Jakarta –
Demi mendapakan berat badan ideal yang cepat, banyak orang nekat diet ekstrem, seperti hanya minum air putih. Bagaimana ahli melihat hal ini?
Banyaknya informasi seputar pola diet di internet membuat sebagian orang mencoba mempraktikannya. Baik diet sehat hingga diet ekstrem sekalipun.
Tidak sedikit juga yang tujuannya hanya sekadar menurunkan berat badan dengan cepat. Salah satunya melalui puasa atau diet dengan hanya mengonsumsi air putih saja.
Baca juga: Tak Gengsi, Aktor Hong Kong Kini Jualan Ceker Ayam
Diet air putih populer di media sosial, namun keamanan praktiknya disoroti ahli. Foto: TikTok @nuriacasasc |
Melansir Science Alert (8/6) kelompok peneliti internasional telah mempublikasi hasil analisa terhadap 20 responden yang menjalani puasa air putih. Di antaranya telah menerapkan diet tersebut selama 10 hari berturut-turut.
Menurut data semua responden, mereka mengalami penurunan berat badan hingga 7,7%. Namun ada beberapa efek samping, bahkan cukup mengganggu.
Diungkapkan pula bahwa diet air putih ini juga meningkatkan inflamasi yang menyebabkan stres pada tubuh. Hasil pengamatannya juga melihat efek diet air putih yang dapat mengganggu kesehatan jantung dan kardiovaskuler.
“Hipotesis kami menemukan bahwa diet air putih dalam jangka panjang berdampak pada inflamasi di dalam tubuh,” kata Luigi Fontana, ilmuwan dari University of Sydney.
Baca juga: Apes! 5 Orang Ini Rugi Ditipu Gebetan Saat Kencan Pertama
Ada ancaman gangguan terhadap jantung dan kardiovaskuler yang mungkin terjadi akibat diet ini. Foto: Getty Images/iStockphoto |
Hasil tersebut ditemukan dari peningkatan protein yang berkaitan dengan inflamasi, termasuk protein C-reaktif dalam plasma darah. Kadar peningkatan proteinnya juga terlihat berdampak pada pengurangan kekuatan otot dan tulang.
Peneliti juga menemukan adanya amyloid beta protein yang dikhawatirkan dapat memicu Alzheimer. Namun hasilnya juga dikatakan membutuhkan penelitian lebih lanjut.
Pengamatan yang hanya dilakukan pada kelompok kecil ini dapat menjadi rujukan gambaran terkait efek samping diet air putih. Diperkirakan masih banyak efek dan dampaknya pada kesehatan jika diteliti lebih lanjut.
Walaupun begitu ahli mengatakan bahwa diet air putih tak bisa dilakukan secara sembarangan. Butuh saran dan pengawasan dari dokter jika ingin menjalani diet ini.
(dfl/adr)
![]() |
||
Source : unsplash.com / Eater Collective
5 Efek Samping Diet Intermittent Fasting, Tak Sepenuhnya Sehat! Jakarta – Banyak pola diet populer yang informasinya tersebar di internet, seperti intermittent fasting (IF). Ternyata cara diet yang salah juga bisa timbulkan efek samping. Tren hidup sehat kian meningkat, pegiatnya berlomba-lomba hidup sehat mulai dari olahraga rutin hingga menjalani diet sehat. Banyak pola diet populer yang informasi cara melakukannya dapat diakses melalui internet. Salah satunya intermittent fasting yang menerapkan jendela makan pada pelaksanaan dietnya. Banyak pelaku IF yang percaya dan membuktikan diet ini ampuh untuk menurunkan berat badan. Faktanya, dilansir dari Times of India, Kamis (3/9), IF juga punya efek samping berbahaya.
Hal ini disebut-sebut sebab dari pengaturan jendela makan yang tidak tepat. Walaupun dianggap ampuh untuk menurunkan berat badan tetapi melewati waktu makan sembarangan justru memiliki konsekuensi yang tinggi. Baca juga: Jago! Bocah SD Raup Untung Rp 9 Juta per Bulan dari Jualan Milk Tea Berikut ini 5 efek samping diet IF pada kesehatan:
1. Lemas dan Sakit KepalaKetika menjalani IF artinya tubuh akan tidak mendapat asupan makanan selama beberapa waktu. Artinya tubuh tidak menerima asupan bahan bakar untuk dibakar dan diubah menjadi energi. Melewati waktu makan dengan berbagai alasan akan membuat tubuh terasa menjadi lemas. Pada kondisi yang lebih serius, sebagian orang akan merasa pusing jika terlalu lama tidak menerima asupan makanan. Kondisi tubuh yang dibiarkan kelaparan tanpa pengaturan dan penanganan oleh ahli dapat menyebabkan beberapa efek lanjutan. Misalnya seperti tekanan gula darah yang rendah, dehidrasi, hingga ketidaksimbangan elektrolit yang juga menyebabkan lemas serta sakit kepala. 2. Risiko Kesehatan JantungAlasan seseorang hendak menerapkan pola diet sehat adalah demi kesehatan tubuh jangka panjang. Tetapi diet yang tidak dilakukan secara terstruktur dan benar justru akan berisik mengganggu kesehatan jantung. Pada sebuah penelitian terhadap 2.000 orang dewasa di Amerika Serikat, ditemukan partisipan yang membatasi waktu makannya kurang dari 8 jam sehari memiliki risiko kematian 91% lebih tinggi. Risiko tersebut datang dari gangguan kardiovaskuler yang dibandingkan dengan orang-orang yang makan 12-16 jam sehari. Pada penelitian lainnya juga ditemukan kenaikan 135% risiko kematian akibat serangan jantung dari orang-orang yang terlalu ketat membatasi asupan makan mereka. 3. Kekurangan NutrisiTubuh manusia sudah sebagaimana mestinya membutuhkan nutrisi dan vitamin untuk berfungsi efektif. Melewati jam makan selama beberapa jam dalam sehari akan mengurangi jatah tubuh menerima vitamin dan nutrisi yang dibutuhkan. Terutama makronutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein yang penting untuk fungsi organ tubuh. Akibatnya, jika hal ini terjadi pada tubuh orang dewasa banyak kehilangan yang akan terjadi. Tak hanya penurunan berat badan tetapi juga massa otot, energi yang lemah, hingga imunitas yang menurun. Efek jangka panjangnya tubuh akan menjadi lebih mudah sakit sebab tameng pertahanan berupa imunitas menjadi kurang ampuh menghalau virus, bakteri, dan radikal bebas.
4. Gangguan MetabolismeMelakukan diet artinya mengubah pola makan rutin menjadi pola makan yang baru. Tidak hanya kebiasaan yang harus disesuaikan tetapi proses metabolisme tubuh lantas mengikuti. Pakar kesehatan tidak menyarankan pelaku diet IF membiarkan tubuhnya kelaparan ekstrem atau benar-benar berpuasa terlalu panjang. Walaupun berpuasa dapat membakar cadangan kalori tetapi justru meningkatkan hormon lapar pada otak. Banyak penelitian yang telah menemukan kaitan erat antara pola diet IF dengan kecenderungan eating disorder atau gangguan makan. Seseorang mungkin bisa menahan rasa laparnya tetapi jika dilakukan terus menerus tanpa panduan jelas sewaktu-waktu mereka justru akan makan berlebihan tanpa henti. 5. Risiko Eating DisorderMenurut pakar kesehatan, pada orang dewasa dan remaja berpuasa dalam waktu yang panjang dapat menjadi berbahaya. Risiko terjadinya stres metabolik dapat memengaruhi kesehatan jangka panjang. Pada sebuah penelitian di Kanada yang melibatkan 2.700 remaja dan dewasa, ditemukan sebagian besar pelaku IF mengalami eating disorder atau gangguan pola makan. Kebiasaan ini juga dipengaruhi oleh pola diet yang terlalu ketat dan dipaksakan. Alih-alih menurunkan berat badan, justru risiko ngidam makanan dan keinginan untuk makan sangat banyak akan terjadi. Pakar kesehatan selalu menyarankan untuk berhati-hati jika ingin melakukan diet IF dan tentu harus selalu dalam pantauan ahli gizi. Baca juga: Bukan dari Asia, World Sushi Championship Dimenangkan Chef Negara Ini (dfl/adr) Sari Berita Penting |





