Tag Archives: dunia

Ini Cara Mudah Keluar dari Grup Facebook Lewat HP dan Desktop

Jakarta

Facebook atau sering disingkat FB merupakan salah satu media sosial terpopuler di masyarakat. Salah satu fitur di Facebook yang banyak digunakan penggunanya adalah Grup.

Dengan bergabung ke suatu grup, detikers dapat berkenalan dan bercengkrama dengan sesama anggota grup yang tersebar di seluruh dunia. Beberapa grup FB yang populer di Indonesia umumnya membahas tentang dunia otomotif, komunitas mobil dan motor, teknologi, ataupun game online.

Kamu bisa bebas bergabung dengan grup apapun dengan cara klik ‘Join’ atau gabung. Namun untuk grup private, detikers harus mengisi sejumlah formulir dan menunggu diterima (accepted) oleh admin dari grup tersebut.


Seluruh anggota juga bisa keluar dari grup Facebook kapan saja sesuai keinginannya. Lantas, bagaimana cara keluar dari grup FB dengan mudah? Simak penjelasannya dalam artikel ini.

Cara Keluar dari Grup Facebook

Banyak orang yang bergabung ke sejumlah grup Facebook untuk bertukar informasi atau bertanya tentang suatu hal. Namun, ada sebagian orang yang akhirnya memutuskan untuk keluar dari grup FB karena berbagai alasan.

Nah, ada sejumlah cara untuk keluar dari grup Facebook. Mengutip laman Help Center Facebook, berikut langkah-langkah keluar dari grup FB:

1. Cara Keluar Grup FB lewat Android

  • Buka aplikasi Facebook di Android
  • Kemudian ketuk menu tiga baris di kanan atas layar
  • Lalu ketuk ‘Grup’
  • Kemudian ketuk ‘Grup Anda’ dan pilih grup mana yang ingin kamu tinggalkan
  • Ketuk ‘Bergabung’ di bawah nama grup
  • Kemudian pilih opsi ‘Keluar dari Grup’
  • Lalu konfirmasi dengan mengetuk ‘Keluar dari Grup’ agar kamu bisa keluar
  • Selesai. Kini detikers telah keluar dari grup.

2. Cara Keluar Grup FB lewat iPhone

  • Buka aplikasi Facebook di iPhone
  • Kemudian ketuk menu tiga baris di kanan bawah layar
  • Lalu ketuk ‘Grup’
  • Kemudian ketuk ‘Grup Anda’ dan pilih grup mana yang ingin kamu tinggalkan
  • Ketuk ‘Bergabung’ di bawah nama grup
  • Kemudian pilih opsi ‘Keluar dari Grup’
  • Lalu konfirmasi dengan mengetuk ‘Keluar dari Grup’ agar kamu bisa keluar
  • Selesai. Kini detikers telah keluar dari grup FB.

3. Cara Keluar Grup FB lewat Desktop (PC/Laptop)

  • Buka situs facebook.com di browser
  • Login dengan akun Facebook milikmu
  • Di halaman utama, pilih menu ‘Grup’ yang ada di sebelah kiri layar
  • Kemudian ketuk ‘Grup Anda’ dan pilih grup mana yang ingin kamu tinggalkan
  • Ketuk ‘Bergabung’ di samping nama grup
  • Kemudian pilih opsi ‘Keluar dari Grup’
  • Lalu konfirmasi dengan mengetuk ‘Keluar dari Grup’ agar kamu bisa keluar
  • Selesai. Kini detikers telah keluar dari grup FB.

Apa yang Terjadi Ketika Keluar dari Grup FB?

Ketika memutuskan keluar dari grup Facebook, kamu tidak akan lagi melihat postingan atau update terbaru di grup tersebut, khususnya bagi kamu yang bergabung dengan grup bersifat private. Namun jika kamu join sebuah grup yang sifatnya umum (public), maka detikers masih bisa melihat postingan terbaru.

Selain itu, ada beberapa hal yang terjadi saat kamu keluar dari grup, yaitu:

  1. Anggota grup tidak akan mendapatkan notifikasi jika kamu telah keluar dari grup Facebook.
  2. Kamu akan dihapus dari daftar anggota dan grup tersebut akan dihapus dari daftar grup.
  3. Kamu tidak akan menerima notifikasi grup atau melihat postingan grup lagi di kolom notifikasi Kabar (News).
  4. Anggota grup yang lain tidak akan tahu kapan kamu melihat postingan grup, meskipun detikers melihatnya sebelum keluar dari grup.

Demikian penjelasan mengenai cara keluar dari grup FB dengan mudah lewat smartphone dan desktop. Semoga artikel ini dapat membantu detikers.

(ilf/fds)



Sumber : inet.detik.com

Ekonomi Dunia Masih Tak Pasti, Investasi Apa yang Bikin Cuan Gede?


Jakarta

Ekonomi dunia masih dilanda ketidakpastian. Melihat keadaan tersebut, investor perlu melihat sektor yang potensial untuk berinvestasi.

Seperti diketahui, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed masih menahan bunga acuan 5,25-5,50%. Kemudian, kondisi di Timur Tengah masih memanas dan kemungkinan konflik besar dapat terjadi.

Equities Specialist DBS Group Research, Maynard Arif mengatakan ada beberapa sektor yang berpotensi dalam jangka panjang.


“Nah, kalau kita melihat jangka panjang beberapa tema ini yang kita sampaikan, tapi kembali lagi di jangka pendek masih bisa ada volatilitas dan masih bisa juga sahamnya terkoreksi, tapi kita percaya mungkin beberapa sektor ini jangka panjang, prospeknya cukup bagus,” kata Maynard dalam acara Group Interview Bersama Ekonom Bank DBS, Jakarta Selatan, Selasa (6/7/2024).

Pertama, saham di perusahaan yang berkapitalisasi besar dengan pertumbuhan dan valuasi yang positif, seperti perbankan dan telekomunikasi. Dia menyebut, pada semester-I 2024 sektor perbankan masih cukup positif.

Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan pendapatan dan kredit perbankan yang cukup tinggi. Meski begitu, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti kualitas aset dan juga non performing loan (NPL). Kemudian sektor kesehatan dan electric vehicles (EV). Untuk sektor kesehatan, dia menyebut masih tumbuh positif pada kuartal II-2024.

“Tetapi, secara sektor ini salah satu sektor yang masih bisa dukung positif di kuartal-II tahun 2024. Untuk telekomunikasi itu masih positif, seperti Telkom. Jadi, secara keseluruhan mungkin boleh dibilang kita yang positif adalah sektor perbankan, telekomunikasi,” jelasnya.

Dia menekankan selain sektor yang potensial, investor perlu memperhatikan valuasinya ke depan. Pasalnya, ada beberapa sektor yang terkoreksi pada kuartal II-2024, seperti sektor otomotif dan energi.

“Jadi, ada beberapa sektor juga mungkin yang ada katalis-katalis terbentuk di jangka pendek. Ini kenapa kita bilang trading opportunity, ada sektor yang kemarin performa dan harga sahamnya cukup bagus di kuartal II. Nah menurut kita di kuartal III ini mungkin ada sedikit slow down,” imbuhnya.

(ara/ara)



Sumber : finance.detik.com

Ada Komet ‘Asing’ dari Luar Tata Surya, Ilmuwan Curigai sebagai Pesawat Alien



Jakarta

Para astronom tengah menyoroti kemunculan komet antarbintang bernama 3I/ATLAS yang ditemukan pada 1 Juli 2025 lalu. Hasil pengamatan ilmuwan menunjukkan bahwa objek luar angkasa tersebut berasal dari luar Tata Surya.

Seperti yang diketahui, Tata Surya merupakan ruang yang terdiri dari Matahari sebagai bintang pusat dan objek yang mengorbit seperti planet hingga asteroid. Di Tata Surya, terdapat delapan planet dari Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

Penemuan komet 3I/ATLAS telah dikonfirmasi sebagai objek ‘asing’ yang berasal dari luar Tata Surya. Indikasi yang ditemukan ilmuwan, salah satunya karena lintasannya yang sangat eksentrik.


“Komet-komet ini benar-benar asing. Mereka membawa petunjuk tentang pembentukan dunia yang jauh melampaui dunia kita,” catat Badan Antariksa Eropa atau European Space Agency (ESA), dikutip dari Tech Space 2.0.

Ukuran Komet yang Sangat Besar

Pengamatan awal oleh teleskop termasuk Hubble dan James Webb mengisyaratkan bahwa komet 3I/ATLAS berukuran sangat besar. Analisis ilmuwan menunjukkan inti padatnya berdiameter setidaknya sekitar 5 kilometer.

Sebagai perbandingan, objek antarbintang pertama yang diketahui sebelumnya, ʻOumuamua, hanya berukuran sekitar 0,4 km. Dengan kata lain, 3I/ATLAS bisa ribuan kali lebih masif daripada ʻOumuamua.

“Ini membuat 3I/ATLAS tiga hingga lima orde magnitudo lebih masif daripada dua objek antarbintang sebelumnya yang telah kami amati,” Dr Avi Loeb, seorang astrofisikawan Harvard.

Meski ukurannya sangat besar dan telah memasuki Tata Surya, Bumi dikonfirmasi akan aman dari komet 3I/ATLAS. Menurut ilmuwan, lintasan komet berjarak sekitar 240 juta km dari Bumi atau sama dengan satu setengah kali jarak antara Bumi dan Matahari.

“Itu tidak menimbulkan bahaya bagi planet kita atau planet lain di Tata Surya,” ESA mengonfirmasi.

Alih-alih mengancam, para ilmuwan menganggap komet ‘asing’ tersebut bisa menjadi kesempatan untuk mengamatinya. Ilmuwan telah menemukan bahwa 3I/ATLAS tampak berperilaku seperti komet pada umumnya, memiliki koma – awan gas dan debu kabur di sekitar intinya – dan bahkan ekor samar.

Spekulasi Bukan Sekadar Komet, tapi Pesawat Alien

Avi Loeb yang juga tertarik dengan ekstraterestrial, membuka spekulasi bahwa 3I/ATLAS bisa jadi bukan komet biasa. Spekulasi mengarah pada pertimbangan bahwa jika bukan komet, objek tersebut bisa jadi sesuatu yang direkayasa, seperti pesawat ruang angkasa alien yang tidak aktif atau penyelidikan.

Loeb bersama peneliti Adam Crowl dan Adam Hibberd, menerbitkan sebuah makalah pada bulan Juli yang mengeksplorasi gagasan bahwa 3I/ATLAS, pada awalnya mungkin buatan. Spekulasi ini merujuk pada massa komet yang luar biasa dan kemiringan orbit yang tidak biasa.

“Jika peradaban cerdas ingin mengirim pesawat besar ke Tata Surya kita, jalur seperti 3I/ATLAS dapat menguntungkan,” kata peneliti.

Tim Loeb berpendapat bahwa lintasan 3I/ATLAS yang membawanya relatif dekat dengan Venus, orbit Bumi, dan Mars selama tahun depan, bisa jadi disengaja jika itu adalah wahana yang dirancang untuk mempelajari planet.

“Jalur dan kemiringannya dapat memungkinkan kehidupan cerdas di atas objek tersebut mengukur orbit dan massa planet,” kata Loeb.

Meski begitu, Loeb dan tim menekankan bahwa ini spekulatif karena tidak ada bukti langsung dari teknologi atau sinyal apa pun dari 3I/ATLAS saat ini. Namun, layak untuk diteliti secara ilmiah.

Spekulasi terhadap objek luar angkasa ‘asing’ sebagai wahana alien bukan sekali saja terjadi. Pada 1977, terdapat sinyal atau transmisi radio yang kuat dan tidak bisa dideteksi. Kemudian, itu diduga berasal dari luar Bumi.

Loeb menunjukkan bahwa pada tanggal adanya sinyal 1977 itu, posisi di langit asalnya kira-kira di bagian langit yang sama di mana 3I/ATLAS seharusnya berada, jauh di luar angkasa.

Ia berharap spekulasi ini mendorong para astronom untuk mendengarkan 3I/ATLAS saat ia melintas, untuk berjaga-jaga jika komet tersebut memancarkan sinyal radio apa pun. Sejauh ini, belum ada teleskop yang melaporkan emisi yang tidak biasa dari komet tersebut.

(pal/pal)



Sumber : www.detik.com

Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa


Jakarta

Jeff Bezos berpikir masa depan tampak cerah menurut pandangan futuristiknya. Sementara banyak kalangan pesimis memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mengakhiri peradaban, pendiri Amazon dan Blue Origin ini mengatakan 20 tahun ke depan akan menjadi zaman keemasan.

Menurutnya, 2045 akan menjadi zaman ketika manusia akan lebih bahagia, lebih kaya, dan hidup di luar Bumi sambil bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih sedikit.


“Saya tidak mengerti bagaimana orang yang masih hidup saat ini bisa berkecil hati,” ujar Bezos saat berbicara di acara Italian Tech Week 2025 awal Oktober, seperti dikutip dari The New York Post, Senin (20/10/2025).

Ia juga menyatakan bahwa teknologi akan segera membawa umat manusia ke era ‘kelimpahan peradaban’. Bezos memperkirakan bahwa pada 2045, robot akan menangani berbagai pekerjaan berat manusia. Dan bagi banyak orang, kantor-kantor mungkin berada di luar planet.

“Dalam beberapa dekade mendatang, saya yakin akan ada jutaan orang yang tinggal di luar angkasa. Begitu cepatnya percepatan ini,” ujarnya.

“Mereka sebagian besar akan tinggal di sana karena mereka ingin. Kita tidak membutuhkan manusia untuk tinggal di luar angkasa,” tambahnya.

Orang terkaya keempat di dunia ini mengatakan pekerjaan di Bulan dan wilayah luar angkasa lainnya akan jatuh ke tangan robot-robot dan mesin.

“Jika kita perlu melakukan pekerjaan di permukaan Bulan atau di mana pun, kita akan dapat mengirim robot untuk melakukannya, dan itu akan jauh lebih hemat biaya daripada mengirim manusia,” prediksinya.

Bezos menepis semua kesuraman yang melingkupi AI sejak munculnya ChatGPT, dengan mengatakan sejarah membuktikan penemuan baru selalu membuat hidup lebih baik, bukan lebih buruk.

“Kelimpahan peradaban berasal dari penemuan-penemuan kita. Jadi 10 ribu tahun yang lalu, atau kapan pun itu, seseorang menemukan bajak, dan kita semua menjadi lebih kaya. Saya berbicara tentang seluruh peradaban, alat-alat ini meningkatkan kelimpahan kita, dan pola itu akan terus berlanjut,” yakinnya.

Banyak ahli dan tokoh masyarakat memperingatkan bahwa AI dapat menyebabkan pengangguran massal, hilangnya kendali manusia, atau bahkan bencana eksistensial. Ketakutan ini diperkuat oleh penggambaran dalam film-film distopia dan beberapa pemimpin teknologi terkemuka.

Bezos bukan satu-satunya raksasa teknologi di kubu yang berlawanan. CEO Tesla Elon Musk, orang terkaya di dunia saat ini yang perusahaan roketnya SpaceX menyaingi Blue Origin milik Bezos, meyakini manusia dapat mendarat di Mars pada 2028 dengan roket tak berawak yang meluncur ke sana paling cepat tahun depan.

SpaceX, yang sekarang bernilai sekitar USD400 miliar, telah bekerja sama dengan NASA untuk mewujudkannya. Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman, yang ChatGPT-nya membantu memicu ledakan AI, mengatakan karier di bidang luar angkasa akan segera menjadi pekerjaan terpopuler.

Ia berpikir bahwa dalam satu dekade, lulusan perguruan tinggi akan bekerja di beberapa pekerjaan yang benar-benar baru, menarik, dan bergaji sangat tinggi di orbit Bumi, dan menambahkan bahwa ia iri pada anak-anak muda yang karier awalnya tidak akan terlihat membosankan dan kuno seperti generasinya.

Namun, tidak semua orang mempercayai kabar gembira antarplanet itu. Bill Gates mengatakan alangkah lebih baik jika para miliarder fokus memperbaiki kerusakan Bumi ketimbang menjajah planet lain.

“Luar angkasa? Kita punya banyak hal yang harus dilakukan di Bumi,” ujar salah satu pendiri Microsoft ini saat berbicara di acara Late Night Show yang dipandu James Corden pada 2021.

Meski begitu, Gates pun mengakui kebangkitan AI dapat memberi kesempatan baru bagi umat manusia. Ia memprediksi mesin akan membuat minggu bekerja begitu efisien sehingga jadwal bekerja dua hari bisa menjadi hal umum.

“Jika Anda memperluas wawasan, tujuan hidup bukan hanya untuk melakukan pekerjaan,” kata Gates.

(rns/fay)



Sumber : inet.detik.com

Jumlah Satelit Starlink Kini Tembus 10 Ribu


Jakarta

SpaceX kembali mencatatkan tonggak bersejarah dalam ambisi internet satelit globalnya. Pada Minggu (19/10) waktu setempat, perusahaan milik Elon Musk itu meluncurkan 56 satelit Starlink tambahan melalui dua roket Falcon 9 terpisah.

Misi ini membuat total satelit Starlink yang pernah diluncurkan menembus angka 10.000 unit sejak program dimulai, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Selasa (21/10/2025).

Peluncuran tersebut sekaligus menjadi misi Falcon 9 ke-132 sepanjang tahun 2025, menyamai rekor peluncuran tahunan sebelumnya. Padahal, masih tersisa lebih dari dua bulan sebelum tahun berakhir.


Namun dari total 10 ribu lebih satelit yang dikirim ke orbit rendah Bumi (LEO), hanya sekitar 8.608 satelit yang masih aktif saat ini. Data ini berasal dari perhitungan Jonathan McDowell, astronom dan pelacak satelit independen. Satelit Starlink dirancang memiliki masa operasional sekitar lima tahun sebelum secara sengaja dideorbit untuk terbakar di atmosfer.

Starlink pertama kali diuji pada 2018 lewat peluncuran prototipe, sebelum layanan komersialnya mulai digelar pada 2021. Kini, jaringan tersebut menjadi salah satu penyedia internet satelit terbesar di dunia.

SpaceX sejauh ini telah mengantongi izin untuk meluncurkan 12.000 satelit, dan bahkan menargetkan jumlah total lebih dari 30.000 unit dalam jangka panjang. Tujuannya adalah menghadirkan akses internet cepat dan berlatensi rendah ke seluruh penjuru dunia, termasuk wilayah terpencil yang sulit dijangkau jaringan fiber atau seluler.

Namun, ekspansi ini tak datang tanpa kekhawatiran. Persaingan dari berbagai belahan dunia sedang menghangat. Amazon lewat Project Kuiper, konsorsium Eropa, hingga inisiatif serupa di China, sama-sama menyiapkan megakonstelasi mereka sendiri. Kondisi tersebut memunculkan kekhawatiran baru terkait potensi penumpukan satelit di orbit dan risiko tabrakan di luar angkasa.

Meski begitu, SpaceX terus memimpin perlombaan dengan kapasitas produksi dan peluncuran yang belum tertandingi, menjadikan Starlink salah satu proyek infrastruktur teknologi terbesar yang pernah dibangun manusia di luar angkasa.

(asj/fay)



Sumber : inet.detik.com

Rancang Baterai Super Cepat-Temukan Planet Asing



Jakarta

India menjadi salah satu negara dengan industri teknologi yang maju di dunia. Ini karena India memiliki ekosistem yang saling mendukung antara pemerintah dan pendidikan, selama beberapa dekade.

Mengutip laporan BBC, orang-orang India yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi mulai berdatangan ke Amerika Serikat sejak 1960-an. Mereka datang sebagai ilmuwan, insinyur, dan pemrogram untuk belajar dan bekerja di bidang teknologi.

Tak heran, jika di kemudian hari, India memiliki pusat teknologi seperti Silicon Valley di AS. Pusat inovasi dan teknologi terbesar di India antara lain di wilayah Bangalore, Hyderabad, Chennai, dan Thiruvananthapuram.


Saat ini, teknologi dan sains juga terus berkembang. Ini ditandai dengan berbagai penemuan yang berhasil dilakukan oleh ilmuwan asal India pada 2025.

Merancang Baterai yang Bisa Mengisi Daya Super Cepat

Salah satu penemuan yang baru dilakukan oleh ilmuwan asal India yakni rancangan baterai yang dapat mengisi daya dengan cepat dan tahan lama. Penemuan ini telah dipublikasi di ‘Advanced Materials’ pada 7 April 2025.

Tim peneliti di Jawaharlal Nehru Center for Advanced Scientific Research (JNCASR), sebuah lembaga otonom di bawah Departemen Sains dan Teknologi (DST), telah mengembangkan baterai ion natrium (SIB) pengisian super cepat berdasarkan bahan katoda dan anoda tipe NASICON. Baterai ini dapat mengisi daya hingga 80% hanya dalam enam menit dan bertahan lebih dari 3000 siklus pengisian daya.

Baterai baru ini berbeda dengan baterai (SIB) konvensional yang pengisian dayanya lambat dan masa pakainya pendek. Ini karena baterai baru menggunakan perpaduan cerdas antara kimia dan nanoteknologi.

Para ilmuwan yang dipimpin oleh Prof Premkumar Senguttuvan dan peneliti Ph D, Biplab Patra, merekayasa material baru untuk anoda yakni Na₁.₀V₀.₂₅Al₀.₂₅Nb₁.₅(PO₄)₃. Kemudian mengoptimalkannya dalam tiga cara penting yaitu:

– Mengecilkan partikel hingga skala nano

– Membungkusnya dengan lapisan karbon tipis

– Menyempurnakan material anoda dengan menambahkan sedikit aluminium.

“Perubahan ini membuat ion natrium bergerak lebih cepat dan lebih aman, sehingga memungkinkan kecepatan dan daya tahan,” tulis laporan dalam laman resmi Department of Science and Technology (DST), dikutip Kamis (16/10/2025).

Penemuan ini menjadi penting karena baterai yang dibuat dengan natrium, alih-alih litium, dapat membantu India mencapai kemandirian dalam teknologi penyimpanan energi. Selain biaya, baterai ion natrium ini dapat memberi daya pada segalanya, mulai dari kendaraan listrik dan jaringan surya hingga drone dan rumah-rumah pedesaan, membuat energi bersih dapat diakses di tempat yang paling membutuhkannya.

Menemukan Planet Asing Sangat Besar

Di bidang astronomi, para ilmuwan India dari Laboratorium Penelitian Fisika (PRL) berhasil menemukan sebuah eksoplanet masif yang diberi kode TOI-6038A b. Planet ini diketahui memiliki ukuran 78 kali lebih besar dari Bumi, demikian melansir Times of India.

Planet itu mengelilingi bintang tipe-F, yang lebih panas dan lebih terang dari Matahari. Untuk menyelesaikan satu revolusi penuh, planet TOI-6038A b hanya membutuhkan waktu 5,83 hari.

Para ilmuwan berhasil menemukan planet ini berkat bantuan PARAS-2, yakni spektograf mutakhir yang dipasang pada teleskop 2,5 meter di Observatorium Gunung Abu PRL. Penemuan yang terbit di The Astronomical Journal, pada Maret 2025, menunjukkan kemajuan India dalam penelitian antariksa dan memiliki implikasi bagi teori pembentukan planet.

(faz/nah)



Sumber : www.detik.com