Tag Archives: guncangan

10 Cara Alami agar Tidak Mabuk Saat Naik Mobil, Tak Perlu Obat


Jakarta

Perjalanan naik mobil sering menjadi hal menakutkan bagi orang yang punya masalah mabuk perjalanan. Mereka sering khawatir mengalami mual dan muntah di tengah perjalanan.

Biasanya mereka mengatasi dengan minum obat antimabuk. Namun bagaimana jika lupa membeli obat? Detikers bisa mencoba cara alami agar tidak mabuk saat naik mobil. Cara ini juga bisa dibiasakan agar tidak bergantung pada obat antimabuk.

Cara Alami agar Tidak Mabuk Saat Naik Mobil

Dilansir dari situs Kementerian Kesehatan dan rumah sakit swasta, berikut ini 10 cara alami agar tidak mabuk saat naik mobil:


1. Istirahat Cukup

Cegah mabuk perjalanan dengan beristirahat yang cukup sebelum memulai perjalanan. Perjalanan jauh membutuhkan tubuh yang bugar. Jika kurang istirahat, maka kemungkinan kondisi kamu menjadi tidak fit, merasa pusing, dan mual saat perjalanan.

2. Jangan Terlalu Kenyang

Cara alami agar tidak mabuk saat naik mobil selanjutnya adalah mencegah perut terlalu kenyang. Jadi, jangan makan terlalu banyak sesaat sebelum naik mobil. Guncangan mobil di perjalanan lebih mudah menyebabkan mual pada perut yang penuh.

3. Atur Posisi Duduk

Jika detikers punya riwayat mabuk perjalanan, maka atur posisi duduk dengan tepat. Biasanya posisi menghadap belakang dan samping biasanya lebih mudah menyebabkan pusing dan gejala mabuk.

Usahakan duduk di posisi yang bisa melihat jalan dan menghadap depan. Jika memungkinkan, pilih tempat duduk yang minim guncangan, jangan berada di atas ban bus.

4. Makan Snack

Sediakan makanan ringan atau snack kering saat hendak naik mobil. Cara ini ampuh untuk mengatasi mabuk perjalanan. Snack yang cocok antara lain keripik, makanan manis atau buah-buahan untuk mencegah dan mengurangi perasaan mual.

5. Mengonsumsi Jahe atau Permen Mint

Minum air jahe atau mengunyah permen mint juga merupakan cara alami agar tidak mabuk saat naik mobil. Cara ini ampuh untuk mencegah dan meredakan mual dan muntah karena mabuk perjalanan.

6. Alihkan Perhatian

Terkadang orang mengalami mabuk perjalanan karena terlalu fokus berpikir bahwa dirinya akan mual ketika naik mobil. Nah, cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan mengalihkan perhatian, misalnya dengan mendengarkan musik, bernyanyi, mengobrol, dan sebagainya.

7. Jangan Lihat Buku atau HP

Jangan mengalihkan perhatian dengan membaca buku dan bermain HP. Hal ini justru memicu rasa mual dan pusing, Ketika mata fokus pada satu titik yang dekat, sementara mobil terus bergerak, maka terjadi ketidakselarasan antara mata dan telinga.

8. Pejamkan Mata

Memejamkan mata juga ampuh untuk mengatasi mabuk perjalanan saat naik mobil. Pejamkan mata sejenak dan ambil napas perlahan. Jika bisa tidur, akan lebih mudah bagi kamu untuk mencegah mabuk perjalanan.

9. Hirup Udara Segar

Salah satu penyebab mual dan pusing adalah udara di dalam mobil yang kurang segar atau bau parfum mobil yang kurang cocok. Untuk mengatasinya, buka jendela mobil atau berhenti sebentar untuk keluar dari mobil.

10. Aromaterapi

Terakhir, cara alami agar tidak mabuk saat naik mobil adalah dengan memasang aromaterapi atau minyak angin. Aroma yang bisa membantu seperti kayu putih, lavender, lemon, atau rempah-rempah.

Sepuluh cara alami agar tidak mabuk saat naik mobil ini dapat menjadi alternatif dalam perjalanan. Sebelumnya, pastikan tubuh dalam kondisi cukup sehat untuk menempuh perjalanan jauh.

(bai/row)



Sumber : oto.detik.com

Benarkah Ban Jadi Mudah Kempes saat Musim Hujan?


Jakarta

Di musim hujan, ban jadi salah satu komponen kendaraan yang perlu diperhatikan sebelum melakukan perjalanan. Kondisinya harus prima dengan telapak ban cukup tebal dan tekanan anginnya sesuai agar dapat bekerja maksimal pada permukaan jalan basah dan licin.

Namun, pengendara justru kerap mengeluhkan ban kempes selama musim hujan. Padahal, tekanan ban yang kurang rentan mengalami aquaplaning atau hilangnya cengkeraman pada permukaan jalan. Kondisi bisa berbahaya karena mampu membuat pengemudi kehilangan kontrol atas kendaraannya. Lantas, benarkah ban menjadi mudah kempes saat musim hujan?

Apakah Ban Mudah Kempes saat Musim Hujan?

Ban kendaraan biasanya mudah bocor atau kempes selama musim hujan. Terdapat sejumlah penyebab mengapa hal tersebut dapat terjadi. Dilansir Dilansir WBIR.com, Consumer Reports, dan Burt Brothers, berikut alasan ban menjadi mudah kempes di kala hujan.


1. Air Hujan Membawa Sampah

Sampah berupa benda tajam seperti puing-puing, paku, sekrup, hingga staples dari pinggir jalan atau tempat lainnya dapat terbawa air hujan sampai ke tengah jalan. Benda-benda itu berukuran kecil sehingga cukup sulit terlihat saat berkendara.

Barang tajam tersebut dapat menancap di ban saat kendaraan melaju. Akibatnya, ban berlubang atau bocor dan angin di dalamnya lambat laun berkurang.

Jikalau sampah tajam itu berukuran cukup besar sehingga terlihat, pengemudi bisa saja menghindarinya dan ban pun tidak akan bocor.

2. Suhu Udara Dingin

Ban memiliki tekanan udara di dalamnya. Selama musim hujan, suhu menurun sehingga udara cenderung terasa dingin. Pada suhu dingin, molekul tekanan udara internal ban tidak bergerak. Akibatnya, molekul itu tidak dapat mengisi ruang dalam ban.

Jika ruang tersebut tidak terisi, dinding ban akan mengempis dan membuat tekanan udara ban di dalamnya menurun. Inilah yang menyebabkan ban kempes saat hujan.

3. Karet Ban Mengeras

Udara dingin juga mampu membuat karet ban menjadi keras dan menyebabkan kempes. Ketika mulai mengeras, ban tidak efektif dalam meredam guncangan dari permukaan jalan yang tidak rata. Akibatnya, pengendara bisa merasakan guncangan lebih kuat meski kendaraan telah dilengkapi suspensi.

Saat ban mengeras dan rusak, komponen yang bersinggungan langsung dengan jalan ini mungkin tidak bisa kembali ke bentuk semulanya. Sehingga detikers perlu menggantinya sesegera mungkin untuk menghindari kerusakan lebih lanjut.

Nah, itu tadi penyebab ban mudah kempes saat musim hujan. Semoga menjadi informasi bermanfaat!

(azn/row)



Sumber : oto.detik.com

Penyebab Shockbreaker Motor Keras dan Cara Bikin Empuk Kembali


Jakarta

Shockbreaker merupakan salah satu komponen penting pada sepeda motor. Sebab, shockbreaker berfungsi sebagai peredam getaran atau guncangan saat berkendara.

Shockbreaker akan berguna jika kamu melalui jalanan berlubang atau melewati polisi tidur. Soalnya, shockbreaker dapat meredam getaran sehingga kamu tetap stabil ketika mengendarai motor.

Apabila shockbreaker rusak, maka tidak dapat meredam guncangan sehingga dapat mengganggu kenyamanan berkendara. Selain itu, badan jadi terasa pegal-pegal akibat guncangan atau getaran ketika melewati jalanan rusak.


Salah satu solusinya adalah dengan membeli shockbreaker yang baru. Namun, ada beberapa kasus shockbreaker baru masih terasa keras dan kurang empuk.

Lantas, apa yang menyebabkan shockbreaker keras? Lalu bagaimana caranya membuatnya kembali empuk? Simak selengkapnya dalam artikel ini.

Penyebab Shockbreaker Motor Keras

Ada sejumlah penyebab shockbreaker motor terasa keras dan bikin tidak nyaman saat berkendara. Dilansir situs Astra Oto Shop, berikut beberapa penyebabnya:

1. Tekanan Udara Terlalu Tinggi

Faktor yang pertama karena tekanan udara terlalu tinggi. Perlu diketahui, setiap shockbreaker motor memiliki rekomendasi tekanan udara yang disarankan oleh pabrikan. Jika tekanan melebihi batas, maka shockbreaker akan terasa kaku dan kurang nyaman saat melibas jalanan berlubang.

2. Setelan Kurang Sesuai

Setelan shockbreaker yang kurang sesuai juga bisa menjadi penyebabnya. Pada umumnya, shockbreaker memiliki sejumlah opsi penyetelan, seperti kompresi dan perpanjangan yang harus disesuaikan dengan pengendara serta kondisi jalan yang dilalui.

3. Aus

Penyebab berikutnya karena komponen internal shockbreaker mengalami kerusakan atau aus, seperti di bagian segel, per, atau batang shockbreaker. Kerusakan ini dapat mengurangi fungsi shockbreaker untuk menyerap guncangan secara optimal.

4. Kualitas Oli Shockbreaker

Kualitas oli juga bisa mempengaruhi kinerja shockbreaker saat melalui jalanan berlubang. Sebab, penggunaan oli yang tidak cocok atau kualitasnya rendah bisa memicu shockbreaker terasa lebih keras.

5. Butuh Waktu Penyesuaian

Jika sudah mengganti shockbreaker yang baru tapi masih terasa keras, mungkin butuh waktu untuk mencapai fungsi yang optimal. Dalam beberapa kasus, hal ini disebabkan komponen di dalam shockbreaker masih butuh beradaptasi.

Namun, jika shockbreaker masih terasa keras setelah penggunaan dalam waktu cukup lama, kamu perlu mengeceknya kembali. Segera bawa motor ke bengkel tempat memasang shockbreaker dan sampaikan keluhan kepada mekanik agar bisa dicari solusinya.

Cara Membuat Shockbreaker Empuk Kembali

Ketika shockbreaker motor detikers terasa keras, jangan panik dulu. Ada sejumlah cara untuk membuat shockbreaker kembali empuk dan nyaman. Simak di bawah ini:

1. Pastikan Shockbreaker Terpasang dengan Benar

Cobalah untuk mengecek posisi shockbreaker, apakah sudah terpasang dengan benar sesuai spesifikasi yang dianjurkan oleh pabrikan atau tidak. Pastikan semua komponen terpasang dengan benar dan tidak ada bagian yang terkunci atau terjepit.

2. Cek Standar Tingkat Kekerasan Shockbreaker

Sejumlah jenis shockbreaker memiliki pengaturan tingkat kekerasan yang bisa disesuaikan. Cek kembali apakah tingkat kekerasan shockbreaker sudah disetel dengan benar atau belum.

Jika memungkinkan, cobalah atur tingkat kekerasan shockbreaker sesuai dengan kenyamanan detikers saat berkendara. Kamu juga bisa setel shockbreaker sesuai kondisi jalan yang sering dilalui setiap hari.

3. Cek Tekanan Udara Shockbreaker

Jika jenis shockbreaker motor kamu menggunakan udara sebagai medium peredamnya, pastikan tekanan udara di dalamnya sudah sesuai dengan rekomendasi pabrik.

Soalnya, tekanan udara yang terlalu terlalu tinggi dapat mempengaruhi kenyamanan berkendara karena terasa keras. Maka dari itu, tekanan udara pada shockbreaker harus disesuaikan dengan standarnya.

4. Cek Kondisi Shockbreaker

Periksa juga shockbreaker motor secara detail dan pastikan tidak mengalami aus atau rusak. Beberapa komponen seperti per, seal, atau bushing yang rusak dapat menyebabkan shockbreaker tidak berfungsi secara optimal dan terasa keras.

Kalau shockbreaker sudah rusak, maka sudah saatnya untuk menggantinya dengan yang baru. Oh ya, pastikan membeli shockbreaker sesuai dengan spesifikasi motor kamu.

Itu dia penyebab shockbreaker keras dan cara mengatasinya agar kembali empuk. Semoga bermanfaat!

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com

Kenali Tanda-tanda Suspensi Mobil Bermasalah



Jakarta

Suspensi merupakan komponen penting pada mobil yang bertugas menyerap getaran jalan demi menjaga kenyamanan dan keamanan berkendara. Tak hanya itu, suspensi memiliki peran sebagai penopang bodi, penyeimbang, sekaligus menjaga stabilitas kendaraan ketika melaju di berbagai kondisi jalan. Kenali tanda-tanda suspensi mobil bermasalah.

Dijelaskan Auto2000, sistem suspensi terdiri dari pegas dan shock absorber atau peredam kejut. Beberapa mobil modern bahkan dilengkapi tambahan komponen penunjang yang membuat pengendalian lebih stabil serta meningkatkan kenyamanan penumpang.

Fungsi Suspensi Mobil

Selain meredam guncangan, suspensi juga berfungsi melindungi penumpang juga barang bawaan, menjaga kestabilan kendaraan, menyalurkan gaya pengereman, hingga menopang bodi mobil pada poros roda. Karena itu, kondisi suspensi yang prima sangat krusial bagi keselamatan.


Tanda-tanda Suspensi Bermasalah

Ada beberapa gejala yang bisa dirasakan ketika suspensi tak lagi bekerja optimal. Pertama, mobil terasa berayun berlebihan saat melintasi tikungan atau butuh waktu lama kembali stabil. Kedua, muncul suara berisik dari area kaki-kaki, yang mengindikasikan adanya komponen aus.

Selain itu, mobil tampak tak seimbang saat diparkir di permukaan datar, menandakan salah satu sisi suspensi melemah. Kebocoran oli pada shock absorber juga menjadi ciri yang jelas, karena akan membuat peredam kejut kehilangan fungsi. Gejala lain bisa terlihat dari ban yang aus tidak merata, menandakan suspensi sudah lama terganggu.

Cara Menjaga Suspensi Tetap Awet

Agar suspensi selalu bekerja optimal, pemilik mobil perlu rutin memeriksa tekanan angin ban, karena tekanan yang tidak sesuai bisa membuat suspensi bekerja lebih keras. Cek kondisi shock absorber, per, dan komponen karet kaki-kaki secara berkala agar tidak ada kebocoran atau korosi.

Selain itu, hindari membawa muatan berlebih yang melebihi daya angkut, rutin lakukan spooring dan balancing, serta rotasi ban setiap servis berkala. Gaya mengemudi juga berpengaruh: hindari menghantam lubang jalan atau polisi tidur dengan kecepatan tinggi agar suspensi tidak cepat rusak.

Perawatan berkala di bengkel resmi sangat dianjurkan agar sistem suspensi selalu dalam kondisi prima, sehingga pengalaman berkendara tetap nyaman, aman, dan stabil di setiap perjalanan.

(lua/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Kata Pakar, Ini Kursi Terburuk di Pesawat yang Harus Dihindari Penumpang!



Jakarta

Pergi menggunakan pesawat mungkin jadi pilihan banyak orang untuk berlibur. Namun, akan tidak menyenangkan ketika salah memilih tempat duduk di pesawat.

Banyak orang pernah mengalami pengalaman tak nyaman di pesawat, entah karena turbulensi, suara bising, atau gangguan dari penumpang lain. Untuk menghindari hal-hal yang bisa merusak suasana liburan sejak awal, para ahli menyarankan agar penumpang lebih cermat dalam memilih kursi.

Melansir Express, Kamis (9/10/2025) menurut Direktur Digital Liburan di Thomas Cook, Nicholas Smith, menyebut baris paling belakang pesawat adalah tempat duduk yang paling tidak ideal.


“Kursi di belakang biasanya dekat dapur dan toilet, layanan cenderung lebih lambat, pilihan makanan bisa terbatas, dan bagian ini juga lebih terasa saat turbulensi,” jelas Smith.

Ia menambahkan bagi penumpang yang sensitif terhadap guncangan, duduk di bagian belakang pesawat sebaiknya dihindari. Pemilihan kursi yang tepat memang sering kali membutuhkan biaya tambahan, namun bisa menjadi investasi yang sepadan demi kenyamanan.

“Penting untuk memikirkan prioritas Anda. Jika gugup saat terbang, duduk di atas sayap bisa lebih stabil. Jika Anda mengejar waktu, pilih kursi lorong di depan agar lebih cepat keluar. Pasangan juga bisa memesan kursi jendela dan lorong, menyisakan ruang tengah agar lebih lega,” sarannya.

Kursi Baris Depan Dinilai Lebih Tenang

Hal serupa disampaikan Izzy Nicholls, pelancong berpengalaman dan pendiri blog perjalanan The Gap Decaders. Ia mengatakan kursi bagian belakang bukan hanya lebih bising karena dekat mesin dan dapur, tapi juga membuat penumpang jadi salah satu yang terakhir naik dan turun dari pesawat.

“Kalau Anda ingin penerbangan yang lebih tenang, duduklah di bagian depan. Area ini jauh dari toilet dan jalur lalu-lalang penumpang,” ujarnya.

Izzy juga menyarankan kursi lorong bagi penumpang yang ingin bergerak bebas selama penerbangan, terutama pada penerbangan jarak jauh.

Selain kenyamanan, ruang penyimpanan barang juga jadi pertimbangan penting. CEO dan salah satu pendiri Stasher, Jacob Wedderburn-Day, mengungkapkan area belakang sering kali jadi tempat staf menyimpan perlengkapan mereka.

“Penumpang yang naik terlambat dan duduk di belakang bisa kehabisan ruang bagasi kabin. Terkadang, barang harus diletakkan beberapa baris dari tempat duduk,” ucap Jacob.

Ia juga mengingatkan untuk menghindari kursi di belakang sekat (bulkhead), karena biasanya ruang penyimpanannya sangat terbatas.

Pakar perjalanan dari Transfeero, Andrea Platania, turut menyarankan agar penumpang tidak memilih baris terakhir kecuali terpaksa. Menurutnya, kursi tersebut cenderung tidak bisa direbahkan, lebih berisik, dan dekat toilet.

“Kursi tengah juga biasanya paling tidak diminati, kecuali jika Anda bepergian dalam kelompok,” katanya.

Namun, jika penumpang mencari kursi dengan ruang kaki paling lega, Andrea menyarankan memilih kursi di baris pintu keluar atau di belakang sekat. Hanya saja, ada konsekuensinya: sandaran tangan tidak bisa diangkat, sudut rebahan terbatas, dan tidak cocok bagi yang bepergian dengan anak kecil.

Dan bagi penumpang yang mudah mabuk udara saat turbulensi, para ahli sepakat bahwa area di atas sayap pesawat adalah pilihan terbaik. Lokasi ini dianggap paling dekat dengan pusat gravitasi, sehingga lebih stabil dan minim guncangan.

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com