Tag Archives: development

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan Ini, Cek Syaratnya



Jakarta

Bank Tabungan Negara (BTN) membuka program Officer Development Program (ODP) Wholesale Banking. Pendaftaran program ini dibuka hingga 5 Oktober 2025 mendatang.

Program ODP membuka kesempatan seseorang untuk mengembangkan karier di bidang pengelolaan pembiayaan dan layanan perbankan korporasi. Peserta program akan dilatih secara komprehensif, baik dari segi kompetensi teknis, manajerial, maupun kepemimpinan.

Berikut untuk persyaratan dan lokasi yang dibuka, sebagaimana dikutip dari laman karir BTN.


1. ODP Wholesale Banking Wilayah Rekrutmen Jawa Barat (Bandung)

Persyaratan:

– Pendidikan minimal S-1

– Memiliki IPK minimal 3,00 dari skala 4,00

– Berkewarganegaraan Indonesia

– Diutamakan dari jurusan akuntansi, hukum, manajemen, teknik sipil

2. ODP Wholesale Banking Wilayah Rekrutmen Jawa Timur (Surabaya)

Persyaratan:

– Pendidikan minimal S-1

– Memiliki IPK minimal 3,00 dari skala 4,00

– Berkewarganegaraan Indonesia

– Diutamakan dari jurusan akuntansi, hukum, manajemen, teknik sipil

3. ODP Wholesale Banking Wilayah Rekrutmen Jawa Tengah (Semarang)

Persyaratan:

– Pendidikan minimal S-1

– Memiliki IPK minimal 3,00 dari skala 4,00

– Berkewarganegaraan Indonesia

– Diutamakan dari jurusan akuntansi, hukum, manajemen, teknik sipil

4. ODP – Wealth Management (Wilayah Rekrutmen Jabodetabek)

Persyaratan:

– Pendidikan minimal S-1

– Memiliki IPK minimal 3,00 dari skala 4,00

– Berkewarganegaraan Indonesia

– Diutamakan dari jurusan ekonomi, ilmu administrasi bisnis, ilmu komunikasi, hubungan internasional

Alur Pendaftaran ODP BTN

1. Pastikan telah mengecek lowongan kerja yang tersedia di laman karir BTN

2. Klik lowongan kerja yang dipilih

3. Klik Apply Now

4. Masukkan e-mail yang valid

5. Lengkapi dokumen

6. Pendaftaran berhasil

Informasi lebih lanjut mengenai lowongan kerja program ODP BTN bisa cek di laman karir BTN atau klik di sini.

(faz/nah)



Sumber : www.detik.com

Ini Tampilan Toilet Premium dengan AC dan Musik Dekat Stasiun Sudirman



Jakarta

Pengunjung Stasiun Sudirman kini bisa mengakses toilet premium lengkap dengan AC dan bisa mendengarkan musik. Pengunjung juga selalu mendapatkan tisu sehingga kebersihan dan kenyamanan sebelum serta setelah mengunjungi toilet selalu terjaga.

“Kami percaya adanya toilet ini akan melayani masyarakat dengan menjamin kebersihan dan kenyamanannya, hingga menjadi toilet yang memanusiakan manusia,” kata Andreas Wanner selaku CEO dan pendiri toilet premium Mister Loo saat peresmiannya pada Kamis (2/10/2025).

Toilet premium Mr. LooToilet premium Mister Loo (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Toilet premium Mister Loo bisa diakses tepat setelah keluar dari Stasiun Sudirman. Tepatnya di samping kantor polisi Polsub Sektor Pasar Blora, Jakarta Selatan. Pengguna Stasiun Sudirman yang tiba-tiba ingin buang air, bisa mampir ke toilet Mister Loo sebelum melanjutkan perjalanan.


Kehadiran Mister Loo diharapkan bisa melengkapi ekosistem kawasan Transit Oriented Development (TOD) Dukuh Atas, dengan menyediakan fasilitas toilet aman dan nyaman. Kehadiran toilet premium dengan fasilitas lengkap juga bisa menambah pengalaman baru bagi masyarakat.

Toilet dilengkapi dengan seorang petugas yang tentunya bisa memaksimalkan kualitas layanan toilet premium.

Toilet premium Mr. LooToilet premium Mister Loo (dok. Qonita Hamidah/detik travel)

Menurut Country Head Mister Loo Indonesia Shinta Ardaneswari, saat ini toilet hanya bisa digunakan untuk buang air. Ke depannya, Mr. Loo dilengkapi shower yang memungkinkan penggunanya mandi dan membersihkan diri. Fasilitas toilet terdiri dari 3 bilik wanita, 1 bilik pria, dan 3 urinoir.

Layanan toilet premium tersedia pukul 06.00-22.00 setiap hari. Pengguna toilet dikenakan tarif Rp 5 ribu per orang dengan metode pembayaran cash dan QR Code. Kehadiran toilet premium menegaskan komitmen Jakarta menyediakan fasilitas publik yang modern, bersih, dan nyaman.

(row/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Usai Banjir Denpasar, Bandara Bali Utara Perlu Pertimbangkan Aliran Air Hujan



Jakarta

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara perlu mempertimbangkan aspek hidrologi secara serius. Banjir yang kembali melanda Denpasar menjadi pengingat bahwa infrastruktur besar tanpa perencanaan tata air yang matang dapat berisiko tinggi, apalagi di wilayah dengan kontur tanah kompleks dan curah hujan tinggi.

Rencana pembangunan Bandara Bali Utara kembali menjadi perbincangan usai desain bandara diluncurkan ke publik. Namun, hingga saat ini belum pasti titik yang menjadi lokasi bandara ini.

Rencana pembangunan bandara di Bali utara itu diatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029. Selain itu, dalam PP tersebut disebutkan beberapa rencana pembangunan di wilayah Bali, di antaranya, pembangunan Tol Gilimanuk-Mengwi, perencanaan pembangunan Tol Singapadu-Ubud-Bangli-Kintamani menuju Bandara Internasional Bali Baru/Bali Utara hingga pengembangan Pelabuhan Gunaksa.


Deretan rencana pembangunan itu menjadi sorotan setelah Bali dilanda banjir parah akibat hujan deras dalam tempo dua hari. Perencanaan wilayah dengan matang menjadi catatan penting dari pengamat soal pembangunan Bandara Bali Utara itu.

Prof Dwita Sutjiningsih, pakar hidrologi sekaligus guru besar Universitas Indonesia (UI), mengatakan perlu kehati-hatian dalam pembangunan Bali, terutama perubahan iklim yang drastis menjadi tantangan tersendiri.

“Ini memang harus cermat ya, apalagi climate change ini memang serius terjadi. Nah, rencana pembangunan-pembangunannya itu memang Bali digenjot terus ya, artinya pembangunan itu benar-benar mengubah itu land cover terutama, ya,” kata Dwita dalam perbincangan dengan detiktravel, Rabu (8/10/2025).

“Jadi, dari land use itu kan pasti tutupan lahannya berubah dan pasti berhubungan langsung dengan bagaimana hujan itu berubah menjadi aliran. Kalau banyak lahan yang diubah menjadi permukaan lahan kedap air sehingga hujan yang jatuh itu ya semuanya langsung menjadi aliran gitu,” dia menambahkan.

“Walaupun memang banyak teori bagaimana kita mengubah bentang lahan seperti Green Infrastructure atau Nature Based Solution dan lainnya tetap ada perubahan permukaan,” kata dia lagi.

Dwita mengatakan pembangunan masif di Bali itu seharusnya memperhatikan detail dengan cermat, tak hanya detail dalam desain. Dwita mengingatkan bahwa dalam perencanaan sudah semestinya menakar imbas dari perubahan drastis yang diakibatkan oleh pembangunan.

“Artinya harus pada waktu benar-benar dilihat lokasinya, terus pengaruhnya bagaimana. Kalau tidak dipelajari detailnya, akibatnya itu berjangka panjang dan untuk memperbaikinya tidak mudah dan murah. Kita jangan hanya mengejar pertumbuhan GDP saja, tapi harus juga dihitung yang namanya biaya lingkungan,” kata dia.

“Pasti kan bandara itu mengubah bentang lahan, apalagi maunya juga internasional kan. Skala ruangnya pasti akan dikonversi besar kan. Supaya perubahan terhadap karakteristik hujan menjadi aliran itu tidak terlalu drastis, perlu diperhatikan gitu low impact development. Perlu dikaji dengan hati-hati,” dia menjelaskan.

Tak hanya kajian secara ilmiah dan keberlanjutan saja, Dwita mengingatkan kembali penegakan hukum dalam mengiringi pembangunan. Pemerintah harus tegas menegakkan aturan dan perizinan yang jelas.

“Aturan sudah ada tapi kemudian implementasinya tidak sesuai. Jadi artinya misalnya sudah ada rancangan tata ruang, tapi akhirnya di lapangan beda dan tidak tindakan lanjutan. Nah, kebanyakan kita lemahnya di sana,” kata dia.

Turis Nakal

Selanjutnya Prof Dwita menyoroti banyaknya turis nakal yang datang dan berulah di Bali. Dengan nanti adanya bandara baru, kunjungan turis akan meningkat dan para investor juga akan ramai melirik pembangunan di Bali. Potensi turis nakal juga bertambah.

Dia berharap pemerintah dan masyarakat Bali tegas dalam menyikapi dan mengawasi pergerakan turis dan investor di Bali.

(sym/fem)



Sumber : travel.detik.com

Tips Tembus Jurnal Top Tier, Profesor Unair Cerita Bagaimana Tembus Nature


Jakarta

Ada sejumlah tips agar bisa menembus jurnal top tier internasional. Hal ini disampaikan Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi, dan Community Development Universitas Airlangga (Unair), Prof dr Muhammad Miftahussurur, MKes, SpPD, KGEH, PhD.

Prof Miftah turut membagikan pengalamannya bagaimana bisa menembus jurnal Nature. Apa saja tips yang bisa dicoba ini?

Tips Tembus Jurnal Internasional

Prof Miftah menegaskan pentingnya memilih jurnal yang tepat. Ia menilai, peneliti perlu mengenali jurnal-jurnal favorit di bidang ilmu masing-masing dan tidak hanya terpaku pada peringkat kuartil.


Ia juga mengatakan, penting untuk memahami karakter jurnal hingga selera editor. Prof Miftah memaparkan saran yang pernah diterimanya.

“Saya pernah disarankan sensei saya, kalau mau submit ke jurnal A, jangan analisis bakterinya, tapi analisis human-nya, karena editornya lebih suka itu. Memahami karakter seperti ini penting,” ungkapnya dalam program Unair Menulis edisi spesial pada Senin (6/10/2025).

“Kalau panjenengan sering berafiliasi dengan teman-teman di luar negeri, sebenarnya kita itu sudah mempunyai jurnal-jurnal favorit yang mungkin saja dia tidak masuk top tier atau Q1, tapi jurnal itu bagus,” imbuhnya, dikutip dari laman Unair.

Cerita Saat Tembus Nature

Prof Miftah bercerita bagaimana ketika ia berhasil menembus jurnal Nature. Mengetahui keterbatasan fasilitas dan dana riset di Indonesia, maka ia memilih strategi untuk tidak bersaing langsung di bidang keilmuan murninya.

Ia menggeser fokus riset bakteri Helicobacter pylori untuk memprediksi migrasi manusia. Topik ini menurutnya diminati oleh grup riset terkemuka dari Max Planck Institute di Jerman.

“Saya tahu kalau saya murni ngomongin tentang pylori, maka saya akan kalah dalam kompetisi karena fasilitas dan dana,” ujarnya.

Maka, Prof Miftah berkolaborasi dengan grup riset tersebut, salah satunya dengan mengirim timnya ke Shanghai untuk analisis data bersama. Ia berpendapat keterbatasan dapat diatasi dengan memaksimalkan sumber daya lain melalui kolaborasi.

Menurutnya, apabila tidak memiliki uang, maka ada waktu. Jika tidak memiliki waktu, maka ada sumber daya.

“Kita kerahkan ke sana. Dengan cara ini kita bisa (menembus jurnal top),” ujarnya.

Variabel Penting Tembus Jurnal Top Tier

Prof Miftah menggarisbawahi tiga variabel penting untuk menembus jurnal top tier, yakni riset yang teliti (rigorous research); adanya kebaruan (novelty) dan signifikansi; dan reputasi jurnal tersebut sendiri.

Ia membeberkan pengalamannya menerbitkan riset dengan tema yang sama seperti profesornya 15 tahun lalu. Penelitian profesornya masuk jurnal dengan impact factor 10, sedangkan miliknya masuk dengan impact factor 3 karena tingkat novelty yang berbeda.

(nah/pal)



Sumber : www.detik.com

SKSG-SIL UI Digabung dan Ganti Nama, Mahasiswa Khawatirkan Akreditasi



Jakarta

Universitas Indonesia (UI), resmi meluncurkan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan (SPPB)/Graduate School of Sustainable Development (GSSD) pada hari ini, Rabu (22/10/2025) di Kampus UI Depok, Jawa Barat.

SPPB ini merupakan hasil penggabungan dari Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) dan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG). Penggabungan dilakukan dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan kebijakan berbasis lingkungan.

“Sebagai upaya memperkuat peran Universitas Indonesia dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan kebijakan berbasis keberlanjutan, UI resmi menggabungkan Sekolah Ilmu Lingkungan dan Sekolah Kajian Stratejik dan Global menjadi Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan,” tulis Instagram @sksg_ui dikutip Rabu (22/10/2025).


Keputusan Tidak Transparan-Minim Dialog

Penggabungan dan perubahan nama SKSG serta SIL UI ini ternyata menuai kekhawatiran dari kalangan mahasiswa pascasarjana. Forum Mahasiswa Doktoral dan Magister Sekolah Ilmu Lingkungan UI (FMDM SIL UI) menilai proses tersebut dilakukan secara tidak transparan dan minim partisipasi.

Dalam pernyataan sikap yang diterima detikEdu, FMDM SIL UI menyebut langkah penggabungan sekolah ini belum memiliki kejelasan prosedur, sebagaimana yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2021 tentang Statuta Universitas Indonesia.

Mereka juga menyoroti terbatasnya ruang dialog dengan mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika. Sehingga keputusan penggabungan ini terkesan satu arah.

“Selain itu, dialog dan sosialisasi yang melibatkan mahasiswa sebagai bagian dari sivitas akademika juga terbatas dan bersifat satu arah. Sehingga keputusan ini terkesan sepihak dan belum mencerminkan prinsip keterbukaan yang seharusnya dijalankan,” tulis FMDM SIL UI.

Imbas Perubahan: Akreditasi Ulang-Penyesuaian Ijazah

Hasil kajian yang dilakukan forum FMDM SIL UI juga menunjukkan perubahan nama dan penggabungan sekolah berpotensi menimbulkan dampak signifikan, utamanya dalam ranah akademik.

Dampak tersebut bisa berupa kemungkinan perlunya akreditasi ulang, penyesuaian ijazah hingga perubahan kurikulum. Selain itu, potensi gangguan terhadap proses belajar-mengajar dan administrasi penerima beasiswa pun bisa terjadi.

Mahasiswa Minta Keputusan Ini Ditunda

Atas dasar itu, FMDM SIL UI menyampaikan dua poin sikap utama. Pertama, mereka meminta pimpinan Universitas Indonesia dan SIL UI menunda peresmian sekolah yang baru.

“Meminta kepada pimpinan Universitas Indonesia (UI) dan Sekolah Ilmu Lingkungan UI (SIL UI) untuk menunda peresmian nama sekolah baru atas dasar penggabungan 2 sekolah pascasarjana hingga ada mekanisme yang jelas dan partisipatif,” tulis forum.

Kedua, FMDM SIL UI mendesak adanya forum terbuka yang melibatkan seluruh sivitas akademika. Hal ini penting agar aspirasi mahasiswa dapat didengar dan dipertimbangkan secara serius.

“Kami tidak menolak perubahan, namun kami menolak proses yang tidak partisipatif dan transparan,” tegas FMDM SIL UI.

Mahasiswa berharap pimpinan UI dapat membuka ruang dialog yang bermartabat. Sebagai bagian dari SIL UI, mereka juga ingin dilibatkan dalam pengambilan keputusan untuk kebaikan almamater mereka.

“Kami berharap pimpinan SIL UI dan Universitas Indonesia dapat mendengarkan suara mahasiswa dan membuka ruang dialog yang bermartabat demi masa depan almamater tercinta,” kata forum.

(cyu/nah)



Sumber : www.detik.com

Apa Alasan SKSG-SIL UI Digabung dan Ganti Nama? Ini Kata Rektor


Jakarta

Rektor Universitas Indonesia (UI) Heri Hermansyah meresmikan Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan (SPPB) atau Graduate School of Sustainable Development (GSSD) UI, Rabu (22/10/2025). Sekolah ini merupakan gabungan dari Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL) UI dan Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) UI.

Heri mengatakan proses penggabungan SIL UI dan SKSG UI melibatkan empat organ UI yang meliputi Senak Akademik, Dewan Guru Besar, Majelis Wali Amanat, dan Rektorat UI.

“Ada panitia yang dibentuk pihak universitas yang menjalankan ini; di-quality control oleh Senat Akademik, itu ibaratnya mirip DPR dan kolega kita di situ; ada perwakilan seluruh fakultas yang terdiri dari guru besar dan lektor kepala. Jadi ini sudah melalui proses yang proper, sesuai dengan regulasi yang ada di Universitas Indonesia dan tata cara akademik yang baik,” kata Heri usai peresmian SPPB UI di Balai Sidang UI, Depok, Jawa Barat, Rabu (22/10/2025).


Mengapa SKSG UI dan SIL UI Digabung dan Ganti Nama?

Heri menjelaskan, secara historis, SIL UI dan SKSG UI semula merupakan Sekolah Pascasarjana UI. Dalam perkembangannya, sekolah pascasajana ini berkembang SIL UI dan SKSG UI. Keduanya digabung kembali 9 tahun kemudian.

“Nah, dalam perjalanannya, dua sekolah ini ternyata tidak bisa berdiri sebagai satu sekolah yang itu. Namanya ada dua, direkturnya ada dua, tetapi badan administrasi sekolahnya satu,” ucapnya.

“Sembilan tahun. Nah, dalam perjalanan itu, tidak bisa menjadi satu sekolah yang bisa berdiri sendiri. Kemudian ada perkembangan lebih lanjut ya, yang Bapak Ibu lebih ketahui,” imbuhnya.

Terkait kasus disertasi mahasiswa doktoral SKSG UI dan Menteri Energi dan Sumebr daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia dan pembinaan pihak yang terlibat, Heri mengatakan rebranding sekolah baru diharapkan membuat SPPB UI tidak terbebani masalah yang lalu.

“Kemarin tim dari empat organ: MWA, Senat (Akademik), juga DGB (menemukan), jadi ada ketidakpatuhan pada personil, kan. Makanya personil yang ada di dalam sendiri: ada direktur mereka, kaprodi, itu dilakukan pembinaan. Jadi sebenernya kalau semuanya melaksanakan SOP, aturan yang tertulis sesuai yang ada itu sudah berjalan dengan baik; dengan rebranding sekolah baru, adanya sekolah yang baru, kita berharap tidak terbebani oleh masalah lalu lagi,” ucapnya.

Mengapa Jadi Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan UI?

Ia menambahkan, penggabungan SIL UI dan SKSG UI menjadi SPPB UI menjadi SPPB UI didasarkan pada studi perkembangan keilmuan secara global dan diskusi internal empat organ UI. Hasilnya mendapati pembangunan berkelanjutan mencakup kedua bidang tersebut dan dapat diperluas.

“Muncul satu kata kunci, yaitu sustainable development, pembangunan berkelanjutan. Yang di dalamnya, seperti yang disampaikan Pak Direktur tadi, bisa menjadi holding untuk kajian strategik, kajian global, dan juga ilmu lingkungan. Bahkan, bisa berkembang lebih luas lagi,” ucapnya.

Direktur Sekolah Pascasarjana Pembangunan Berkelanjutan (SPPB) UI Prof Dr Drs Supriatna MT mengatakan, pendirian SPPB UI juga berkaca pada sekolah-sekolah pembangunan berkelanjutan yang ada di perguruan tinggi luar negeri.

“Multidisiplin, interdisiplin, dan transdisiplin. Jadi sifatnya bisa masuk ke semua, baik ekonomi, sosial, politik, ilmu lingkungan, dan lain-lain.

Diketahui, Supriatna sebelumnya terpilih sebagai Direktur SIL UI periode 2025-2029.

(twu/nah)



Sumber : www.detik.com

Seorang Wanita Meninggal Setelah Jatuh di Jewel Changi



Jakarta

Wanita berusia 56 tahun meninggal dunia setelah jatuh dari ketinggian di Jewel Changi Airport. Investigasi masih dilakukan.

Diberitakan CNA, Jumat (17/10/2025) Polisi dan Pasukan Pertahanan Sipil Singapura (SCDF) menerima panggilan bantuan sekitar pukul 13.55 di 78 Airport Boulevard pada tanggal 16 Oktober. Polisi menyebutkan wanita itu tidak sadarkan diri ketika dibawa ke rumah sakit, dan meninggal di sana.

Seorang saksi mata bercerita bahwa mereka sedang membersihkan toko mereka di Lantai 2 ketika mereka mendengar suara ‘gedebuk’.


“Saya tidak terlalu memikirkannya, dalam hati saya berharap ‘amit-amit, itu pasti sesuatu yang buruk’, tetapi rekan kerja saya keluar untuk melihat dan melihat jasad tergeletak di tanah,” ceritanya.

Saksi mata mengatakan wanita itu jatuh di samping area tempat duduk dan tampaknya tidak ada orang lain yang terluka.

Sebuah video yang dibagikan di TikTok oleh @sgseewhatsee menunjukkan seorang wanita melakukan CPR pada seseorang yang terbaring di lantai. Terlihat beberapa orang lain berkumpul di sekitar mereka. Selain itu, orang-orang berpakaian hitam terlihat memasang barikade di sekitar area tersebut.

“Kami sangat berduka atas insiden yang terjadi dan menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan orang-orang terkasih almarhumah. Kami bekerja sama dengan pihak berwenang untuk memberikan dukungan penuh dalam penyelidikan mereka,” kata CEO Jewel Changi Airport Development, Lee Ching Wern.

(sym/row)



Sumber : travel.detik.com

Aset Dana Pensiun RI Capai Rp 1.500 T, tapi Kepesertaan Masih Minim


Jakarta

Kepesertaan masyarakat Indonesia terhadap program dana pensiun masih tergolong rendah. Berdasarkan data Kementerian Keuangan (Kemenkeu), jumlah peserta program dana pensiun bahkan belum mencapai setengah dari total angkatan kerja nasional.

Direktur Pengembangan Dana Pensiun, Asuransi, dan Aktuaria Kemenkeu, Ihda Muktiyanto, mengungkapkan masih rendahnya partisipasi masyarakat dalam program dana pensiun di Indonesia. Dari total sekitar 144 juta angkatan kerja, baru sekitar 23,6 juta pekerja yang tercatat sebagai peserta program pensiun wajib.

“Dari sekitar 144 juta angkatan kerja di Indonesia, baru sekitar 23,6 juta yang tercatat sebagai peserta program pensiun wajib. Hal ini mengindikasikan bahwa mayoritas pekerja kita, khususnya di sektor informal dan UMKM, masih menghadapi risiko cukup besar ketika memasuki masa pensiun karena tidak terlindungi oleh jaminan pensiun yang memadai,” ungkap Ihda dalam sambutannya di acara Indonesia Pension Fund Summit (IPFS) di Hotel Tentrem, Tangerang, Kamis (23/10/2025).


Selain rendahnya kepesertaan, Ihda menyebut dana pensiun di Indonesia juga menghadapi tantangan dari sisi jumlah atau nilai aset. Padahal, program pensiun berperan penting dalam kerangka perlindungan sosial dan pembangunan nasional.

Ia menjelaskan, total aset program pensiun, baik yang bersifat wajib maupun sukarela, saat ini telah mencapai lebih dari Rp 1.500 triliun atau setara 6,8% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Meski mengalami kemajuan dibanding tahun sebelumnya, capaian tersebut masih tertinggal jauh dibanding negara lain.

Ihda menambahkan, di antara negara-negara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), Indonesia masih berada di urutan terbawah. Bahkan, tingkat aset dana pensiun Indonesia tercatat masih kalah dibanding Malaysia.

“Malaysia misalnya sudah mencapai di atas 60% dari PDB. Artinya, kita masih menghadapi tantangan besar untuk meningkatkan skala dan kedalaman aset dana pensiun agar lebih berperan signifikan dalam menjamin kesejahteraan lansia sekaligus menjadi motor penggerak pembangunan jangka panjang Indonesia,” terang Ihda.

Lebih lanjut, Ihda menegaskan pentingnya reformasi sistem pensiun nasional yang tidak hanya berfokus pada peningkatan nilai aset, tetapi juga memperluas kepesertaan secara masif.

“Reformasi sistem pensiun harus diarahkan untuk memperluas cakupan kepesertaan secara signifikan,” ujarnya.

Simak juga Video MK Diminta Hapus Uang Pensiun Anggota DPR, Puan: Ada Aturannya

(rrd/rrd)



Sumber : finance.detik.com

Usung Green Living, Pengembang Bikin Rumah Rp 1,9 M di Bogor



Jakarta

Rumah dengan konsep green resort living banyak diburu orang. Salah satu wilayah yang saat ini banyak mengusung konsep tersebut adalah Kota Bogor, Jawa Barat.

Penjualan rumah tapak di Kota Bogor tercatat naik signifikan pada kuartal II yaitu 13,7 persen menurut data Indonesia Property Watch. Hal ini bisa terjadi karena pertumbuhan penduduk, peningkatan infrastruktur, dan adanya transportasi umum.

Melihat potensi tersebut, Sinar Mas Land membangun kawasan hunian premium di Rancamaya yaitu klaster Burgundy. Klaster tersebut terinspirasi dari warna burgundy yang melambangkan kemewahan, kekayaan, dan keanggunan.


Lokasinya yang ada di ketinggian 430 meter di atas permukaan laut, menyajikan pemandangan indah Gunung Salak dan Gunung Gede Pangrango serta menghadirkan keseimbangan antara kenyamanan, privasi, dan kualitas hidup yang sehat.

“Burgundy menjadi klaster pertama yang dikembangkan oleh Sinar Mas Land di Rancamaya, setelah mengakuisisi PT Suryamas Dutamakmur Tbk (SMDM) pada Oktober 2024. Peluncuran Burgundy menjadi langkah lanjutan Sinar Mas Land dalam memperkuat posisi Rancamaya sebagai kawasan hunian premium dengan konsep green resort living,” ujar Deputy Group CEO of Strategic Development and Assets Sinar Mas Land, Herry Hendarta, dalam keterangannya, dikutip Selasa (21/10/2025).

Burgundy mengusung desain arsitektur modern klasik dengan facade elegan, open-plan spacious layout, dan pencahayaan alami yang maksimal. Setiap unit memanfaatkan orientasi bangunan untuk memastikan sirkulasi udara alami yang optimal.

Klaster Burgundy terdiri dari dua dan tiga lantai, hadir dalam tiga tipe. Pertama, tipe 7 dengan LT 105 m²/LB 123 m² dan terdiri dari 4+1 bedrooms. Tipe 9 dengan LT 171 m²/LB 187 m² dan terdiri dari 4+1 ensuite bedrooms. Sementara tipe 10 dengan LT 250 m²/LB 280 m², terdiri dari 4+1 ensuite bedrooms dan 1 multifunction room. Pada tahap pertama, Burgundy akan tersedia sebanyak 66 unit dan ditawarkan mulai Rp 1,9 miliar yang saat ini sudah terjual 30 unit dalam penawaran khusus VIP Customer.

Ada berbagai macam fasilitas yang ada di klaster Burgundy, seperti playground, outdoor gym, hingga area hijau. Klaster ini menerapkan sistem keamanan one gate system dengan pemantauan CCTV 24 jam, serta dilengkapi fitur smart home system untuk memberikan kenyamanan dan keamanan maksimal bagi penghuni. Kawasan ini juga dikelilingi fasilitas lengkap, seperti sekolah internasional, hotel, serta area komersial.

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(abr/zlf)



Sumber : www.detik.com

IKJ Bakal Tinggalkan TIM dan Pindah ke Kota Tua, Begini Sejarah Kampus Seni Itu



Jakarta

Kampus Institut Kesenian Jakarta (IKJ) direncanakan akan dipindahkan ke kawasan Kota Tua, Jakarta Barat. Langkah ini menjadi bagian dari upaya revitalisasi kawasan bersejarah tersebut agar kembali hidup sebagai pusat seni, budaya, dan pariwisata ibu kota.

Rencana itu disampaikan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung usai meninjau Kawasan dan Pengembangan Transit Oriented Development (TOD) Kota Tua, Jakarta Barat, bersama Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani, pada Sabtu (18/10/2025).

Saat ini, kampus IKJ berada di Kompleks Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat. Kawasan ini merupakan bekas kediaman Raden Saleh, pelukis terkemuka di era kolonial Belanda.


Menurut Pramono kehadiran para seniman dari IKJ akan menjadi penggerak utama kreativitas di kawasan Kota Tua ini.

“Secara prinsip kenapa IKJ kita pindahkan, karena tempat yang heritage seperti ini memerlukan banyak talenta seniman yang secara langsung bisa berpanggung di sini. Saya yakin ruang kreativitasnya akan lebih baik, lebih luas,” ujar Pramono seperti dikutip dari detiknews.

Sejarah IKJ

Lahirnya Institut Kesenian Jakarta (IKJ) tak bisa dilepaskan dari pendirian Taman Ismail Marzuki (TIM) sebuah gagasan visioner dari Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin, sosok yang dikenal sebagai arsitek modernisasi ibu kota.

Pada masa itu, Jakarta tengah haus akan keberadaan pusat kesenian terpadu yang bisa menjadi wadah bagi kreativitas dan ekspresi budaya warganya. Kawasan Kebun Binatang Cikini, yang dahulu merupakan rumah pelukis maestro Raden Saleh, kemudian direvitalisasi menjadi Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ TIM) pada tahun 1968.

Sejak saat itu, Cikini menjelma menjadi poros baru bagi kehidupan seni Jakarta sebagai tempat seniman, penulis, musisi, dan perupa berinteraksi, berpameran, serta berpentas.

Dikutip dari laman IKJ, dari dinamika di PKJ TIM itulah muncul gagasan untuk mendirikan lembaga pendidikan tinggi seni di Jakarta. Melalui serangkaian diskusi antara para seniman senior dan pemerintah daerah, lahir kebutuhan akan pusat pendidikan seni kreatif-modern yang mampu mencetak generasi seniman muda dengan dasar keilmuan yang kuat.

Para seniman kala itu meyakini PKJ TIM merupakan lokasi ideal untuk pembelajaran dan penyemaian seni. Di sana, berbagai pameran dan pertunjukan berkualitas kerap digelar, sementara seniman besar dari dalam dan luar negeri sering berbagi pengetahuan melalui lokakarya dan diskusi seni. Namun, agar pembinaan seni berlangsung lebih terarah, dibutuhkan wadah pendidikan yang terstruktur dan disiplin.

Menjawab kebutuhan itu, pada 26 Juni 1970, Gubernur DKI Jakarta mengeluarkan Surat Keputusan No. Cb.14/4/6/70 tentang pendirian Lembaga Pendidikan Kesenian Djakarta (LPKD). Lembaga ini menaungi enam akademi, yaitu Teater, Tari, Musik, Film, Seni Rupa, dan Seni Sastra. Dalam perjalanannya, Akademi Seni Sastra tak pernah dibuka.

Dalam keputusan tersebut disebutkan, LPKD secara materiil bertanggung jawab kepada Gubernur DKI Jakarta, sementara secara idiil berada di bawah naungan Dewan Kesenian Djakarta (DKD).

Seiring meningkatnya minat calon mahasiswa dan padatnya kegiatan seni di TIM, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta kemudian membangun kampus baru di sebelah gedung utama TIM. Pembangunan rampung pada 26 Juni 1976, bertepatan dengan ulang tahun ke-6 LPKJ, dan diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto. Kampus tersebut menjadi yang pertama di Indonesia yang mengajarkan seluruh cabang seni di bawah satu atap.

Sepuluh tahun setelah berdiri, Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo mengusulkan agar institusi tersebut disesuaikan dengan ketentuan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjadi perguruan tinggi resmi. Pada 23 Februari 1981, lembaga tersebut resmi berganti nama menjadi Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

(pal/pal)



Sumber : www.detik.com