‑5 setelah Brasil, Rusia, Amerika Serikat, dan Kanada (Abdan Syakura/Antara)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan air tawar terbesar di dunia, menempati peringkat ke‑5 setelah Brasil, Rusia, Amerika Serikat, dan Kanada. Berdasarkan data dari Faq Aquastat dan World Bank, total volume potensi sumber daya air tawar di Indonesia mencapai sekitar 2.019 km kubik per tahun atau setara dengan 2.019 triliun liter air.

Sumber daya air itu mencakup air hujan, aliran sungai, danau, rawa, air tanah, serta air lintas batas yang mengalir ke wilayah Indonesia. Potensi tersebut tersebar di ribuan sungai dan ratusan danau di seluruh nusantara, termasuk sungai besar seperti Kapuas, Mahakam, dan Musi, serta danau-danau besar seperti Danau Toba dan Danau Poso.

Kendati memiliki cadangan air yang sangat besar, tingkat pemanfaatan air tawar Indonesia masih relatif rendah, yakni hanya sekitar 17-20% dari total potensi yang tersedia, akibat tantangan dalam infrastruktur, pengelolaan sumber daya, dan distribusi yang belum merata. Potensi besar ini perlu dikelola dengan baik untuk menjamin ketahanan air nasional, terutama di tengah ancaman perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.

Indonesia Kaya Ikan Laut dan Ikan Budidya

Sejumlah nelayan mengambil ikan yang terperangkap jaring di kawasan pantai Lam Awe, Aceh Besar, Aceh, Kamis (3/4/2025). Sebagian nelayan Aceh mulai H+3 Idul Fitri 1446 Hijriah kembali beraktivitas menangkap ikan guna memenuhi permintaan pasar usai libur sejak H-3 Lebaran sesuai kesepakatan dalam hukum adat laut. ANTARA FOTO/Khalis Surry
Nelayan panen ikan di laut (Khalis Surry/Antara)

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perikanan terbesar di dunia, baik dari sektor perikanan tangkap di laut maupun perikanan budidaya (akuakultur). Letaknya yang strategis di antara dua samudra dan memiliki lebih dari 17.000 pulau membuat wilayah laut Indonesia sangat luas dan kaya akan sumber daya ikan.

Indonesia menempati peringkat kedua dunia dalam produksi perikanan tangkap dan budidaya, berdasarkan laporan FAO (2022). Total produksi perikanan Indonesia (tangkap dan budidaya) melebihi 23 juta ton per tahun.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi lestari sumber daya ikan Indonesia di perairan laut mencapai sekitar 12 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, kapasitas pemanfaatannya dibatasi hingga 80% atau sekitar 9,6 juta ton per tahun untuk menjaga keberlanjutan.

Indonesia juga menjadi produsen perikanan budidaya terbesar kedua di dunia setelah China, dengan komoditas unggulan seperti udang, bandeng, nila, lele, dan rumput laut.

Adapun, komoditas unggulan ikan Indonesia adalah perikanan tangkap mulai dari tuna, cakalang, tongkol, ikan demersal, hingga pelagis kecil. Kemudianperikanan budidaya mulai dari udang vaname, bandeng, nila, lele, hingga rumput laut.

Volume Emas Indonesia Peringkat Keempat

Emas batangan
Ilustrasi emas (Getty Images/urzine)

Merujuk World Gold Council juara produksi emas dunia adalah China. Negeri Panda itu memproduksi emas terbesar dengan 378 ton per 31 Desember 2023.

Rusia menyusul di posisi kedua dengan produksi emas mencapai 321,8 ton. Pada posisi ketiga dan keempat, berturut-turut ada Australia dengan 293,8 ton, kemudian Kanada dengan 191,9 ton.

Di urutan kelima produksi emas terbesar di dunia ditempati Amerika Serikat (AS) dengan 166,7 ton. Kemudian terdapat Ghana di peringkat keenam dunia sekaligus menjadi satu-satunya perwakilan Afrika di daftar sepuluh besar produksi emas terbanyak di dunia per 2023.

Indonesia menempati posisi ke-7 dengan produksi emas mencapai 132,5 ton pada 2023. Peru, Meksiko, dan Uzbekistan melengkapi 10 besar.

Halaman 2 dari 11

Belum lama ini Prabowo mencontohkan timah sebagai salah satu kasus kekayaan negara yang diincar asing. Menurutnya, banyak tambang timah ilegal ditemukan di Bangka Belitung yang menyimpan pasokan timah besar dan terkemuka di dunia. Dia mengatakan hasil dari tambang ilegal itu juga hasilnya diselundupkan ke pihak asing di luar negeri.

“Bangka Belitung yang cukup lama menjadi pusat tambang timah terkemuka di dunia. Itu terdapat 1.000 tambang ilegal,” ungkap Prabowo di acara Munas VI PKS, Senin (29/9).

Per 1 September 2025, dia memberikan perintah khusus kepada TNI, Polri, dan Bea Cukai untuk membuat operasi besar pemberantasan tambang ilegal di Bangka Belitung. Operasi ini menutup peluang bagi penyelundupan timah ilegal ke luar negeri.

“Menutup yang selama ini hampir 80% hasil timah tiap tahun diselundupkan tiap tahun, 80% timah kita. Kita tutup. Dan selundupnya macam-macam ada yang pakai kapal, pakai feri, sekarang tutup! Semua tidak bisa keluar. Sampan pun tak bisa keluar,” kata Prabowo.

Menurut Booklet Tambang Timah 2020 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pada 2019 Indonesia memproduksi 78.189 ton timah dengan total cadangan mencapai 800 ribu ton.

Mineral timah di Indonesia tersebar di beberapa daerah yang dinamai dengan The Indonesian Tin Belt. Di Indonesia, timah dapat ditemukan di sejumlah pulau di Bangka Belitung. Bangka Belitung merupakan merupakan penghasil timah terbesar di Indonesia, bahkan mendominasi 90 persen dari produksi timah nasional. Penambangannya sudah dimulai sejak 1711.

Kemudian, Riau, Kepulauan Riau, dan Kalimantan Barat, kemudian Sulawesi Utara utamanya di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dan Minahasa Utara.

Merujuk U.S. Geological Survey (USGS) pada 2024 produsen timah terbesar dunia adalah China dengan produksi timah sebesar 69.000 metrik ton. Tambang-tambang timah utama China itu berada di provinsi Yunnan, Guangxi, dan Hunan.

Indonesia menempati peringkat kedua negara penghasil timah terbesar di dunia adalah Indonesia. Pada 2024, Indonesia berhasil menghasilkan sekitar 52.000 metrik ton timah. Angka tersebut menurun dibandingkan dengan estimasi tahun 2023 yang mencapai 69.000 metrik ton.

Urutan ketiga produsen timah dunia adalah Myanmar. Negara itu menempati urutan kedua sebagai negara penghasil timah terbesar di dunia dengan 34.000 metrik ton timah per tahun 2024. Melengkapi lima besar adalah Peru dan Brasil.

Berdasarkan laporan U.S. Geological Survey (USGS) 2024, sumber daya nikel di dunia diperkirakan mencapai lebih dari 350 juta ton. Sementara itu, cadangan nikel yang tersebar di seluruh dunia diperkirakan mencapai lebih dari 130 juta ton. Produksi tambang nikel diperkirakan meningkat secara global dari 3,27 juta ton pada 2022 menjadi 3,6 juta ton pada 2023.

Berdasarkan Rencana Pengelolaan Mineral dan Batubara Nasional Tahun 2022-2027, cadangan dan produksi nikel Indonesia berada di peringkat pertama di dunia atau setara dengan 23% cadangan dunia dan produksi 29% dari cadangan dunia.

Indonesia memiliki total sumber daya nikel sebesar 17,7 miliar ton bijih dan 177,8 juta ton logam, dengan cadangan 5,2 miliar ton bijih dan 57 juta ton logam. Indonesia juga masih menyimpan beberapa potensi nikel yang belum dieksplorasi (greenfield) yang dapat dikembangkan, seperti di Provinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.

USGS memperkirakan produksi nikel Indonesia pada 2023 mencapai 1,8 juta ton, hal tersebut membuat Indonesia menjadi negara penghasil nikel terbesar di dunia.

Sebagai runner-up adalah Filipina. Pertambangan nikel di Filipina berada di Palawan dan Mindanao. Berdasarkan data USGS, Filipina diperkirakan memiliki cadangan nikel 4,8 juta ton. Produksi nikel Filipina pada 2023 berada di peringkat kedua terbesar di dunia sebanyak 400.000 ton.

Melengkapi lima besar terdapat Kaledonia Baru yang memiliki nikel dengan volume 230.000 ton pada 2023. USGS mencatat cadangan nikel Kaledonia Baru diestimasi mencapai 7,1 juta ton.

Kemudian, Rusia yang memproduksi nikel 200.000 ton pada 2023. USGS mengestimasi cadangan nikel Rusia mencapai 8,3 juta ton.

Di urutan kelima ada Kanada dengan produksi mencapai 180.000 ton pada 2023. Produksi tersebut meningkat cukup signifikan dibandingkan produksi 2022 yang mencapai 143.000 ton. Sementara itu, potensi cadangan nikel Kanada diperkirakan mencapai 2,2 juta ton

Berdasarkan laporan Travel & Tourism Development Index (TTDI) 2024 yang dirilis oleh World Economic Forum (WEF), Indonesia mencatatkan kemajuan signifikan dalam sektor pariwisata global.

Dalam laporan itu, Indonesia menempati peringkat ke‑22 dari 119 negara, naik 10 peringkat dari posisi sebelumnya di urutan ke‑32. Capaian ini sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kinerja pariwisata terbaik kedua di kawasan ASEAN, hanya di bawah Singapura, dan mengungguli negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Thailand.

Indonesia unggul karena keberagaman jenis wisata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan dari berbagai latar belakang, baik yang mencari pengalaman alam, budaya, petualangan, maupun hiburan urban. Keanekaragaman ini menjadi salah satu faktor kunci yang mendukung kenaikan peringkat Indonesia dalam TTDI 2024.

Beberapa keunggulan utama Indonesia yang diakui dalam laporan TTDI 2024 antara lain:
1. Kebijakan pariwisata yang mendukung dan kompetitif, termasuk kemudahan regulasi, keterbukaan terhadap wisatawan internasional, serta prioritas pemerintah dalam pengembangan sektor ini.

2. Daya saing harga (price competitiveness) yang tinggi, menjadikan Indonesia sebagai destinasi wisata yang relatif terjangkau, baik dari sisi akomodasi, transportasi, maupun layanan.

3. Kekayaan sumber daya alam, seperti keanekaragaman hayati, lanskap alam yang indah, taman nasional, laut, pegunungan, hingga warisan budaya yang kuat-semuanya menjadi daya tarik utama wisatawan dunia.

4. Komitmen terhadap keberlanjutan, baik dalam aspek sosial, ekonomi, maupun lingkungan, di mana Indonesia dinilai memiliki pendekatan yang semakin inklusif terhadap pengelolaan pariwisata berkelanjutan.

Meskipun demikian, laporan tersebut juga menyoroti beberapa aspek yang masih perlu diperkuat, seperti infrastruktur transportasi lokal, kualitas layanan kesehatan dan kebersihan di kawasan wisata, serta peningkatan kapasitas dan pelatihan sumber daya manusia di sektor pariwisata.

Merujuk International Energy Agency, produksi batubara dunia pada 2024 mengalami peningkatan sebesar 1,4% dibandingkan 2023, mencapai sekitar 9,15 miliar ton. Kenaikan itu terutama didorong oleh tiga negara produsen terbesar, yaitu China, India, dan Indonesia, yang secara kolektif menyumbang hampir tiga perempat dari total produksi global.

China menjadi produsen utama dengan sekitar 4,78 miliar ton atau lebih dari 51% produksi dunia, diikuti oleh India dengan 1,08 miliar ton dan Indonesia yang mencatat produksi sekitar 836 juta ton.

Sementara itu, produksi di negara lain, seperti Amerika Serikat (AS) justru menurun signifikan hingga 11% akibat turunnya permintaan domestik. Peningkatan produksi di Asia, khususnya di China dan India, sebagian besar disebabkan oleh tingginya permintaan listrik dari sektor industri, sedangkan di Indonesia, pertumbuhan dipacu oleh pasar ekspor.

Merujuk data Enerdata, produksi gas alam Indonesia ada di urutan ke-12 pada 2024. Yakni, mencapai 72 miliar meter kubik (bcm). Tepat di atas Indonesia adalah Malaysia dengan volume 80 bcm.

Juara penghasil gas alam dunia adalah Amerikat Serikat (AS) dengan volume 1.092 bcm, Rusia 706 bcm, dan China 293 bcm.

Cadangan gas alam Indonesia masih cukup besar, terutama di wilayah Kalimantan, Papua, dan Natuna. Proyek besar seperti Tangguh Train 3 (Papua) dan pengembangan di Blok Masela (Maluku) diharapkan meningkatkan kapasitas produksi dalam beberapa tahun ke depan.
Namun, tantangan struktural seperti infrastruktur pipa yang terbatas dan kebutuhan investasi jangka panjang masih menjadi perhatian utama.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, menempati peringkat ketiga setelah Brasil dan Kolombia.

Merujuk laporan WWF, dengan lebih dari 17.000 pulau yang tersebar di seluruh nusantara, Indonesia memiliki berbagai ekosistem mulai dari hutan hujan tropis, pegunungan, hingga terumbu karang yang kaya akan spesies flora dan fauna unik.

Indonesia menjadi rumah bagi sekitar 10% spesies tumbuhan berbunga dunia, 17% spesies burung, serta 25% spesies mamalia laut. Wilayah laut Indonesia juga termasuk dalam Segitiga Terumbu Karang (Coral Triangle), yang merupakan pusat keanekaragaman terumbu karang dunia.

Matahari merupakan salah satu sumber daya alam terbesar dan terbarukan di Indonesia. Berada di sekitar khatulistiwa, Indonesia menerima intensitas sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun, sehingga memiliki potensi besar untuk pengembangan energi surya.

Salah satunya dimanfaatkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Saat ini, kapasitas PLTS di Indonesia mencapai sekitar 400-500 megawatt, meskipun kontribusinya terhadap bauran energi listrik nasional masih relatif kecil, yakni sekitar 0,2-0,3 persen.

Pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas PLTS hingga 3,6 gigawatt pada tahun 2030 sebagai bagian dari Rencana Umum Energi Nasional. Pemanfaatan energi surya tidak hanya membantu memenuhi kebutuhan listrik secara berkelanjutan, tetapi juga mendukung upaya pengurangan emisi karbon dan diversifikasi sumber energi nasional.

Bahkan, di beberapa provinsi di Indonesia, energi matahari tersedia dalam jumlah yang lebih melimpah dibandingkan provinsi lainnya, menjadikannya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber energi terbarukan. Di antaranya adalah provinsi seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB), Jawa Timur, dan sebagian wilayah Papua, yang menerima rata-rata paparan sinar matahari lebih dari 5 kWh/m² per hari sepanjang tahun.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan air tawar terbesar di dunia, menempati peringkat ke‑5 setelah Brasil, Rusia, Amerika Serikat, dan Kanada. Berdasarkan data dari Faq Aquastat dan World Bank, total volume potensi sumber daya air tawar di Indonesia mencapai sekitar 2.019 km kubik per tahun atau setara dengan 2.019 triliun liter air.

Sumber daya air itu mencakup air hujan, aliran sungai, danau, rawa, air tanah, serta air lintas batas yang mengalir ke wilayah Indonesia. Potensi tersebut tersebar di ribuan sungai dan ratusan danau di seluruh nusantara, termasuk sungai besar seperti Kapuas, Mahakam, dan Musi, serta danau-danau besar seperti Danau Toba dan Danau Poso.

Kendati memiliki cadangan air yang sangat besar, tingkat pemanfaatan air tawar Indonesia masih relatif rendah, yakni hanya sekitar 17-20% dari total potensi yang tersedia, akibat tantangan dalam infrastruktur, pengelolaan sumber daya, dan distribusi yang belum merata. Potensi besar ini perlu dikelola dengan baik untuk menjamin ketahanan air nasional, terutama di tengah ancaman perubahan iklim dan pertumbuhan penduduk yang terus meningkat.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan potensi perikanan terbesar di dunia, baik dari sektor perikanan tangkap di laut maupun perikanan budidaya (akuakultur). Letaknya yang strategis di antara dua samudra dan memiliki lebih dari 17.000 pulau membuat wilayah laut Indonesia sangat luas dan kaya akan sumber daya ikan.

Indonesia menempati peringkat kedua dunia dalam produksi perikanan tangkap dan budidaya, berdasarkan laporan FAO (2022). Total produksi perikanan Indonesia (tangkap dan budidaya) melebihi 23 juta ton per tahun.

Menurut data Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), potensi lestari sumber daya ikan Indonesia di perairan laut mencapai sekitar 12 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, kapasitas pemanfaatannya dibatasi hingga 80% atau sekitar 9,6 juta ton per tahun untuk menjaga keberlanjutan.

Indonesia juga menjadi produsen perikanan budidaya terbesar kedua di dunia setelah China, dengan komoditas unggulan seperti udang, bandeng, nila, lele, dan rumput laut.

Adapun, komoditas unggulan ikan Indonesia adalah perikanan tangkap mulai dari tuna, cakalang, tongkol, ikan demersal, hingga pelagis kecil. Kemudianperikanan budidaya mulai dari udang vaname, bandeng, nila, lele, hingga rumput laut.

Merujuk World Gold Council juara produksi emas dunia adalah China. Negeri Panda itu memproduksi emas terbesar dengan 378 ton per 31 Desember 2023.

Rusia menyusul di posisi kedua dengan produksi emas mencapai 321,8 ton. Pada posisi ketiga dan keempat, berturut-turut ada Australia dengan 293,8 ton, kemudian Kanada dengan 191,9 ton.

Di urutan kelima produksi emas terbesar di dunia ditempati Amerika Serikat (AS) dengan 166,7 ton. Kemudian terdapat Ghana di peringkat keenam dunia sekaligus menjadi satu-satunya perwakilan Afrika di daftar sepuluh besar produksi emas terbanyak di dunia per 2023.

Indonesia menempati posisi ke-7 dengan produksi emas mencapai 132,5 ton pada 2023. Peru, Meksiko, dan Uzbekistan melengkapi 10 besar.

(fem/fem)

Simak Video “Video Prabowo: TNI Harus Intropeksi Diri, Bantu Penegak Hukum
[Gambas:Video 20detik]






Sumber : travel.detik.com

Baru Diresmikan Pramono Anung, Ini Kondisi Taman Bugar Sekarang


Jakarta

Gubernur Provinsi Jakarta Pramono Anung meresmikan Taman Bugar di Duri Kepa, Jakarta Barat pada Selasa (30/9/2025). Taman dilengkapi banyak wahana dan sarana untuk kegiatan fisik segala usia serta ramah disabilitas.

detikTravel berkesempatan mengunjungi Taman Bugar pada Sabtu (4/10/2025) sore ketika sudah tidak terlalu terik. Area seluas 2.150 meter2 tersebut dipadati anak-anak yang bermain dan berlari ke seluruh penjuru taman.

Taman Bugar di Duri Kepa, Jakarta BaratTaman Bugar di Duri Kepa, Jakarta Barat (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Fasilitas favorit anak-anak adalah lapangan serbaguna yang bisa digunakan untuk futsal, voli, dan bulu tangkis. Sebagian asyik main bola, sedangkan yang lain istirahat atau sekadar ngobrol bersama teman.


“Suasana tamannya asyik, kita senang bisa main bola, balap lari, bulu tangkis di sini,” kata Alfi yang sedang duduk di pinggir lapangan sebelum melanjutkan permainan bersama teman-temannya.

Selain lapangan, wahana lain juga dipenuhi anak-anak yang aktif bermain bersama orang tua atau teman sebaya. Beberapa wahana yang dipadati anak-anak berusia 3-12 tahun ini adalah perosotan, panjat tali, dan monkey bar.

Menurut Dar, salah satu pengunjung yang sedang menemani anaknya bermain, kehadiran Taman Bugar disambut positif dang sangat bermain. Tempat ini menjadi arena bermain, rekreasi, dan interaksi anak dari segala usia serta orang dewasa.

“Saya disini ngawasin anak lagi main. Pertama kali ke sini liat tamannya bagus, luas, banyak tempat bermainnya, dan anak-anak bisa berinteraksi sama teman-temannya,” kata Dar.

Menurut Cutet, kontraktor sekaligus penjaga kebersihan Taman Bugar, pengunjung Taman Bugar berbeda sepanjang hari. Anak-anak biasanya memenuhi taman di sore hari, sedangkan orang dewasa datang selepas jam kantor.

“Ramainya mulai dari pagi sampai sore, tapi biasanya ada warga yang ke sini malam. Kalau hari biasa, anak-anak bermain di taman itu setelah pulang sekolah,” kata Cutet.

Sedangkan saat libur akhir pekan, Taman Bugar bisa ramai sepanjang hari. Aktivitas sedikit menurun di siang hari saat matahari bersinar makin terik. Di sore hari, warga setempat atau dari area lain sekitar Jakarta kembali meramaikan Taman Bugar.

Jam Buka Taman Bugar dan Kebersihannya

Taman Bugar di Duri Kepa, Jakarta BaratTaman Bugar di Duri Kepa, Jakarta Barat (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Terkait jadwal buka Taman Bugar, Cutet mengatakan belum ada jadwal pasti dari pemerintah provinsi. Taman Bugar bisa diakses setiap saat, asal jangan terlalu malam atau dini hari.

“Sementara belum ada ketentuan jam operasional dari dinas terkait dan pemprov. Warga masih bebas keluar masuk taman. Paling kalau sudah malam ada warga, ditegur aja,” kata Cutet.

Cutet yang juga bertanggung jawab pada kebersihan taman mengatakan, saat ini dia bertugas menyiram dan melakukan pembersihan rutin. Tugas ini dia jalankan, sampai ada penunjukan petugas baru dari pemprov atau pihak terkait.

(row/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Ada Lahan tapi Susah Air dan Rentan Bencana


Jakarta

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kembali menuai sorotan. Meski lahan telah disiapkan, tantangan besar menghadang. Di antaranya, ketersediaan air bersih yang minim dan potensi bencana alam yang tinggi mengancam kelayakan proyek senilai triliunan rupiah itu.

Pemerintah mempercepat proses pembangunan sejumlah infrastruktur di Bali demi memaksimalkan potensi pariwisata di pulau yang dijuluki sebagai the last paradise tersebut. Dalam Peraturan Presiden (Perpres) nomor 12 tahun 2025, provinsi ini bakal mempunyai bandara kedua bertaraf internasional.

Arsip berita detikcom menyebutkan bahwa lokasi Bandara Internasional Bali Utara belum jelas. Sebelumnya Bandara Internasional Bali Utara disebutkan bakal berlokasi di Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng area Bali Utara.


Dokumen Ringkasan Eksekutif Rencana Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dinas Lingkungan Hidup Pemerintah Kabupaten Buleleng tahun 2022 menjelaskan, secara umum daya dukung lahan di wilayah tersebut masih berkategori belum terlampaui dengan luasan lebih dari 80%.

“Artinya, pada wilayah Kabupaten Buleleng masih minim pengembangan kegiatan atau aktivitas masyarakat. Wilayah ini masih membuka peluang pemanfaatan sumber daya alam yang besar,” tulis dokumen tersebut yang diakses detiktravel pada Rabu (8/10/2025).

Di Kecamatan Kubutambahan, yang pernah disebut sebagai lokasi Bandara Bali Utara, lokasi dengan daya dukung lahan mencukupi berada di zona Kubutambahan-Pegunungan Vulkanik sebesar 98,61%. Kecamatan Kubutambahan didominasi Wilayah Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (WPPLH).

Wilayah Kabupaten Buleleng juga menghadapi masalah ketersediaan air bersih. Dokumen tersebut menyebutkan, wilayah ini umumnya berstatus sudah terlampaui dan berkelanjutan. Artinya, kemampuan lingkungan menyediakan air bersih sudah melebihi batas maksimum.

“Status sudah terlampaui dan berkelanjutan juga menandai ada usaha manusia untuk menopang kemampuan lingkungan menyediakan air bersih. Namun usaha ini masih harus lebih besar sehingga daya dukung bisa kembali seimbang dan berkelanjutan,” tulis situs Kementerian Lingkungan Hidup.

Di wilayah Kecamatan Kubutambahan, status tersebut umumnya berada di zona Kubutambahan-Pegunungan Vulkanik dengan cakupan mencapai 96,54%. Adapun, zona Kubutambahan-Fluvio-Marin kebanyakan berstatus belum terlampaui dan tidak berkelanjutan. Lingkungan masih bisa memenuhi kebutuhan air bersih manusia dan ekosistem, namun penggunaan dan pengelolaan cenderung tidak efisien.

Risiko Bencana Kabupaten Buleleng

Selain ketersediaan lahan dan air bersih, dokumen ini menjelaskan risiko bencana di Kabupaten Buleleng yang berkategori tinggi hingga sangat tinggi. Risiko bencana meliputi peluang terjadinya longsor, banjir, dan abrasi.

Di Kecamatan Kubutambahan yang ternyata berkategori tinggi, risiko bencana terdiri dari:

  • Kubutambahan-Fluvio-Marin 91,68%
  • Kubutambahan-Pegunungan Vulkanik 67,48%
  • Kubutambahan-Perbukitan Vulkanik 89,23%

Pembangunan infrastruktur memang diperlukan untuk meningkatkan perputaran roda ekonomi dan memaksimalkan potensi. Kendati begitu, daya dukung lingkungan patut dipertimbangkan agar tak menyesal di kemudian hari. Bali jangan sampai kembali menghadapi banjir dan bencana lain akibat pembangunan yang mengesampingkan isu lingkungan.

(row/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Usai Banjir Denpasar, Bandara Bali Utara Perlu Pertimbangkan Aliran Air Hujan



Jakarta

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara perlu mempertimbangkan aspek hidrologi secara serius. Banjir yang kembali melanda Denpasar menjadi pengingat bahwa infrastruktur besar tanpa perencanaan tata air yang matang dapat berisiko tinggi, apalagi di wilayah dengan kontur tanah kompleks dan curah hujan tinggi.

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kembali menjadi perbincangan usai desain bandara diluncurkan ke publik. Namun, hingga saat ini belum pasti titik yang menjadi lokasi bandara ini.

Rencana pembangunan bandara di Bali utara itu diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029. Selain itu, dalam PP tersebut disebutkan beberapa rencana pembangunan di wilayah Bali, di antaranya, pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi, perencanaan pembangunan Tol Singapadu-Ubud-Bangli-Kintamani menuju Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara hingga pengembangan Pelabuhan Gunaksa.


Deretan rencana pembangunan itu menjadi sorotan setelah Bali dilanda banjir parah akibat hujan deras dalam tempo dua hari. Perencanaan wilayah dengan matang menjadi catatan penting dari pengamat soal pembangunan Bandara Bali Utara itu.

Prof Dwita Sutjiningsih, pakar hidrologi sekaligus guru besar Universitas Indonesia (UI), mengatakan perlu kehati-hatian dalam pembangunan Bali, terutama perubahan iklim yang drastis menjadi tantangan tersendiri.

“Ini memang harus cermat ya, apalagi climate change ini memang serius terjadi. Nah, rencana pembangunan-pembangunannya itu memang Bali digenjot terus ya, artinya pembangunan itu benar-benar mengubah itu land cover terutama, ya,” kata Dwita dalam perbincangan dengan detiktravel, Rabu (8/10/2025).

“Jadi, dari land use itu kan pasti tutupan lahannya berubah dan pasti berhubungan langsung dengan bagaimana hujan itu berubah menjadi aliran. Kalau banyak lahan yang diubah menjadi permukaan lahan kedap air sehingga hujan yang jatuh itu ya semuanya langsung menjadi aliran gitu,” dia menambahkan.

“Walaupun memang banyak teori bagaimana kita mengubah bentang lahan seperti Green Infrastructure atau Nature Based Solution dan lainnya tetap ada perubahan permukaan,” kata dia lagi.

Dwita mengatakan pembangunan masif di Bali itu seharusnya memperhatikan detail dengan cermat, tak hanya detail dalam desain. Dwita mengingatkan bahwa dalam perencanaan sudah semestinya menakar imbas dari perubahan drastis yang diakibatkan oleh pembangunan.

“Artinya harus pada waktu benar-benar dilihat lokasinya, terus pengaruhnya bagaimana. Kalau tidak dipelajari detailnya, akibatnya itu berjangka panjang dan untuk memperbaikinya tidak mudah dan murah. Kita jangan hanya mengejar pertumbuhan GDP saja, tapi harus juga dihitung yang namanya biaya lingkungan,” kata dia.

“Pasti kan bandara itu mengubah bentang lahan, apalagi maunya juga internasional kan. Skala ruangnya pasti akan dikonversi besar kan. Supaya perubahan terhadap karakteristik hujan menjadi aliran itu tidak terlalu drastis, perlu diperhatikan gitu low impact development. Perlu dikaji dengan hati-hati,” dia menjelaskan.

Tak hanya kajian secara ilmiah dan keberlanjutan saja, Dwita mengingatkan kembali penegakan hukum dalam mengiringi pembangunan. Pemerintah harus tegas menegakkan aturan dan perizinan yang jelas.

“Aturan sudah ada tapi kemudian implementasinya tidak sesuai. Jadi artinya misalnya sudah ada rancangan tata ruang, tapi akhirnya di lapangan beda dan tidak tindakan lanjutan. Nah, kebanyakan kita lemahnya di sana,” kata dia.

Turis Nakal

Selanjutnya Prof Dwita menyoroti banyaknya turis nakal yang datang dan berulah di Bali. Dengan nanti adanya bandara baru, kunjungan turis akan meningkat dan para investor juga akan ramai melirik pembangunan di Bali. Potensi turis nakal juga bertambah.

Dia berharap pemerintah dan masyarakat Bali tegas dalam menyikapi dan mengawasi pergerakan turis dan investor di Bali.

(sym/fem)



Sumber : travel.detik.com

Cerita Rakyat dan Transportasi Umum Menuju Gunung Sindoro

Temanggung

Siapa yang tidak mengenal Gunung Sindoro, gunung api berstatus strato aktif dengan ketinggian 3.153 meter di atas permukaan laut yang terletak diantara dua perbatasan Kabupaten Temanggung dan Wonosobo, Jawa Tengah.

Gunung Sindoro sendiri memiliki karakter jalur pendakian yang terkenal cukup menantang namun ramah bagi pendaki pemula. Pemandangan yang menakjubkan membuat para pendaki ingin mengunjunginya.

Selain itu, Gunung Sindoro juga memiliki beberapa mitos yang perlu kalian ketahui. Antara lain, cerita masyarakat tentang kabut hitam, Kerajaan Mataram, dan lain lain.


1. Kabut Hitam

Dari cerita masyarakat dan pendaki kabut hitam kadang dijumpai dan menjadi kewaspadaan untuk para pendaki. Karena kabut tersebut bisa membuat pendaki kehilangan arah dengan batas pandangan yang gelap.

2. Kerajaan Mataram

Dari berbagai sumber yang berhasil dihimpun, peninggalan artefak kuno peninggalan kerajaan Mataram kuno yang terkubur ditemukan di lereng Gunung Sindoro, dan disebut Situs Liyangan karena ditemukan di Dusun Liyangan, Kecamatan Ngadirejo, Temanggung. Konon bangunan bangunan tersebut terkubur akibat letusan Gunung Sindoro pada abad ke 11.

Setelah sedikit belajar tentang mitos dan sejarah Gunung Sindoro, kali ini kita akan membahas bagaimana tips transportasi dari Jakarta dan sekitarnya menuju Gunung Sindoro menggunakan transportasi angkutan umum bagi kalian yang ingin mendaki ke sana.

Transportasi Bus

Dari Terminal Kp. Rambutan Jakarta kalian bisa menggunakan bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), banyak pilihan armada bus menuju Terminal Mendolo Wonosobo, tiket bus bervariasi diantara 150 – 350 ribu tergantung kalian ingin memilih bus tipe apa.

Sesampainya di Terminal Mendolo Wonosobo, kalian harus naik angkutan Mikro Bus tujuan Magelang dan turun di Basecamp Kledung Sindoro (Via Kledung) dengan tarif 15-20 ribu.

Transportasi Kereta Api

  • Dari Pasar Senen kalian bisa naik kereta tujuan Stasiun Purwokerto, ada banyak kereta yang bisa kalian pilih dengan tarif 67 – 500 ribu tergantung kelas kereta yang ingin kalian naiki. Jangan lupa untuk kelas ekonomi memesan tiket kereta dari jauh hari.
  • Sesampainya di Stasiun Purwokerto, kalian bisa menaiki bus tujuan Terminal Mendolo Wonosobo dengan tarif sekitar ±215 ribu.
  • Setelah kurang lebih 2 jam perjalanan kalian akan sampai Terminal Mendolo dan harus melanjutkan naik bus mikro tujuan Magelang dengan tarif 15-20 ribu hingga base camp Sindoro via Kledung.

Estimasi Biaya dari Jakarta

– Base Camp Kledung Gunung Sindoro*

1.) Bus AKAP

• Jakarta – Terminal Wonosobo Rp 150.000,

• Terminal Wonosobo – Base Camp Kledung Rp 20.000,

Total Rp 170.000,- untuk sekali jalan.

2.) Kereta Api

• Stasiun Pasar Senen Jakarta – Stasiun Purwokerto Rp 67.000, (KA Serayu)

• Stasiun Purwokerto – Terminal Mendolo ± Rp 215.000,

• Terminal Mendolo – Base Camp Kledung Sindoro Rp 20.000.

Total Rp 302.000.

Estimasi biaya perjalanan dihitung dari ongkos rata-rata, tidak menjadi patokan karena bisa berbeda tergantung kebijakan perusahaan transportasi dan waktu keberangkatan. Dan jangan lupa pesan tiket keberangkatan jauh jauh hari.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel. Anda bisa berbagi pengalaman perjalanan Anda melalui tautan ini.



Sumber : travel.detik.com

Desain Bandara Baru Bali Utara yang Mirip Kura-kura, Dibangun Offshore?


Jakarta

Desain bandara baru yang bakal berlokasi di area Bali Utara resmi diluncurkan PT BIBU Panji Sakti yang menggawangi mega proyek tersebut. Dalam rilis yang diterima detikTravel, secara umum rancangan North Bali International Airport (NBIA) tersebut mirip punggung penyu atau kura-kura.

“Konsep arsitektur bandara bandara terinspirasi dari makhuk dalam cerita legenda Bali Bedawang Nala, yaitu kura-kura kosmik yang menjadi penyangga alam manusia (Bhurloka) dengan dukungan naga Anantabhoga dan Basuki,” tulis rilis tersebut.

Desain arsitektur Bandara Bali UtaraDesain arsitektur Bandara Bali Utara Foto: Dok. Alien DC

Bentuk cangkang ditranslasikan menjadi lengkung, pola geometris, dan pola organik lainnya yang mengisi elemen interior serta keseluruhan bentuk massa terminal. Pembangunan bandara juga memegang teguh prinsip Tri Hita Karana yaitu harmoni dengan Tuhan, alam, dan manusia.


Konsep Tri Hita Karana diwujudkan dalam desain tata ruang yang terbuka dan hijau (natah), serta sesuai dengan arsitektur bandara secara keseluruhan. Interior bandara juga dirancang memberi pengalaman yang memadukan tradisi, iklim khas tropis, dan kenyamanan.

Dengan tatanan ini, Bandara Bali Utara diharapkan bisa bercerita tentang Bali sejak pengunjung memasuki area airport. Pembangunan bandara mengedepankan prinsip sustainability dengan efisiensi energi, penggunaan renewable energy, dan menyediakan akses transportasi publik serta ramah lingkungan.

Bandara Bali Utara Dibangun Offshore?

Desain arsitektur Bandara Bali UtaraDesain arsitektur Bandara Bali Utara (dok. Alien DC)

Bali Utara, seperti kawasan lain di Pulau Dewata, sarat dengan tradisi dan areal pertanian produktif. Banyak situs religi tersebar di lahan bandara yang pastinya tidak boleh diganggu atau diganti. Selain itu, ada desa dan tanah adat yang punya arti penting bagi warga Bali.

Dengan kondisi tersebut, sempat ada wacana Bandara Bali Utara akan dibangun offshore. Dikutip dari situs CROSS Celesta Nusa Penida, pembangunan lepas pantai mencegah rusaknya tempat peribadatan, alih fungsi lahan produktif, dan perubahan desa adat.

Pemerintah juga tak perlu melakukan proses pembebasan lahan yang rumit dan panjang, jika memilih offshore. Namun wacana ini belum menemukan titik terang karena pembangunan offshore mengancam keanekaragaman pesisir, meningkatkan risiko abrasi, dan menurunkan daya dukung lingkungan.

Pembangunan Bandara Bali Utara menghadapi masalah besar terkait isu lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Dengan kebijakan yang terus berganti, banyak pihak terus memperhatikan progress perizinan dan pembangunan bandara.

“Terkait Bandara Bali Utara kami belum memiliki informasi dan tidak mengikuti isunya,” ujar Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bali Made Krisna Dinata pada detikTravel.

Meski masuk dalam RPJMN 2025-2029, pemerintah belum menegaskan lokasi pasti pembangunan bandara. Bandara Bali Utara sempat disebut akan berlokasi di Kecamatan Kubutambahan, setelah sebelumnya dipilih Kecamatan Gerokgak tepatnya Desa Adat Sumberklampok.

(row/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Kesalnya Tour Guide, Rombongan Wisatanya Belanja Sedikit



Jakarta

Rombongan wisata asal Taiwan ini diceramahi oleh tour guide yang mendampingi mereka saat liburan ke Pulau Jeju, Korea Selatan. Penyebabnya karena mereka hanya belanja sedikit.

Rombongan turis ini berlibur ke Pulau Jeju selama 4 malam. Pada hari terakhir liburan, mereka dibawa ke tempat belanja untuk mencari oleh-oleh. Pemandu menyarankan mereka untuk setidaknya membeli beberapa masker wajah.

Namun setelah mencoba beberapa produk, ternyata tidak ada yang cocok. Lalu turis-turis ini memutuskan untuk kembali naik ke bus.


Yang membuat mereka kaget, saat di bus pemandu wisata yang menemani mereka malah ngomel-ngomel. Dia merasa dipermalukan karena rombongan turis yang dia dampingi hanya belanja sedikit. Ia beralasan bahwa produk-produk tersebut, seperti masker wajah, tidak terlalu mahal, dan mereka juga akan membeli produk-produk tersebut di toko lain.

Artikel ini menjadi artikel terpopuler detikTravel, Kamis (9/10/2025). Baca selengkapnya.

Baca juga artikel terpopuler lainnya di bawah ini:

(ddn/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Bali Butuh Bandara Baru! Pakar UI Sebut Denpasar Sudah Over Capacity



Jakarta

Pembangunan Bandara Bali Utara dinilai cukup penting. Pakar perencanaan lingkungan Universitas Indonesia Dr. Rudy Parluhutan Tambunan M. Si. mengatakan sejumlah alasannya.

Pemerintah memasukkan Bandara Bali Utara dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029. Desain arsitektur bandara itu juga sudah dirilis pada akhir September di Buleleng. Namun, lokasi belum bisa dipastikan.

Pemerintah Provinsi Bali sempat mengusulkan lokasi bandara baru itu di Desa Kubutambahan, Kabupaten Buleleng, tetapi kemudian membatalkan dan mengajukan lokasi baru di Desa Sumberklampok. Sumberklampok berada di perbatasan Kabupaten Buleleng di sisi timur dan Kabupaten Jembrana di sisi barat.


Desa Sumberklampok dilewati jalan raya provinsi antara Gilimanuk dan Singaraja. Gilimanuk adalah pintu masuk Bali dari Jawa sedangkan Singaraja bekas ibu kota Provinsi Sunda Kecil yang dulunya meliputi Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Kalau dilihat urgensinya sangat urgen. Bali itu jadi Origin and Destination, Bali bisa jadi tempat awal perjalanan dan juga tujuan utama wisata. Bali bukan hanya tempat tujuan wisata utama, tapi juga bisa jadi tempat awal perjalanan wisatawan. Kalau wisatawan mau ke Bali atau dari Bali lewat jalur darat, mereka bisa naik kapal menyeberang ke timur menuju NTB. Untuk perjalanan udara, semua penerbangan utama bertumpu di Bandara Ngurah Rai, Denpasar,” kata Rudy dalam perbincangan dengan detikTravel, Kamis (9/10.2025).

“Karena semua bertumpu di Denpasar, implikasinya banyak, mulai over destination, over capacity, hingga mengakibatkan perubahan land use sekitar kabupaten Karangasem, Badung, dan Gianyar. Akhirnya, lokasi-lokasi pertanian yang selama ini menjadi destinasi andalan Bali justru hilang,” ujar Rudy.

Rudy, yang juga menjadi dosen di Sekolah Ilmu Lingkungan UI itu, membandingkan kondisi Bali selatan dan bali utara. Dia menilai bahwa Bali selatan lebih unggul soal pertanian ketimbang Bali utara. Soal lain adalah kapasitas transportasi Bali selatan.

“Subak di Bali utara berfungsi sebagai sistem tata air tradisional. Namun, di daerah utara curah hujannya lebih sedikit dibandingkan bagian selatan, jadi kalau mau mengembangkan pertanian sawah di sana kurang ideal,” kata dia.

“Pada aspek transportasi, arus transportasi menuju Denpasar sudah melebihi kapasitas, baik untuk kedatangan maupun keberangkatan wisatawan. Karena itu, perlu ada pengaturan supaya aktivitas di kota tidak terlalu menumpuk hanya di bagian selatan, timur, atau barat. Jadi, aktivitas perkotaan harus dibagi lebih merata antara bagian selatan, timur, barat, dan tengah Bali. Dengan begitu, transportasi juga bisa diselaraskan agar lebih seimbang dan tidak terlalu padat di satu titik saja,” dia menjelaskan.

Rudy mengingatkan kendati diperlukan, pembangunan Bandara Bali Utara diminta untuk memperhatikan aspek lingkungan dan sosial, tidak hanya ekonomi. Apalagi, berkaca kepada peristiwa saat Bali terendam banjir setelah hujan dua hari beruntun.

Ya, salah satu alasan utama Bandara Bali utara dibangun adalah dengan tujuan mendorong pemerataan perkembangan ekonomi dan pariwisata di Bali Utara yang selama ini dinilai kurang berkembang. Dengan adanya bandara baru, akses ke wilayah utara digadang-gadang menjadi lebih mudah dan berdampak membuka peluang investasi dan lapangan kerja baru, serta meningkatkan daya saing Bali sebagai destinasi wisata dan pusat bisnis di Indonesia.

“Nah, ini perlu dipertimbangkan beberapa kejadian akibat perubahan iklim dan cuaca, musim pun tidak lagi sesuai dengan garis khayal musiman. Pemilihan site lokasinya harus benar-benar cermat dari aspek topografi, iklim dan cuaca, dan kegiatan sekitarnya, karena kalau kita memilih bandara itu terkait keselamatan penerbangan, selamat mendarat dan selamat berangkat,” kata Rudy.

(fem/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Bandara Bali Utara Belum Pastikan Lokasi, Ini Evaluasi dan Saran dari Pakar UI



Jakarta

Bandara Bali Utara masuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025-2029, desain juga sudah diluncurkan, namun lokasi resmi belum jelas hingga kini. Pakar perencanaan lingkungan dari Universitas Indonesia, Dr. Rudy Parluhutan Tambunan, M.Si., membeberkan evaluasi dan saran agar rencana itu segera terealisasi.

Desain Bandara Bali utara diluncurkan pda 24 September. Desain bandara Bali utara yang dibuat oleh firma arsitektur Alien Design Consultant (DC) diluncurkan di kantor PT BIBU Panji Sakti, Kubutambahan, Kabupaten Buleleng.

Dalam peluncuran itu, disebutkan lokasi bandara Bali utara ada di Kubutambahan, Buleleng. Namun beberapa hari kemudian Plt. Kepala Dinas Perhubungan Bali, Nusakti Yasa Weda, menyatakan lokasi bandara belum ditentukan.


Awalnya, Pemprov Bali mengajukan usulan lokasi bandara Bali utara di Desa Kubutambahan, namun kemudian membatalkan dan mengajukan lokasi baru di Desa Adat Sumberklampok. Perubahan itu tercantum dalam Surat Gubernur Bali tertanggal 19 November 2020.

Rudy menilai belum adanya kepastian lokasi bandara Bali utara saat desain sudah diluncurkan itu menjadi gambaran lemahnya koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Persoalan itu pun menjadi kendala utama yang bisa menghambat realisasi proyek strategis itu.

Rudy menyatakan kendati sempat menuai pro dan kontra, rencana pembangunan Bandara Bali Utara memiliki urgensi yang tak bisa diabaikan. Saat ini, Bali hanya memiliki satu pintu masuk udara utama, yakni Bandara I Gusti Ngurah Rai di selatan. Kawasan itu sudah lama menanggung beban operasional tinggi akibat konsentrasi pariwisata, penduduk, dan pembangunan yang terkonsentrasi di kawasan tersebut.

Nah, bandara baru di wilayah utara bukan hanya alternatif logistik dan transportasi, tapi juga digadang-gadang sebagai solusi strategis untuk pemerataan pembangunan pulau. Wilayah utara Bali seperti Buleleng, Jembrana, dan Bangli selama ini belum mendapat porsi pertumbuhan ekonomi yang seimbang dibanding selatan.

Kehadiran bandara itu diharapkan membuka akses langsung ke potensi wisata alam dan budaya juga memperkuat ketahanan transportasi Bali, khususnya dalam menghadapi situasi darurat seperti bencana alam atau gangguan operasional di selatan

“Yang saya tangkap, antara pemerintah pusat dan pemerintah provinsi ada perbedaan perspektif. Seharusnya, bandara dan transportasi udara adalah urusan konkuren pemerintahan, urusan bersama antara pusat, provinsi, dan kabupaten,” kata Rudy dalam perbincangan dengan detiktravel, Kamis (/10/2025).

Dr. Rudy Parluhutan Tambunan, M.Sc., pakar perencanaan lingkungan, SIL UIDr. Rudy Parluhutan Tambunan, M.Sc., pakar perencanaan lingkungan, SIL UI (dok. pribadi)

“Pusat mengatur hal strategis nasional, provinsi merinci, dan kabupaten harus memastikan implementasi benar-benar cocok di lapangan. Bagaimanapun kabupaten yang harus menangani kecamatan dan desa-desa sebagai pemilik lokasi,” Rudy menambahkan.

Rudy, yang juga dosen Sekolah Ilmu Lingkungan UI itu, mengatakan polemik lokasi bandara Bali utara itu bisa diselesaikan melalui KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis) yang memang sudah diwajibkan pada pasal 16-18 UU No. 32 Tahun 2009 dan PP No. 46 Tahun 2016.

“KLHS wajib dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota pada tahapan penyusunan kebijakan, rencana, dan program pembangunan. KLHS itu dilakukan untuk menilai kebijakan, rencana, dan program sektor yang berpotensi menimbulkan dampak dan risiko lingkungan,” ujar Rudy.

“Jika pemerintah melakukan KLHS untuk pembangunan Bandara Bali Utara maka kajian tersebut harus mengacu pada arahan dan pesan yang tercantum dalam RPJMN 2025-2029. Selanjutnya, perlu melihat pembagian kewenangan antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota,” dia menjelaskan.

Rudy menilai dengan kebutuhan mendesak pembangunan Bandara Bali Utara itu, pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten harus segera mencapai kesepakatan. Dia mengingatkan bahwa kesepakatan antara pemerintah pusat dan daerah itu harus segera dicapai agar proses pengambilan keputusan tidak hanya berdasarkan logika strategis nasional semata, tetapi juga memperhatikan keberlanjutan lingkungan dan struktur sosial dan ekonomi lokal.

“Pemerintah pusat mengatur hal-hal yang bersifat umum dan strategis secara nasional, sementara provinsi mengatur secara lebih rinci. Di tingkat kabupaten, pelaksanaan kebijakan harus didasarkan pada justifikasi land use atau penggunaan lahan yang jelas. KLHS tidak sekadar menakar dampak lingkungan, tapi juga melihat kesesuaian rencana dengan tata ruang, daya dukung lahan, hingga potensi risiko sosial,” kata Rudy.

“Buleleng memiliki kawasan pertanian produktif dan zona lindung yang vital. Tanpa kajian yang matang, proyek ini justru bisa merusak ekosistem dan mengganggu keseimbangan wilayah,” dia menambahkan.

“Jangan sampai bandara dibangun di lahan yang seharusnya dilindungi, atau malah mengorbankan sumber penghidupan utama masyarakat,” Rudy menegaskan.

(fem/ddn)



Sumber : travel.detik.com