Tag Archives: house

Objek Wisata Alam di Kuningan, Ada Hutan Tengah Kota



Kuningan

Kabupaten Kuningan memiliki objek wisata baru Kajene Forest. Tempat ini menjadi hutan kota pertama di jantung kota.

Forest Kajene berada di Jalan Siliwangi Cigembang, Kelurahan Purwawinangun, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Dibangun di lahan seluas 6 hektare, objek wisata hutan kota swasta itu diyakini dapat menjadi magnet bagi wisatawan baik lokal, regional, atau internasional datang ke Kabupaten Kuningan.

Berbagai fasilitas tersedia di sini, di antaranya Minara Goodies (pusat oleh-oleh), Minara Mart (mini market), Minara Food Park (kuliner) dan Minara House (kafe).


Arti Nama Kajene dan Minara

Merujuk arsip detikjabar, nama Kajene diambil dari sejarah Kabupaten Kuningan pada era Kerajaan Pajajaran saat dipimpin oleh seorang adipati yang bijaksana bernama Arya Kamuning. Nama Kajene disematkan oleh Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati saat menjalankan misi menyebarkan Islam ke wilayah ini.

Kajene berarti kuning atau emas yang juga berarti keagungan, dihormati dan dimuliakan. Nama itu dipilih dengan harapan area itu menjadi ikon Kabupaten Kuningan dan menjadi hutan kota swasta terbaik di Indonesia.

Adapun Minara yang disematkan pada sejumlah fasilitas wisata di sana mempunyai makna filosofi yang dalam. Nama Minara berasal dari Bahasa Sansakerta yang artinya pencuri hati.

Kajene Forest memiliki pembeda dengan berada di kawasan hutan yang semula hijau rimbun dan di antara pohon besar. Bahkan menjadi kawasan konservasi yang lebih tertata dan nyaman karena tidak satupun pohon-pohon besar di kawasan ini yang ditebang.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Dari yang Legendaris Hingga Kekinian


Jakarta

Kota Bogor tak hanya dikenal dengan pesona wisata alamnya, tetapi juga menawarkan beragam pilihan wisata kuliner yang menggoda. Mulai dari sajian legendaris hingga makanan kekinian yang sedang tren, semua bisa ditemukan di kota yang dijuluki Kota Hujan ini.

Bagi para traveler yang berencana menjelajahi kuliner di Bogor, berikut adalah beberapa rekomendasi tempat makan legendaris hingga kekinian yang layak dicoba.

Kuliner Legendaris yang Tetap Eksis

Toge Goreng H. Gebro

Telah hadir sejak tahun 1967, Toge Goreng H. Gebro menjadi salah satu kuliner khas Bogor yang melegenda. Hidangan ini terdiri dari lontong, mie kuning, tahu, taoge, dan oncom merah, disiram dengan bumbu tauco yang khas dan gurih. Seporsi toge goreng ini dapat dinikmati mulai dari harga Rp 15.000 di Pasar Anyar, Blok B2, Jalan Dewi Sartika.


Soto Kuning Pak Salam

Mulai berjualan sejak era 1980-an, Soto Kuning Pak Salam dikenal berkat kuah santan kuningnya yang kaya rempah. Menunya terdiri dari aneka isian seperti daging, paru goreng, dan berbagai jenis jeroan. Lokasinya berada di Jalan Suryakencana, Sukasari, dengan harga mulai dari Rp 11.000.

Martabak Encek

Martabak Encek yang telah berdiri sejak tahun 1975 menyajikan martabak manis berukuran besar yang dimasak menggunakan arang. Tekstur martabaknya yang lembut dan rasanya yang khas membuatnya tetap menjadi pilihan favorit hingga kini.

5 Martabak Enak di Bogor yang Kelezatannya Teruji Puluhan TahunIlustrasi martabak. (Istimewa)

Nasi Uduk Kaum 58

Sudah ada sejak tahun 1890, Nasi Uduk Kaum 58 menawarkan cita rasa nasi uduk beraroma rempah khas, lengkap dengan lauk tradisional seperti ayam goreng, tongkol, hingga jengkol. Lokasinya berada di Jalan Masjid 1, kawasan Empang, Bogor Selatan.

Kuliner Kekinian yang Instagramable

Two Stories Cafe

Terletak di Jalan Pajajaran Indah V, Two Stories Cafe menyuguhkan suasana rooftop yang nyaman dengan desain interior yang menarik untuk berswafoto. Menu yang ditawarkan antara lain pasta, rice bowl, hingga burger cocok sebagai tempat hangout bersama teman.

Kopi Daong

Menikmati secangkir kopi di tengah rimbunnya pepohonan Kopi Daong BogorMenikmati secangkir kopi di tengah rimbunnya pepohonan Kopi Daong Bogor. (Luthfi Hafidz/detikcom)

Berlokasi di kawasan Puncak Dua, Pancawati, Kabupaten Bogor, Kopi Daong menghadirkan pengalaman ngopi di tengah hutan pinus yang sejuk dan asri. Berbagai pilihan kopi dan camilan tersedia untuk dinikmati sambil meresapi keindahan alam sekitar.

The Lake House

Berlokasi di Pesona Alam Sedayu Resort & Spa, Puncak, The Lake House menawarkan area makan outdoor dengan pemandangan danau yang menenangkan. Menu yang disajikan beragam, mulai dari masakan lokal hingga hidangan Barat.

Breve Hills

Terletak di Jalan Raya Puncak No. 81, Desa Leuwimalang, Cisarua, Breve Hills menyajikan panorama pegunungan yang memukau. Dengan suasana yang tenang dan menyegarkan, tempat ini menjadi pilihan tepat untuk bersantai sambil menikmati hidangan dan pemandangan alam yang indah.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Staycation Eksklusif Rasa Maldives Dekat Jakarta di Kepulauan Seribu



Jakarta

Ingin merasakan liburan ala Maldives tanpa harus jauh-jauh ke luar negeri? Kepulauan Seribu bisa jadi jawabannya.

Kawasan yang ditetapkan sebagai Taman Nasional sejak 2002 ini menawarkan perpaduan antara pesona bahari, keindahan alam tropis, hingga pengalaman staycation eksklusif yang tak kalah dari destinasi internasional.

“Kawasan ini bukan hanya sekadar destinasi wisata bahari, tetapi juga kawasan konservasi yang dilindungi,” tulis keterangan resmi Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Pemprov DKI Jakarta yang dikutip, Senin (25/8/2025).


Dengan lebih dari 100 pulau kecil di utara Jakarta, Kepulauan Seribu punya dua sisi menarik: pulau berpenghuni dengan suasana lokal, serta pulau privat dengan resort mewah.

Pulau Pramuka, Pari, Untung Jawa, dan Tidung menjadi opsi terjangkau bagi wisatawan. Homestay dan guest house dikelola masyarakat lokal, menghadirkan keramahan khas pesisir sekaligus kesempatan mengenal budaya serta ikut kegiatan konservasi.

Di sisi lain, wisatawan bisa menemukan ketenangan di Pantai Pasir Perawan Pulau Pari, suasana ramai di Pulau Untung Jawa, momen romantis di Jembatan Cinta Pulau Tidung, hingga mengunjungi pusat konservasi penyu sisik yang dikelola oleh warga bersama Balai Taman Nasional di Pulau Pramuka.

Bagi yang mencari liburan lebih privat, sejumlah resort hadir di pulau-pulau tak berpenghuni. Pulau Macan terkenal dengan konsep eco-luxury, sementara Desa Laguna menawarkan villa privat dengan dermaga snorkeling, menjadikan tempat ini cocok untuk honeymoon atau retreat penuh ketenangan.

Ada pula Asha Resort di Pulau Payung dengan fasilitas lengkap seperti water park, ATV, hingga beach club. Resort ini adalah pilihan tepat bagi keluarga yang menyukai aktivitas luar ruang.

Alternatif lain, ada Pulau Sepa yang disebut “Maldives-nya Jakarta” karena pasir putih dan lautnya yang tenang, lalu Oba Resort di Pulau Genting Kecil menghadirkan suasana hangat, personal, dan bersahaja.

Akses menuju Kepulauan Seribu relatif mudah, melalui Marina Ancol, Muara Angke, atau Tanjung Pasir. Wisatawan bisa menyesuaikan pilihan transportasi dan pulau tujuan sesuai kebutuhan.

Menurut keterangan resmi Dinas Parekraf, Kepulauan Seribu menjadi destinasi yang menghadirkan pengalaman berlibur berbeda. Dekat dari ibu kota, namun memberikan suasana jauh dari hiruk pikuk, kawasan ini cocok untuk melepas penat, menyatu dengan alam, dan kembali dengan energi baru.

Waktunya merasakan sendiri keajaiban tropis di depan mata. Nikmati suasana yang memadukan kenyamanan modern dengan pesona alam yang menyegarkan.

Rencanakan staycation Anda sekarang, manjakan diri dengan pengalaman berbeda, dan temukan sisi lain Jakarta yang belum pernah Anda bayangkan sebelumnya-dari sudut tenang penuh hijau hingga momen relaksasi yang membuat hati terasa lebih ringan.

(akn/ega)



Sumber : travel.detik.com

10 Hotel Terbaik Dunia 2025 Ada Resor Mewah di NTT, Indonesia


Jakarta

Hotel bukan sekadar tempat menginap, melepas lelah, atau persinggahan sementara bagi para wisatawan. Dengan penataan yang tepat, hotel meninggalkan impresi sangat kuat bagi para pengunjung yang selalu mengingat layanan dan semua ciri khasnya. Keunggulan ini membuat hotel punya posisi spesial di hati para wisatawan.

10 Hotel Terbaik di Dunia 2025

Dikutip dari Travel+Leisure, hotel dengan hospitality berkualitas dan pemandangan indah tersebar di seluruh dunia. Kualitas ini didukung dengan desain yang memanjakan mata plus fasilitas lengkap. Berikut deretan hotel terbaik di seluruh dunia.

1. Hotel Capella Bangkok, Thailand

Capella Bangkok, hotel terbaik di dunia 2024Capella Bangkok, Thailand (dok. Capella Bangkok)

Capella Bangkok terletak di Jalan Charoenkrung, kawasan tepi Sungai Chao Phraya dengan pemandangan yang luar biasa. Lokasi hotel juga sangat strategis yang memudahkan wisatawan menjelajah kuliner, budaya, serta kehidupan modern khas Bangkok.


Dikutip dari New York Post, hotel ini memberikan kesan eksklusif dan privat bagi tamunya dengan hanya menyediakan 101 suite dan vila.
Hampir semua kamar didesain menghadap Sungai Chao Phraya, sehingga tamu dapat menikmati panorama sungai dari balkon pribadinya.

Capella Bangkok semakin istimewa karena layanan personal capella culturist, semacam concierge pribadi. Layanan ini siap merancang pengalaman unik sesuai kebutuhan, mulai dari tur kuliner jajanan khas Bangkok hingga meditasi di kuil tua. Konsep layanan ini jarang ditemukan di hotel lain dan menjadi identitas khas Capella.

2. Hotel Passalacqua, Italia

Hotel PassalacquaHotel Passalacqua (dok. CNN)

Hotel mewah Passalacqua di tepi Danau Como, Italia tak hanya memanjakan tamu dengan layanan dan keindahan alam serta bangunan. Tapi juga kekayaan sejarah yang bikin vibe menginap di hotel ini terasa makin istimewa. Bangunan Hotel Passalacqua telah berdiri sejak abad ke-18 sebagai vilanya para bangsawan dan seniman.

Vila tersebut dipugar menjadi hotel butik tanpa kehilangan nuansa klasik dan antik. Passalacqua hanya memiliki 24 kamar dan suite yang menjadikannya sangat eksklusif. Setiap kamar dihiasi dengan furnitur antik, fresco, lampu kristal murano, dan kain sutra elegan yang membuat suasana begitu berkelas.

Hotel juga punya taman seluas 7 hektar dengan desain bertingkat yang dipenuhi pohon zaitun, mawar, magnolia, dan aliran air hingga ke tepi danau. Lokasi hotel hanya berjarak sekitar 15 menit dari Kota Como sehingga mudah dijangkau tapi tetap jauh dari hiruk pikuk turis.

3. Hotel Rosewood Hong Kong, Hong Kong

Rosewiood Hong KongRosewiood Hong Kong (dok. situs rosewoodhotels)

Rosewood Hong Kong berdiri megah di kawasan Victoria Dockside, Tsim Sha Tsui, Kowloon, tepat di tepi Victoria Harbour. Letaknya sangat strategis dekat layanan kereta MTR, star ferr, pusat perbelanjaan, dan distrik seni sehingga memudahkan tamu menjelajahi kota.

Hotel ini dikenal dengan desain modern mewah berupa jendela besar dari lantai ke langit-langit yang menampilkan panorama pelabuhan. Interiornya memadukan elegansi Asia dengan sentuhan urban kontemporer yang ikonik. Hotel juga menyediakan fasilitas eksklusif seperti Asaya Spa dan Manor Club di lantai 40.

4. Hotel Cheval Blanc, Paris

Hotel Cheval BlancHotel Cheval Blanc (dok. AFP/Thomas Samson)

Cheval Blanc mewujudkan impian para tamu yang ingin melihat keindahan dan merasakan romantisme Paris. Di sini, tamu bangun tidur hanya beberapa langkah dari Museum Louvre dan bisa menyusuri Sungai Seine. Tamu juga bisa melihat langsung panorama Le Marais dan mendapatkan akses langsung ke Notre Dame serta Pont Neuf,

Dikutip dari Architectural Digest, hotel ini memadukan gaya art deco dan kontemporer dengan rancangan interior hasil kreativitas 600 pengrajin. Aula lobi hingga kamar dan suite menampilkan keindahan tekstur marmer, wallpaper buatan tangan, dan furniture custom.

Hotel ini hanya memiliki 72 kamar dan suite mulai dari kamar deluxe hingga suite mewah dengan kolam renang pribadi. Menginap di Cheval Blanc Paris adalah pengalaman istimewa yang memadukan layanan personal, kenyamanan, dan kemewahan karya seni, plus keindahan tatanan kota.

5. The Upper House, Hong Kong

Upper House Hong KongUpper House Hong Kong (dok. situs theupperhouse)

Hotel di distrik Admiralty ini berada di atas Pacific Place dekat dengan stasiun MTR Admiralty. Saking dekatnya, para tamu cukup jalan kaki menuju layanan transportasi umum yang akan membawa pengunjung keliling Hong Kong. Meski berada di pusat, suasananya tetap tenang dan privat.

Dikutip dari Conde Nast (CN) Travel, hote didesain dengan gaya minimalis kontemporer tanpa kehilangan estetika khas Asia modern. Tiap kamar yang tersedia seluas 67 m² dilengkapi dengan palet netral, kayu, oak, serta jendela besar yang menyuguhkan pemandangan pelabuhan dan perbukitan kota.

6. Raffles Singapore, Singapura

Raffles Hotel di Singapura.Raffles Hotel di Singapura (dok. Walter Bibikow/Getty Images)

Raffles Hotel terletak di kawasan strategis Civic District, hanya beberapa langkah dari stasiun MRT City Hall. Hotel juga dekat dengan Raffles City, Marina Baya, Chinatown, dan Orchard Road yang menjadikan setiap eksplorasi terasa gampang dan elegan. Tiap kamar dilengkapi dengan kontrol pribadi lewat iPad.

Arsitektur hotel dirancang bergaya neo-Renaissance-kolonial dengan langit-langit tinggi, lantai kayu, dan teras luas. Dengan desain ini, Raffles Hotel menyediakan pengalaman menginap penuh keanggunan di masa lalu, namun dengan kemewahan modern khas masa kini. Hotel dilengkapi dengan layanan butler pribadi 24 jam yang siap setiap saat.

7. Aman Tokyo, Jepang

Hotel Aman di TokyoHotel Aman di Tokyo (dok. situs Hotel Aman, Tokyo)

Berada di daerah prestisius Otemachi, Chiyoda, Aman Tokyo menempati enam lantai teratas sebuah pencakar langit. Hotel terhubung langsung dengan stasiun Otemachi yang tidak jauh dengan pusat finansial dan dekat Istana Kekaisaran. Kemewahan dan modernitas berpadu dengan cita rasa yang khas dengan akar budaya Jepang.

Atmosfer hotel juga sangat khas Jepang dengan beragam material alami khas negara matahari terbit ini. Misal camphor wood, kertas washi, dan bata batu menciptakan estetika ryokan modern. Kamar tersedia luas dengan jendela dari lantai hingga atap, serta bath tube dari satu blok batu granit. Menginap di sini lebih dari sekedar bermalam, tapi juga merasakan atmosfer tenang Jepang dengan semua aspek budaya dan modernitasnya.

8. Soneva Fushi, Maladewa

Penginapan di Maladewa.Soneva Fushi di Maladewa (dok. CNN/Soneva Fushi)

Hotel Soneva Fushi berada di pulau terbesar di Baa Atoll, Maladewa yang dapat dijangkau melalui penerbangan laut selama sekitar 30 menit dari Malé. Pulau dengan luas sekitar 1,4 km × 0,4 km ini bisa dijelajahi dengan sepeda melewati hutan tropis dan pantai berpasir putih dengan santai.

Vila di hotel ini dibangun dari kayu daur ulang dengan atap alang-alang, memadukan kenyamanan modern dan nuansa alam ruang terbuka, kamar mandi outdoor, kolam pribadi, serta berbagai elemen alami.
Tentunya pengunjung hotel ini memperoleh layanan private dan personal, kuliner avant garde, serta keindahan dan kemewahan khas wilayah tropis.

9. Atlantis The Royal, Dubai

Hotel mewah di Dubai, Atlantis The RoyalHotel mewah di Dubai, Atlantis The Royal (dok. Atlantis the Royal Dubai)

Atlantis The Royal berdiri megah di ujung utara Palm Jumeirah, pulau buatan ikonik berbentuk pohon palm di Dubai. Resor ini menyediakan pemandangan lepas ke Teluk Persia dengan struktur arsitektur futuristik. Bangunan hotel menampilkan desain bertingkat dengan ruang terbuka serta materi transparan untuk menciptakan efek cahaya dan kesejukan alami.

Hotel 43 lantai ini menyediakan 795 kamar yang menampilkan kesan glamor, mewah, dan spektakuler. Tiap tamu bisa merasakan layanan butler 24 jam, akses ke Royal Club Lounge dengan sarapan gourmet hingga afternoon tea, sampai momen eksklusif yang kerap dihadiri selebriti dunia.

10. Nihi Sumba, Indonesia

Intip Resto dan Menu Makanan di Nihi Sumba, Tempat Liburan GiselIntip Resto dan Menu Makanan di Nihi Sumba (dok. instagram @nihisumba)

Hotel ini adalah resor mewah yang berlokasi di Hoba Wawi, Wanaloka, Kabupaten Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Ciri khas Nihi Sumba terletak pada filosofi Edge of Wildness, yaitu kemewahan berpadu dengan kebebasan dan koneksi mendalam dengan alam sekitar. Hotel ini hanya menyediakan 27 vila yang dirancang khas rumah tradisional Sumba dengan atap jerami berpuncak, kolam renang pribadi, kamar mandi luar ruangan, dan akses langsung ke laut biru.

Desain ini memadukan estetika rustic dan kenyamanan modern dalam sebuah harmoni. Para tamu di hotel ini berkesempatan menjelajahi budaya dan alam Sumba yang otentik, serta kontribusi terhadap konservasi lingkungan dan pemberdayaan masyarakat lokal melalui tur Sumba Foundation.

Bisa mengunjungi hotel mewah terbaik di dunia ini tentu akan jadi pengalaman berharga. Memori ini tentu sangat menyenangkan dikenang sepanjang hidup.

(row/row)



Sumber : travel.detik.com

Cikini 82, Dari Rumah Ahmad Soebardjo Jadi Ruang Seni Elegan



Jakarta

Di balik tembok bergaya kolonial di kawasan Menteng, berdiri rumah bersejarah milik Ahmad Soebardjo, tokoh perumus kemerdekaan Indonesia. Kini, Cikini 82 bertransformasi menjadi ruang seni dan pameran batik yang menawan, mengajak pengunjung menjelajah sejarah lewat estetika.

Rumah Cikini 82 mencolok. Berada di jantung Cikini, yang berada di Jakarta Pusat, rumah kuno dengan gaya arsitektur kolonial itu memang tampak megah dan terawat dari balik pagar. Rupanya, rumah itu memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Bangunan Cikini 82 itu dulu tempat tinggal dari Ahmad Soebardjo, seorang tokoh penting sebagai Menteri Luar Negeri pertama di Republik Indonesia.


Rumah itu telah berdiri sejak 1860. Rumah tersebut sempat digunakan sebagai kantor pertama bagi Kementerian Luar Negeri setelah kemerdekaan Indonesia.

Rumah bergaya kolonial Cikini 82Rumah bergaya kolonial Cikini 82 (Qonita Hamidah/detikcom)

Kini, rumah itu bukan lagi milik keluarga Achmad Soebardjo, tetapi menjadi milik pribadi dari Lukas Budiono, seorang advokat di Indonesia. Kendati sudah pindah kepemilikan, kondisi di dalam rumah itu masih sama alias tidak ada perubahan, baik dari ruangan atau pun keramik lantai. Semua masih serupa aslinya.

Menurut penjelasan dari salah seorang petugas bernama Sarah, rumah itu dibuka saat ada event dan penyewaan venue.

“Pada tanggal 11 sampai 17 Oktober ini ada acara khusus, tetapi di hari biasa rumah ini tidak dibuka karena merupakan milik pribadi. Kami menyewa tempat ini khusus untuk mengadakan pameran batik,” ujar Sarah saat ditemui oleh detikTravel pada hari Rabu (15/10/2025).

Bangunan Klasik Bernuansa Kolonial

Cikini 82 didirikan di atas lahan yang luasnya mencapai 2.951 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 1.796 meter persegi. Kompleks rumah ini terdiri dari tiga bangunan utama, yaitu Main House, East Pavilion, dan West Pavilion.

Di Main House, para pengunjung dapat melihat ruang kerja dari Ahmad Soebardjo yang masih terjaga dengan baik, lengkap dengan koleksi buku-buku langka yang dimilikinya. Ruangan ini diberi pembatas berupa tali agar pengunjung tidak memasuki area pribadi.

Rumah bergaya kolonial Cikini 82Rumah bergaya kolonial Cikini 82 (Qonita Hamidah/detikcom)

Selain ruang kerja, terdapat juga ruang tamu (holding room) dan ballroom yang dindingnya dihiasi dengan berbagai karya seni dari pelukis terkenal Indonesia, seperti Affandi, Lee Man Fong, Widayat, Hendra Gunawan, Dullah, serta Walter Spies.

Tidak hanya itu, area rumah ini juga dilengkapi dengan pendopo, kantor kecil, mushola, serta fasilitas toilet untuk pria dan wanita. Suasana kolonial yang menenangkan langsung terasa saat memasuki halaman rumah.

Salah seorang pengunjung bernama Dinda mengungkapkan bahwa dirinya sangat terkesan dengan suasana yang ada.

“Bangunannya sangat khas kolonial, saat masuk terasa sejuk dan masih sangat asli. Di bagian belakang juga terdapat teras yang sangat estetik untuk berfoto,” kata Dinda.

Di dalam rumah, berbagai furnitur antik seperti lampu gantung, meja kayu, kursi klasik, hingga rak buku tua semakin memperkuat kesan bersejarah dari tempat ini.

Lokasi dan Akses ke Cikini 82

Bagi detikers yang ingin mengunjungi rumah bersejarah ini, lokasinya berada di Jalan Cikini Nomor 82, Jakarta Pusat. Akses menuju lokasi ini cukup mudah, detikers dapat menggunakan kereta api dan turun di Stasiun Cikini, atau menggunakan bus TransJakarta dengan rute 5M dan 6H (arah Cikini). Sebagai alternatif, Anda juga dapat menggunakan rute JakLingko Jak10A.

Pameran Batik di Rumah Ahmad Soebardjo

Ketika detikTravel berkunjung pada Rabu (15/10/2025), rumah Ahmad Soebardjo sedang digunakan sebagai lokasi untuk pameran batik karya Quoriena Ginting.

Terdapat sekitar 30 karya batik dan songket yang dipamerkan, sebagian besar berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.

Pameran itu membuktikan bahwa rumah bersejarah tidak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga dapat menjadi wadah untuk ekspresi seni dan budaya masa kini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Cikini 82, Dari Rumah Ahmad Soebardjo Jadi Ruang Seni Elegan



Jakarta

Di balik tembok bergaya kolonial di kawasan Menteng, berdiri rumah bersejarah milik Ahmad Soebardjo, tokoh perumus kemerdekaan Indonesia. Kini, Cikini 82 bertransformasi menjadi ruang seni dan pameran batik yang menawan, mengajak pengunjung menjelajah sejarah lewat estetika.

Rumah Cikini 82 mencolok. Berada di jantung Cikini, yang berada di Jakarta Pusat, rumah kuno dengan gaya arsitektur kolonial itu memang tampak megah dan terawat dari balik pagar. Rupanya, rumah itu memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Bangunan Cikini 82 itu dulu tempat tinggal dari Ahmad Soebardjo, seorang tokoh penting sebagai Menteri Luar Negeri pertama di Republik Indonesia.


Rumah itu telah berdiri sejak 1860. Rumah tersebut sempat digunakan sebagai kantor pertama bagi Kementerian Luar Negeri setelah kemerdekaan Indonesia.

Rumah bergaya kolonial Cikini 82Rumah bergaya kolonial Cikini 82 (Qonita Hamidah/detikcom)

Kini, rumah itu bukan lagi milik keluarga Achmad Soebardjo, tetapi menjadi milik pribadi dari Lukas Budiono, seorang advokat di Indonesia. Kendati sudah pindah kepemilikan, kondisi di dalam rumah itu masih sama alias tidak ada perubahan, baik dari ruangan atau pun keramik lantai. Semua masih serupa aslinya.

Menurut penjelasan dari salah seorang petugas bernama Sarah, rumah itu dibuka saat ada event dan penyewaan venue.

“Pada tanggal 11 sampai 17 Oktober ini ada acara khusus, tetapi di hari biasa rumah ini tidak dibuka karena merupakan milik pribadi. Kami menyewa tempat ini khusus untuk mengadakan pameran batik,” ujar Sarah saat ditemui oleh detikTravel pada hari Rabu (15/10/2025).

Bangunan Klasik Bernuansa Kolonial

Cikini 82 didirikan di atas lahan yang luasnya mencapai 2.951 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 1.796 meter persegi. Kompleks rumah ini terdiri dari tiga bangunan utama, yaitu Main House, East Pavilion, dan West Pavilion.

Di Main House, para pengunjung dapat melihat ruang kerja dari Ahmad Soebardjo yang masih terjaga dengan baik, lengkap dengan koleksi buku-buku langka yang dimilikinya. Ruangan ini diberi pembatas berupa tali agar pengunjung tidak memasuki area pribadi.

Rumah bergaya kolonial Cikini 82Rumah bergaya kolonial Cikini 82 (Qonita Hamidah/detikcom)

Selain ruang kerja, terdapat juga ruang tamu (holding room) dan ballroom yang dindingnya dihiasi dengan berbagai karya seni dari pelukis terkenal Indonesia, seperti Affandi, Lee Man Fong, Widayat, Hendra Gunawan, Dullah, serta Walter Spies.

Tidak hanya itu, area rumah ini juga dilengkapi dengan pendopo, kantor kecil, mushola, serta fasilitas toilet untuk pria dan wanita. Suasana kolonial yang menenangkan langsung terasa saat memasuki halaman rumah.

Salah seorang pengunjung bernama Dinda mengungkapkan bahwa dirinya sangat terkesan dengan suasana yang ada.

“Bangunannya sangat khas kolonial, saat masuk terasa sejuk dan masih sangat asli. Di bagian belakang juga terdapat teras yang sangat estetik untuk berfoto,” kata Dinda.

Di dalam rumah, berbagai furnitur antik seperti lampu gantung, meja kayu, kursi klasik, hingga rak buku tua semakin memperkuat kesan bersejarah dari tempat ini.

Lokasi dan Akses ke Cikini 82

Bagi detikers yang ingin mengunjungi rumah bersejarah ini, lokasinya berada di Jalan Cikini Nomor 82, Jakarta Pusat. Akses menuju lokasi ini cukup mudah, detikers dapat menggunakan kereta api dan turun di Stasiun Cikini, atau menggunakan bus TransJakarta dengan rute 5M dan 6H (arah Cikini). Sebagai alternatif, Anda juga dapat menggunakan rute JakLingko Jak10A.

Pameran Batik di Rumah Ahmad Soebardjo

Ketika detikTravel berkunjung pada Rabu (15/10/2025), rumah Ahmad Soebardjo sedang digunakan sebagai lokasi untuk pameran batik karya Quoriena Ginting.

Terdapat sekitar 30 karya batik dan songket yang dipamerkan, sebagian besar berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.

Pameran itu membuktikan bahwa rumah bersejarah tidak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga dapat menjadi wadah untuk ekspresi seni dan budaya masa kini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com

Banyak Atraksi Seru, Kental Budaya Lokal Bali



Jakarta

Kala mendengar kata Bali pasti yang terpikir adalah pantai dan pantai memang jadi salah satu destinasi favorit wisatawan yang berada di pulau indah ini. Tapi cobalah aktivitas baru dan menarik lainnya kala berkunjung ke Bali.

Contohnya ke Trans Studio Theme Park Bali. Beberapa waktu lalu detikTravel berkesempatan untuk berkunjung ke sana. Berbeda dengan Trans Studio yang ada di kota-kota lainnya, karena di sini unsur budaya lokalnya sangat kental.

Inilah yang menjadi pengalaman berbeda saat berkunjung ke Trans Studio Theme Park Bali. Kekentalan budaya Bali bisa langsung terasa sesaat setelah gerbang masuk loket Trans Studio Theme Park Bali.


Wahana pertama adalah Bali Senses. Sebuah ruangan imersif yang menampilkan berbagai ornamen budaya Bali yang sangat indah, dengan paduan warna, gambar, dan suara dari musik khas Bali memberikan pengalaman awal yang sungguh menakjubkan.

General Manager Trans Studio Theme Park Bali, I Nyoman Sutarjana, menyampaikan diadopsinya budaya Bali dalam area Trans Studio Theme Park Bali ini tiada lain sebagai representasi dari Bali itu sendiri. Katanya banyak wisatawan ke Bali itu mencari pengalaman terkait alam dan budayanya, maka dari itu pihaknya coba untuk mengakomodir hal-hal tersebut dengan sesuatu yang berbeda.

Trans Studio Theme Park BaliWahana Bali Senses di Trans Studio Theme Park Bali. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

“Trans Studio Bali itu kan salah satu destinasi wisata yang ada di Bali lah. Nah karena kita tahu bahwasannya Bali dikunjungi banyak wisatawan, termasuk mancanegara dan domestik,” kata Nyoman Sutarjana kepada detikTravel, Senin (17/11/2025).

“Nah mereka yang datang ke Bali itu kan pasti mencari: pertama itu nature, kemudian culture. Untuk itu konsep dari Trans Studio Bali juga mengadopsi dari keinginan wisatawan tersebut, sehingga menggabungkan wahana yang juga berbasis dengan culture,” ujar Nyoman Sutarjana.

Trans Studio Theme Park Bali ini memiliki 16 wahana dengan tiga pertunjukan yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Tentunya ada beberapa wahana yang paling jadi primadona pengunjung saat berada di sini.

detikTravel pun penasaran dan langsung mencoba Flying Over Indonesia. Sebuah keseruan yang tiada tara karena menjadi kali pertama menjajal pengalaman berkeliling Indonesia hanya dengan duduk di kursi.

Trans Studio Theme Park BaliWahana Flying Over Indonesia di Trans Studio Theme Park Bali. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Pengunjung akan diajak untuk terbang berkeliling Indonesia, tentunya dengan paduan adrenalin yang cukup untuk membuat jantung berpacu cepat. Tetapi semua kepanikan itu akan tertutup dengan rasa kagum melihat destinasi-destinasi Indonesia yang ada di wahana tersebut.

Selain Bali Senses Flying Over Indonesia, terdapat beberapa wahana lain, seperti Boomerang Coaster, Formula Kart, iFly, Frank House, Ninja Course, Kids Play Ground, dan Lucky Tree Climber.

Kemudian, ada Illusion House, Forbbiden Temple, Bat Glider, Werewolf World, City of Dead, dan Road Rage.

Sementara untuk pertunjukannya, Trans Studio Theme Park Bali punya Temple Raider Stun Show, Dream Parade Festival, dan Gayatri Show. Untuk pertunjukan Gayatri Show, ceritanya diadaptasi dari budaya dan cerita lokal Bali. Sehingga pengunjung akan diajak lebih mengenal budaya Bali dari cara yang menyenangkan.

“Gayatri adalah cultural show. Itu menceritakan bagaimana kehidupan orang Bali dari lahir sampai mereka menikah, termasuk juga lifestyle, kemudian bagaimana mereka hidup di pedesaan yang damai dan indah,” ujar Nyoman Sutarjana.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

4 Destinasi Wisata dan Kuliner yang Populer di Kota Guangzhou

Guangzhou

Kota Guangzhou merupakan kota tertua dan berkembang pesat terutama di bidang ekonomi dan budaya. Banyak wisata dan tempat makan yang menarik untuk di kunjungi, makanan khas selatan Tiongkok sangat populer di kota Guangzhou. Ada banyak lagi jenis wisata dan makanan yang dapat di kunjungi Ketika berkunjung ke Guangzhou.

Destinasi Wisata di Guangzhou:

1. Canton Tower

Ikon kota Guangzhou dan termasuk dalam salah satu menara tertinggi di dunia, dengan tinggi 600 meter dan terletak di tepi Sungai Mutiara menjadi tempat wisata favorit wisatawan terutama keindahannya pada malam hari.

2. Guangzhou Opera House

Terletak di Tianhe District, Zhujiang New Town gedung dengan bentuk yang unik menyerupai batu kristal ini biasa digunakan sebagai tempat pertunjukan ballet, konser musik, dan berbagai pertunjukan lainnya.


3. Baiyun Mountain

Salah satu objek wisata alam populer di China tepatnya di kota Guangzhou ini memiliki tinggi lebih dari 300 meter, gunung ini menjadi tempat favorit semua orang lokal maupun pendatang karena udara sejuk yang menerpa saat berada di puncaknya dan menciptakan pemandangan indah saat matahari terbit dan terbenam.

4. Sun Yat-sen Memorial Hall

Tempat ini dibangun untuk memperingati Dr. Sun Yat-sen dengan segala jasa yang telah beliau lakukan. Beliau dijuluki sebagai Bapak Tiongkok Modern karena ia telah meletakkan dasar berdirinya Republik Tiongkok, memimpin revolusi menggulingkan Dinasti Qing, dan mempopulerkan gagasan “Tiga Prinsip Rakyat”, isi tiga prinsip itu sendiri adalah nasionalisme, demokrasi, dan kesejahteraan rakyat.

Kuliner di Guangzhou:

1. Dimsum

Dimsum adalah makanan khas Guangzhou dengan banyak variasi, bisa digoreng, dikukus, atau dipanggang. Isinya beragam seperti ayam, udang, babi, dan dibungkus dengan kulit dari tepung tapioka. Dimsum bukan hanya terkenal karena rasanya enak, tapi juga dianggap sebagai makanan khas masyarakat Kanton.

2. Charsiu

Charsiu adalah makanan khas Guangzhou, dibuat dari daging babi yang sudah dibumbui dengan rempah khas Kanton lalu dipanggang. Rasa gurih manisnya membuat banyak pecinta daging babi ingin mencobanya.

3. Cantonese Wonton Noodle

Berbeda dengan Wonton Noodle di luar kota Guangzhou, rasa pada Cantonese Wonton Noodle ini lebih ringan dan terasa lebih sederhana, dengan mie tipis yang lembut dan kuah kaldu yang memiliki rasa light menjadikan Wonton Noodle khas kota Guangzhou ini memiliki banyak peminat. Seringkali di sajikan lengkap dengan sayuran dan wonton rebus berisi daging babi dengan campuran udang.

4. Claypot Rice

Populer pada saat malam hari dan musim dingin menjadikan makanan ini sebagai salah satu comfort food di kota Guangzhou, dimasak menggunakan pot tanah liat yang berbentuk mangkok dan langsung di atas kompor membuat tekstur nasinya memiliki kerak tipis yang gosong namun renyah dengan topping sosis khas Masyarakat kanton dan daging babi asin asap.

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikTravel. Anda bisa mengirim cerita perjalanan Anda melalui tautan ini.



Sumber : travel.detik.com

Pengalaman Lihat Pameran Unik di Bangunan Rumah yang Belum Jadi

Bintaro

Buat kamu yang suka dengan desain dan dunia arsitektur, sepertinya mesti mampir ke pameran unik yang satu ini.

Pameran yang digelar di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan ini menampilkan karya arsitektur dari Atelier Riri atau Riri Yakub, arsitek ternama yang namanya juga populer di media sosial.

Selama ini, kita hanya bisa mengagumi karya-karya ciptaan Riri hanya dari layar kaca saja. Tapi dengan datang ke pameran ini, kita bisa secara langsung melihat bagaimana wujud karya dia dan juga mengintip proses kreatif di baliknya.


Oh iya, pameran dengan judul A Life Less Ordinary ini juga menandai 15 tahun Atelier Riri berkarya di dunia desain dan arsitektur. Sudah cukup lama juga ya dia berkecimpung di dunia tersebut.

Yang lebih uniknya lagi, pameran itu digelar di Kiri House 2.2, rumah pribadi kedua Riri Yakub yang masih dalam tahap pembangunan di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan.

Di dalam bangunan yang belum jadi itu, kita bisa mengintip galeri sementara dari karya-karya Riri, berupa maket dari karton rumah-rumah yang pernah dia desain.

Dalam pameran itu, kita juga bisa melihat proses, kemungkinan, dan pertumbuhan dari desain-desain Riri yang belum berhenti berevolusi. Saya dan teman yang datang ke pameran ini cukup terkagum-kagum dengan karya desain Riri yang unik dan khas.

Sudah lama saya jadi pengagum hasil rancangan Riri. Kebetulan di akhir pekan ada waktu kosong untuk nonton pameran ini. Jadilah saya dan teman berangkat ke lokasi. Total ada 15 bagian kurasi yang mewakili tonggak penting dalam perjalanan studio Riri.

Para pengunjung akan diajak buat menyelami latar belakang serta proses kreatif di balik berbagai karya Riri melalui gambar, maket, potongan instalasi multisensori, serta panduan audio yang akan memperkaya pengalaman siapapun yang datang.

“A Life Less Ordinary adalah cara kami merayakan proses, perjalanan yang penuh pembelajaran, keberanian, dan rasa syukur,” tulis Riri Yakub di pameran itu.

Pameran dibuka untuk umum dari 10 Oktober hingga 22 November 2025 mendatang. Traveler yang mau mampir bisa melakukan reservasi terlebih dulu. Tinggal pilih tanggal dan sesi waktu yang tersedia melalui sistem booking online, kalian sudah bisa melihat pameran ini.



Sumber : travel.detik.com

Cikini 82, Dari Rumah Ahmad Soebardjo Jadi Ruang Seni Elegan



Jakarta

Di balik tembok bergaya kolonial di kawasan Menteng, berdiri rumah bersejarah milik Ahmad Soebardjo, tokoh perumus kemerdekaan Indonesia. Kini, Cikini 82 bertransformasi menjadi ruang seni dan pameran batik yang menawan, mengajak pengunjung menjelajah sejarah lewat estetika.

Rumah Cikini 82 mencolok. Berada di jantung Cikini, yang berada di Jakarta Pusat, rumah kuno dengan gaya arsitektur kolonial itu memang tampak megah dan terawat dari balik pagar. Rupanya, rumah itu memiliki nilai sejarah yang tinggi.

Bangunan Cikini 82 itu dulu tempat tinggal dari Ahmad Soebardjo, seorang tokoh penting sebagai Menteri Luar Negeri pertama di Republik Indonesia.


Rumah itu telah berdiri sejak 1860. Rumah tersebut sempat digunakan sebagai kantor pertama bagi Kementerian Luar Negeri setelah kemerdekaan Indonesia.

Rumah bergaya kolonial Cikini 82Rumah bergaya kolonial Cikini 82 (Qonita Hamidah/detikcom)

Kini, rumah itu bukan lagi milik keluarga Achmad Soebardjo, tetapi menjadi milik pribadi dari Lukas Budiono, seorang advokat di Indonesia. Kendati sudah pindah kepemilikan, kondisi di dalam rumah itu masih sama alias tidak ada perubahan, baik dari ruangan atau pun keramik lantai. Semua masih serupa aslinya.

Menurut penjelasan dari salah seorang petugas bernama Sarah, rumah itu dibuka saat ada event dan penyewaan venue.

“Pada tanggal 11 sampai 17 Oktober ini ada acara khusus, tetapi di hari biasa rumah ini tidak dibuka karena merupakan milik pribadi. Kami menyewa tempat ini khusus untuk mengadakan pameran batik,” ujar Sarah saat ditemui oleh detikTravel pada hari Rabu (15/10/2025).

Bangunan Klasik Bernuansa Kolonial

Cikini 82 didirikan di atas lahan yang luasnya mencapai 2.951 meter persegi, dengan luas bangunan sekitar 1.796 meter persegi. Kompleks rumah ini terdiri dari tiga bangunan utama, yaitu Main House, East Pavilion, dan West Pavilion.

Di Main House, para pengunjung dapat melihat ruang kerja dari Ahmad Soebardjo yang masih terjaga dengan baik, lengkap dengan koleksi buku-buku langka yang dimilikinya. Ruangan ini diberi pembatas berupa tali agar pengunjung tidak memasuki area pribadi.

Rumah bergaya kolonial Cikini 82Rumah bergaya kolonial Cikini 82 (Qonita Hamidah/detikcom)

Selain ruang kerja, terdapat juga ruang tamu (holding room) dan ballroom yang dindingnya dihiasi dengan berbagai karya seni dari pelukis terkenal Indonesia, seperti Affandi, Lee Man Fong, Widayat, Hendra Gunawan, Dullah, serta Walter Spies.

Tidak hanya itu, area rumah ini juga dilengkapi dengan pendopo, kantor kecil, mushola, serta fasilitas toilet untuk pria dan wanita. Suasana kolonial yang menenangkan langsung terasa saat memasuki halaman rumah.

Salah seorang pengunjung bernama Dinda mengungkapkan bahwa dirinya sangat terkesan dengan suasana yang ada.

“Bangunannya sangat khas kolonial, saat masuk terasa sejuk dan masih sangat asli. Di bagian belakang juga terdapat teras yang sangat estetik untuk berfoto,” kata Dinda.

Di dalam rumah, berbagai furnitur antik seperti lampu gantung, meja kayu, kursi klasik, hingga rak buku tua semakin memperkuat kesan bersejarah dari tempat ini.

Lokasi dan Akses ke Cikini 82

Bagi detikers yang ingin mengunjungi rumah bersejarah ini, lokasinya berada di Jalan Cikini Nomor 82, Jakarta Pusat. Akses menuju lokasi ini cukup mudah, detikers dapat menggunakan kereta api dan turun di Stasiun Cikini, atau menggunakan bus TransJakarta dengan rute 5M dan 6H (arah Cikini). Sebagai alternatif, Anda juga dapat menggunakan rute JakLingko Jak10A.

Pameran Batik di Rumah Ahmad Soebardjo

Ketika detikTravel berkunjung pada Rabu (15/10/2025), rumah Ahmad Soebardjo sedang digunakan sebagai lokasi untuk pameran batik karya Quoriena Ginting.

Terdapat sekitar 30 karya batik dan songket yang dipamerkan, sebagian besar berasal dari berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.

Pameran itu membuktikan bahwa rumah bersejarah tidak hanya menyimpan cerita masa lalu, tetapi juga dapat menjadi wadah untuk ekspresi seni dan budaya masa kini.

(fem/fem)



Sumber : travel.detik.com