Tag Archives: gelas

‘Kesederhanaan’ Segelas Kopi Es Tak Kie, Warisan Glodok 1927



Jakarta

Kopi Es Tak Kie sudah ada sejak 1927 dan eksis hingga kini. Berada di tengah pasar, kedai kopi ini menjadi penjaga budaya Tionghoa di tengah Jakarta.

Di tengah kesibukan pecinan Glodok, Jakarta Barat, terselip satu kedai kopi legendaris yang membawa detikers kembali ke masa lalu. Namanya Kopi Es Tak Kie, kedai yang sudah berdiri pada 1927. Traveler masih bisa menikmati kopi itu hingga kini.


Kedai legendaris itu berada di Gang Gloria, kawasan kuliner legendaris di Pecinan Glodok, Pancoran, Jakarta Barat. Kalau dihitung, keddai kopi itu sudah berumur 98 tahun.

Kini, kedai itu dikelola oleh Ak Wang, generasi ketiga penerus usaha keluarga. Aroma es kopi langsung tercium berpadu dengan sajian lain.

“Pertama kali berdiri tahun 1927, waktu itu yang dijual hanya teh manis dan teh pahit. Baru kemudian menyesuaikan permintaan orang-orang zaman dulu yang ingin kopi,” ujar Ak Wang saat ditemui detikTravel, Selasa (21/10/2025).

Ada dua menu favorit yang paling banyak dipesan, yakni kopi hitam es dan kopi susu es, masing-masing dibanderol Rp 25 ribu per gelas. Total ada 14 menu yang tersedia di sini, mulai dari aneka bakmi dan sup, empat varian kopi, empat jenis teh, hingga telur ayam kampung.

Kopi Es Tak Kie, Glodok, Jakarta BaratSuasan Kopi Es Tak Kie, Glodok, Jakarta Barat (dok. Qonita Hamidah/detikTravel)

Kedai kopi itu sederhana. Ruangannya cukup luas, dengan pembeli yang bergantian keluar masuk.

Kopi Tak Kie, Kopi Kesederhanaan dan Pergaulan

Semua kopi diracik secara manual, tanpa bantuan mesin modern. Pemilihan metode pembuatan es kopi yang masih sangat konvensional ini mungkin tak lepas dari makna nama kedai yang selalu tampil rapi dan bersih ini.

“Nama Tak Kie sendiri berarti kesederhanaan dan pergaulan. Itu filosofi dari kakek saya,” ujar Ak Wang.

Kedai ini tak pernah sepi pengunjung mulai dari warga lokal, wisatawan, hingga anak muda yang datang untuk merasakan atmosfer klasik Glodok. Suasana kedainya pun masih otentik, meja kayu tua, gelas jadul, dan dinding berubin putih khas kedai tempo dulu.

“Semua orang bisa masuk ke sini, dari berbagai kalangan. Saya bersyukur pada kakek saya yang sudah mendirikan kedai ini. Berkat beliau, Tak Kie bisa terus diminati sampai sekarang,” kata Ak Wang.

Menurut Manda, salah satu pengunjung, suasana Kopi Tak Kie benar-benar mengingatkannya pada memori di kampung halaman bersama nenek. Apalagi es kopi Tak Kie dengan cita rasa berimbang antara manis dan pahit benar-benar mengingatkannya pada adukan kopi khas rumah tangga.

“Rasa makan dan kopi di sini tuh kaya otentik banget seperti lagi makan di rumah nenek di kampung Kopi Es Tak Kie ini direkomendasikan buat teman-teman yang ingin merasakan rasa kopi yang khas ada manis dan pahitnya,” kata Manda.

Bagi detikers yang ingin mencicipi secangkir es kopi segar adukan khas Kopi Es Tak Kie, bisa datang setiap hari pukul 06.30-13.30 WIB. Menu di sini tersedia dengan kisaran harga Rp 22-25 ribu untuk makanan dan minuman. Tak hanya hidangan berkualitas, di sini detikers juga bisa sekilas merasakan suasana Chinatown tempo dulu.

(row/row)

Sumber : travel.detik.com

Alhamdulillah اللهم صلّ على رسول الله محمد wisata mobil
image : unsplash.com / Thomas Tucker

Cuaca Panas Bak Pintu Neraka Terbuka! Ini Tips Kemenkes RI Biar Nggak Gampang Sakit


Jakarta

Cuaca panas dikeluhkan warga dalam beberapa waktu terakhir. Berkaitan dengan hal tersebut, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkapkan beberapa trik yang bisa dilakukan agar tak gampang tumbang di tengah cuaca panas.

Direktur Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengimbau untuk menjaga hidrasi dengan cukup minum air di tengah cuaca panas yang terjadi di beberapa wilayah RI.

Menurut Nadia, paparan cuaca panas berlebih dapat meningkatkan risiko dehidrasi yang jika tidak ditangani dapat memicu masalah lebih serius.


“Minum sebelum haus itu menjadi penting. Kalau dulu anjuran kita kan 8 gelas per hari. Ya kalau dengan cuaca panas ini ya 12-18 gelas per hari. Jadi jangan tunggu haus, baru kita minum,” ujar Nadia ketika ditemui awak media di Jakarta Pusat, Jumat (17/10/2025).

Selain itu, untuk aktivitas di luar ruangan, Nadia menyarankan untuk mengenakan pakaian pelindung. Beberapa pelindung yang bisa digunakan seperti payung, topi, pakaian yang bersirkulasi baik, dan tidak berwarna hitam.

Nadia menambahkan pada cuaca panas, risiko untuk sakit menjadi lebih besar. Beberapa di antaranya yang harus diwaspadai seperti batuk, pilek, dan infeksi saluran pernapasan atas lain.

“Kalau kita aktivitas di luar, padat dengan cuaca kering, gunakan masker. Apalagi kalau di sekitar kita banyak orang yang sakit tenggorokan, suara serak, karena kan sekarang banyak kan yang tiba-tiba kok ‘Suara saya tiba-tiba serak’. Bukan kebanyakan konser, tapi memang karena kering ya. Karena kering, akhirnya kan tenggorokan mudah iritasi,” tandasnya.

(avk/suc)



Sumber : health.detik.com