Tag Archives: gempa

Gempa M 3,4 Terjadi di Larantuka NTT


Jakarta

Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 3,4 terjadi di Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Gempa ini ada pada kedalaman 255 kilometer.

“Gempa Mag:3.4 (40 km Barat Laut Larantuka-NTT),” tulis BMKG di akun X, Jumat (24/10/2025).

Gempa ini dilaporkan terjadi pada pukul 01.22 WIB. Titik koordinat gempa berada di 7,95 lintang selatan dan 122,94 bujur timur.

“Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” tulis BMKG.

(fas/fas)



Sumber : news.detik.com

Gempa M 2,8 Terjadi di Bayah Banten


Jakarta

Gempa bumi berkekuatan magnitudo (M) 2,8 terjadi di Bayah, Kabupaten Lebak, Banten. Gempa ini ada pada kedalaman 13 kilometer.

“Gempa Mag:2.8 (78 km barat daya Bayah-Banten),” tulis BMKG di akun X, Jumat (24/10/2025).

Gempa ini dilaporkan terjadi pada pukul 02.55 WIB. Titik koordinat gempa berada di 7,62 lintang selatan dan 106,08 bujur timur.

“Informasi ini mengutamakan kecepatan, sehingga hasil pengolahan data belum stabil dan bisa berubah seiring kelengkapan data,” tulis BMKG.

(fas/fas)



Sumber : news.detik.com

Bangun Rumah yang Kokoh Bisa Pakai Fondasi Batu Kali, Ini Plus Minusnya


Jakarta

Fondasi rumah berperan penting untuk membangun struktur bangunan yang kokoh. Pemilik bisa memilih dari sekian jenis fondasi rumah, termasuk salah satunya adalah batu kali.

Batu kali disusun untuk membuat struktur fondasi supaya kokoh dan mampu menahan beban dinding rumah. Batu ini menjadi pilihan bahan fondasi karena terkenal kokoh dan ekonomis.

Dikutip dari e-jurnal milik uny.ac.id, fondasi batu kali umumnya dipakai untuk bangunan sederhana yang berdiri di atas kondisi tanah yang cukup baik. Fondasi batu kali dibuat dengan kedalaman sekitar 60-80 cm, sedangkan lebar tapak kurang lebih sama dengan tingginya.


Pembangunan Fondasi Batu KaliPembangunan Fondasi Batu Kali Foto: Getty Images/Ranah Pixel Studio

Jenis-jenis Batu Kali

Jika ingin menggunakan batu kali untuk fondasi, pemilik bisa memilih antara dua jenis batu. Berikut ini penjelasannya.

1. Batu Kali Bulat

Batu kali bulat memiliki bentuk sebagaimana namanya, tetapi tidak beraturan. Jenis batu ini bisa ditemukan di sepanjang aliran sungai. Namun, tekstur permukaannya yang halus membuat mortar kurang bisa menempel kuat pada batu kali tersebut.

2. Batu Kali Belah

Batu kali belah berukuran lebih besar daripada batu yang bulan. Biasanya batu ini dapat ditemukan di pegunungan atau sungai.

Batu itu bisa dihancurkan menjadi ukuran sekitar 30-40 cm. Nah, kelebihannya adalah tekstur permukaannya kasar sehingga mortar bisa menempel dengan kuat.

Kelebihan Batu Kali untuk Fondasi

Bagi yang masih mempertimbangkan untuk menggunakan fondasi batu kali, pelajari dulu kelebihannya berikut ini, dilansir e-jurnal Scribd berjudul Makalah Pondasi Batu Kali oleh Ainul Herwinda.

1. Kuat

Batu kali untuk fondasi dapat menahan bangunan dengan kuat dalam segala kondisi cuaca. Batu ini berasal dari alam yang sudah mengalami suhu dan cuaca berubah-ubah. Maka dari itu, tak heran kalau batu itu punya karakteristik kuat dan kokoh.

2. Tahan Lama

Batu kali yang kuat dan kokoh ini juga tahan lama lho. Karakteristik tersebut membuat bangunan dengan fondasi batu kali mampu bertahan cukup lama serta minim terjadi kerusakan.

3. Mudah Didapat

Selain itu, batu kali mudah untuk didapat di toko-toko material dekat rumah. Akan tetapi, pemilik rumah harus jeli membeli batu kali yang baru ya. Jangan mengambil batu kali yang sudah lama berdiam di toko material.

Kekurangan Batu Kali untuk Fondasi

Di sisi lain, batu kali untuk fondasi juga ada kekurangannya sebagai berikut.

1. Mudah Timbul Retakan

Umumnya bangunan dengan fondasi batu kali tidak mengalami roboh. Namun, retakan pada dinding bisa muncul ketika ada gempa bumi atau tumbuhnya akar pohon invasif.

Kondisi tersebut tidak terlalu menimbulkan masalah serius. Akan tetapi, perbaikan kerusakan akan memakan biaya yang cukup besar.

2. Perlu Ketelitian saat Membelinya

Pemilik rumah harus teliti saat memilih batu kali di toko material. Hindari membeli batu kali yang sudah lama ada di toko karena dapat mengurangi kualitasnya.

Apalagi kalau batu kali sempat terendam air, hal ini bisa mempengaruhi kekuatannya. Batu tersebut kalau dipakai buat bangun fondasi dikhawatirkan berdampak pada kekokohan bangunan.

Itulah informasi seputar fondasi yang terbuat dari batu kali. Semoga membantu!

Punya pertanyaan soal rumah, tanah atau properti lain? detikProperti bisa bantu jawabin. Pertanyaan bisa berkaitan dengan hukum, konstruksi, jual beli, pembiayaan, interior, eksterior atau permasalahan rumah lainnya.

Caranya gampang. Kamu tinggal kirim pertanyaan dengan cara klik link ini

(dhw/abr)



Sumber : www.detik.com

Gunung Api Iran ‘Bangkit’ Lagi Setelah Tidur 700 Ribu Tahun


Jakarta

Sebuah gunung berapi di Iran selatan yang diperkirakan telah punah sekitar 710 ribu tahun telah muncul kembali.

Penelitian baru yang diterbitkan pada 7 Oktober di jurnal Geophysical Research Letters menemukan bahwa area tanah di dekat puncak gunung berapi Taftan naik 9cm selama 10 bulan antara Juli 2023 hingga Mei 2024. Pengangkatan tersebut belum surut, menunjukkan adanya peningkatan tekanan gas di bawah permukaan gunung berapi.


Temuan ini menunjukkan perlunya pemantauan lebih ketat terhadap gunung berapi tersebut, yang sebelumnya tidak dianggap berisiko bagi manusia, kata penulis senior studi Pablo González, seorang ahli vulkanologi di Institute of Natural Products and Agrobiology, pusat penelitian Spanish National Research Council (IPNA-CSIC).

Gunung berapi dianggap punah jika belum meletus pada era Holokon, yang dimulai 11.700 tahun yang lalu. Mengingat aktivitasnya baru-baru ini, kata González, Taftan mungkin lebih tepat disebut sebagai gunung berapi dorman.

“Entah bagaimana ia harus meletus di masa mendatang, entah dengan dahsyat atau lebih pelan. Tidak ada alasan untuk khawatir akan letusan yang akan segera terjadi. Tetapi gunung berapi tersebut perlu dipantau lebih ketat,” ujar González seperti dikutip dari Live Science.

Gunung berapi Taftan adalah gunung berapi stratovolkano setinggi 3.940 meter di tenggara Iran, terletak di antara pegunungan dan gunung berapi yang terbentuk oleh subduksi kerak samudra Arab di bawah benua Eurasia.

Saat ini, gunung berapi ini memiliki sistem hidrotermal aktif dan lubang-lubang penghasil sulfur berbau yang disebut fumarol, tetapi belum diketahui apakah gunung berapi ini pernah meletus dalam sejarah manusia.

Ketika Mohammadhossein Mohammadnia, seorang mahasiswa doktoral yang bekerja di bawah bimbingan González di IPNA-CSIC, pertama kali memeriksa citra satelit gunung berapi tersebut pada 2020, ia tidak melihat bukti adanya aktivitas gunung berapi tersebut.

Namun kemudian, pada 2023, orang-orang mulai melaporkan emisi gas dari gunung berapi tersebut di media sosial. Emisi tersebut dapat tercium dari kota Khash yang berjarak sekitar 50 kilometer.

Mohammadnia kembali mengamati citra satelit dari misi Sentinel-1 milik Badan Antariksa Eropa, ESA. Taftan terpencil dan tidak memiliki sistem pemantauan GPS seperti yang terdapat di gunung berapi seperti Gunung St. Helen. Wilayah ini juga berbahaya karena aktivitas kelompok pemberontak dan konflik perbatasan antara Iran dan Pakistan. Citra satelit menunjukkan sedikit peningkatan permukaan tanah di dekat puncak, yang menunjukkan peningkatan tekanan di bawah.

Mohammadnia menghitung bahwa pendorong pengangkatan ini berada 490 hingga 630 meter di bawah permukaan. Mustahil untuk mengetahui secara pasti apa yang terjadi, tetapi para peneliti mengesampingkan faktor eksternal seperti gempa bumi atau curah hujan di dekatnya.

Reservoir magma gunung berapi ini berada lebih dari 3,5 km di bawah permukaan, jauh lebih dalam daripada apa pun yang mendorong pengangkatan tersebut.

Sebaliknya, pengangkatan tersebut disebabkan oleh perubahan pada jaringan hidrotermal di bawah gunung berapi yang menyebabkan penumpukan gas, atau sejumlah kecil magma mungkin telah bergeser di bawah gunung berapi, yang memungkinkan gas untuk menggelembung ke dalam bebatuan di atas, meningkatkan tekanan dalam pori-pori dan retakan batuan, dan menyebabkan tanah sedikit terangkat.

Tahap selanjutnya dalam penelitian ini, menurut González, adalah berkolaborasi dengan ilmuwan yang melakukan pemantauan gas di gunung berapi. “Studi ini tidak bertujuan untuk menimbulkan kepanikan di masyarakat. Studi ini merupakan seruan bagi pihak berwenang di kawasan Iran untuk mengalokasikan sejumlah sumber daya guna meninjau hal ini,” tutupnya.

(rns/rns)



Sumber : inet.detik.com

Dua Gempa Besar Diramal Akan Terjadi Bersamaan, Indonesia Aman?


Jakarta

Para peneliti yang ingin mengungkap pola pergerakan gempa bumi menemukan fakta yang meresahkan, dua patahan terbesar di dunia terkadang bekerja bersamaan.

Para peneliti gempa bumi di Pantai Barat Amerika Utara menemukan tanda, bahwa gempa bumi di Zona Subduksi Cascadia atau Sesar San Andreas dapat memicu gempa bumi di zona lainnya.

Dalam sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Geosphere, para peneliti dari Oregon State University yang dipimpin oleh Chris Goldfinger, seorang ahli geologi dan geofisika kelautan, menunjukkan bukti yang disebut ‘sinkronisasi parsial’ antara Sesar San Andreas utara dan Zona Subduksi Cascadia.


Sinkronisasi parsial pada dasarnya berarti bahwa suatu peristiwa gempa bumi di satu zona memiliki riwayat pemicu di zona lainnya, dan bukti historis ‘interaksi signifikan’ antara keduanya, serta potensi interaksi yang lebih besar di masa mendatang. Menurut mereka, hal ini perlu dianggap sebagai peringatan.

Bukti inti dari hubungan ini berasal dari dasar laut. Tim menambang 130 inti sedimen yang berasal dari 3.100 tahun yang lalu, dari Persimpangan Tiga Mendocino, tempat pertemuan Lempeng Juan de Fuca dan Lempeng Gorda di bawah Lempeng Amerika Utara, di Zona Subduksi Cascadia dengan Sesar San Andreas di lepas pantai California utara. Di sana, lapisan sedimen menunjukkan aktivitas turbidit yang tidak biasa, lapisan yang terbentuk oleh longsor laut yang menggerakkan dasar laut, yang seringkali merupakan tanda-tanda awal gempa bumi.

“Turbidit pada umumnya memiliki sedimen kasar di bagian bawah, sementara lanau yang lebih halus mengendap di bagian atas. Namun, di Mendocino Triple Junction, struktur tersebut terbalik dan tampak terbalik dengan semua pasir di atasnya. Dan sejauh yang kami ketahui, gravitasi tidak berubah,” ujar Goldfinger dikutip dari Scientific American, Senin (20/10/2025).

Hal ini kemungkinan menyiratkan bahwa formasi turbidit unik tersebut ditumpuk oleh dua gempa bumi, satu dari masing-masing zona, secara berurutan dengan selisih waktu beberapa tahun atau bahkan menit.

Studi ini menunjukkan bahwa delapan tikungan turbidit memiliki ‘tumpang tindih temporal yang substansial’ antara Zona Subduksi Cascadia dan Sesar San Andreas, dan bahwa peristiwa gempa sinkronisasi besar terakhir terjadi sekitar tahun 1700. Goldfinger membandingkan situasi ini dengan menyetel radio untuk mengonversi sinyal masuk.

“Saat menyetel sistem radio lama, pada dasarnya Anda menyebabkan satu osilator bergetar pada frekuensi yang sama dengan yang lainnya. Ketika patahan-patahan ini sinkron, satu patahan dapat menyetel patahan lainnya dan menyebabkan gempa bumi berpasangan,” ujarnya.

Namun, meskipun sudah lebih dari 300 tahun sejak gempa bumi kembar terakhir terjadi, hal itu tidak menutup kemungkinan akan terjadi peristiwa serupa di masa mendatang.

“Kita bisa memperkirakan bahwa gempa bumi di salah satu patahan saja akan menguras sumber daya seluruh negeri untuk meresponsnya,” ujar Goldfinger.

“Jika keduanya terjadi bersamaan, maka kemungkinan San Francisco, Portland, Seattle, dan Vancouver semuanya akan berada dalam situasi darurat dalam jangka waktu yang singkat,” imbuhnya.

Meskipun ‘hanya’ terjadi delapan kejadian besar, bukti menunjukkan kedua wilayah tersebut saling terkait erat sehingga gempa bumi yang terjadi hampir bersamaan bukanlah hal yang jarang terjadi.

“Dalam makalah ini, kami berfokus pada geologi, alih-alih memikirkan potensi bencana. Namun, cukup jelas bahwa jika hal seperti ini terjadi, dan kami yakin buktinya kuat, kami perlu bersiap,” kata Goldfinger.

Dari penelitian tersebut, belum diketahui bagaimana dengan kondisi patahan lain misalnya di Asia termasuk Indonesia. Penelitian mereka baru untuk wilayah Amerika saja.

(rns/fay)



Sumber : inet.detik.com

Kisah Kaum Aikah yang Mendapat Azab Pedih di Zaman Nabi Syuaib AS



Jakarta

Kaum Aikah hidup di zaman Nabi Syuaib AS. Azab pedih menimpa mereka karena sikap dan perbuatan zalim yang dilakukan.

Nabi Syuaib AS hadir sebagai utusan Allah SWT yang membawa ajaran kebenaran. Sayangnya, kaum ini enggan menyembah Allah dan bersikap buruk. Azab pedih kemudian menimpa kaum ini dan kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an.

Mengutip buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad oleh Ibnu Katsir, dikisahkan bahwa Allah SWT menimpakan gempa yang sangat dahsyat kepada mereka sehingga semua aktivitas kehidupan menjadi terhenti seketika.


Azab bagi kaum Aikah ini berupa gempa dahsyat yang menghancurkan seluruh negeri.

Ketika bencana datang dalam bentuk guncangan dan suara yang menggelegar dahsyat, semua kehidupan menjadi terhenti dan semua makhluk-Nya menjadi binasa.

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al-A’raf ayat 91,

فَأَخَذَتْهُمُ ٱلرَّجْفَةُ فَأَصْبَحُوا۟ فِى دَارِهِمْ جَٰثِمِينَ

Artinya: Kemudian mereka ditimpa gempa, maka jadilah mereka mayat-mayat yang bergelimpangan di dalam rumah-rumah mereka.

Azab dan hukuman yang ditimpakan kepada kaum Nabi Syuaib itu merupakan balasan atas kedurhakaan dan permusuhan yang telah mereka lakukan kepada Nabi Syuaib dan para pengikut beliau.

Azab bagi kaum Aikah ini terjadi karena mereka mengingkari ajaran yang dibawa Nabi Syuaib AS. Hal ini diterangkan dalam surat Hud ayat 87,

قَالُوا۟ يَٰشُعَيْبُ أَصَلَوٰتُكَ تَأْمُرُكَ أَن نَّتْرُكَ مَا يَعْبُدُ ءَابَآؤُنَآ أَوْ أَن نَّفْعَلَ فِىٓ أَمْوَٰلِنَا مَا نَشَٰٓؤُا۟ ۖ إِنَّكَ لَأَنتَ ٱلْحَلِيمُ ٱلرَّشِيدُ

Artinya: Mereka berkata: “Hai Syu’aib, apakah sembahyangmu menyuruh kamu agar kami meninggalkan apa yang disembah oleh bapak-bapak kami atau melarang kami memperbuat apa yang kami kehendaki tentang harta kami. Sesungguhnya kamu adalah orang yang sangat penyantun lagi berakal”.

Allah SWT menurunkan azab berupa suara keras yang menggelegar itu untuk menghentikan mulut mereka yang senantiasa melontarkan hinaan dan ejekan kepada Nabi Syuaib AS.

Sebagian ahli tafsir seperti Qatadah beranggapan bahwa penduduk Aikah berbeda dengan kaum Madyan.

Dalam buku Situs-situs dalam Al-Qur’an karya Syahruddin El-Fikri disebutka Nabi Syuaib AS diutus kepada kaum Aikah dan juga Kaum Madyan. Dua penduduk ini sama-sama ingkar pada ajaran Allah SWT sehingga azab pedih menimpa keduanya.

Allah SWT menyebut azab bagi penduduk Aikah dengan sebutan yaum azh-zhillah (azab pada hari mereka dinaungi awan), sedangkan azab bagi penduduk Madyan disebut ar-rajfah (gempa) atau ash-shaihah (suara keras menggelegar).

Adapun hadis yang diriwayatkan oleh al-Hafizh Ibnu Asakir ketika menjelaskan tentang biografi Nabi Syuaib melalui jalur riwayat Muhammad bin Utsman bin Abi Syaibah, dari ayahnya, dari Mu’awiyah bin Hisyam, dari Hisyam bin Sa’ad, dari Syafiq bin Abi Hilal, dari Rubaiah bin Saif, dari Abdullah bin Amr yang diriwayatkan secara marfu’ disebutkan: “Sesungguhnya, kaum Madyan dan penduduk Aikah merupakan dua umat (yang berbeda). Allah mengutus Nabi Syuaib kepada kedua umat itu.”

Allah SWT menyebutkan perbuatan tercela yang dilakukan oleh penduduk Aikah sebagaimana Allah SWT menyebutkan perbuatan buruk kaum Madyan, yaitu mengurangi takaran dan timbangan.

Wallahu a’lam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com