Tag Archives: famili

Kamitetep Sering Nempel di Dinding Rumah, Ternyata Hewan Ini Unik!



Jakarta

Jika detikers pernah menemukan ‘kotoran’ kecil mirip biji melon atau biji labu menempel di dinding rumah, plafon, atau kamar mandi, jangan salah! Itu bukan kotoran, tapi salah satu penghuni kecil rumah yang biasa disebut kamitetep. Hewan mungil ini sering bikin orang penasaran.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa itu kamitetep dan kenapa bisa ada di rumah, simak penjelasan berikut yang dikutip dari Ask IFAS, University of Florida, AS.


Apa Itu Kamitetep?

Secara ilmiah, kamitetep dikenal sebagai Phereoeca uterella, anggota famili Tineidae dalam ordo Lepidoptera (kelompok ngengat dan kupu-kupu). Bentuknya unik karena larvanya tinggal di dalam kantong kecil yang terbuat dari sutra bercampur debu, rambut, atau serat kain. Kantong ini berbentuk pipih memanjang dan sering ditemukan menempel di dinding rumah.

Meski sering disebut ‘ulat kantong’, sebenarnya kamitetep berbeda dengan ulat kantong dari famili Psychidae. Untuk menghindari kebingungan, para ahli menyebutnya sebagai household casebearer atau ‘si pembawa kantong rumah tangga’.

Kenapa Dinamakan Kamitetep?

Nama kamitetep memiliki cerita cukup panjang. Pertama kali dicatat oleh Lord Walsingham pada 1897, spesies ini sempat diberi nama Tineola uterella. Lalu, terjadi beberapa kali perubahan nama hingga akhirnya resmi disebut Phereoeca uterella. Nama ini dipakai sampai sekarang, terutama dalam dunia entomologi, ilmu tentang serangga.

Di Mana Habitat Kamitetep?

Kamitetep suka menetap di tempat lembab. Rumah dengan ventilasi kurang baik atau area kamar mandi jadi lokasi favoritnya.

Di luar negeri, serangga ini banyak ditemukan di Florida, Louisiana, Mississippi, Carolina, AS; hingga kawasan tropis seperti Brazil, Guyana, dan Asia Tenggara. Karena pertukaran barang internasional, spesies ini bisa dengan mudah berpindah antarnegara dan ikut menetap di rumah-rumah tropis, termasuk di Indonesia.

Di rumah, kamitetep biasanya menempel di:

  • Dinding dan langit-langit kamar mandi
  • Sudut kamar tidur atau gudang
  • Gorden, karpet, hingga bagian bawah perabotan
  • Area belakang lemari atau tempat lembab yang jarang dibersihkan.

Siklus Hidup Kamitetep

Kamitetep memiliki daur hidup yang cukup unik. Berikut tahapannya.

1. Telur

Kamitetep betina bisa menghasilkan hingga 200 butir telur yang ditempelkan di celah dinding atau lantai. Telur berwarna pucat kebiruan dan menetas dalam waktu sekitar 10 hari.

2. Larva

Tahap larva inilah yang paling sering kita lihat. Larva tinggal di dalam kantong pipih yang ia bangun dari serat sutra, debu, rambut, bahkan sisa serangga. Panjang kantong bisa mencapai 8-14 mm. Larva akan terus membawa kantong ini ke mana pun ia pergi, seperti rumah berjalan mini.

3. Kepompong

Ketika siap bermetamorfosis, larva berubah menjadi pupa di dalam kantongnya. Ujung kantong dimodifikasi menjadi semacam katup untuk tempat keluarnya ngengat dewasa.

4. Ngengat Dewasa

Ngengat dewasa berwarna abu-abu dengan ukuran kecil, hanya 7-13 mm. Kamitetep betina lebih besar daripada jantan. Menariknya, saat dewasa, kamitetep tidak makan lagi. Tugas utamanya hanya berkembang biak, lalu mati.

Satu siklus hidup dari telur hingga ngengat dewasa rata-rata berlangsung sekitar 2,5 bulan.

Apa Makanan Kamitetep?

Larva kamitetep punya selera unik. Mereka dikenal suka memakan:

  • Jaring laba-laba lama (makanan favoritnya)
  • Serat wol, kain alami, dan gorden
  • Rambut atau debu rumah tangga
  • Kantong lama miliknya sendiri

Karena menu makanannya ini, kamitetep sering dianggap sebagai hama rumah tangga, terutama kalau sudah merusak kain wol atau karpet.

Apakah Kamitetep Berbahaya?

Kabar baiknya, kamitetep tidak berbahaya bagi manusia. Mereka tidak menggigit, tidak menyengat, dan bukan pembawa penyakit. Namun, keberadaannya bisa membuat risih, apalagi kalau jumlahnya banyak menempel di dinding atau merusak kain di rumah.

Cara Mengatasi Kamitetep di Rumah

Mengusir kamitetep tidak sesulit yang dibayangkan. Beberapa langkah sederhana bisa dilakukan:

  • Bersihkan rumah secara rutin: Bersihkan jaring laba-laba dan vakum atau lap dinding dan sudut ruangan.
  • Kurangi kelembaban: Gunakan ventilasi atau AC agar rumah tidak lembab dan pastikan kamar mandi kering dan tidak terlalu basah.
  • Ambil secara manual: Kantong kamitetep bisa langsung diambil atau dibersihkan dengan vacuum cleaner.
  • Pengendalian alami: Di alam, ada tawon parasitoid kecil yang bisa memangsa larva kamitetep.
  • Pestisida: Sebenarnya tidak selalu diperlukan, dengan pembersihan rutin sudah cukup efektif.

Kamitetep memang kecil dan kadang bikin jengkel saat muncul di dinding rumah. Namun, hewan ini sesungguhnya tidak berbahaya. Dengan menjaga kebersihan, mengurangi kelembaban, dan rutin membersihkan sudut rumah, detikers bisa mencegah si ‘ulat kantong’ ini berkembang biak. Semoga bermanfaat!

(twu/twu)



Sumber : www.detik.com

Untuk Pertama Kalinya, Aksi Bayi Dugong Terekam di Pantai Alor



Alor

Untuk pertama kalinya, aksi bayi dugong terekam kamera sedang bermain di dekat kapal nelayan di pantai Mali, Alor, NTT.

Mawar, dugong (Dugong dugon) berkelamin jantan yang dikenal sebagai penghuni perairan Pantai Mali, Alor, terekam kamera sedang bermain dengan satu individu bayi dugong.

Penampakan langka ini berhasil diamati oleh Engky Bain, anggota Forum Komunikasi Nelayan Kabola, yang melihat bayi dugong tersebut berenang bersama Mawar dan Melati (dugong betina).


Dalam video pendek berdurasi kurang dari satu menit itu, Mawar tampak menggendong bayi dugong di punggungnya, lalu berenang kembali bersama satu dugong dewasa lainnya, seperti sedang bermain.

Penemuan ini dikonfirmasi oleh Ketua Forum Komunikasi Nelayan Kabola, Onesimus La’a atau yang biasa disapa Pak One.

“Saya sudah sempat melihat bayi dugong itu, namun seringnya dia dan dugong Melati menghindari kapal, tidak seperti Mawar. Akhirnya kemarin anggota Forum berhasil mendokumentasikan kemunculan ketiga ekor dugong tersebut bermain di dekat kapal. Jadi kami ingin pastikan lamunnya cukup untuk tiga ekor dugong, Mawar itu kan selalu berada di wilayah ini karena makanannya melimpah. Kalau perlu dilakukan rehabilitasi lamun, kelompok kami siap membantu,” ujar Pak One dalam keterangannya, Jumat (10/10/2025).

Ranny R. Yuneni, Koordinator Nasional Program Spesies Laut Dilindungi dan Terancam Punah, Yayasan WWF-Indonesia mengatakan Kehadiran dua individu dugong lain selain Mawar membuktikan bahwa bahwa ekosistem lamun di Pantai Mali, Alor memiliki kualitas ekologis yang mampu menyediakan ruang hidup dan sumber pakan bagi dugong.

“Sebagai langkah lanjutan, WWF-Indonesia bersama mitra pemerintah dan masyarakat berencana melaksanakan survei mamalia laut di Alor pada tahun ini, mencakup pemantauan populasi dugong, lumba-lumba, dan paus di perairan Alor. Survei ini akan memperkuat dasar ilmiah pengelolaan habitat mamalia laut di Alor, dengan mengaitkan data populasi dan perilaku dugong serta mamalia laut lainnya dengan kondisi padang lamun sebagai habitat utamanya,” imbuh dia.

Upaya konservasi lamun di Alor telah dilakukan oleh WWF-Indonesia bersama Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pengelola Taman Perairan Kepulauan Alor dan Laut Sekitarnya yang merupakan perpanjangan tangan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Tahun 2024, WWF-Indonesia telah melaksanakan survei awal untuk mendukung program rehabilitasi lamun di perairan Pantai Mali. Hasilnya menunjukkan bahwa kondisi padang lamun di kawasan ini termasuk dalam kategori padat hingga sangat padat (kategori kaya/sehat) dengan tutupan 73-76%.

Sebanyak delapan jenis lamun dari dua famili teramati, termasuk jenis makanan favorit Mawar, Halophila ovalis. Peningkatan aktivitas wisata di sekitar habitat dugong pun perlu diimbangi dengan penerapan kode etik wisata secara ketat untuk mencegah gangguan terhadap perilaku alami spesies tersebut.

“Keseimbangan antara konservasi dan pariwisata menjadi kunci. Wisata berbasis konservasi harus memastikan bahwa interaksi dengan dugong tetap aman, berjarak, dan tidak mengubah pola makan atau migrasinya. Termasuk pengaturan jumlah kapal, kecepatan, serta etika pengamatan harus diterapkan dengan disiplin,” ujar Ranny.

Kemunculan bayi dugong ini menjadi simbol keberhasilan konservasi berbasis masyarakat di Alor. Hal ini menunjukkan bahwa manusia dan satwa laut dapat hidup berdampingan secara harmonis bila habitatnya dijaga bersama.

“Dugong merupakan biota perairan dilindungi nasional dengan status Vulnerable menurut daftar merah IUCN. Adanya dua individu baru dugong di Alor adalah bukti nyata bahwa upaya menjaga ekosistem laut, khususnya padang lamun, membuahkan hasil. KKP terus berkomitmen untuk memperkuat konservasi dugong melalui pengelolaan kawasan konservasi perairan, pemantauan populasi dan pengawasan, serta peningkatan kesadaran masyarakat. Kami juga memberikan apresiasi tinggi kepada masyarakat, mitra, dan lembaga yang selama ini konsisten menjaga laut Alor, sehingga dugong dapat tetap hidup dan berkembang biak di habitat alaminya,” ujar Sarmintohadi, Direktur Konservasi Spesies dan Genetik Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Benarkah Bambu Bukan Termasuk Pohon? Ternyata Jenis Ini



Jakarta

Apakah detikers termasuk yang sering menyebut bambu dengan pohon bambu? Ternyata bambu bukan jenis pohon, lo. Lantas, bambu termasuk jenis apa?

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pohon adalah tumbuhan yang berbatang keras dan besar atau pokok kayu. Secara umum, definisi pohon berkaitan dengan batang berkayu dan/atau bercabang.

Berdasarkan definisi ini, bambu tidak termasuk pohon karena strukturnya berongga dan bukan berkayu. Berbeda dengan pohon yang padat dan memiliki kambium untuk menebal.


Bambu Termasuk Jenis Rumput-rumputan

Secara ilmiah, bambu bukan pohon karena termasuk dalam famili rumput-rumputan (Poaceae). Bambu yang paling umum ditemukan, memiliki nama ilmiah Bambusa vulgaris.

Dikutip dari laman Queensland Government, bambu merupakan rumput tinggi yang tumbuh secara rapat. Bambu berasal dari wilayah Asia tropis dan subtropis, juga menyebar ke Australia.

Bambu sering kali tumbuh alami dan liar, seperti jenis rerumputan lainnya. Meski begitu, bambu bukanlah tanaman invasif yang mengganggu spesies lain.

Berdasarkan strukturnya, bambu bisa berukuran sangat besar. Biasanya memiliki banyak cabang pada satu buku dengan satu atau dua yang jauh lebih besar dari yang lain. Pada banyak spesies bambu, terdapat batang berongga dan ikatan pembuluh di penampang melintang yang tersebar di seluruh batang.

Bisa Tumbuh dengan Cepat dan Sering Dimanfaatkan oleh Manusia

Menurut American Bamboo Society, bambu termasuk salah satu tanaman yang tumbuh paling cepat di dunia. Bambu mampu tumbuh 60 cm atau lebih per hari karena sistem rimpangnya yang unik.

Namun, pertumbuhan cepat ini akan sangat bergantung pada tanah dan kondisi iklim setempat. Bambu bisa hidup di berbagai iklim mulai dari pegunungan dingin hingga wilayah tropis yang panas.

Keberadaannya yang melimpah membuat bambu sering dimanfaatkan oleh manusia. Di wilayah Asia, bambu memiliki nilai ekonomis sebagai bahan bangunan, sumber makanan pangkal mudanya, hingga produk mentah serbaguna.

Diketahui, ada lebih dari 70 genera bambu yang terbagi menjadi sekitar 1.450 spesies. Di Indonesia, ada beberapa bambu yang populer digunakan, yaitu:

1. Bambu Betung (Dendrocalamus asper)

2. Bambu ampel atau bambu aur (Bambusa vulgaris)

3. Bambu Wuluh/Wulung/Hitam (Gigantochloa atroviolacea)

4. Bambu Tali/Apus (Gigantochloa apus)

5. Bambu talang/lemang (Schizostachyum brachycladum)

6. Bambu Mayan (Gigantochloa robusta)

7. Bambu Kecil/Mini/Bayi (Pogonatherum paniceum)

8. Bambu kuning (Bambusa vulgaris var. striata)

(faz/pal)



Sumber : www.detik.com