Tag Archives: hikmah

Kisah Al Qamah, Sahabat yang Saleh Namun Tersiksa Sakaratul Maut Sebab Murka Ibu



Jakarta

Rasulullah SAW memiliki seorang sahabat bernama Al Qamah. Ia dikenal sebagai sosok mukmin beriman dan taat dalam beribadah. Namun menjelang kematiannya, ia justru mengalami sakaratul maut yang cukup menyiksa.

Dikutip dari buku Kisah dan ‘Ibrah oleh Syofyan Hadi digambarkan bahwa Al Qamah adalah seorang yang sangat mulia, taat, rajin beribadah, dan ia bahkan selalu ikut bersama Rasulullah SAW dalam setiap kali peperangan yang beliau pimpin menghadapi kaum musyrik.

Al Qamah memiliki seorang ibu yang sudah tua. Ibunya menjadi wanita yang sangat ia hormati dan sayangi.


Namun sikap Al Qamah berubah saat telah menikah. Ia sangat menyayangi istrinya, sampai-sampai lupa bahwa ada sosok ibu yang harus dilimpahi kasih sayang dan perhatiannya. Apalagi sang ayah telah meninggal dunia.

Al Qamah Duhaka pada Ibunya

Mengutip buku karya Syamsuddin Abu ‘Abdillah Adz-Dzahabi dalam kitab al-Kabair diceritakan Al Qamah kemudian menderita suatu penyakit. Penyakit tersebut tidak bisa disembuhkan meskipun telah dicoba menggunakan berbagai teknik pengobatan. Lambat laun, sakitnya ini membuat ia sekarat.

Semua orang yang mengenalnya, termasuk Rasulullah SAW berkumpul di rumah Al Qamah dengan tujuan melepas kepergiannya. Semua yang hadir meminta maaf sekaligus memberikan maaf kepadanya.

Kalimat tauhid pun sudah diajarkan kepadanya untuk dibaca, sementara kerabat dan sahabat yang lain membacakan surat Yasin di rumahnya. Namun hari berganti, Al Qamah tak juga menghembuskan napas terakhirnya.

Akhirnya Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya, “Siapa lagi yang belum datang memberikan maaf pada Al Qamah?”

Ternyata yang belum datang memberi maaf kepada Al Qamah adalah ibunya sendiri. Maka Rasulullah SAW mengirim utusan untuk menjemput ibu Al Qamah agar datang ke rumah anaknya yang sedang sekarat dan memberi maaf jika dia pernah berbuat salah.

Dua orang sahabat pergi menemui ibunda Al Qamah dan memberitahukan keadaan anaknya. Ibunya kemudian diminta untuk datang memberikan maaf kepada anaknya. Akan tetapi, ibunya menolak untuk datang dan memberikan maaf.

Pulanglah dua orang sahabat itu menemui Rasulullah SAW dan memberitahukan jawaban ibu Al Qamah.

Rasulullah SAW didampingi beberapa sahabat langsung pergi menemui ibu Al Qamah tersebut. Setelah sampai, Rasulullah SAW mengucapkan salam kepadanya dan mengatakan, bahwa Al Qamah anaknya sudah beberapa hari sekarat. Oleh karena itu, Rasulullah SAW meminta agar ibunya datang dan memberikan maaf kepada anaknya.

Saat sang ibu berhasil dijemput, Rasulullah SAW bertanya, “Apa tingkah Al Qamah yang memberatkan dirinya ini? Jika ada dosa terhadap ibu sendiri, maka perlu dimaafkan.”

Sang ibu lalu menyebut bahwa Al Qamah merupakan anak yang baik dan taat kepada Allah SWT. Ia menceritakan terkait anaknya yang telah berumah tangga dan tidak lagi memperhatikan dirinya.

Al Qamah hendak Dibakar

Murka sang ibulah yang membuat lidah Al Qamah kelu untuk mengucap syahadat. Rasulullah SAW kemudian berseru, “Kalau begitu, ayo para sahabat kumpulkan kayu bakar yang banyak, supaya Al Qamah dibakar saja.”

Mendengarkan kabar bahwa anaknya akan dibakar, menangislah perempuan tua itu dan segeralah dia pergi menemui anaknya, memeluknya dan menangis sambil memberikan maaf atas kesalahan anaknya itu.

Setelah mendapat maaf dari sang ibu, Al Qamah kemudian meninggal dengan tenangnya setelah mengucapakan kalimat syahadat.

Dari kisah Al Qamah, kita dapat mengambil pelajaran berharga. Orang tua tidak meridhai seorang anak, maka Allah SWT pun tidak meridhainya. Betapapun shalih dan banyaknya amalan seseorang, jika hubungan dengan orang tuanya tidak baik, maka sia-sialah kebaikannya yang banyak itu.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah yang Penuh Hikmah


Jakarta

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA merupakan salah satu kisah cinta yang paling agung dalam sejarah Islam. Kisah ini terjadi saat Rasulullah SAW berusia 25 tahun.

Dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nabi Muhammad SAW merupakan pemuda yang memiliki akhlak baik dan bekerja sebagai pedagang, sedangkan Khadijah RA merupakan seorang janda 40 tahun yang terpandang, cantik, kaya, terhormat, dan dikenal sebagai pedagang yang sukses.

Pertemuan pertama antara Khadijah RA dan Nabi Muhammad SAW terjadi ketika Khadijah RA mempekerjakan Nabi Muhammad SAW untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Nabi Muhammad SAW pun pergi ke Syam bersama pelayan Khadijah RA yang bernama Maisarah. Mereka mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari hasil penjualan tersebut.


Maisarah mengabarkan kepada Khadijah RA tentang sifat mulia, kecerdikan, dan kejujuran Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut membuat Khadijah RA kagum dan tertarik dengan Nabi Muhammad SAW.

Khadijah RA meminta rekannya, Nafisah binti Munyah, untuk menemui Nabi Muhammad SAW dan membuka jalan agar beliau mau menikah dengannya. Nabi Muhammad SAW pun menerima tawaran tersebut dan menemui paman-pamannya. Kemudian paman Nabi Muhammad SAW menemui paman Khadijah RA untuk mengajukan lamaran.

Setelah semua dianggap selesai, maka pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah pun dilaksanakan dengan maskawin 20 ekor unta.

Khadijah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain sampai Khadijah RA meninggal.

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya Sirah Nabawiyah Jilid 1 mengemukakan, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA mendapat karunia dua anak laki-laki dan empat anak perempuan.

Anak pertama laki-laki bernama Al-Qasim dan anak kedua bernama Abdullah. Mereka wafat pada saat masih kecil. Adapun, anak perempuan mereka bernama Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, da Fathimah. Mereka semua masuk Islam dan ikut hijrah ke Madinah serta menikah.

Hikmah dari Kisah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, bahwa dari kisah pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA di atas memiliki beberapa hikmah, di antaranya:

  • Berdagang dengan Cara Amanah dan Jujur

Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA menerapkan cara untuk berdagang dengan amanah dan jujur. Hal tersebut memberikan keuntungan yang cukup besar. Allah SWT menganugerahkan berkah kepada Khadijah melalui usaha yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW.

  • Berdagang Merupakan Sumber Penghasilan atau Rezeki

Nabi Muhammad SAW sebelum diutus menjadi nabi dan rasul melakukan kegiatan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya. Beliau selalu mempelajari dunia bisnis dari pamannya.

  • Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA adalah takdir Allah SWT

Allah SWT telah memilih Khadijah RA untuk dijadikan istri Nabi Muhammad SAW. Khadijah RA diharapkan akan meringankan beban kehidupan ekonomi Nabi Muhammad SAW dan membantu beliau dalam mengemban Islam, serta menemani duka Nabi Muhammad SAW.

  • Pernikahan Bukan Sekadar untuk Kenikmatan Biologis

Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah RA yang berusia 40 tahun, yakni lebih tua dari usia Nabi Muhammad SAW. Beliau menikah dengan Khadijah RA karena dia adalah wanita terhormat dan terpandang di tengah kaumnya. Khadijah RA juga memiliki predikat sebagai wanita suci dan terjaga kehormatannya.

Hikmah di Balik Wafatnya Putra Nabi dan Khadijah

Terdapat hikmah dibalik wafatnya kedua putra mereka yang belum menginjak dewasa. Allah SWT telah menganugerahkan mereka anak laki-laki agar tidak menjadi bahan cemooh karena tidak bisa memberikan keturunan anak laki-laki.

Meskipun Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA mendapatkan ujian berat ini, mereka tetap tabah menerimanya karena hal ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Makam Ibu Nabi Muhammad di Al-Abwa, Desa di antara Makkah dan Madinah



Jakarta

Nabi Muhammad SAW lahir dari sepasang suami istri yang bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan Aminah binti Wahab. Beliau lahir pada 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah 570 Masehi.

Seperti yang sudah diketahui, Nabi Muhammad SAW sudah menjadi seorang yatim piatu sejak masih kanak-kanak. Beliau lebih dulu ditinggal oleh ayahnya sebelum pernah melihat wajahnya, kemudian ditinggal wafat oleh ibunya.

Lantas, di mana ibu Nabi Muhammad SAW dimakamkan? Berikut sejarah singkatnya.


Cerita masa kecil Nabi Muhammad SAW dimulai ketika Abdul Muthalib, kakek Rasulullah SAW, memilihkan istri untuk anak tersayangnya, Abdullah bin Abdul Muthalib, tulis Daeng Naja dalam bukunya yang berjudul Hidup Bersama Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang ditulis oleh .

Abdul Muthalib memilihkan seorang gadis terhormat dari kalangan Quraisy, baik dari hal nasab (garis keturunan) maupun martabatnya. Wanita itu adalah putri dari pemuka Bani Zahrah yang bernama Aminah binti Wahab bin Abdu Manaf bin Zahrah bin Kilab.

Setelah menjalani hubungan pernikahan selama beberapa bulan, Abdullah bin Abdul Muthalib pergi ke Yatsrib (Madinah) karena dikirim oleh ayahnya untuk mengurusi kurma di sana.

Takdir berkata lain, ketika tiba di Yatsrib, Abdullah jatuh sakit dan tidak bisa tertolong. Ia akhirnya wafat di usia yang sangat muda, yakni pada umur 25 tahun. Ia dimakamkan di suatu tempat bernama Dar an-Nabighah al-Ja’dl. Tanpa dia sadari, ia wafat meninggalkan istrinya yang ternyata sedang mengandung anaknya.

Aminah binti Wahab yang mendengar wafatnya sang suami merasa sangat terpukul dan sedih. Apalagi dirinya sedang mengandung anak pertama. Meski demikian, saat kehamilannya ia lalui tanpa ada rasa susah dan berat sedikit pun.

“Aku tidak merasa sedang hamil, tidak pula merasa lelah seperti biasa dialami wanita hamil. Hanya aku heran mengapa haidku berhenti”, ujar Aminah.

Ibnu Hisyam mengatakan, ketika Aminah binti Wahab sedang hamil, ia didatangi oleh seseorang seraya berkata kepadanya,

“Sungguh, engkau mengandung bayi yang kelak menjadi pemimpin umat. Apabila bayimu lahir, ucapkanlah, ‘Aku memohonkan perlindungan baginya kepada Yang Maha Esa dan kejahatan setiap pendengki,’ dan namai dia Muhammad.”

Tanda-tanda kenabian pada bayi yang dikandung Aminah itu juga terlihat karena sebuag cahaya yang sangat terang keluar dari dalam diri Aminah dan mampu menyinari istana Basra di Syam.

Lalu, bayi yang dikandung oleh Aminah binti Wahab tersebut pun lahir pada hari Senin malam, 12 Rabiul Awal, di Makkah pada tahun 570 Masehi.

Setelah lahir, Muhammad disusui oleh seorang perempuan bernama Tsuwaibah selama beberapa hari sebelum datang ibu susuan lain bernama Halimatus Sa’diyah. Muhammad kecil lalu diasuh oleh Halimatus Sa’diyah hingga usianya kurang lebih mencapai 4-5 tahun, sebagaimana dijelaskan dalam buku Be Smart PAI yang disunting oleh Ahmad Dimyati.

Baru setelah itu Muhammad diasuh oleh ibundanya sendiri, Aminah binti Wahab tanpa adanya sosok ayah.

Makam Ibunda Nabi Muhammad SAW

Diambil dari sumber sebelumnya, Nabi Muhammad SAW menjadi seorang anak yatim piatu saat usianya menginjak enam tahun.

Saat itu, Siti Aminah mengajak Muhammad kecil untuk pergi ke Yatsrib (Madinah) untuk menziarahi sanak saudaranya dari pihak ibu, sekaligus menziarahi makam suaminya atau ayah Muhammad, Abdullah.

Perjalanan ini juga disertai oleh Ummu Aiman yang merupakan pembantu dari Aminah dan Abdullah. Siti Aminah dan putranya beserta Ummu Aiman tinggal di Yatsrib hingga sebulan lamanya. Setelah itu, mereka bertolak kembali menuju Makkah.

Di tengah perjalanan kembali ke Makkah dari Madinah, tepatnya di desa Abwa, Aminah akhirnya jatuh sakit.

Sakit itu tidak kunjung sembuh dan berujung pada wafatnya ibunda Nabi Muhammad SAW, Aminah. Sehingga ibunda Nabi Muhammad SAW dimakamkan di Abwa.

Sepeninggal ibunda Nabi Muhammad SAW, beliau lantas diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib di kota Makkah. Beliau sangat dicintai oleh kakeknya tersebut melebihi cintanya pada anak-anaknya yang lain.

Menurut Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW karya Abdurrahman bin Abdul Karim, setelah Siti Aminah wafat, Nabi Muhammad SAW diasuh juga oleh Ummu Aiman. Ummu Aiman menjadi seorang perempuan yang berarti bagi hidup Nabi Muhammad SAW dan beliau memanggil Ummu Aiman juga sebagai ibu

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Singkat 25 Nabi dan Rasul yang Wajib Diketahui



Jakarta

Islam mengenal 25 nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan wahyu-Nya kepada umat manusia. Setiap nabi dan rasul memiliki kisah dan mukjizatnya sendiri yang menjadi teladan bagi umat Muslim.

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, berikut adalah kisah singkat dan mukjizat dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui.

1. Nabi Adam AS

Nabi Adan AS adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Adam diberi tugas oleh Allah untuk menjadi khalifah di bumi, mengajarkan nama-nama segala sesuatu, dan beribadah kepada-Nya.


Mukjizat ataupun keistimewaan yang diberikan kepada Nabi Adam AS yaitu diciptakan langsung melalui Tangan-Nya, ditiupkan langsung roh ciptaan-Nya, memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya, lalu diajarkan langsung oleh Allah SWT nama-nama segala sesuatu.

2. Nabi Idris AS

Nabi Idris AS merupakan orang pertama yang menulis dengan menggunakan alat tulis. Beliau juga merupakan manusia pertama yang diberikan tanggung jawab kenabian setelah Nabi Adam dan Seth.

3. Nabi Nuh AS

Nabi Nuh AS adalah nabi yang diutus Allah SWT untuk memperingatkan kaumnya tentang kemusyrikan mereka.

Mukjizat Nabi Nuh AS adalah membuat bahtera atau kapal besar untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari banjir besar yang diturunkan Allah SWT sebagai hukuman atas perbuatan orang-orang yang ingkar.

4. Nabi Hud AS

Allah SWT mengutus Nabi Hud AS untuk menjadi seorang nabi yang membimbing kaumnya yang tinggal di daerah yang dikenal sebagai Ad agar kembali ke jalan Allah SWT. Kaum Ad merupakan penyembah berhala pertama setelah bencana banjir.

Mukjizat Nabi Hud AS yaitu selamat dari azab yang Allah SWT berikan kepada kaum Ad.

5. Nabi Saleh AS

Kaum Nabi Saleh AS yang bernama Kaum Tsamud merupakan kaum penyembah berhala. Oleh karena itu, Allah SWT mengutus Nabi Saleh AS untuk menjadi seorang nabi dan mengajak kaumnya untuk beribadah kepada-Nya.

Mukjizat Nabi Saleh AS yaitu mengeluarkan unta betina dari dalam batu besar dengan izin Allah SWT.

6. Nabi Ibrahim AS

Nabi Ibrahim AS menjadi salah satu nabi yang paling dihormati dalam Islam. Allah SWT menguji kesetiaannya dengan berbagai ujian, termasuk perintah untuk mengorbankan putranya, Ismail. Namun Allah SWT menggantikannya dengan seekor domba sebagai pengorbanan.

Mukjizat Nabi Nuh AS yaitu kebal ketika dibakar api oleh Raja Namrud.

7. Nabi Luth AS

Allah SWT mengutus Nabi Luth AS untuk menyampaikan ajarannya kepada kaum Sodom, kaum yang dikenal dengan perbuatan buruk mereka termasuk homoseksual. Karena kaum Sodom ini menentang ajaran Nabi Luth AS, maka Allah SWT memberikan azab kepada kaum Sodom dan menjadikan tempat tinggal mereka menjadi danau berbau yang tidak bermanfaat.

Mukjizat Nabi Luth AS adalah diamankan dari kehancuran ketika Allah SWT menghancurkan kaumnya yang terlibat dalam perbuatan homoseksual.

8. Nabi Ismail AS

Nabi Ismail AS merupakan putra dari Nabi Ibrahim AS yang hampir dikorbankan sebagai tanda ketaatan Ibrahim kepada Allah SWT. Namun Allah SWT telah menggantinya dengan seekor domba.

Mukjizat Nabi Ismail AS yaitu kakinya mengeluarkan mata air zamzam dan kisahnya merupakan perintah untuk berkurban.

9. Nabi Ishaq AS

Nabi Ishaq AS adalah putra Nabi Ibrahim AS yang menikah dengan Ribka dan memiliki dua putra kembar dalam usia lebih dari 40 tahun.

Mukjizat Nabi Ishaq AS yaitu mendapat keturunan dalam usia tua.

10. Nabi Yaqub AS

Nabi Yaqub AS merupakan putra kedua Nabi Ishaq AS. Yaqub AS memiliki saudara kembar yang bernama Esau, dimana Esau sangat iri kepada Yaqub AS karena lebih dimanja oleh ayahnya, Nabi Ishaq AS. Karena ibu mereka tau bahwa Esau ingin mencelakai Ishaq AS, maka beliau meminta Ishaq AS untuk pergi ke Harran.

Namun, setelah kembali dari Harran, Esau membawa 400 bala tentara guna melawan Yaqub AS. Nabi Yaqub pun berdoa dan memohon perlindungan kepada Allah SWT.

Ketika Yaqub AS berhadapan dengan Esau, Esau langsung menghampirinya, memeluknya, dan menciumnya. Mereka pun larut dalam tangisan.

Mukjizat Nabi Yaqub AS adalah memiliki umur panjang (180 tahun).

11. Nabi Yusuf AS

Nabi Yusuf AS merupakan salah satu putra Nabi Yaqub AS yang diutus oleh Allah SWT menjadi nabi. Beliau dimusuhi oleh sebelas saudaranya karena hanya dia lah yang tertampan, mendapatkan wahyu dari Allah SWT, dan diutus menjadi nabi.

Karena itulah saudara Nabi Yusuf AS membuangnya ke dalam sumur, namun dia diselamatkan oleh para sahabat.

Mukjizat Nabi Yusuf AS adalah memiliki doa yang mustajab dan berwajah tampan.

12. Nabi Ayub AS

Nabi Ayub AS merupakan nabi yang diuji Allah SWT dengan penyakit kulit yang sangat parah. Namun beliau dengan sabar dan tabah dengan ujian tersebut. Akhirnya Allah SWT pun mengangkat ujian tersebut dan memberikan kehidupan yang lebih baik kepada Nabi Ayub AS.

Mukjizat Nabi Ayub AS adalah memiliki kesabaran yang besar dalam menghadapi ujian dari Allah SWT. Ketika Nabi Ayub AS menghentakkan kaki ke tanah, keluarlah mata air yang dingin dan menyembuhkan penyakitnya itu.

13. Nabi Syu’aib AS

Allah SWT mengutus Nabi Syu’aib AS untuk mengajak kaum Madyan agar mengikutinya dan meyakini Allah SWT sebagai tuhan untuk disembah. Nabi Syu’aib juga memerintahkan kaum Madyan agar menghentikan penipuan dalam perdagangan dan menghormati hak-hak orang lain.

Nabi Syu’aib AS memiliki mukjizat seperti mampu mendatangkan azab atas izin Allah SWT.

14. Nabi Musa AS

Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk membebaskan para budak Bani Israel dari Fir’aun.

Nabi Musa AS memiliki mukjizat yang berupa tongkatnya yang dapat berubah menjadi ular dan membelah Laut Merah. Dengan itu, Nabi Musa AS dan budak Bani Israel dapat terbebas dari kejaran Fir’aun.

15. Nabi Harun AS

Nabi Harun AS merupakan sepupu Nabi Musa AS yang menemaninya melawan Fir’aun. Nabi Harun AS juga membersamai Nabi Musa AS dan kaum Bani Israel ketika dikejar Fir’aun.

Allah SWT telah mengkaruniai Nabi Harun AS kemampuan bahasa yang baik.

16. Nabi Zulkifli AS

Dikutip dari buku Kisah Teladan dan Inspiratif 25 Nabi & Rasul karya Anita Sari, dkk,, Nabi Zulkifli AS merupkan nabi yang selalu jujur dan menepati janji sehingga doanya selalu dikabulkan. Nabi Zulkifli AS merupakan satu-satunya orang yang mampu memenuhi persyaratan yang diminta rajanya untuk berpuasa di siang hari dan beribadah di malam hari.

17. Nabi Daud AS

Nabi Daud AS merupakan seorang nabi yang menjadi raja yang adil dan bijaksana. Nabi Daud AS memiliki bahasa yang baik dan mampu berdakwah dengan gemilang. Beliau juga pandai dalam mengolah besi.

18. Nabi Sulaiman AS

Nabi Sulaiman AS merupakan seorang raja yang adil dan bijaksana. Beliau memiliki mukjizat mampu berdialog dengan hewan seperti burung dan semut.

19. Nabi Ilyas AS

Allah SWT mengutus Nabi Ilyas AS untuk mengajak penduduk Ba’labak agar kembali ke jalan Allah SWT dan meninggalkan berhala.

20. Nabi Ilyasa AS

Nabi Ilyasa AS mendapatkan perintah dari Allah SWT untuk berdakwah kepada umatnya, Bani Israel, agar kembali ke jalan Allah SWT.

21. Nabi Yunus AS

Allah SWT mengutus Nabi Yunus AS untuk mengajak kaumya di Ninawi (wilayah Mosul) agar beriman kepada Allah SWT. Namun karena tidak ada yang mendengar Nabi Yunus, maka Allah SWT memberikan azab kepada kaum Nabi Yunus AS tersebut.

Nabi Yunus berlayar ke lautan. Namun karena kapal tersebut kelebihan beban, maka Nabi Yunus terjun ke laut karena undian yang dilakukan oleh para penumpang kapal itu.

Allah SWT pun mengutus seekor ikan paus untuk menelan Nabi Yunus AS tanpa memakan atau meretakkan tulangnya. Nabi Yunus AS masih hidup ketika sudah berada di perut ikan paus tersebut dan beliau senantiasa bertasbih.

Ikan paus tersebut lalu melemparkan Nabi Yunus AS ke daratan hingga ia merasa kesakitan.

22. Nabi Zakaria AS

Nabi Zakaria merupakan seorang nabi yang belum memiliki keturunan dalam usia yang tua. Karena itulah, Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan. Allah SWT pun mengabulkan doanya dan menganugrahkan seorang putra yang saleh.

23. Nabi Yahya AS

Nabi Yahya AS adalah putra Nabi Zakaria AS yang sangat berbakti kepada kedua orang tuanya. Allah SWT telah memerintahkan Nabi Yahya AS untuk menjalankan lima perintah.

Perintah tersebut yaitu selalu menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukannya, selalu melaksanakan sholat, selalu melaksanakan puasa, selalu membayar zakat, dan selalu mengingat Allah SWT dan berdzikir.

24. Nabi Isa AS

Nabi Isa AS dilahirkan oleh Maryam tanpa ayah. Maryam merupakan seorang perempuan yang tidak pernah menikah atau bersentuhan dengan laki-laki. Hal ini merupakan mukjizat.

Nabi Isa AS berjuang menyiarkan agama yang benar dan membongkar kesalahan serta kesesatan pendeta-pendeta Yahudi yang telah menyimpang.

25. Nabi Muhammad AS

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah karya Syaikh Syafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nabi Muhammad AS merupakan nabi terakhir dan penutup dari para nabi. Sejak kecil, beliau telah menjadi seorang yatim piatu. Setelah tumbuh besar, beliau diutus Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam.

Dalam menyebarkan agama Islam, beliau menghadapi segala cobaan namun beliau menghadapinya dengan penuh kesabaran.

Nabi Muhammad menjadi panutan dari seluruh umat Islam di seluruh dunia.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Umar bin Khattab, Abu Bakar dan Seorang Nenek Tua yang Buta



Jakarta

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar Ash Shiddiq menggantikan peran beliau sebagai pemimpin kaum muslimin atau khalifah. Abu Bakar menerima jabatan sebagai khalifah ketika Islam dalam keadaan gawat dan krisis.

Mengutip buku Pengantar Studi Islam susunan Shofiyun Nahidloh S Ag M H I, kala itu muncul para nabi palsu hingga berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam. Pengangkatan Abu Bakar sendiri berdasarkan keputusan bersama balai Tsaqiddah Bani Sa’idah.

Pada masa kepemimpinan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama, ada sebuah kisah menarik di baliknya. Suatu hari, Umar bin Khattab tengah mengawasi Abu Bakar di waktu fajar.


Dikisahkan dalam buku Umar bin Khattab susunan A R Shohibul Ulum, Umar melihat gerak-gerik Abu Bakar di pinggiran kota Madinah selepas Subuh.

Melihat hal itu, Umar bin Khattab merasa penasaran. Ia lantas mengikuti Abu Bakar dan mendapati sang Khalifah datang ke gubuk kecil.

Abu Bakar tidak berlama-lama di gubuk itu. Selang beberapa saat, ia beranjak dari gubuk tersebut dan kembali ke rumahnya.

Umar bin Khattab tidak tahu menahu akan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar. Keesokan harinya, Umar kembali memantau Abu Bakar pergi menuju gubuk kecil itu, ini dilakukan selama berhari-hari oleh Umar.

Berdasarkan yang Umar bin Khattab saksikan, Abu Bakar tidak pernah sekalipun absen mebgunjungi gubuk tersebut. Merasa penasaran, Umar akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk kecil setelah Abu Bakar pergi meninggalkan tempat itu.

Umar kaget melihat seorang nenek tua yang lemah dan tidak dapat bergerak. Sang nenek mengalami kebutaan pada kedua matanya.

Merasa tercengang akan hal yang ia saksikan, Umar lantas bertanya pada si nenek.

“Apa yang dilakukan laki-laki itu tadi di sini, nek?”

Sang nenek menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengetahui, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia juga menyiapkan makanan untukku. Kemudian, dia pergi tanpa berbicara apa pun denganku,”

Umar makin tercengang. Ternyata nenek tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa pria yang membersihkan rumahnya dan menyiapkan makanan untuknya adalah sang Khalifah, Abu Bakar ASh-Shiddiq.

Mendengar jawaban si nenek, Umar bin Khattab menekuk kedua lututnya seraya menangis. Ia lalu berkata,

“Sungguh, engkau telah membuat lelah khalifah sesudahmu, wahai Abu Bakar,”

Padahal, saat itu Umar bin Khattab sama sekali tidak tahu bahwa dirinya yang nanti akan menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah. Ia merasa sangat kagum dengan amalan yang dilakukan oleh Abu Bakar.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Masuk Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq di Hadapan Rasulullah SAW



Jakarta

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang kerap mendampingi beliau semasa hidupnya. Bahkan, sepeninggalan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar ditunjuk menjadi Khalifah pertama untuk memimpin kaum muslim.

Dijelaskan dalam buku Abu Bakar Ash-Shiddiq: Syakhshiyatu Wa ‘Ashruhu karya Ali Muhammad Ash-Shalabi nama asli Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib Al-Qurasyi At-Taimi.

Sementara itu, nama Abu Bakar ia dapatkan setelah memeluk agama Islam. Setelah menyatakan keislamannya, Rasulullah SAW mengubah nama Abu Bakar menjadi Abdullah bin Abu Quhafah yang artinya hamba Allah putra Quhafah Utsman, demikian dikutip dari Tarikh Khulafa: Sejarah Para Khalifah oleh Imam As-Suyuthi.


Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki nasab langsung dari Rasulullah SAW. Disebutkan dalam Sirah wa Hayah Ash-Shiddiq karya Majdi Fathi As-Sayyid, nasab Abu Bakar Ash Shiddiq bertemu dengan nasab Rasulullah SAW pada kakek keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.

Melansir dari Tarikh Khulafa oleh Ibrahim Al-Quraibi, Abu Bakar disebut sebagai orang pertama yang memeluk Islam, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Asma’ binti Abu Bakar yang berkata,

“Ayahku masuk Islam, sebagai muslim pertama. Dan demi Allah aku tidak mengingat tentang ayahku kecuali ia telah memeluk agama ini.”

Dalam pendapat lainnya disebutkan bahwa Khadijah-lah yang pertama kali memeluk Islam. Ada juga yang mengatakan Ali bin Abi Thalib, wallahu alam.

Terkait kisah keislaman Abu Bakar ini diceritakan dalam riwayat Abu Hasan Al-Athrabulusi melalui Al-Bidayah yang dikutip oleh Suparnno dalam buku Sahabat Rasululloh Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sebagai kawan Rasulullah SAW sejak zaman Jahiliyah, Abu Bakar suatu hari menemui beliau dan bertanya,

“Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi), ada apa denganmu, sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang yang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lain lagi?”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT dan aku mengajak kamu kepada Allah SWT.”

Setelah Rasulullah SAW selesai berbicara, Abu Bakar langsung memeluk Islam. Setelahnya, beliau menjadi seorang sahabat yang memperjuangkan Islam bersama Rasulullah SAW. Saat masuk Islam, Abu Bakar menginfakkan 40.000 dirham hartanya di jalan Allah SWT.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Musa AS yang Pemalu dan Sangat Setia



Jakarta

Nabi Musa AS memiliki seorang istri yang bernama Shafura. Ia merupakan perempuan yang pemalu lagi setia hatinya. Dirinya tidak segan dan mundur ketika harus berjuang dengan suaminya, sedangkan dirinya masih dalam keadaan mengandung.

Kisah Shafura RA ini diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul 29 Kisah Istri yang Dijamin Masuk Surga yang ditulis oleh Laila Ummul Janan. Berikut kisah istri Nabi Musa AS selengkapnya.

Pada suatu hari, Nabi Musa AS mendatangi sebuah kota yang sangat sepi. Di sana tidak ada seorang penduduk pun yang melakukan aktivitas.


Di tengah sunyinya kota tersebut, Nabi Musa AS mendengar ada orang yang sedang berselisih. Ia pun segera mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata orang yang berselisih tadi adalah dari kaum Bani Israil, kaumnya sendiri, dan kaum Firaun.

Kaum Nabi Musa AS tadi langsung meminta pertolongan kepadanya. Saat itu juga Nabi Musa AS memukul pengikut Firaun hingga tewas.

Melihat orang tersebut tewas tak berdaya, ia pun terkejut karena ia tidak bermaksud untuk membunuhnya. Maka dari itu, Nabi Musa AS langsung bertobat dan meminta ampun kepada Allah SWT.

“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah diriku…” (QS Al-Qashash: 16)

Beberapa hari kemudian, Nabi Musa AS menemui hal yang sama terulang kembali. Nabi Musa AS pun ingin kembali menolong kaumnya yang sesat itu. Tetapi lawannya berkata,

“Apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini (Mesir), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” (QS Al-Qashash: 19)

Setelah itu, ada kabar miring mengenai Nabi Musa AS yang tersebar ke seluruh penjuru Mesir. Dirinya pun menjadi “buronan” para algojo Firaun.

Tak lama, datanglah seorang lelaki yang menyarankan Nabi Musa AS untuk segera pergi dari Mesir. Akhirnya ia pun menuruti nasihat dari orang tersebut untuk mencari tempat lain yang aman.

Dalam perjalanan mencari tempat yang aman itu, Nabi Musa AS tiba di suatu tempat bernama Kota Madyan. Di sana, ia melihat orang-orang sedang berkerumun di dekat sebuah sumur untuk memberi minum ternak mereka.

Nabi Musa AS juga melihat dua orang wanita yang berdiri jauh dari kerumunan laki-laki itu dengan menahan hewan ternaknya. Mengisyaratkan keduanya tidak mau berdesakan dengan para lelaki itu.

Nabi Musa AS pun menghampirinya dan bertanya, “Apakah maksud kalian berdua dengan berbuat begitu?” (QS Al-Qashash: 23)

Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak bisa memberi minum ternak-ternak kami sebelum orang-orang itu memulangkan ternak mereka (setelah selesai dari memberi minumnya), sedangkan ayah kami adalah seorang yang telah lanjut usianya.” (QS Al-Qashash: 23)

Nabi Musa AS langsung membantu kedua wanita tadi dengan memberi minum ternak-ternaknya. Kemudian keduanya pulang ke rumahnya meninggalkan Nabi Musa AS yang belum mendapatkan tempat berteduh.

Nabi Musa AS lalu memohon kepada Allah SWT untuk diberikan tempat tinggal. Tak lama, salah satu dari dua orang wanita tadi datang menghampirinya dengan langkah yang malu-malu.

Ia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak kami…” (QS Al-Qashash: 25)

Sampailah Nabi Musa AS ke rumah wanita yang ditolongnya tadi. Ia pun menyadari ternyata ayah dari kedua wanita tadi adalah Nabi Syu’aib AS.

Salah satu putri dari Nabi Syu’aib AS berkata, “Wahai ayah! Jadikanlah ia sebagai pekerja kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26)

Mendengar usulan putrinya itu, Nabi Syu’aib AS lantas menawari Nabi Musa AS untuk menjadi menantunya dan bekerja untuknya selama 8-10 tahun. Nabi Musa AS pun setuju dan akhirnya menikah dengan salah satu wanita tadi yang bernama Shafura, dan tinggal di rumahnya.

Shafura adalah seorang istri yang sangat setia kepada suaminya, Nabi Musa AS. Ia bersedia mengikuti Nabi Musa AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk kembali ke Mesir untuk memerangi Firaun.

Shafura pun dengan sepenuh hati menemani suaminya itu walaupun saat itu dirinya sedang dalam keadaan hamil. Terlebih lagi, jarak dari rumahnya menuju Mesir sangatlah jauh.

Kesetiaan Shafura tak berhenti sampai di situ. Sesampainya di Mesir, ternyata masih banyak orang yang mengejar Nabi Musa AS meskipun berita itu sudah berlangsung sangat lama.

Namun hal itu tidak membuat Shafura gentar. Dirinya tetap setia berjalan bersama Nabi Musa AS dengan tak henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT agar selalu dilindungi.

Begitulah kisah istri Nabi Musa AS, Shafura, yang pemalu dan sangat setia.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Berapa Lama Nabi Nuh Berdakwah? Ini Kisah Perjuangannya



Jakarta

Kisah Nabi Nuh AS adalah salah satu kisah penting yang termaktub dalam Al-Qur’an. Nabi Nuh AS memiliki kisah terkait masa dakwahnya yang cukup panjang.

Dikutip dari buku Pengantar Studi Ilmu Dakwah karya Abu Al-Fath Al-Bayanuni dan M. A. Bayayuni, Nabi Nuh AS merupakan utusan Allah SWT pertama yang dakwah dan risalahnya tercatat dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 59-64,


لَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَقَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اِنِّيْٓ اَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ ٥٩ قَالَ الْمَلَاُ مِنْ قَوْمِهٖٓ اِنَّا لَنَرٰىكَ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ ٦٠قَالَ يٰقَوْمِ لَيْسَ بِيْ ضَلٰلَةٌ وَّلٰكِنِّيْ رَسُوْلٌ مِّنْ رَّبِّ الْعٰلَمِيْنَ ٦١ اُبَلِّغُكُمْ رِسٰلٰتِ رَبِّيْ وَاَنْصَحُ لَكُمْ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٦٢ اَوَعَجِبْتُمْ اَنْ جَاۤءَكُمْ ذِكْرٌ مِّنْ رَّبِّكُمْ عَلٰى رَجُلٍ مِّنْكُمْ لِيُنْذِرَكُمْ وَلِتَتَّقُوْا وَلَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ ٦٣ فَكَذَّبُوْهُ فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ فِى الْفُلْكِ وَاَغْرَقْنَا الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَاۗ اِنَّهُمْ كَانُوْا قَوْمًا عَمِيْنَ ࣖ ٦٤

Artinya: “Sungguh, Kami telah mengutus Nuh (sebagai rasul) kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Wahai kaumku, sembahlah Allah (karena) tidak ada tuhan bagi kamu selain Dia.” Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah) aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar (hari Kiamat). Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami benar-benar melihatmu (berada) dalam kesesatan yang nyata.” Dia (Nuh) menjawab, “Hai kaumku, tidak ada padaku kesesatan sedikit pun, tetapi aku adalah rasul dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu risalah (amanat) Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui. Apakah kamu (tidak percaya dan) heran bahwa telah datang kepada kamu peringatan dari Tuhanmu kepada seorang laki-laki dari golonganmu agar dia memberi peringatan kepadamu, agar kamu bertakwa, dan agar kamu mendapat rahmat?” (Karena) mereka mendustakannya (Nuh), Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera serta Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).”

Sejarah dakwah Nabi Nuh AS juga diabadikan dalam surah Nuh. Allah SWT berfirman tentang salah satu strategi dakwah Nabi Nuh AS dan sistem tadarruj yang dikembangkannya dalam surah Nuh.

Nabi Nuh AS dakwah secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan dengan penuh kesabaran dan ketabahan dalam menghadapi pertentangan kaumnya dalam kurun waktu yang lama. Karena Nabi Nuh AS merupakan nabi yang memiliki umur paling panjang.

Allah berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 14 tentang usia Nabi Nuh AS,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim.”

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku Nuh: Peradaban Manusia Kedua menyatakan bahwa Nabi Nuh AS telah menasehati, memerintahkan, dan memperingatkan kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Namun mereka menentangnya dan semakin sesat serta menyombongkan diri. Namun, kesabaran Nabi Nuh AS semakin bertambah.

Nabi Nuh AS menghabiskan waktu untuk berdakwah selama 950 tahun untuk menyerukan tauhid dan keikhlasan beribadah kepada Allah SWT serta mendorong untuk takut dan taat kepada-Nya.

Dakwah yang sangat panjang ini membangun metode, pemikiran, gaya atau teknik, perdebatan, pertentangan, cobaan, dan pelajaran bagi para nabi.

Nabi Nuh AS merupakan nabi yang istimewa dan menjadi suri tauladan untuk kaum muslim atas kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi kaum musyrikin yang menentangnya, hingga datanglah pertolongan Allah SWT atas kaumnya yang kafir.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Hindun, Perempuan Kejam Pemakan Jantung Paman Nabi yang Masuk Islam


Jakarta

Hindun binti Utbah adalah wanita yang sangat kejam. Dialah yang membunuh paman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Hamzah bin Abdul Mutholib. Tak hanya membunuh, Hindun juga merobek tubuh dan memakan jantung Hamzah. Namun, kemudian ia mendapat hidayah dan masuk Islam.

Salah satu kisah menakjubkan tentang hidayah Allah SWT kepada hamba-Nya yang terpilih datang dari Hindun binti Utbah. Ia merupakan wanita yang jahil, yang membuat dirinya tega membunuh paman Nabi SAW dan memakan jantungnya.

Bagaimana kisah Hindun binti Utbah yang akhirnya mendapat hidayah dari-Nya dan masuk Islam? Berikut selengkapnya.


Hindun binti Utbah bin Rabi’ah bin Abdu Syams bin Abdu Manaf adalah wanita yang sangat kejam, sebagaimana diceritakan dalam buku Meniti Berkah dalam Setiap Langkah (Kisah Hebat Para Sahabiyah, Ilmuan Muslimah, dan Muslimah Nusantara) yang ditulis oleh Ririn Astutiningrum.

Hindun binti Utbah memiliki watak yang keras, teguh pendirian, mahir bersyair, dan fasih dalam komunikasi. Di sisi lain, ia sangat membenci dengan ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, Islam dan menjadi salah satu wanita Quraisy yang paling keras menentang dakwah Rasulullah SAW.

Kekejaman dari istri Abu Sufyan bin Harb ini semakin terkenal ketika Perang Uhud terjadi. Ia menyewa seorang budak bernama Wahsy bin Harb untuk membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Rasulullah SAW.

Hindun binti Harb memang sudah lama memendam dendam kepada Hamzah bin Abdul Muthalib. Hal ini disebabkan lantaran Hamzahlah yang sudah membunuh ayah dan saudara Hindun saat Perang Badar terjadi.

Wahsy bin Harb pun melaksanakan tugas dari majikannya tersebut. Ia menusuk tubuh Hamzah yang dikenal sebagai Sang Singa Allah SWT dengan sebuah tombak. Hamzah akhirnya gugur di peperangan tersebut.

Melihat musuh bebuyutannya sudah diam tak bernyawa lagi, Hindun binti Utbah segera berlari mendekatinya. Kemudian dia dengan kejam merobek dada Hamzah hingga keluar jantungnya.

Hindun binti Utbah kemudian mengunyah jantung Hamzah dan meludahkannya. Ia ungkapkan semua dendamnya dengan aksi tersebut. Kejadian inilah yang membuat Hindun binti Utbah mendapat julukan sebagai “perempuan pemakan jantung.”

Kisah Hindun binti Utbah Masuk Islam

Siapa yang menyangka? Hindun binti Harb yang sangat kejam dan membenci Islam ini, akhirnya menjadi seorang muslim.

Tahun demi tahun berlalu. Kaum muslimin yang mulanya terusir dari tanahnya sendiri, Makkah, kini sudah menjelma menjadi peradaban yang besar.

Delapan tahun setelah hijrah ke Madinah, yakni bertepatan pada bulan Ramadhan tahun 630 Masehi, Rasulullah SAW memimpin 10.000 pasukan kaum muslimin memasuki Makkah.

Hal ini tentunya membuat orang-orang kafir ketakutan. Mereka melakukan perlawanan semampunya yang tak sebanding dengan kekuatan Islam kala itu.

Suami Hindun binti Utbah, Abu Sufyan bin Harb, menghadap Rasulullah SAW pada malam sebelum beliau memasuki Makkah. Di sana ia bersyahadat dan akhirnya masuk Islam.

Abu Sufyan lalu kembali ke kaumnya sambil berteriak,

“Sungguh kaum muslimin telah datang dengan pasukan yang amat besar. Kalian tidak akan mampu melawannya. Sesungguhnya aku telah masuk Islam. siapa yang ke rumahku, maka dia akan selamat!”

Mendengar hal itu, Hindun binti Utbah sangat marah. Ia pun meneriaki suaminya dengan berkata,

“Engkau sungguh seburuk-buruk pemimpin kaum ini! Wahai kalian semua, bunuhlah laki-laki yang tidak berguna ini!”

Abu Sufyan lalu membantah perkataan istrinya itu. Ia kemudian memerintahkan kaumnya untuk masuk ke rumahnya atau masjid di sana.

Orang-orang kafir yang bersembunyi itu dilanda dengan ketakutan dan kepanikan. Mereka seketika ingat perbuatan keji terhadap umat Islam dahulu. Mereka takut kalau umat Islam dan Rasulullah SAW datang untuk membalas dendam kepada mereka.

Namun yang terjadi malah kebalikannya. Rasulullah SAW memasuki Makkah dengan begitu berwibawa dan penuh kasih. Tak ada kekerasan sedikit pun yang kaum muslimin lakukan terhadap orang-orang kafir.

Rasulullah SAW datang menuju Ka’bah dan menghancurkan berhala-berhala yang ada di sana. Beliau juga menghancurkan gambar Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS.

Pada akhirnya, banyak orang kafir yang terpesona dengan cara dakwah Rasulullah SAW tersebut sehingga banyak dari mereka yang memutuskan untuk masuk Islam. Salah satu di antaranya adalah Hindun binti Utbah.

Ya, Hindun binti Utbah akhirnya masuk Islam. Ia disarankan oleh suaminya untuk menghadap kepada Rasulullah SAW bersama Usman bin Affan dan wanita yang lainnya.

Hindun binti Utbah datang dengan menggunakan cadar. Ia malu dan takut atas perbuatan jahatnya dahulu. Namun, Rasulullah SAW tetap mengetahui bahwa yang bertemu dengannya itu adalah Hindun.

Rasulullah SAW berkata padanya, “Dulu tidak ada penghuni rumah yang lebih aku ingin hinakan selain penghuni rumahmu. Sekarang, tidak ada penghuni rumah yang lebih dimuliakan daripada penghuni rumahmu.”

Demikianlah kisah Hindun binti Utbah yang masuk Islam. Dirinya meninggal pada tahun 20 Hijriah dalam keadaan memeluk Islam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Mengenal Hamzah bin Abdul Muthalib, Sahabat Nabi dengan Julukan Singa Allah



Jakarta

Sosok-sosok terkemuka dalam sejarah Islam sering kali menjadi inspirasi bagi umat Muslim di seluruh dunia. Salah satu tokoh yang patut dikenal dan dihormati adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, yang dikenal sebagai salah satu pahlawan Islam.

Hamzah bin Abdul Muthalib adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang dijuluki sebagai “Singa Allah”.

Dikutip dari buku edisi Indonesia: Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi: Menyimak Kisah Hidup 154 Wisudawan Madrasah Rasulullah SAW karya Muhammad Raji Hasan Kinas, Hamzah ibn Abdul Muthalib adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Quraisy.


Hamzah merupakan saudara laki-laki dari Abu Thalib, yang merupakan wali dan pelindung Nabi Muhammad SAW.

Julukan Hamzah bin Abdul Muthalib

Hamzah bin Abdul Muthalib memiliki beberapa julukan, seperti yang disebut dalam buku Dua Pedang Pembela Nabi SAW karya Rizem Aizid, yaitu; Singa Allah dan pemimpin para syuhada.

Sebutan dan julukan tersebut memberikan gambaran kepada umat muslim tentang sosok Hamzah bin Abdul Muthalib, pejuang dan pahlawan Islam yang gigih serta berani membantai musuh-musuh Islam di medan perang.

Kisah Hamzah bin Abdul Muthalib dalam Perang Badar

Mengutip sumber sebelumnya, Perang Badar merupakan pertempuran besar pertama antara kaum muslimin dan kafir Quraisy pada 17 Maret 624 M atau 17 Ramadhan 2 Hijriah.

Perang Badar terjadi dua tahun setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah karena kondisinya tidak memungkinkan untuk ditinggali.

Perang Badar terjadi karena balas dendam kaum Quraisy terhadap kaum muslimin. Kaum Quraisy mengirim 1000 bala tentara, sedangkan kaum muslim hanya berjumlah 314.

Hamzah bin Abdul Muthalib ikut berpartisipasi dalam Perang Badar. Bersama Ali bin Abi Thalib, Hamzah bin Abi Thalib menunjukkan keberanian dan keperkasaan yang luar biasa dalam membela Islam.

Atas kegigihan dan keberanian dalam berperang melawan kafir Quraisy, Perang Badar pun dimenangkan oleh umat muslim.

Dalam Perang Badar, Hamzah bin Abdul Muthalib memiliki peran penting, yaitu membubarkan dan melumpuhkan orang-orang kafir Quraisy. Hamzah bin Abdul Muthalib juga berhasil membunuh salah satu kafir Quraisy yaitu, Syaibah bin Rabi’ah dan saudaranya, Utbah bin Rabi’ah.

Perjuangan Hamzah bin Abdul Muthalib dalam Perang Uhud

Hamzah bin Abdul Muthalib juga turut berpartisipasi dalam Perang Uhud. Perang Uhud merupakan perang yang terjadi karena kaum Quraisy yang balas dendam kepada umat muslim atas kemenangan pada Perang Badar.

Banyak sahabat Nabi Muhammad SAW yang gugur syahid dalam Perang Uhud, hingga mengakibatkan kekalahan umat muslim dalam Perang Uhud melawan kaum kafir Quraisy, termasuk Hamzah bin Abdul Muthalib.

Hamzah bin Abdul Muthalib tewas di tangan kafir yang bernama Wahsyi, budak Jubair bin Muttan. Wahsyi diam-diam berada di balik batu dan bersiap untuk menyerang Hamzah bin Abdul Muthalib ketika Hamzah lengah di medan perang.

Muhammad Raji Hasan Kinas dalam bukunya menyatakan bahwa setelah mengetahui bahwa Hamzah bin Abdul Muthalib wafat dalam Perang Uhud di tangan kafir Quraisy, Rasulullah SAW sangat terpukul.

Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah SAW terpaku diam melihat jenazah Hamzah yang diperlakukan dengan sangat keji oleh kaum musyrik. Rasulullah SAW bersabda, “Allah merahmatimu, Paman! Engkau telah menjadi penyambung silaturahim dan melakukan segala kebaikan.”

Rasulullah SAW berdoa memohon ampunan untuk Hamzah dan memerintahkan untuk mengubur jenazah Hamzah dan Abdullah ibn Jahsy dalam satu liang. Abdullah ibn Jahsy adalah keponakan Hamzah dari Umaymah binti Abdul Muthalib.

Dalam sebuah riwayat dari Anas ibn Malik, ia berkata, “Baginda Nabi bertakbir (dalam sholat jenazah) empat kali ketika menyalati seseorang, tetapi untuk jenazah Hamzah beliau bertakbir 70 kali.”

Abu Ahmad al-Askari berkata, “Hamzah adalah syahid pertama dari keluarga Rasulullah SAW.”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com