Tag Archives: hadits

Kisah Orang yang Terakhir Keluar dari Neraka Lalu Masuk Surga



Jakarta

Rasulullah SAW pernah menceritakan sebuah kisah yang sampai membuat beliau tertawa hingga tampak gigi gerahamnya. Kisah ini tentang orang terakhir yang keluar dari neraka dan terakhir masuk surga.

Diceritakan dalam kitab An-Nihayah karya Ibnu Katsir dari riwayat Imam Muslim, pada hari kiamat, didatangkan seorang laki-laki lalu ditanya seluruh perbuatannya semasa di dunia. Laki-laki itu hanya bisa mengiyakan, tanpa memungkirinya, sementara dia sangat takut dosa-dosa besarnya akan diperlihatkan kepadanya.

Namun, ternyata setiap keburukannya telah diganti dengan satu kebaikan. Laki-laki itu lalu berkata, “Ya Tuhanku, aku dulu telah melakukan beberapa hal, tapi tidak aku lihat di sini.”


Abu Dzar yang meriwayatkan hadits tersebut mengatakan melihat Rasulullah SAW tertawa sampai kelihatan gigi gerahamnya saat menceritakan kisah laki-laki itu.

Kisah ini turut diceritakan dalam riwayat Ath-Tabarani dari Abu Umamah. Dikatakan, seorang laki-laki menggelepar-gelepar di atas Shirath seperti anak yang dipukuli bapaknya. Dia ingin lari tetapi amalnya membuatnya tak bisa berkutik. Dia lantas memohon, “Ya Tuhanku, sampaikan hamba ke surga, dan selamatkan hamba dari neraka.”

Allah SWT mengilhamkan kepadanya, “Hai hamba-Ku, jika Aku menyelamatkanmu dari neraka dan memasukanmu ke surga, apakah kamu akan mengaku di hadapan-Ku akan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahanmu?”

Orang itu mengatakan akan mengakui dosa-dosa dan kesalahannya jika diselamatkan dari neraka. Dia kemudian bisa melintasi Shirath, tapi dalam hatinya berkata, “Kalau aku mengaku kepada-Nya akan dosa-dosaku dan kesalahan-kesalahanku, niscaya Dia mengembalikan aku ke neraka.”

Ketika Allah SWT memintanya mengakui dosa-dosanya, orang itu malah membantah dengan mengatakan masih punya jasa-jasa besar. Singkat cerita, Allah SWT kemudian memperlihatkan saksi-saksi atas apa yang diperbuatnya selama di dunia. Kulit pun berbicara.

Allah SWT mengilhamkan kepadanya, “Hai hamba-Ku, Aku lebih tahu mengenai itu daripada kamu. Akulah di hadapan-Ku dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan, niscaya Aku ampuni kamu atas semua itu, dan Aku masukkan kamu ke surga.”

Orang itu pun mengakui dosa-dosanya dan Allah SWT memasukannya ke surga.

Kata Abu Umamah, Rasulullah SAW tertawa sampai kelihatan gigi gerahamnya seraya bersabda, “Orang ini adalah penghuni surga yang paling rendah derajatnya. Maka, apalagi orang lebih tinggi derajatnya.”

Imam Ahmad dalam Musnad-nya juga meriwayatkan kisah orang yang dikeluarkan dari neraka. Dari Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW bersabda,

يَخْرُجُ أَرْبَعَةٌ مِنَ النَّارِ قَالَ أَبُو عِمْرَانَ أَرْبَعَةٌ قَالَ ثَابِتٌ رَجُلان فَيُعْرَضُونَ عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ ثُمَّ يُؤْمَرُ بِهِمَا إِلَى النَّارِ قَالَ فَيَلْتَفِتُ أَحَدُهُمْ فَيَقُولُ أَي رَبِّ قَدْ كُنْتُ أَرْجُو إِذَا أَخْرَجْتَنِي مِنْهَا أَنْ لَا تُعِيدَنِي فِيهَا فَيُنْحِيهِ اللَّهُ مِنْهَا.

Artinya: “Ada empat orang dikeluarkan dari neraka -Abu Imran mengatakan empat orang, sedang Tsabit mengatakan dua orang-lalu dihadapkan kepada Allah, kemudian keempat orang itu -atau kedua orang itu- disuruh dikembalikan ke neraka. Maka salah seorang dari mereka menoleh seraya berkata, “Ya Tuhan-ku, sungguh, tadinya aku berharap, apabila Engkau telah mengeluarkan aku dari neraka, bahwa Engkau tidak akan mengembalikan aku lagi ke sana.” Maka Allah pun melepaskan dari neraka. “

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Kenapa Waktu Sekarang Terasa Lebih Cepat? Begini Menurut Islam


Jakarta

Apakah detikers merasa waktu sekarang berjalan lebih cepat? Hari-hari berlalu, bulan berganti, dan tak lama lagi 2025 akan berakhir. Ternyata, fenomena ini telah disebutkan dalam hadits.

Fenomena waktu terasa cepat belakangan ini terjadi seiring bertambahnya usia. Adapun, menurut Islam, fenomena ini tertulis dalam hadits-hadits akhir zaman.


Hari Terasa Cepat Tanda Kiamat

Ulama hadits dan tafsir, Imam Ibnu Katsir, dalam kitab An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim memaparkan sebuah hadits yang menyebut waktu terasa cepat termasuk tanda kiamat. Hal ini terjadi lantaran dicabutnya keberkahan waktu.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sampai waktu saling berdekatan; satu tahun laksana sebulan, satu bulan bagaikan satu Jumat, satu Jumat seperti satu hari, satu hari laksana satu jam, dan satu jam bagaikan terbakarnya sapu lidi.” (HR Ahmad. Menurut Suhail isnad hadits ini sesuai syarat Muslim)

Hadits serupa terdapat dalam Kasyf al-Minan fi ‘Alamat as-Sa’ah wa al-Malahim wa al-Fitan karya Mahmud Rajab Hamady terjemahan Ibnu Tirmidzi. Dikatakan, di antara tanda kiamat adalah waktu yang kurang berkah, menurunnya kuantitas kebaikan, dan marak terjadi pembunuhan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَيَنْقُصَ الْعَمَلُ تَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ

Artinya: “Di antara tanda hari kiamat: waktu berjalan terasa cepat, ilmu berkurang, bencana merajalela, kebakhilan banyak terjadi, dan banyak terjadi pembunuhan.” (HR Bukhari)

Maksud hadits tersebut, kata Mahmud Rajab Hamady, adalah waktu yang terasa singkat: detik, menit, jam, hari, bulan, tahun, siang, dan malam. Hadits tersebut juga bisa bermakna cepatnya kejahatan, kerusakan, dan sedikit orang yang menyebarkan agama sehingga tidak ada lagi orang yang beramar ma’ruf nahi munkar.

“Dengan kata lain ialah dicabutnya berkah dari segala sesuatu,” jelas Mahmud Rajab Hamady, penulis buku Tanda-Tanda Kiamat.

Waktu yang terasa cepat menjadi salah satu tanda kiamat juga disebut dalam riwayat At-Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi hingga waktu terasa berjalan cepat; setahun seperti sebulan, sebulan seperti sepekan, sepekan seperti sehari, dan sehari seperti sesaat, seperti cepatnya pelepah kurma yang kering terbakar.’

Ahli hadits dari mazhab Syafi’i, Ibnu Hajar, mengatakan waktu yang demikian telah terjadi pada masanya, hari-hari berlalu, belum pernah dirasakan sebelumnya.

“Kandungan hadits ini telah terjadi pada masa kami di mana kami merasakan cepatnya hari-hari berlalu yang tidak kami rasakan pada masa sebelum ini. Bisa juga maksud hadits di atas adalah dicabutnya berkah dari segala sesuatu dari waktu seseorang,” kata dia.

Sementara itu, Imam an-Nawawi mengatakan, “Yang dimaksud dengan dicabutnya keberkahan waktu ialah, seumpama untuk satu pekerjaan yang sama dulu dapat selesai dalam waktu satu jam, sekarang diselesaikan dalam waktu sehari.”

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Panas Dunia Karena Hembusan Neraka? Begini Penjelasan Ulama



Jakarta

Ketika suhu udara terasa sangat menyengat, banyak orang bertanya: “Apakah panas dunia ini disebabkan oleh hembusan neraka?”

Pertanyaan tersebut bukan tanpa dasar. Dalam beberapa hadits, Rasulullah SAW pernah menyebutkan bahwa panas yang dirasakan di dunia merupakan bagian dari hembusan api neraka Jahannam.


Dikutip dari buku Dahsyatnya Neraka: Pedihnya Azab Neraka dan Keadaan Calon Penghuninya karya Syaiful Bachir Az-Zidani, hadits yang menjadi dasar keyakinan ini diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim. Rasulullah SAW bersabda,

“Neraka mengadu kepada Allah SWT, ia berkata: ‘Wahai Tuhanku, sebagian diriku memakan sebagian yang lain.’ Maka Allah mengizinkannya untuk bernafas dua kali, yaitu sekali di musim dingin dan sekali di musim panas. Maka itulah sebabnya kamu merasakan hawa yang paling dingin dan hawa yang paling panas.” (HR. Al-Bukhari, Muslim)

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bersabda,

“Panasnya api kalian (Bani Adam) yang digunakan di dunia untuk membakar merupakan sebagian dari tujuh puluh bagia panasnya api neraka Jahanam.” Para sahabat bertanya, ‘Demi Allah, apakah itu cukup wahai Rasulullah?’ Beliau bersabda, ‘Belum, sesungguhnya panasnya sebagian yang satu melebihi sebagian yang lainnya sebanyak enam puluh sembilan kali lipat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim menjelaskan, “Hadis ini menunjukkan bahwa panas yang sangat di dunia ini dan dingin yang sangat juga, keduanya berasal dari hembusan neraka. Hal itu merupakan sesuatu yang Allah jadikan sebagai sebab dan hikmah atas izin-Nya.”

Artinya, Allah SWT menciptakan sebab tertentu di dunia yang membuat sebagian hawa panas dan dingin ekstrem menjadi pengingat bagi manusia tentang siksa neraka.

Ka’ab al-Akhbar, “Demi Dzat yang jiwa Ka’ab ada di tangan-Nya, seandainya neraka Jahannam dibuka seukuran hidung lembu di bumi sebelah timur, dan ada seseorang di belahan bumi bagian barat pasti otaknya akan meleleh karena tidak mampu menahan panas yang amat dahsyat. Wahai manusia apakah kalian merasa tentram dengan ini? Ataukah kalian mampu bersabar terhadapnya? Wahai, Anak Adam, berbuat taat kepada Allah SWT lebih ringan bagi kalian, daripada menanggung siksa ini, maka taatlah kalian semua kepada-Nya.”

Pandangan Ulama tentang Panas Dunia Hembusan Neraka

1. Imam Qurthubi

Imam Qurthubi berkata, “Adapun sumber panas yang kita ketahui di dunia sekarang ini adalah matahari dan api. Akan tetapi, itu hanya merupakan bayangan dari api neraka yang sesungguhnya. Seandainya, seseorang berada di tempat atau berada dekat jaraknya dengan matahari terbit, maka akan terasa amat panas yang dapat melelehkan kepala bagi orang tersebut. Namun, itu hanya sebutir kecil atau dibukakan salah satu pintu neraka itu.”

Dalam Tafsir Al-Qurthubi disebutkan:

“Allah menjadikan panas dunia sebagai peringatan kecil dari panasnya neraka. Sehingga ketika manusia merasakan panas, mereka teringat betapa lebih dahsyat panas di akhirat.”

2. Ibnu Hajar Al-‘Asqalani

Dalam Fathul Bari, beliau berkata, “Nafas neraka yang dimaksud adalah sesuatu yang Allah jadikan sebagai sebab munculnya panas dan dingin yang ekstrem di dunia. Tidak harus dipahami bahwa neraka benar-benar menghembuskan ke bumi.”

3. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

Ulama kontemporer ini menjelaskan, “Hadis tersebut menunjukkan bahwa hawa panas dan dingin yang sangat di dunia adalah pengaruh dari izin Allah kepada neraka untuk ‘bernafas’. Namun ini tidak berarti secara fisik neraka meniupkan udara ke dunia, melainkan sebagai sebab dan peringatan dari Allah.” (Syarah Riyadhus Shalihin, Jilid 3, hal. 354)

Dalil Al-Qur’an tentang Hubungan Dunia dan Neraka

Al-Qur’an tidak menyebut secara eksplisit bahwa panas di bumi berasal dari neraka. Namun, beberapa ayat menegaskan bahwa semua fenomena alam, termasuk panas, hujan, dan dingin adalah ciptaan dan kendali Allah SWT.

Dalam surah An-Nahl ayat 81, Allah SWT berfirman,

وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّمَّا خَلَقَ ظِلَالًا وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْجِبَالِ أَكْنَانًا وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُم بَأْسَكُمْ

Artinya: “Dan Allah menjadikan bagi kamu tempat berteduh dari apa yang Dia ciptakan, dan Dia menjadikan bagimu tempat berlindung di gunung-gunung, dan menjadikan pakaian untuk melindungi kamu dari panas dan pakaian (baju besi) untuk melindungimu dari peperangan.”

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Panas Dunia Tak Ada Apa-apanya Dibanding Panas Neraka, Ini Nasihat Rasulullah


Jakarta

Panasnya cuaca membuat banyak orang merasa gerah dan tidak nyaman. Meski begitu, panasnya dunia tak bisa dibandingkan dengan panas neraka di akhirat kelak.

Dalam Islam, terkait cuaca panas disebutkan dalam sejumlah dalil. Salah satunya surah Al A’raf ayat 130,

وَلَقَدْ أَخَذْنَآ ءَالَ فِرْعَوْنَ بِٱلسِّنِينَ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ


Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menghukum (Fir’aun dan) kaumnya dengan (mendatangkan) musim kemarau yang panjang dan kekurangan buah-buahan, supaya mereka mengambil pelajaran.”

Sementara itu, dijelaskan dalam buku Shahih Bukhari Muslim oleh Muhammad Fu’ad Abdul Baqi terbitan Quanta, Abu Hurairah RA berkata Nabi SAW bersabda:

“Jika cuaca sangat panas maka tunggulah sampai (agak) dingin untuk sholat Dzuhur, sebab panas yang sangat itu berasal dari hembusan Neraka Jahannam.”

Benarkah Panas Dunia Tak Ada Apa-apanya dengan Panas Neraka?

Menurut buku Laili Baina Al Jannah wa Al Nar susunan Khaled Abu Shadi terjemahan Rashid Satari, Allah SWT menjadikan banyak hal untuk mengingatkan manusia pada api neraka dan berbagai siksaan di dalamnya, seperti panasnya musim panas. Rasulullah SAW bersabda,

“Neraka mengadu kepada Rabb-nya seraya berkata, ‘Sebagian anggotaku memakan sebagian lainnya.’ Lalu, Allah menjadikan dua napas untuknya, satu napas di musim panas dan satu napas di musim dingin. Adapun napasnya di musim dingin disebut zambuharir (angin dingin), sedangkan napasnya di musim panas disebut samum (angin panas).” (Al Silsilah Al Shahihah)

Hadits tersebut menjadi isyarat adanya hubungan erat antara udara panas di musim panas dan api neraka. Hawa panas adalah pengingat terbesar tentang Neraka Jahanam. Hubungan tersebut sering diungkap oleh Nabi Muhammad SAW, salah satunya dalam hadits berikut:

“Tundalah sholat Dzuhur hingga panasnya mereda. Sebab, panas yang sangat menyengat itu berasal dari embusan api Jahannam.” (HR Bukhari dan Ibnu Majah dari Abu Sa’id RA)

Turut dijelaskan dalam buku The Power of Akhlak tulisan Ustaz Bobby Herwibowo dan Ustas A Hadi Yasin, Nabi Muhammad SAW menyebut bahwa panasnya api di dunia hanya sepertujuuh puluh dari api neraka jahannam. Berikut haditsnya,

“Api yang dinyalakan bani Adam (anak manusia) adalah sepertujuh puluh api Neraka Jahannam.” Para sahabat mengatakan, “Demi Allah, api di sini (di dunia) sudah amat panas!” Rasul menegaskan, “Sungguh, api neraka 69 kali lipat lebih panas dibandingkan panasnya api di dunia.” (HR Bukhari & Muslim)

Di samping itu, saking besarnya api neraka, percikan api neraka yang berterbangan digambarkan seperti benteng-benteng yang besar dan unta hitam. Hal ini dijelaskan dalam surah Al Mursalat ayat 30-33,

(30) اِنْطَلِقُوْٓا اِلٰى ظِلٍّ ذِيْ ثَلٰثِ شُعَبٍ
(31) لَا ظَلِيْلٍ وَّلَا يُغْنِيْ مِنَ اللَّهَبِۗ
(32) اِنَّهَا تَرْمِيْ بِشَرَرٍ كَالْقَصْرِۚ
(33) كَاَنَّهٗ جِمٰلَتٌ صُفْرٌۗ

Artinya: Pergilah menuju naungan (asap api neraka) yang mempunyai tiga cabang yang tidak melindungi dan tidak menahan (panasnya) nyala api neraka.” Sesungguhnya ia (neraka) menyemburkan bunga api bagaikan istana (yang besar dan tinggi), seakan-akan iringan unta (hitam) kekuning-kuningan.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Muslim yang Sedekah Subuh Didoakan Oleh Malaikat?


Jakarta

Sedekah subuh adalah amalan sunnah yang dianjurkan. Meski tergolong ringan, keutamaan yang terkandung dari sedekah subuh luar biasa. Dalam sebuah riwayat, muslim yang sedekah subuh akan didoakan oleh para malaikat.

Sedekah subuh sendiri didefinisikan sebagai mengeluarkan harta untuk kebaikan di jalan Allah SWT pada waktu subuh, sebagaimana dijelaskan dalam buku Sapu Jagat Keberuntungan oleh Ahmad Mudzakir.

Sebetulnya, Islam tidak membatasi waktu muslim untuk bersedekah. Artinya, sedekah bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.


Hadits Orang yang Sedekah Subuh Didoakan Malaikat

Masih dari sumber yang sama, orang yang sedekah subuh akan didoakan oleh malaikat sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah RA. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil’.” (HR Bukhari dan Muslim)

Pada waktu subuh, malaikat mendoakan agar rezeki umat Islam terus mengalir dan lancar. Oleh karena itu, berbagi rezeki dengan melakukan sedekah subuh jadi cara terbaik mengawali hari bagi muslim.

Sedekah Subuh Membuka Pintu Rezeki

Menurut buku Shalat Subuh dan Shalat Dhuha karya Muhammad Khalid, sedekah subuh dapat membuka pintu rezeki seseorang. Sebab, menunaikan sedekah, rajin infak dan menaati kewajiban zakat termasuk ke dalam berbisnis dengan Allah SWT.

Dengan begitu, janji Allah SWT terhadap seseorang dengan ikhlas menyedekahkan hartanya demi kepentingan orang lain yang lebih membutuhkan akan diganjar berkali-kali lipat.

Niat dan Doa Sedekah Subuh

Dilansir dari buku Ajaibnya Bangun Pagi, Subuh, Dhuha & Mengaji di Pagi Hari oleh Muhammad Ainur Rasyid, berikut bacaan niat dan doa sedekah subuh yang bisa diamalkan muslim.

1. Niat Sedekah Subuh

نَوَيْتُ التَّقَرُّبَ اِلَى اللهِ تَعَالَى وَاتِّقَاءَ غَضَبِ الرَّبِّ جل جلاله وَاتِّقَاءَ نَارِ جَهَنَّمَ وّالتَّرَحُّمَ عَلَى الاخْوَانِ وَصِلَةَ الرَّحِمِ وَمُعَاوَنَةَ الضُّعَفَاءِ وَمُتَابَعَةَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم وَاِدْخَالَ السُّرُوْرِ عَلَى اْلاِخْوَانِ وَدَفْعِ البَلاَءِ عَنْهُ وَعَنْ سَائِرِ اْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلاِنْفاَقَ مِمَّا رَزَقَهُ الله وَقَهْرَ النَّفْسِ وَالشَّيْطَانِ

Nawaitut taqoruba ilallahi ta’ala wattiqoaa ghadlabir rabbi jalla jalaluhu wattiqoa nari jahannama wattarakhkhuma ‘ala ikhwani wa shilatur rahimi wa mu’awanatadh dlu’afai wa mutaba’atan nabiyyi shallallahu ‘alaihi wa sallama wa idkholas sururi ‘alal ikhwani wa daf’il balai ‘anhu wa ‘an sairil muslimina wal infaqo mimma razaqohullahu wa qohran nafsi wasy syaithoni.

Artinya: “Aku niat (bersedekah) untuk mendekatkan diri kepada Allah, menghindari murka Tuhan, menghindari api neraka jahannam, berbelas kasih kepada saudara dan menyambung silaturahmi, membantu orang-orang yang lemah, mengikuti Nabi Saw, memasukkan kebahagiaan pada saudara, menolak turunnya dari mereka dan semua kaum muslimin, menafkahkan rizki yang diberikan oleh Allah, dan untuk mengalahkan nafsu dan setan.”

2. Doa Sedekah Subuh

Doa sedekah subuh dibaca setelah muslim mengeluarkan hartanya. Berikut lafaznya,

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim.

Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah amalan kami, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Cara Sedekah Subuh yang Bisa Dilakukan Muslim

  • Mengisi kotak amal yang ada di masjid. Bagi wanita, bisa menitip ke suami atau anak atau keluarga lain yang ingin ke masjid untuk salat Subuh
  • Mentransfer uang ketika Subuh kepada yang membutuhkan, seperti kerabat, keluarga, sahabat, lembaga sosial dan semacamnya
  • Memberi makan yang diantar ke rumah tetangga, pondok pesantren, panti yatim, atau tempat makan yang makanannya sudah pasti dimakan
  • Mengantar sumbangan atau bantuan kepada seseorang yang membutuhkan
  • Berdoa setelah memasukkan uang
  • Buat muhasabah diri sendiri akan nikmat yang diterima

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tutup STQH Kendari, Kemenag Ajak Masyarakat Amalkan dan Hayati Al-Qur’an



Jakarta

Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional XXVIII tahun 2025 di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, resmi ditutup. Ajang yang berlangsung lebih dari sepekan ini tak hanya menjadi panggung kompetisi, namun juga menjadi momentum syiar Al-Qur’an dan hadis di tingkat nasional.

Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama, Abu Rokhmad, menyampaikan apresiasi mendalam atas kesuksesan penyelenggaraan STQH Nasional di Sultra. Lebih dari itu, ia memanfaatkan momen penutupan untuk mengajak seluruh masyarakat agar terus mengamalkan dan menghayati nilai-nilai suci Al-Qur’an dalam keseharian.

“Syiar Al-Qur’an dan hadis semoga tidak hanya dilakukan saat musabaqah seperti ini. Setiap hari, setiap saat, mari kita terus membaca, mengamalkan, dan menghayati isi Al-Qur’an,” tutur Abu Rokhmad dalam keterangan persnya, Minggu (19/10/2025).


Menurutnya, kesuksesan STQH ini tidak hanya tercermin dari kemeriahan acara dan antusiasme peserta. Tetapi juga dari semangat tinggi masyarakat Sulawesi Tenggara dalam menyambut kegiatan religius ini.

“Penyelenggaraan STQH Nasional ke-28 di Sulawesi Tenggara ini sungguh luar biasa, bahkan disebut yang terbaik oleh Sekretaris LPTQ Nasional,” ujar Abu Rokhmad.

Selain aspek syiar agama, STQH juga membawa dampak sosial dan kultural yang positif bagi Kota Kendari sebagai tuan rumah. Selama sembilan hari pelaksanaan, Kendari menjadi pusat perhatian nasional dan simbol harmonisasi antara nilai religius dan semangat kebangsaan.

Pemerintah daerah dan masyarakat Sultra dinilai berhasil menjadi tuan rumah yang ramah, hangat, dan penuh semangat kebersamaan.

“Momentum ini sangat penting dan berkesan bagi kami di Kota Kendari. Spirit Al-Qur’an dan hadis akan tetap kami tinggalkan di Kota Kendari, di Sulawesi Tenggara,” tutup Abu Rokhmad.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Infaq Adalah Mengeluarkan Harta Zakat dan Non Zakat, Begini Penjelasannya



Jakarta

Infaq adalah salah satu amalan yang erat kaitannya dengan harta. Anjuran infaq ini ditujukan kepada mereka yang memiliki rezeki berlebih.

Meski rezeki sudah diatur oleh Allah SWT, dalam harta yang diberikan kepada manusia terdapat hak untuk orang miskin. Dengan demikian, Allah memerintahkan makhluk-Nya untuk mengeluarkan infaq seperti termaktub dalam surat Al Baqarah ayat 261.

مَّثَلُ ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَٰلَهُمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِى كُلِّ سُنۢبُلَةٍ مِّا۟ئَةُ حَبَّةٍ ۗ وَٱللَّهُ يُضَٰعِفُ لِمَن يَشَآءُ ۗ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ


Arab latin: Maṡalullażīna yunfiqụna amwālahum fī sabīlillāhi kamaṡali ḥabbatin ambatat sab’a sanābila fī kulli sumbulatim mi`atu ḥabbah, wallāhu yuḍā’ifu limay yasyā`, wallāhu wāsi’un ‘alīm

Artinya: “Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui,”

Apa Itu Infaq?

Menurut buku Ekonomi Islam SMK/MAK Kelas XII yang disusun oleh Tantri Agustiana S Pd, infaq berasal dari kata anfaqo-yunfiqu yang artinya membelanjakan atau membiayai. Secara khusus, arti infaq berkaitan dengan sesuatu yang berbentuk materi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), infaq adalah mengeluarkan harta yang mencakup zakat dan non zakat. Sementara arti infaq menurut terminologi yaitu mengeluarkan sebagian dari harta atau pendapatan dan penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan dalam ajaran Islam. Karenanya, infaq berbeda dengan zakat karena tidak mengenal nisab atau jumlah harta yang ditentukan secara hukum.

Pemberian infaq sendiri tidak harus diperuntukkan bagi mustahik, melainkan siapa saja seperti orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin, atau orang-orang yang sedang dalam perjalanan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa infaq bisa diberikan kepada siapapun

Hukum Infaq

Hukum infaq terbagi ke dalam 3 macam, yaitu wajib, sunnah, dan haram. Berikut pembahasan lengkapnya sebagaimana dinukil dari buku Panduan Muslim Sehari-hari susunan Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha.

1. Wajib

Hukum infaq yang pertama ialah wajib. Dalam hal ini, infaq menjadi wajib jika diberikan kepada orang-orang yang menjadi tanggung jawab penginfak, contohnya anak, istri, serta orang tua. Perlu diketahui, zakat mal dan zakat fitrah juga termasuk ke dalam infaq kategori wajib.

2. Sunnah

Selanjutnya adalah sunnah. Hukum infaq ini berlaku jika harta ditujukan kepada lembaga-lembaga sosial, fakir miskin, anak yatim, dan sumbangan lainnya.

3. Haram

Hukum infaq yang terakhir ialah haram. Maksud dari haram yakni jika harta diberikan untuk hal-hal yang dilarang, seperti memberi sumbangan dana untuk kegiatan-kegiatan yang bertentangan dengan agama.

Dalil yang Membahas Infaq

Selain surat Al Baqarah ayat 261, ada sejumlah dalil yang juga membahas terkait infaq. Mana saja? Berikut pembahasannya.

1. Surat Ali Imran Ayat 134

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang selalu berinfaq, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan,”

2. Surat Al Baqarah Ayat 215

يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٢١٥

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya,”

3. Hadits Bukhari, Ahmad & Ibnu Majah

Imam Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Majah meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda dengan menyampaikan firman Allah:

أنفق يا ابن آدم ينفق عليك

Artinya: “Berinfaqlah, niscaya Aku akan menafkahimu,” (HR Bukhari, Ahmad & Ibnu Majah).

Itulah pengertian mengenai infaq dan informasi terkaitnya. Semoga membantu.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

4 Sedekah Paling Utama Menurut Hadits, Apa Saja?



Jakarta

Sedekah adalah pemberian sesuatu dari seorang muslim kepada yang berhak menerimanya secara ikhlas dengan hanya mengharap ridha dari Allah SWT. Ada beberapa sedekah yang disebutkan dalam hadits sebagai sedekah paling utama sebab besar pahalanya.

Di balik amalan sedekah, terdapat juga banyak keutamaan yang bisa diraih. Sedekah juga menjadi amalan yang dapat memperlancar rezeki.

Sedekah yang Paling Utama

Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini adalah sedekah-sedekah yang paling utama menurut hadits Nabi.


1. Sedekah dalam Keadaan Sehat

Dalam buku Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1 yang ditulis oleh Muhammad Nasib Ar-Rifa’i disebutkan hadits marfu’ dari Abu Hurairah yang tertulis, “Sedekah yang paling utama ialah hendaknya kamu bersedekah dengan engkau masih sehat, tidak ingin memberi, mendambakan kekayaan, dan mengkhawatirkan kemiskinan.”

Hal tersebut menjelaskan bahwa kondisi seseorang yang tengah dalam keadaan sehat maka akan lebih sulit untuk bersedekah karena sifat kikir dan pelitnya. Oleh karena itu, apabila seseorang bersedekah dalam kondisi tersebut maka besar pahalanya.

2. Sedekah untuk Keluarga yang Memusuhi

Islam melarang setiap penganutnya untuk memutus tali bersaudaraan. Apabila sesama muslim saling memusuhi maka tidak akan ada berkah di antara mereka. Rasulullah menganjurkan pada umatnya untuk tidak bermusuhan satu sama lain, bahkan mengajarkan untuk bersedekah pada keluarga dekat yang memusuhi.

Mengutip buku Hidup Berkah Dengan Sedekah yang disusun oleh Ustadz Masykur Arif, Rasulullah bersabda: “Sedekah paling afdhal (utama) ialah yang diberikan kepada keluarga dekat yang bersikap memusuhi.” (HR Thabrani dan Abu Dawud).

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa bersedekah yang paling utama dan banyak pahalanya adalah kepada keluarga dekat yang memusuhi kita. Hal tersebut dikarenakan tujuan mulia dari sedekah, agar keluarga dekat berhenti memusuhi sehingga hati mereka menjadi lebih lembut.

3. Sedekah Suami untuk Keluarganya

Bagi seorang suami atau laki-laki dewasa yang telah berkeluarga, terdapat sedekah yang pahalanya sangat besar dan utama, yakni menafkahi istri dan anaknya. Rasulullah bersabda, “Sedekah yang terbaik adalah yang dikeluarkan selebih keperluan, dan mulailah dari orang yang kamu tanggung.” (HR Bukhari).

Melansir buku Solusi Sedekah Tanpa Uang yang ditulis oleh Ust. Haryadi Abdullah, seorang istri dan anak-anaknya adalah tanggungan bagi suami. Berdasarkan hal tersebut, wajib hukumnya bagi suami untuk memenuhi semua kebutuhan baik kebutuhan fisik maupun biologis. Adapun wajib pula baginya untuk menafkahi dan mencukupi seluruh keperluan finansialnya.

Untuk menegaskan hal tersebut, dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

وَعَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ) ” تَصَدَّقُوا ” فَقَالَ رَجُلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ, عِنْدِي دِينَارٌ قَالَ: ” تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى نَفْسِكَ ” قَالَ: عِنْدِي آخَرُ, قَالَ : ” تَصَدَّقْ بِهِ عَلَى وَلَدِكَ ” قَالَ: عِنْدِي آخَرُ, قَالَ : ” تَصَدَّقَ بِهِ عَلَى حَادِمِكَ ” قَالَ: عِنْدِي آخَرُ, قَالَ : ” أَنْتَ أَبْصَرُ “. رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ, وَصَحْحَهُ إِبْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ

Artinya: “Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Bersedekahlah.” Lalu seorang laki-laki berkata, “Wahai Rasulullah, aku mempunyai satu dinar? Kemudian Rasul mengatakan, “Bersedekahlah pada dirimu sendiri.” Orang itu lalu berkata, “Aku mempunyai yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkan untuk anakmu.” Orang itu berkata, “Aku masih mempunyai yang lain.” Beliau bersabda, “Sedekahkan untuk istrimu.” Orang itu berkata lagi, “Aku masih punya yang lain.” Rasul menjawab, “Sedekahkan untuk pembantumu.” Orang itu berkata lagi, “Aku masih mempunyai yang lain.” Rasul bersabda untuk yang terakhir kalinya, “Kamu lebih mengetahui penggunaannya.” (HR Abu Dawud dan Nasa’i, dinilai shahih oleh Ibnu Hibban dan Hakim).

4. Sedekah di Bulan Ramadan

Diriwayatkan oleh Anas RA, sedekah di bulan Ramadan sangatlah diutamakan dibandingkan dengan bulan lainnya. Sebagaimana tertuang dalam hadis berikut:

“Dari Anas dikatakan: Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya paling utama? Rasul menjawab: Sedekah di bulan Ramadan. (HR At-Tirmidzi).

Terlebih, apabila seseorang bersedekah kepada orang yang berpuasa. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menyebutkan dalam bukunya Ensiklopedi Muslim, “Barangsiapa memberi makanan atau minuman untuk berbuka puasa kepada orang yang berpuasa dari harta yang halal, maka para malaikat mendoakannya di jam-jam bulan Ramadan dan Jibril juga akan mendoakannya di malam Lailatul Qadar.” (Diriwayatkan Ath-Thabrani dan Abu Asy-Syaikh).

Itulah 4 sedekah yang paling utama menurut hadits. Perlu diingat bahwa mengamalkan kebiasaan bersedekah dalam kehidupan sehari-hari dapat membuka pintu rezeki dan juga menghapuskan sifat-sifat tamak, kikir, dan pelit.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Rukun Wakaf Ada Berapa? Ini Penjelasannya



Jakarta

Amalan wakaf adalah perbuatan yang mulia dan disyariatkan sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Setiap amalan terdapat rukun, tidak terkecuali pada rukun wakaf yang perlu dipenuhi agar wakaf ini sesuai dengan syariat dan memberi keberkahan sesuai dengan apa yang dijanjikan Allah SWT.

Dikutip dari HR. Daeng Naja dalam buku Hukum Wakaf, perintah agama secara tegas menganjurkan untuk menafkahkan sebagian dari kekayaan umat Islam, untuk kepentingan umum yang lebih besar dan mempunyai nilai pahala jariyah yang lebih tinggi. Artinya meskipun si wakif telah meninggal dunia, ia akan tetap menerima pahala wakaf, sepanjang benda yang diwakafkan tersebut tetap dipergunakan untuk kepentingan umum.

Adapun perintah untuk wakaf sendiri adalah sunnah muakad atau dianjurkan, landasan untuk wakaf ini dijelaskan dalam beberapa surah Al-Qur’an. Salah satu firman Allah SWT yang menjelaskan mengenai hukum wakaf adalah pada surah Ali Imran ayat 92,


لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتَّىٰ تُنْفِقُوا مِمَّا تُحِبُّونَ ۚ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Artinya: “Kamu tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu sungguh, Allah Maha Mengetahui.”

Oleh karena itu, secara umum wakaf dapat termasuk dalam bentuk tolong menolong dalam kebajikan dan ketakwaan, seperti yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al Maidah ayat 2,

… وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ …

Artinya: “… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…”

4 Rukun Wakaf yang Perlu Dipahami Wakif

Berikut rukun wakaf seperti yang dijelaskan dalam buku Hukum Wakaf di Indonesia dan Proses Penanganan Sengketanya karya Dr. Ahmad Mujahidin, S.H., M.H.

1. Pewakaf (wakif)

Seorang wakif harus memenuhi syarat-syarat seperti, sudah mencapai usia baligh, memiliki akal sehat, dan menjadi pemilik sah dari barang yang akan diwakafkan. Selain itu, tidak ada paksaan dalam proses mewakafkan dan tidak ada larangan bagi wakif untuk menghibahkan harta tersebut.

2. Mauquf

Mauquf adalah harta yang dapat diwakafkan adalah harta yang kepemilikannya sah dan halal. Termasuk dalam kategori ini adalah barang-barang yang dapat dipindahkan seperti buku, kendaraan, dan sejenisnya, serta barang-barang yang tidak dapat dipindahkan seperti tanah atau rumah.

3. Mauquf ‘alaih

Mauquf ‘alaih adalah penerima wakaf perorangan harus disebutkan namanya. Namun, jika nama penerima tidak disebutkan, maka harta wakaf akan diberikan kepada para fakir miskin. Penerima wakaf tidak memiliki kepemilikan pribadi atas harta tersebut, melainkan hanya dapat memanfaatkannya.

4. Sighat

Pernyataan atau sighat wakaf ini merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh pihak yang mewakafkan. Beberapa ulama juga berpendapat bahwa sighat dapat dilakukan baik secara lisan maupun tertulis oleh pewakaf.

Sebaiknya, proses pengikraran wakaf sebaiknya disaksikan oleh minimal dua orang saksi. Bahkan lebih baik jika ada kehadiran seorang notaris dan dokumen wakaf juga diresmikan melalui sertifikat.

Manfaat dan Keutamaan Wakaf

Ada manfaat dan keutamaan dari wakaf yang bisa didapatkan. Dikutip dari buku Panduan Muslim Sehari-hari dari Lahir sampai Mati oleh DR. KH. M. Hamdan Rasyid, MA dan Ust. Saiful Hadi El-Sutha, berikut selengkapnya.

1. Orang yang melakukan wakaf akan terus menerima pahala selama harta yang diwakafkannya masih dimanfaatkan oleh orang lain. Allah SWT berfirman dalam Surah Al Hadid ayat 7,

اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاَنْفِقُوْا مِمَّا جَعَلَكُمْ مُّسْتَخْلَفِيْنَ فِيْهِۗ فَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَاَنْفَقُوْا لَهُمْ اَجْرٌ كَبِيْرٌۚ

Artinya: “Berimanlah kepada Allah dan Rasul-Nya serta infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari apa yang Dia (titipkan kepadamu dan) telah menjadikanmu berwenang dalam (penggunaan)-nya. Lalu, orang-orang yang beriman di antaramu dan menginfakkan (hartanya di jalan Allah) memperoleh pahala yang sangat besar.”

2. Rasulullah SAW juga bersabda, “Setelah seseorang meninggal dunia, amal perbuatannya terputus kecuali tiga hal: sedekah jariyah (wakaf), ilmu yang bermanfaat, dan doa anak yang saleh untuk kedua orangtuanya.” (HR At-Tirmidzi dan An-Nasa’i)

3. Apa pun yang diwakafkan, pada akhirnya pewakaf akan mendapatkan pahala yang setimpal sesuai dengan apa yang diwakafkannya di akhirat. Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mewakafkan kudanya di jalan Allah dengan penuh keimanan dan keyakinan akan janji-Nya, maka lapar, haus, kotoran, dan kencing kuda tersebut akan menjadi timbangan kebaikan bagi pewakaf di hari kiamat.” (HR Al-Bukhari)

4. Orang yang berwakaf akan mendapatkan ganjaran surga di sisi Allah SWT. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan, Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang membeli sumur Ruma’ (dan mewakafkan manfaatnya untuk semua orang), maka baginya surga.” (HR. Al-Bukhari)

5. Orang yang berwakaf akan diberikan ketenangan hati dan kelapangan jiwa. Allah berfirman dalam Surah Al Baqarah ayat 274,

اَلَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً فَلَهُمْ اَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْۚ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُوْنَ

Artinya: “Orang-orang yang menginfakkan hartanya pada malam dan siang hari, baik secara rahasia maupun terang-terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan tidak (pula) mereka bersedih.”

6. Bagi para penerima wakaf, hasil dari wakaf dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, termasuk dalam hal iman, ibadah, pendidikan, dan kesejahteraan sosial dan ekonomi. Dengan demikian, mereka dapat terbebas dari kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan.

Sekian pembahasan mengenai rukun wakaf dan beberapa pembahasan seputarnya. Semoga tulisan kali ini bermanfaat dengan menambah khazanah pengetahuan kita dan semoga kita bisa berwakaf di jalan Allah SWT. Aamiin yaa Rabbalalamiin

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com