Tag Archives: hidden gem

Indahnya Wisata Alam di Wakatobi, Hidden Gem buat Healing & Nyantai



Jakarta

Kondisi kelelahan mental, fisik, dan emosional dapat terjadi akibat kelelahan yang tidak dirasakan sehingga dapat kehilangan motivasi dalam hidup. Keadaan seperti ini membuat sebagian Gen Z membutuhkan suasana baru untuk mengembalikan motivasi dalam hidupnya.

Tak heran jika tren traveling untuk reconnect dengan alam kian populer di kalangan anak muda. Berbagai kegiatan saat traveling seperti snorkeling, diving, hingga hiking pun banyak dilakoni Gen Z sebagai sarana healing.

Di antara sekian banyak destinasi, Wakatobi hadir sebagai hidden gem Indonesia yang menawarkan keindahan alam bawah laut, budaya lokal yang hangat, dan ketenangan yang sulit ditemukan di destinasi wisata mainstream.


Terletak di Sulawesi Tenggara, Wakatobi bukan hanya surga bagi para penyelam dunia, tapi juga tempat sempurna untuk Gen Z yang ingin menjauh sejenak dari hiruk pikuk kota dan menemukan kembali versi terbaik dirinya. Melalui eksplorasi alam yang autentik dan interaksi dengan budaya lokal yang masih lestari, perjalanan ke Wakatobi bisa menjadi pengalaman transformatif yang menyegarkan jiwa.

Keindahan alam Wakatobi akan dieksplor lebih jauh dalam serial mini 3 episode yang akan dikembangkan Tolak Angin. Kemegahan alam bawah laut, budaya, hingga alam Wakatobi akan disorot melalui mini series berjudul ‘Angin Angan’ yang akan hadir dengan gaya bercerita.

Mini series tersebut menceritakan seorang pembawa berita cuaca TV nasional berusia 28 tahun di Indonesia, Andi Wan Tyupaan, yang juga dikenal sebagai Awan yang tampan, cerdas, dan berasal dari keluarga kaya tetapi masih lajang.

Meskipun banyak wanita yang tertarik padanya, tidak ada yang bertahan lama. Alasannya? Setiap kali seseorang berbicara kepadanya untuk pertama kalinya, dia selalu membalas dengan ‘Hah?!’ bukan hanya sekali, tetapi tiga kali. Baru setelah itu, dia menjadi pria yang sangat normal. Itu adalah kebiasaan aneh yang membuat orang menjauh.

Suatu hari, Awan mendengar dari seorang teman bahwa dia mungkin dapat ‘menyembuhkan kebiasaan aneh ini’ di Wakatobi. Tetapi mengapa Wakatobi? Apa yang ada di tempat ini yang menjadi kunci perubahannya? Bisakah Awan akhirnya pulih dan menemukan cinta yang selama ini dicarinya?

[Gambas:Youtube]

Adapun, lokasi untuk pengambilan gambar dari mini series ini akan dilakukan di Pulau Wangiwangi, Underwater Pulau Tomia, Kampung Bajo Sampela, dan Desa Pajam.

Bagaimana tertarik untuk mengunjungi Wakatobi? Jangan lupa bawa Tolak Angin untuk menjaga kehangatan tubuh dan mencegah agar tidak masuk angin. Tolak Angin bisa kamu beli di mana saja mulai dari toko, minimarket serta secara online di www.sidomunculstore.com atau di Sido Muncul Official Store di berbagai marketplace.

Tonton juga “Tak Ada Pelangi di Jalan Andrea Hirata Selamatkan Bahasa Belitung” di sini:

(prf/ega)



Sumber : travel.detik.com

5 Spot Hidden Gem di Sumatra Barat yang Mirip Ubud



Jakarta

Sumatra Barat tak hanya terkenal dengan kulinernya yang beragam, namun di sana juga memiliki alam yang memukau. Bahkan suasana beberapa tempat wisata di sini tak kalah dengan Ubud, Bali lho.

detikTravel telah merangkum nih pada Rabu (9/7/2025), 5 tempat wisata hidden gem di Sumatra Barat yang suasananya mirip seperti di Ubud, Bali. Berikut daftarnya:

1. Alahan Panjang

Alahan Panjang di Solok, Sumatera Barat (Foto: Instagram @alahanpanjang.stayvacation)Alahan Panjang di Solok, Sumatera Barat (Foto: Instagram @alahanpanjang.stayvacation)

Alahan Panjang, Kabupaten Solok dikenal sebagai daerah terdingin di Sumatera Barat. Di sini kamu bisa menikmati hamparan kebun teh seluas mata memandang dengan latar Danau Kembar.


Desa ini dijuluki juga dengan ‘Swiss-nya’ orang Sumatera Barat. Karena landscapenya yang memukau membuat wisatawan takjub, tak menyangka pemandangan seindah ini ada di salah satu desa di Sumatera Barat.

2. Lembah Harau

Lembah HarauLembah Harau Foto: Brigida Emi Lilia/d’Traveler

Kamu yang ingin mencari suasana alam yang berbeda di Sumatra Barat datang saja ke Lembah Harau di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Di sini kamu akan dibuat terpukau oleh tebing-tebing granit menjulang tinggi dan pemandangan sawah yang hijau. Lembah Harau sering disebut sebagai lembah terindah di Indonesia.

Rasakan ketenangannya dengan menginap di salah satu glamping di Lembah Harau.

3. Padang Panjang

Padang Panjang dijuluki sebagai Serambi Mekkah dari Sumatera Barat. Di sinilah pusat sekolah agama dan pesantren ternama di Sumatera Barat.

Tak hanya memiliki hamparan alam yang asri, Padang Panjang juga terkenal dengan hawa sejuk dan kulinernya yang beragam. Tak afdal rasanya bila datang ke kota ini tak mencicipi satenya.

4. Sungayang, Kabupaten Tanah Datar

Bila traveler ingin menikmati hamparan sawah dengan latar Gunung Marapi nan megah, salah satu tempat yang bisa kamu datangi adalah Sungayang. Desa ini berada di kawasan Kabupaten Tanah Datar yang bila ditempuh dari Bandara Minangkabau, butuh waktu 4 jam perjalanan.

Bila kamu berkeliling Sungayang, kamu akan dibuat terpukau dengan terasering sawahnya, suasana sejuk di perbukitan dan kehidupan pedesaan yang tenang dan asri.

5. Padang Mangateh

Peternakan sapi Padang Mengatas, Sumbar, ternyata punya sejarah panjang. Peternakan ini adalah warisan Belanda yang sempat menjadi area peternakan terbesar se-Asia Tenggara.Peternakan sapi Padang Mengatas, Sumbar, ternyata punya sejarah panjang. Peternakan ini adalah warisan Belanda yang sempat menjadi area peternakan terbesar se-Asia Tenggara. Foto: Dikhy Sasra

Bila kamu ingin menikmati hamparan alam bak luar negeri, datang saja ke Padang Mengatas (orang Minang menyebut tempat ini dengan nama Padang Mangateh). Ini adalah area peternakan yang hijau dan disebut-sebut mirip New Zealand.

Lokasinya berada di Mungo, Kecamatan Luak, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Padang Mengatas merupakan bagian dari Balai Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BPTU-HPT) Padang Mengatas, yang dulunya merupakan peternakan terbesar di Asia Tenggara.

(sym/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Kenangan Masa Kolonial hingga Merdeka


Jakarta

Kompleks Kota Tua Jakarta adalah kawasan wisata sejarah dan budaya yang sangat populer sekaligus ikonik. Main ke Jakarta sangat sayang jika sampai melewatkan wisata ke Kota Tua Jakarta yang Instagramable dan selalu berbenah. Foto Kota Tua Jakarta cocok banget buat update status dan feed di medsos.

5. Hidden Gem Kota Tua Jakarta

Sejarah Kota Tua Jakarta berawal di tahun 1619 saat Jayakarta direbut Belanda dan diubah namanya menjadi Batavia. Kota Tua Jakarta adalah pusat pemerintahan dan kantor pusat perusahaan perdagangan Belanda VOC. Seiring waktu, Kota Tua Jakarta menjelma menjadi destinasi sejarah dan budaya populer.

Beberapa spot di Kota Tua dikenal sebagai hidden gem, meski bukan sepenuhnya tersembunyi. Spot ini cocok untuk dieksplor lebih jauh untuk memperoleh konten medsos atau bahan obrolan baru.


1. Lighting Art Kota Tua Jakarta

Pengunjung berpose saat foto di Lighting Art Kota Tua, Jakarta, Kamis (3/4/2025).Lighting Art Kota Tua, Jakarta (dok. Grandyos Zafna)
  • Jam buka: setiap hari 10.00-21.00
  • Harga tiket: anak Rp 40 ribu, dewasa Rp 45 ribu hanya bisa dibeli on the spot alias offline
  • Lokasi: Gedung Dharma Niaga lantai 3 Jl. Kali Besar Timur 4, RT 7/RW 7, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat

Wahana yang tersedia mulai Jumat (28/3/2025) ini menyediakan lebih dari 20 ruangan penuh cahaya, yang bikin foto makin estetik. Waktu kunjungan tak terbatas, sehingga kita bisa berlama-lama ambil foto super estetik di tiap spotnya. Kita sebaiknya datang lebih pagi supaya bisa mencoba lebih banyak ruang penuh cahaya.

“Super aesthetic dan murah banget untuk destinasi sebagus ini. Antreannya saat weekend cukup panjang dan ada beberapa spot foto yang harus antri dengan durasi waktu. Kita bisa membawa tripod untuk pengambilan foto atau video. Ada staf juga yang bisa bantu,” tulis akun Bellia Magdhalena dalam google review.

2. Magic Art 3D Museum

Magic Art 3D MuseumMagic Art 3D Museum (dok. Tiara Rosana/detikcom)
  • Jam buka: Senin-Jumat: 10.00-18.00, Sabtu-Minggu: 10.00-19.00
  • Harga tiket: anak (0-16 tahun) Rp 60 ribu, dewasa Rp 80 ribu bisa diperoleh online dan offline
  • Lokasi: Gedung Kerta Niaga 1 Unit GF, Jl. Kali Besar Timur Nomor 9, Pinangsia, Kota Tua, Jakarta Barat

Destinasi wisata ini punya 100 lukisan mural dengan ilusi optik tiga dimensi, yang sangat seru buat jadi spot foto. Lukisan 3D perlu treatment khusus selama pembuatan hingga perawatan agar dimensi panjang, lebar, tingginya terjaga dan bisa disaksikan pengunjung. Karena itu, pengunjung yang mau masuk zona lukisan 3D wajib lepas sepatu lebih dulu.

“Tempat ini worth it buat cari hiburan seru dan spot foto kece. Masuk ke sini agak tersembunyi juga dan harus tanya-tanya security. Usahakan kali mau ke sini minimal ada teman untuk bantu foto-foto dan biar bisa ikut seru-seruan,” tulis akun Mutia Triana dalam akun google review.

3. Kedai Seni Djakarte

kedai seni djakarteKedai Seni Djakarte (dok. Devi S. Lestari/detikFood)
  • Jam buka: Senin tutup. Selasa 10.00-19.00 Rabu-Minggu 10.00-20.00
  • Tarif per orang: Rp 25-50 ribu bergantung jumlah dan harga pesanan
  • Lokasi: Pintu Besar Utara Jl. Taman Sari Raya Nomor 17 RT 4/RW 6, Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat

Kedai ini sebetulnya mudah terlihat saat masuk kompleks Kota Tua Jakarta, meski baru dikunjungi setelah lelah muter-muter. Di sini ada beragam menu Nusantara dan fusion plus art performance di sekitar resto dan di dalam. Kita bisa ngopi, ngemil, atau makan hidangan berat di sini.

“Tempatnya estetik banyak ornamen antik dan suasananya nyeni banget, bener-bener pas dengan vibe Kota Tua. Harga makanan terjangkau untuk kafe di destinasi wisata. Staff ramah menyambut tamu. Ada ruang berAC juga cocok buat yang pengen ngadem,” tulis akun google Yanti Mandasari.

4. Museum Wayang

Museum Wayang dengan wajah baruMuseum Wayang dengan wajah baru (dok. Syanti Mustika/detikcom)
  • Jam buka: Senin tutup, Selasa-Minggu 09.00-15.00
  • Harga tiket: anak weekdays Rp 5 ribu dan weekend Rp 5 ribu, dewasa weekdays Rp 10 ribu dan weekend Rp 15 ribu
  • Lokasi: Kawasan Kota Tua Jl. Pintu Besar Utara Nomor 27, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat

Museum wayang menyimpan 6.800 koleksi dari seluruh Indonesia dari berbagai bahan. Koleksi ini terdiri dari wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan. Di sini juga ada ruang immersif tempat kita bisa menikmati game interaktif, foto, menikmati permainan bersama AI.

“Baru sekali ke Museum Wayang, jujur bagus banget loh. Awalnya agak underestimate karena dari luas kaya bapuk, tapi pas masuk ternyata bagus dan wayangnya tersimpan dengan baik. Ruangannya bagus, bersih, adem, sama sekali nggak horor. Highly recommended, apalagi tiketnya murah dan bikin main pinter,” tulis akun google Caroline.

5. Rumah Akar

Rumah Akar BataviaRumah Akar Batavia (dok. Instagram akarbatavia)
  • Lokasi: Jl. Kali Besar Timur Nomor 19, Jakarta Barat

Spot hidden gem ini tidak terbuka untuk umum, artinya hanya tersedia untuk yang reservasi lebih dulu. Biasanya, pemesan hendak melakukan sesi foto untuk pernikahan atau keperluan lain dan ingin latar yang dramatis. Seperti namanya, rumah akar berisi akar-akar tumbuhan yang menjuntai berukuran besar yang mungkin berusia ribuan tahun.

(row/ddn)



Sumber : travel.detik.com

Hidden Gems di Sukabumi: Bukit Durian Sagara



Sukabumi

Ada lagi nih hidden gems di Sukabumi, Jawa Barat yang bisa menjadi destinasi akhir pekan traveler. Bukit Durian Sagara.

Dari jalan utama Cikakak, papan kecil penunjuk arah mengantar pengunjung berbelok ke jalur yang menanjak perlahan. Sesuai namanya, banyak pohon durian di jalur ini.

Begitu sampai di puncak, hamparan Teluk Palabuhanratu terlihat seperti lukisan yang disimpan lama, lalu dibuka kembali di depan mata. Garis pantai yang melengkung, laut biru yang berkilau, dan deretan perbukitan hijau di belakangnya, seolah menyapa siapa saja yang datang.


“Nggak nyangka view-nya sebagus ini. Saya pikir cuma kebun durian biasa, ternyata tempatnya bikin betah,” kata Fadli, wisatawan asal Bandung, Minggu (10/8/2025), dilansir dari detikjabar.

Di tengah lanskap itu, sebuah jembatan kayu berwarna kuning menjadi jalur ikonik yang menghubungkan area parkir, gazebo, dan kafe. Bougenville ungu dan merah muda tumbuh subur di sisi jalur, memberi warna pada hijau pepohonan.

Bukit Durian Sagara, Sukabumi memiliki view menawan, langsung ke Teluk Pelabuhanratu.Bukit Durian Sagara, Sukabumi memiliki view menawan, langsung ke Teluk Pelabuhanratu. (Syahdan Alamsyah/detikcom)

Di salah satu sudut berdiri Selsalse Coffee, kafe kayu berkonsep terbuka. Dari terasnya, laut selatan terbentang luas, sementara di bawahnya pohon-pohon durian tumbuh berjajar rapi.

“Awalnya ke sini mau makan durian saja. Tapi katanya setok duriannya habis saat libur panjang beberapa waktu lalu. Meskipun begitu, terobati karena ternyata suasananya luar biasa. Kalau sore, anginnya adem, rasanya nggak mau pulang,” ujar Rizal, pengunjung asal Bogor yang sore itu duduk dengan secangkir kopi.

Kendati bernama Bukit Durian Sagara, daya tarik destinasi ini tidak memudar meskipun musim panen durian belum tiba. Di luar musim duren, udara sejuk dan panorama alam tetap jadi alasan untuk datang. Dari titik tertinggi, garis ombak di kejauhan terlihat seperti benang putih yang memecah biru laut.

Sementara di sisi lain, perbukitan bergelombang seperti karpet hijau raksasa, memberi kontras yang menenangkan mata.

Akses menuju Bukit Durian Sagara kini sudah jauh lebih baik. Dari pusat Kota Sukabumi, perjalanan sekitar dua jam bisa ditempuh dengan mobil atau motor. Jalan utama sudah diaspal halus, hanya beberapa ratus meter terakhir yang menanjak dan berkelok. Area parkir cukup luas, dilengkapi mushola dan jalur setapak yang rapi.

Selain durian lokal, saat musimnya tiba pengunjung bisa menikmati varietas premium seperti Musang King dan Duri Hitam langsung dari pohonnya. Namun bagi banyak orang, daya tariknya justru terletak pada suasana, duduk di bangku kayu, memandang laut, sambil membiarkan angin sore mengibaskan rambut.

Menjelang senja, langit perlahan berubah menjadi kanvas berwarna oranye dan ungu. Bukit Durian Sagara pun berubah menjadi tempat yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga meninggalkan kesan sebuah permata tersembunyi yang membuat pengunjung ingin kembali.

***

Selengkapnya klik di sini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Gen Z Wajib Tahu, Ada Hidden Gem di Pasar Kosambi Bandung

Bandung

Di tengah hiruk-pikuk Pasar Kosambi – pasar tradisional yang identik dengan suasana becek, kumuh, dan pengap – berdiri sebuah ruang kreatif yang berhasil mencuri perhatian generasi muda masa kini.

Ruang itu bernama The Hallway Space, sebuah pojok kreatif yang menghadirkan napas baru di antara deretan kios pasar modern dan pusat perbelanjaan kota.

Tempat yang awalnya ditemukan secara tak sengaja melalui pencarian Youtube mengenai trik thrifting ini kini menjadi spot destinasi favorit kalangan Gen Z di kota Bandung untuk berbelanja atau sekadar nongkrong dan mencari pelarian dari deadline yang mengejar.


“Kesan pertama saya itu wow, ternyata ada tempat di sela-sela pasar tradisional yang bisa menyimpan dan menjual barang-barang estetik,” ungkap Wahyu atau akrab disapa Baron, salah seorang pengunjung yang pertama kali menemukan tempat ini dari rekomendasi teman kampusnya.

Ia mengaku awalnya mengira The Hallway Space hanyalah toko distro biasa layaknya yang menjamur di Kota Bandung, namun kenyataannya jauh melampaui asumsinya, ini adalah surga duniawi Gen Z, baginya. Jika diminta mendeskripsikan The Hallway Space dalam tiga kata, pengunjung ini memilih: estetik, keren, dan kreatif.

“Estetik karena selain barang-barang thriftingnya, penataan tempatnya pun estetik. Keren karena membuat saya takjub, dan kreatif karena tim yang berhasil menciptakan konsep unik di pojok pasar tradisional,” jelasnya.

Yang paling menarik dari The Hallway Space adalah atmosfer tiap koridornya. Saat pengunjung naik ke atas, mereka akan disambut koridor dengan pencahayaan dan pembawaan yang unik-sebuah spot yang terbilang instagramable.

“Saya berkali-kali mengambil foto di sana untuk diabadikan di unggahan Instagram karena bagus sebagai konten,” ujarnya antusias.

Keberadaan The Hallway Space juga membuka perspektif baru tentang bagaimana pasar tradisional dan kreativitas kontemporer bisa berdampingan.

“Saya tidak pernah terpikirkan sebelumnya bahwa kedua hal ini bisa digabungkan. Ternyata The Hallway Space berhasil mengintegrasikan konsep ruang publik kreatif di tengah pasar tradisional,” katanya.

Yang membuat The Hallway Space berbeda dari ruang kreatif lain seperti kafe, galeri, atau co-working space adalah kemampuannya untuk bersanding dan menyatu dengan pasar tradisional.

Pengunjung yang datang dengan tujuan thrifting bisa sekaligus memenuhi kebutuhan pangan atau keperluan lain di Pasar Kosambi yang berada tepat di sebelahnya.

“Dengan adanya keunikan dan keestetikan The Hallway Space, terciptalah hubungan mutualisme dengan Pasar Kosambi. Ini istimewa karena bisa menggabungkan dua kepentingan berbeda dalam satu lokasi,” jelasnya.

Meski berulang kali mengapresiasi konsep yang diusung, pengunjung ini juga memberikan masukan kritis. Dari segi parkiran, misalnya, orang awam yang baru pertama kali datang tidak akan menyangka ada sebuah pojok, The Hallway Space di dalam kompleksnya Pasar Kosambi.

“Kalau ingin membuat nama sendiri dan lebih besar, sebaiknya dari segi tempat dan signage diperbesar agar lebih mudah ditemukan orang,” sarannya.

Ia juga berharap lebih banyak orang, khususnya para thrifting-holic, untuk mengeksplorasi dan memakmurkan The Hallway Space dengan cara ikut mempromosikannya ke ruang-ruang publik. “Masih banyak space yang belum terisi. Semoga dengan kita mengupload, mengeksplorasi, dan membuat orang Bandung tahu, tempat ini bisa benar-benar aktif dan terkenal di kalangan anak muda,” pungkasnya.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel. Anda juga bisa mengirim cerita perjalanan anda melalui tautan ini.



Sumber : travel.detik.com

Kampung Bamboo, Hidden Gem yang Cocok buat Outbound di Bandung

Bandung

Bandung selalu punya cara untuk bikin orang betah berlama-lama. Entah lewat udara sejuk, pemandangan hijau, atau tempat-tempat yang rasanya cocok buat siapa pun yang ingin sejenak lepas dari bising kota.

Salah satunya ada di kawasan Cimenyan yaitu Kampung Bamboo, tempat wisata yang sering dijadikan lokasi outbound, gathering, hingga kegiatan alam dan edukasi lingkungan.

Perjalanan menuju Kampung Bamboo dari pusat kota Bandung nggak terlalu jauh, sekitar 30-40 menit. Begitu mobil mulai menanjak ke arah Cimenyan, suasana kota perlahan berganti jadi rindang dan tenang.


Dari luar, pintu masuk Kampung Bamboo tampak sederhana, tapi begitu melangkah ke dalam, suasananya langsung berubah menjadi sejuk, hijau, dan damai. Di area seluas delapan hektar ini, pengunjung disuguhi pemandangan hijau dari hutan bambu alami.

Di sela-selanya, ada area terbuka luas buat berbagai kegiatan outbound, mulai dari permainan kelompok, flying fox, sampai panahan. Tak heran, banyak instansi, sekolah, hingga komunitas memilih Kampung Bamboo untuk kegiatan team building atau sekadar acara kumpul tahunan.

Meski konsepnya sederhana, fasilitas di sini terbilang lengkap. Ada lapangan besar yang sering dipakai untuk permainan kelompok, jembatan gantung, flying fox, arena panahan, hingga mini rafting di aliran sungai kecil di sisi area.

Di bagian tengah ada masjid, beberapa gazebo, serta ruang pertemuan semi terbuka yang bisa dipakai untuk acara formal seperti pelatihan atau seminar singkat.

Bagi pengunjung yang ingin merasakan sensasi berada di alam lebih lama, Kampung Bamboo juga menyediakan area perkemahan dan penginapan. Salah satu pengunjung yakni Rizki datang bersama rombongan sekolah untuk kegiatan camp dan LDKS.

Ia mengaku senang dengan atmosfer tempat ini yang membuat semua orang lebih rileks berada di tengah alam yang terbuka.

“Udara di sini emang adem banget, terus tempatnya juga luas, jadi nggak sumpek meskipun rame. Permainannya seru, bisa ketawa bareng teman-teman. Rasanya kayak hilang semua rasa penat dan capek yang ada,” ujar Rizki.

Selain buat outbound, Kampung Bamboo juga sering dipakai untuk kegiatan edukasi lingkungan. Di sini, pengunjung bisa belajar tentang berbagai jenis bambu dan pentingnya menjaga kelestarian alam.

Ada area khusus yang menampilkan beragam jenis bambu dan cara menanamnya, sangat cocok buat anak sekolah atau komunitas pecinta alam. Akses ke Kampung Bamboo juga termasuk mudah dijangkau.

Meskipun letaknya di dataran tinggi, aksesnya masih bersahabat untuk mobil pribadi maupun bus besar. Hal ini juga yang membuat tempat ini sering menjadi destinasi favorit warga Bandung dan sekitarnya untuk menikmati alam terbuka.

Buat kamu yang pengin healing santai, cari tempat buat gathering, atau sekadar ingin menghirup udara segar sambil menikmati suasana alam tanpa jauh-jauh dari pusat kota, Kampung Bamboo bisa jadi destinasi wisata alam pilihan yang pas.



Sumber : travel.detik.com