Tag Archives: harimau sumatera

Misteri Jejak Harimau yang Ditemukan di Deli Serdang dan Sibolangit



Deli Serdang

Warga Deli Serdang, Sumatera Utara dibuat heboh dengan penemuan jejak harimau. Bukan satu, tapi di dua lokasi sekaligus yaitu di kecamatan Pancur Batu dan Sibolangit.

Jejak harimau itu ditemukan di sebuah perladangan Kecamatan Pancur Batu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut). Jejak harimau itu ditemukan di beberapa titik.

Antoni Ginting, Kepala Dusun 1 Desa Tiang Layar mengatakan jejak harimau itu ditemukan di perladangan di daerahnya sekitar 3 hari yang lalu. Jejak harimau itu pertama kali ditemukan warga yang hendak ke ladang.


“Pertama ditemukan tiga hari yang lewat. (Pertama kali) warga kita ke ladang, letaknya di antara Dusun I sama Dusun 3, Desa Tiang Layar, di perladangannya,” kata Antoni saat dikonfirmasi, Sabtu (27/9) akhir pekan lalu.

Antoni menyebut warga itu langsung pulang ke kampung usai menemukan jejak harimau itu.

“Dia (warga) mengambil inisiatif balik mengadu ke kita,” sebutnya.

Dia mengatakan jejak harimau itu juga ditemukan di beberapa desa lain di Kecamatan Pancur Batu. Sebelum ke Desa Tiang Layar, jejak harimau itu ditemukan di Desa Durin Simbelang.

“Kemungkinan sebelum sampai di kampung kita, sudah pernah ada yang melihat. Pertama kali di Durin Simbelang itu, di tempat kita belum nampak jejaknya, besoknya baru desa kita, itu ada sekitar 3 titik yang kita temukan jejaknya,” sebutnya.

Antoni mengatakan penemuan jejak harimau itu tidak begitu jauh dari pemukiman warga, hanya berjarak sekitar 1 km.

“Termasuk beberapa kampung di Pancur Batu yang ngadu ke kita semuanya rata-rata cuman setengah kilometer sampai 1 km, ikuti aliran sungai,” ujarnya.

Dia menjelaskan bahwa pihaknya bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan telah turun ke lokasi. Selain itu, petugas juga telah memasang kamera trap. Dia mengimbau warga untuk tetap waspada.

“Sudah kita lokasi sama pimpinan BKSDA, polisi kehutanan sama ada juga dipasang kamera trap di lapangan. Kami juga sudah mengimbau kepada masyarakat kita supaya kalaupun terpaksa berladang, harus setidaknya menghidupkan api, membawa kawan ke ladang, supaya nggak terjadi hal yang tak diinginkan,” pungkasnya.

Jejak Harimau Juga Ditemukan di Sibolangit

Jejak kaki yang diduga milik harimau juga ditemukan di Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut). Camat Sibolangit, Hesron Girsang, mengatakan penemuan jejak itu berada di Desa Tanjung Beringin dan Desa Buah Nabar.

Berdasarkan keterangan dari petugas TWA (Taman Wisata Alam) Sibolangit, jejak tersebut diduga merupakan jejak harimau.

“Itulah di Tanjung Beringin sama Buah Nabar, kata petugas TWA diduga memang itu (tapak harimau), cuman belum pernah nampak wujudnya,” kata Hesron saat dikonfirmasi, Selasa (30/9).

Dia mengatakan jejak harimau itu ditemukan sekitar dua atau tiga hari lalu, setelah penemuan jejak harimau di Pancur Batu. Jejak tersebut ditemukan di tanah dan juga rumput kering. Jarak penemuan jejak tersebut ke pemukiman warga berkisar 1 km.

“Iya, duluan Pancur Baru, baru kita (Sibolangit), baru ke Kutalimbaru, yang tiga (kecamatan) inilah dia mutar-mutar ini. Tapak kaki di tanah, bekas rumput kering, (ditemukan) ada di pinggir sungai, ada di lintas hutan,” jelasnya.

Dia berharap peristiwa ini dapat segera ditindaklanjuti oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Sebab, kata Hesron, penemuan jejak harimau ini sudah berlangsung hampir sepekan.

“Menurut kami sudah perlu lebih serius karena sudah hampir seminggu warga sudah resah. Kepada warga kita imbau sementara ini kalau ke ladang jangan sendiri dan kalaupun tidak terpaksa sekali nggak usah dulu ke ladang karena situasi ini, kita nggak tahu posisinya (harimau) di mana,” pungkasnya.

——–

Artikel ini telah naik di detikSumut, bisa dibaca selengkapnya di sini dan di sini.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Ngeri! Selain Temukan Jejak Kaki, Warga Sibolangit Juga Dengar Auman Harimau



Deli Serdang

Petugas Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit menemukan jejak kaki diduga harimau. Tak hanya itu, warga juga mengaku mendengar suara auman hewan buas itu.

Penemuan jejak harimau itu berlokasi di desa Tanjung Beringin, dan desa Buah Nabar, kecamatan Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Camat Sibolangit, Hesron Girsang mengatakan informasi itu didapatnya dari petugas TWA. Namun, mereka belum pernah melihat secara langsung fisik harimau.


“Itulah di Tanjung Beringin sama Buah Nabar, kata petugas TWA diduga memang itu (tapak harimau), cuman belum pernah nampak wujudnya,” ujarnya saat dikonfirmasi, Selasa (30/9).

Jejak harimau itu, menurut dia, ditemukan dua hari setelah sebelumnya ditemukan jejak harimau di kecamatan Pancur Batu. Jarak penemuan jejak tersebut ke pemukiman warga berkisar 1 km.

“Iya, duluan Pancur Baru, baru kita (Sibolangit), baru ke Kutalimbaru, yang tiga (kecamatan) inilah dia mutar-mutar ini. Tapak kaki di tanah, bekas rumput kering, (ditemukan) ada di pinggir sungai, ada di lintas hutan,” jelasnya.

Hesron menjelaskan warga juga sempat mendengar suara seperti auman harimau. Namun, suara tersebut belum dapat dipastikan apakah memang harimau, sebab belum ada warga yang melihat secara langsung wujud harimau itu.

“Yang suara auman itu katanya masuk Kutalimbaru, tapi masih diragukan beruang ataukah harimau karena belum ada yang melihat wujudnya,” jelasnya.

Dia berharap peristiwa ini dapat segera ditindaklanjuti oleh petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Sebab, kata Hesron, penemuan jejak harimau ini sudah berlangsung hampir sepekan.

“Menurut kami sudah perlu lebih serius karena sudah hampir seminggu warga sudah resah. Kepada warga kita imbau sementara ini kalau ke ladang jangan sendiri dan kalaupun tidak terpaksa sekali nggak usah dulu ke ladang karena situasi ini, kita nggak tahu posisinya (harimau) di mana,” pungkasnya.

——-

Artikel ini telah naik di detikSumut.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Kesaksian Warga Deli Serdang yang Lihat Langsung Penampakan si Belang



Deli Serdang

Sejumlah warga Deli Serdang memberikan kesaksian mereka bertemu dengan ‘Si Belang’ alias Harimau Sumatera yang sempat meninggalkan jejaknya beberapa waktu lalu.

Beberapa warga Deli Serdang mengaku sempat melihat langsung harimau tersebut. Kepala Bagian Tata Usaha Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara (Sumut) Andar Abdi Saragih menceritakan awal mula warga pertemuan warga dengan Harimau Sumatera itu.

Andar mengatakan peristiwa itu berawal pada 17 September 2025. Saat itu, petugas Taman Wisata Alam (TWA) Sibolangit menerima laporan dari masyarakat Desa Tanjung Beringin soal adanya jejak harimau di areal kebun masyarakat.


“Petugas segera bergerak menuju lokasi temuan jejak dan bertemu dengan pelapor atas nama Abdul Ginting. Pelapor menyampaikan bahwa dia sudah melihat langsung satwa Harimau Sumatera pada pukul 10.00 WIB ketika hendak bekerja di kebun,” kata Andar dalam keterangan tertulisnya, Senin (6/10/2025).

Setelah itu, petugas bersama masyarakat menuju lokasi. Dari hasil pengecekan, jejak tersebut diduga merupakan jejak harimau yang berjarak sekitar 4,4 km dari kawasan Taman Hutan Raya (Tahura Bukit Barisan).

Lalu, pada 23 September 2025, petugas resort TWA Sibolangit menerima laporan adanya temuan jejak baru di Desa Durin Simbelang, Kecamatan Pancur Batu. Petugas bersama pemerintah setempat mengecek ke lokasi dan menemukan jejak lagi.

Keesokan harinya, jejak satwa liar juga ditemukan di tepian sungai di Dusun Bekukul, Desa Tiang Layar. Petugas pun kembali mengecek penemuan jejak harimau itu.

“Pada Kamis, 25 September 2025, petugas TWA Sibolangit didampingi Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Stabat melakukan pengecekan lapangan di Desa Tiang Layar. Berdasarkan hasil pengecekan lapangan, tidak ditemukan jejak yang baru. Sebagai upaya mitigasi, petugas melakukan patroli malam bersama-sama dengan masyarakat dan menembakkan petasan sebagai upaya penghalauan satwa liar,” sebutnya.

Lalu pada 26 September 2025, petugas TWA Sibolangit kembali mendapatkan laporan soal temuan jejak harimau di Desa Sembahe dan Desa Buah Nabar, Kecamatan Sibolangit. Petugas juga menerima laporan adanya masyarakat yang mendengar auman satwa liar di Namo Keling.

Tak sampai di situ, pada 30 September 2025, petugas kembali menerima informasi dari Kepala Desa Ujung Deleng, Kecamatan Sibolangit terkait penemuan jejak diduga harimau ketika sedang beraktivitas di kebun sawit. Berdasarkan laporan tersebut, petugas segera berangkat ke Dusun Namo Keling, Desa Sukadame.

Menurut informasi masyarakat Desa Sukadame, tidak terdengar lagi suara auman. Meski demikian, masyarakat tetap merasa khawatir ketika beraktivitas di kebun.

Masyarakat Deli Serdang Diimbau Waspada

Petugas tetap mengimbau masyarakat untuk tetap waspada. Tim kemudian melanjutkan pencarian informasi ke Desa Tanjung Beringin.

“Dari hasil wawancara dengan masyarakat, tidak ditemukan jejak baru maupun suara yang mengindikasikan keberadaan Harimau Sumatera,” ujarnya.

Setelah itu, petugas menerima laporan dari Camat Sibolangit soal warga di Desa Sirugun yang melaporkan melihat langsung satwa diduga Harimau Sumatera. Petugas pun segera bergerak menuju Desa Sirugun.

“Menurut keterangan beliau (warga saksi mata) sekitar pukul 09.30 WIB ia melihat satwa yang diduga Harimau Sumatera melintas di kebunnya. Petugas segera melakukan pengecekan lapangan, tetapi tidak ditemukan jejak. Diduga karena kondisi tanah tertutup dedaunan kering. Lokasi kejadian berada di kawasan Tahura Bukit Barisan,” jelasnya.

Andar mengatakan petugas menyalakan beberapa petasan dan dua kali letusan senjata api untuk menghalau satwa agar kembali masuk ke dalam hutan. Lalu, pada 1 Oktober 2025, petugas bersama masyarakat kembali mengecek ke Desa Ujung Deleng.

Hasil pengecekan menunjukkan bahwa jejak yang ditemukan memang jejak Harimau Sumatera. Dari pengamatan lapangan, kata Andar, satwa diduga melintas di kebun sawit milik masyarakat.

Kemudian, harimau bergerak ke arah Desa Sirugun dan diduga kembali ke dalam kawasan Tahura Bukit Barisan.

“Berdasarkan hasil penelusuran hingga batas kawasan Tahura, petugas tidak menemukan jejak baru. Hal ini mengindikasikan bahwa kemungkinan satwa tersebut telah kembali ke habitat alaminya di Tahura Bukit Barisan melalui jalur kebun masyarakat,” kata Andar.

Untuk langkah mitigasi, petugas menghidupkan beberapa petasan di sekitar lokasi. Selain itu, petugas juga menyerahkan persediaan petasan kepada Pemerintah Desa Ujung Deleng dan Desa Sirugun agar dapat digunakan jika satwa kembali mendekati pemukiman.

“Imbauan kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas ke kebun secara sendirian, meningkatkan kewaspadaan terhadap keberadaan satwa liar di sekitar kebun dan segera melaporkan kepada petugas apabila menemukan jejak, suara atau tanda keberadaan Harimau Sumatera,” pungkasnya.

——–

Artikel ini telah naik di detikSumut.

Lihat juga Video ‘Cerita Penjaga Hotel saat Temukan Macan Tutul ‘Staycation’ di Hotel Bandung’:

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Apakah Harimau Sumatera Sudah Punah? Penjual Kulitnya Ditangkap



Jakarta

Laki laki inisial SB (36) ditangkap di Nagan Raya, Aceh ditangkap atas dugaan keterlibatan dalam jaringan perdagangan satwa dilindungi. Ia sebelumnya diketahui hendak menjual kulit harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae).

“Penindakan tersebut merupakan hasil pengembangan dari kasus sebelumnya yang terjadi di Aceh Tenggara, saat terduga pelaku hendak melakukan transaksi jual beli satwa liar dilindungi berupa kulit harimau Sumatera, pada Rabu 16 Juli lalu,” kata Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Polda Aceh, Kombes Zulhir Destrian, Rabu (8/10/2025), melansir detikSumut.

Polisi menyita kulit serta tulang belulang harimau. (Dok. Polda Aceh)Polisi menyita kulit serta tulang belulang harimau. (Dok. Polda Aceh) Foto: Polisi menyita kulit serta tulang belulang harimau. (Dok. Polda Aceh)


Sejumlah barang bukti antara lain selembar kulit Harimau Sumatera, 16 kuku, dua taring, satu tulang jari, dua tulang pinggul, satu tulang sendi, satu tulang kepala, dan dua unit handphone.

“Pelaku diduga kuat merupakan bagian dari jaringan perdagangan satwa liar yang memperjualbelikan organ tubuh harimau Sumatera, salah satu spesies yang dilindungi dan terancam punah,” kata Zulhir.

Berdasarkan Daftar Merah International Union for Conservation of Nature (IUCN), harimau Sumatera berstatus kritis dan sangat terancam punah.

Sementara itu, benarkah harimau Sumatera masih ada di wilayah Indonesia?

Apakah Harimau Sumatera Sudah Punah?

Berdasarkan catatan Kementerian Kehutanan, setidaknya terdapat 42 individu harimau Sumatera yang terdeteksi di bentang alam Provinsi Bengkulu. Mereka hidup di Bukit Balai Rejang Selatan, Seblat, dan Bukit Balai Rejang.

Data tersebut diperoleh dari hasil pemantauan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu-Lampung menggunakan kamera trap dan patroli lapangan 2020-2025.

Survei periode Maret-Mei 2025 yang menggunakan kamera trap 52 hari di kawasan Seblat menunjukkan aktivitas harimau Sumatera di Hutan Produksi Air Rami, Hutan Produksi Terbatas (HPT) Lebong Kandis, dan HPT Ipuh I.

Namun, Kepala BKSDA Bengkulu-Lampung Himawan Sasongko mengakui ancaman kepunahan harimau Sumatera masih tinggi lantaran perburuan liar, perambahan hutan, dan menyusutnya habitat alami sehingga satwa ini berkonflik dengan manusia.

Peran Penting Harimau Sumatra

Himawan mengatakan keberadaan harimau Sumatra berperan penting dalam menjaga ekosistem hutan Sumatera. Berdasarkan hasil monitoring, daerah aktivitas satwa liar ini juga dihuni oleh tapir, kijang, rusa sambar, gajah Sumatera, macan dahan, kucing emas, dan anjing hutan atau ajak.

“Hasil ini menunjukkan bahwa kawasan Seblat masih menjadi habitat penting bagi harimau Sumatera dan satwa liar lainnya yang berperan menjaga keseimbangan ekosistem,” ucapnya, Senin (4/8/2025) lalu.

“Harimau Sumatera adalah spesies kunci. Menjaga mereka berarti menjaga kesehatan ekosistem hutan Sumatera,” imbuh Himawan.

Dikutip dari laman Restorasi Ekosistem Riau (RER), harimau Sumatera merupakan spesies kunci, yaitu makhluk hidup yang memainkan peran penting terharap berfungsinya, keseimbangan, atau runtuhnya sebuah ekosistem.

“Predator puncak menjaga berbagai spesies mangsanya pada tingkat yang terkendali, sehingga tidak ada spesies mangsa yang menjadi dominan. Hal ini pada gilirannya berdampak pada keanekaragaman dan kesehatan tumbuhan di hutan,” terang Chela Powell, Manajer Restorasi RER.

(twu/nwk)



Sumber : www.detik.com

Harimau-Macan Tutul Muncul di Permukiman, Pakar BRIN: Itu Alarm Ekologis!



Jakarta

Fenomena tak biasa terjadi di dua daerah berbeda di Indonesia belakang ini. Seekor macan tutul jawa tiba-tiba masuk ke hotel di kawasan Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, seekor harimau sumatra juga tertangkap kamera berada di sekitar kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Agam, Sumatera Barat. Kejadian tersebut seketika ramai karena diunggah di media sosial.

Pertanda apa hewan-hewan liar dan buas tersebut mendekati wilayah pemukiman manusia? Menurut Peneliti Ahli Utama bidang konservasi keanekaragaman hayati Pusat Riset Ekologi BRIN, Prof Hendra Gunawan, dua kejadian tersebut adalah sinyal bahaya tentang keseimbangan alam yang sedang terganggu.


“Kalau mereka sekarang muncul di kebun, jalan raya, bahkan hotel, itu bukan perilaku alami, tapi Itu tanda mereka terpaksa keluar dari hutan untuk bertahan hidup,” kata Hendra dikutip dari laman BRIN, Rabu (22/10/2025).

Penyebab Satwa Liar Masuk Pemukiman Manusia

Ia menambahkan, perilaku aneh satwa ini bisa terjadi karena beberapa sebab. Pertama karena kerusakan habitat akibat pembukaan lahan, pembangunan jalan, dan perluasan permukiman.

Kedua karena mereka tengah mengejar mangsanya. Monyet ekor panjang atau babi hutan biasanya tinggal di tepi hutan sehingga kemungkinan mengejar mereka pun bisa terjadi.

Macan-Harimau Kehilangan Orientasi Arah

Penyebab selanjutnya bisa terjadi akibat hewan memang tersesat. Mereka kemudian mengalami disorientasi spasial atau kehilangan orientasi karena tak tahu dengan lingkungan tersebut.

“Kalau mereka sekarang muncul di kebun, jalan raya, bahkan hotel, itu bukan perilaku alami, tapi Itu tanda mereka terpaksa keluar dari hutan untuk bertahan hidup,” kata Hendra.

“Begitu ia masuk ke bangunan beton tanpa vegetasi, ia kehilangan arah dan bisa panik. Inilah yang terjadi ketika macan masuk hotel atau kantor,” lanjutnya.

Hendra menegaskan bahwa fragmentasi hutan merupakan akar masalah di balik meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar. Fragmentasi terjadi ketika hutan besar terpecah menjadi potongan kecil yang terisolasi oleh ladang, jalan, atau permukiman.

“Fragmentasi lebih berbahaya daripada sekadar pengurangan luas hutan,” tegasnya.

Predator Puncak Berebut Wilayah

Menyempitnya habitat hewan akibat pemukiman manusia mengakibatkan predator puncak seperti harimau sumatera dan macan tutul jawa membutuhkan wilayah jelajah lebih luas untuk mencari mangsa dan berkembang biak.

Ketika ruang hidupnya menyempit, satwa-satwa ini terpaksa berebut wilayah. Dalam berebut, mereka biasanya keluar dari hutan menuju area manusia.

BRIN mencatat sedikitnya 137 kasus konflik manusia-harimau di Sumatera Barat antara tahun 2005-2023. Terutama di kawasan yang hutannya sudah terfragmentasi parah seperti Lanskap Cagar Alam Maninjau.

Kehadiran Satwa Liar di Pemukiman Jadi Alarm Serius

Hendra menilai bahwa solusi jangka panjang bukan sekadar mengevakuasi satwa yang muncul, tapi menata ulang kebijakan tata ruang dan pembangunan berbasis ekologi.

Selain itu, Hendra mendorong penerapan pendekatan human-wildlife coexistence atau hidup berdampingan secara berkelanjutan dengan empat tahapan utama yakni:

Avoidance (Penghindaran): Mencegah kontak langsung lewat perencanaan ruang dan pengamanan ternak.

Mitigation (Mitigasi): Mengurangi dampak konflik tanpa melukai satwa.

Tolerance (Toleransi): Menumbuhkan empati masyarakat terhadap keberadaan satwa liar.

Coexistence (Koeksistensi): Menciptakan manfaat bersama melalui kegiatan seperti ekowisata berbasis komunitas.

“Kalau masyarakat bisa melihat harimau bukan sebagai ancaman, tapi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem, kita bisa hidup berdampingan dengan damai,” ujarnya.

Menurut Hendra, harimau di kantor BRIN dan macan tutul di hotel seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan alarm ekologis. Ia mengingatkan bahwa sebenernya hewan-hewan tersebut bukanlah musuh manusia.

“Harimau bukan musuh kita, mereka adalah cermin dari kesehatan hutan. Jika harimau hilang, itu artinya ekosistem kita runtuh. Menjaga harimau berarti menjaga masa depan kita sendiri,” katanya.

(cyu/nah)



Sumber : www.detik.com

Geger Kemunculan 2 Harimau di Jalur Lintas Sumatera, BKSDA Sumbar Patroli 3 Hari



Agam

Kemunculan dua ekor harimau Sumatera di jalur lintas Sumatera bikin gegar. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat langsung turun tangan.

Mereka telah menurunkan tim untuk berpatroli selama 3 hari guna menangani kemunculan harimau Sumatera di Muaro Batu Gadang, Jorong Batu Gadang, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam.

Kepala Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar Ade Putra, mengatakan tim yang turun melakukan penanganan berasal dari BKSDA Sumbar, Tim Patroli Anak Nagari (Pagari) Pasia Laweh, Pagari Baringin, Pagari Salareh Aia dan mahasiswa Kehutanan Universitas Negeri Riau (UNRI).


“Kita menurunkan kekuatan penuh pada Minggu (12/10) dan melakukan koordinasi dengan Kapolsek Palupuh. Jalur tersebut merupakan jalan lintas Sumatera menghubungkan Bukittinggi menuju Medan, Sumatera Utara,” kata Ade di Lubuk Basung, dilansir Antara.

Kemunculan harimau Sumatera tersebut sempat mengkagetkan warga. Petugas telah melakukan wawancara dengan warga yang berjumpa langsung dengan harimau itu.

Selain itu, petugas juga mencari tanda keberadaan satwa, seperti jejak kaki, cakaran dan kotoran. Setelah itu, memasang kamera trap atau kamera jebak beberapa titik di lokasi kemunculan satwa

Petugas juga melakukan patroli di lokasi kemunculan harimau di jalan lintas sumatera menghubungkan Bukittinggi menuju Medan, Sumatera Utara. Sejak Minggu (13/10) malam, Patroli akan dilakukan selama 3 hari.

“Kita akan melakukan patroli selama tiga hari setiap malam sesuai dengan standar operasional prosedur,” katanya.

Kronologi Kemunculan Harimau

Awalnya petugas BKSDA mendapatkan laporan dari Wali Nagari (Kepala Desa) Koto Rantang terkait warga setempat melihat beberapa ekor harimau, Sabtu (11/10) sekitar pukul 16.30 WIB.

Mendapatkan laporan itu, Resor Konservasi Wilayah II Maninjau BKSDA Sumbar mendatangi Tim Pagari Pasia Laweh, Pagari Baringin dan Pagari Salareh Aia untuk melakukan verifikasi awal, Minggu (12/10).

Setelah itu Wali Jorong Batu Gadang, melaporkan bahwa ada beberapa pengendara mobil yang melihat dua ekor harimau melintas di jalan lintas sumatera Bukittinggi-Medan, Minggu (12/10) sekitar pukul 00.30 WIB.

Pada Minggu (12/10) pada pukul 10.30 WIB, Wali Jorong melaporkan ada beberapa warga di sawah tidak jauh dari jalan lintas melihat dua ekor harimau dan mengabadikan dengan telepon genggam miliknya.

“Saat melakukan verifikasi lapangan, kami dan warga sempat berinteraksi langsung dengan harimau dan satwa menghindar ke kawasan hutan,” katanya.

Ia mengimbau pengendara untuk berhati-hati saat melintasi jalan lintas Sumatera tersebut. Bagi warga, mereka diminta untuk tidak beraktivitas ke kebun sendirian, membatasi aktivitas di kebun pada sore, malam hari, mengandangkan ternak dan lainnya.

Harimau Sumatera dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2024 tentang Perubahan atas UU Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com