Tag Archives: hr muttafaq

Islam Ajarkan Berbuat Baik kepada Hewan, Ini Dalilnya


Jakarta

Islam mengajarkan pemeluknya berbuat baik kepada hewan. Melalui tindakan sederhana, seperti memberi makanan atau melindungi hewan, dan tidak menyakiti hewan, merupakan bentuk kasih sayang terhadap sesama makhluk ciptaan Allah SWT.

Dalam Madza Qaddamal Muslimuna lil ‘Alam Ishamaatu al-Muslimin fi al-Hadharah al-Insaniyah karya Raghib As-Sirjani yang diterjemahkan Sonif dkk, disebutkan bahwa Islam memandang hewan sebagai makhluk yang memiliki peran penting dalam mendukung kehidupan manusia. Hewan tidak hanya membantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, tetapi juga membantu memelihara lingkungan dan keberlangsungan hidup.

Al-Qur’an menjelaskan kemuliaan hewan, penjelasan kedudukannya, serta batasan keadaannya di sisi manusia, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah An-Nahl ayat 6-7,


وَلَكُمْ فِيْهَا جَمَالٌ حِيْنَ تُرِيْحُوْنَ وَحِيْنَ تَسْرَحُوْنَۖ ٦ وَتَحْمِلُ اَثْقَالَكُمْ اِلٰى بَلَدٍ لَّمْ تَكُوْنُوْا بٰلِغِيْهِ اِلَّا بِشِقِّ الْاَنْفُسِۗ اِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌۙ ٧

Artinya: “Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu; padanya ada (bulu) yang menghangatkan dan berbagai macam manfaat, dan sebahagiannya kamu makan. Dan kamu memperoleh pandangan yang indah padanya, ketika kamu membawanya kembali ke kandang dan ketika kamu melepaskannya ke tempat penggembalaan. Dan ia memikul beban-bebanmu ke suatu negeri yang kamu tidak sanggup sampai kepadanya, melainkan dengan kesukaran-kesukaran (yang melelahkan) diri. Sesungguhnya Rabbmu benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.”

Oleh karena itu, manusia juga diperintahkan untuk berbuat baik kepada hewan dengan cara merawat dan melindunginya. Salah satu caranya adalah dengan tidak menyakiti mereka. Hal ini diriwayatkan oleh beberapa hadits.

Hadits tentang Berbuat Baik pada Hewan

Perintah untuk berbuat baik pada hewan diriwayatkan oleh beberapa hadits Rasulullah SAW. Berikut di antaranya seperti dikutip dari kitab Riyadush Shalihin 2 karya Imam Nawawi dan sumber sebelumnya.

Dari Sahl bin Amru, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah melewati seekor unta yang punggungnya telah menempel dengan perutnya. Kemudian beliau berkata:

“Bertakwalah kepada Allah dalam merawat binatang-binatang ternak yang tidak bisa berbicara ini, dan tunggangilah dalam keadaan layak, dan makanlah dalam keadaan layak!” (HR Abu Daud dengan sanad shahih)

Dalam riwayat lain, Islam juga memerintahkan untuk memelihara hewan dengan memilih tempat yang subur (rumput hijau). Jika tidak mendapatkannya, hendaklah memindahkannya ke tempat lain.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah Maha Lembut, Dia menyukai kelemahlembutan. Rida dengan perbuatan itu, Menentukan kepadanya apa yang tidak di tentukan pada kekerasan. Apabila kamu menunggangi hewan yang tidak bisa bicara, hendaklah kalian menurunkannya pada tempatnya. Jika tanah itu gersang, angkatlah untuknya dengan sesuatu yang bersih atau yang paling baik (An-Naqaa).

Larangan Menyakiti Hewan

Dalam kitab Riyadush Shalihin juga terdapat hadits yang berisi larangan menyakiti hewan. Berikut di antaranya.

1. Larangan Mengurung Hewan untuk dibunuh

Dari Anas dia berkata, “Rasulullah melarang mengurung hewan untuk dibunuh.”(HR Muttafaq ‘alaih)

2. Larangan Membakar Hewan

Dari Ibnu Mas’ud dia berkata, “Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan, kemudian beliau pergi untuk suatu keperluannya, lalu kami melihat seekor burung bersama kedua anaknya, kemudian kami mengambil kedua anaknya, setelah itu induk burung tersebut datang dan mengepak-ngepakkan sayapnya.

Kemudian Rasulullah SAW datang dan berkata: ‘Siapakah yang menyakiti burung ini dengan mengambil anaknya? Kembalikan anaknya kepadanya!”‘

Kemudian Rasulullah SAW melihat sarang semut yang telah kami bakar, kemudian beliau bersabda, ‘Siapakah yang telah membakar sarang semut ini?’ Kami katakan, ‘Kami.’ Beliau berkata, ‘Sesungguhnya tidak layak untuk menyiksa dengan api kecuali Rabb penguasa api’.” (HR Abu Daud dengan sanad shahih)

3. Larangan Menembak Hewan

Ibnu Umar meriwayatkan bahwa suatu ketika dia melewati beberapa pemuda Quraisy yang mengurung seekor burung untuk sasaran memanah. Mereka membayar kepada pemilik burung setiap panahan yang tidak mengenai.

Tatkala mereka melihat Ibnu Umar, mereka lari berpencar. Lantas Ibnu Umar berkata, “Siapakah yang melakukan perbuatan ini? Allah SWT telah melaknat orang yang melakukan hal ini. Sungguh, Rasulullah SAW mengutuk orang yang menjadikan makhluk bernyawa sebagai sasaran (menembak).” (HR Muttafaq’alaih)

4. Larangan Mengurung Hewan

Dari Ibnu Umar, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Ada seorang wanita disiksa (di neraka) disebabkan seekor kucing yang dikurungnya hingga mati kelaparan lalu wanita itu pun masuk neraka karena dia tidak memberinya makan dan minum ketika mengurungnya, dan tidak pula melepaskannya sehingga kucing itu dapat menyantap serangga tanah.” (HR Muttafaq ‘alaih)

5. Larangan Memukul dan Memberi Tanda di Wajah Hewan

Larangan memukul dan memberi tanda di wajah hewan bersandar pada hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya Rasulullah SAW pernah berpapasan dengan keledai yang diberi tanda di mukanya, lalu beliau bersabda, “Allah melaknat orang yang memberi tanda itu.” (HR Muslim)

Dalam riwayat Muslim juga disebutkan, “Rasulullah melarang memukul wajah, dan memberi tanda di wajah.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya dan Dicintai Allah


Jakarta

Ada sebuah dzikir yang ringan di lisan tapi berat timbangannya di akhirat kelak. Berdasarkan hadits Rasulullah SAW, dzikir ini terdiri dari dua kalimat.

Dzikir ini tidak memerlukan waktu lama, namun keutamaannya mampu memberatkan timbangan amal kebaikan kita di akhirat. Tidak hanya itu, dzikir ini juga memberikan ketenangan jiwa dan keberkahan dalam kehidupan sehari-hari.

Bacaan Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya

Bacaan dzikir yang ringan tapi berat timbangannya terdapat dalam Shahih Bukhari dan Muslim yang disusun Muhammad Fuad Abdul Baqi dan diterjemahkan Muhammad Ahsan bin Usman. Berikut haditsnya,


حَدِيثُ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيلَتَانِ فِي الْمِيزَانِ حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أخرجه البخاري في: ۸۰ كتاب الدعوات: ٦٥ باب فضل التسبيح

Artinya: “Abu Hurairah berkata: “Nabi bersabda: ‘Dua kalimat yang ringan diucapkan dengan lidah, tetapi sangat berat di timbangan amal, bahkan sangat disuka oleh Allah (Ar-Rahman), yaitu: ‘Subhanallahil azhim, subhanallahi wa bihamdihi.” (Dikeluarkan oleh Bukhari pada Kitab ke-80, Kitab Do’a bab ke-65, bab keutamaan tasbih)

Dalam kitab Riyadhus Shalihin dan kitab al-Adzkar karya Imam an-Nawawi juga terdapat hadits serupa yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Artinya: “Ada dua kalimat, yang ringan di lisan tetapi berat dalam timbangan dan dicintai oleh ar-Rahman, ‘Subhanallah wa bi hamdih (Maha Suci Allah dan Segala puji hanya bagi-Nya)’, dan ‘Subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah yang Maha Agung).” (HR Muttafaq ‘Alaih)

Bacaan dzikir yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah sebagai berikut,

سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Arab-latin: Subhanallahi wa bihamdihi, Subhanallahil azhim

Artinya: “Maha Suci Allah dan Segala puji hanya bagi-Nya, Maha Suci Allah yang Maha Agung.”

Penjelasan Hadits tentang Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya

Dalam kitab adz-Dzikru wa ad-Du`a` fi Dhau`il kitab wa as-Sunnah karangan Syaikh Abdurrazaq Bin Abdul Muhsin Al-Badr (edisi Indonesia terbitan Griya Ilmu), dijelaskan bahwa hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA ini mengandung pesan yang mendalam mengenai keutamaan dzikir, yang meskipun mudah dilakukan oleh lisan, namun memiliki nilai yang sangat besar di akhirat.

Rasulullah SAW menyebutkan bahwa dua kalimat dzikir yang sangat dicintai oleh Allah SWT Ar-Rahman adalah “Subhanallah wa bihamdihi, subhanallahil azhim”. Kalimat ini ringan diucapkan, namun berat di timbangan amal pada hari kiamat.

Menurut para ulama, dalam hadits ini terdapat hikmah kenapa Rasulullah SAW mendahulukan penyebutan dua kalimat tersebut. Salah satu alasannya adalah untuk membangkitkan rasa rindu di hati para pendengar terhadap kalimat-kalimat yang akan disebutkan. Setiap kata dalam dua kalimat ini diharapkan mampu menambah kecintaan seseorang kepada Allah SWT.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam hadits ini adalah penyebutan sifat Ar-Rahman ketika Rasulullah SAW menyebut bahwa kalimat tersebut sangat disukai oleh Ar-Rahman. Hal ini menunjukkan betapa besar kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya.

Dengan hanya sedikit amalan, Allah SWT memberikan pahala yang sangat besar sebagai bentuk rahmat-Nya. Hal ini diperjelas oleh sabda Rasulullah SAW bahwa dua kalimat ini, meskipun ringan di lisan, namun akan sangat berat di timbangan amal.

Secara keseluruhan, hadits ini mengajarkan betapa Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang memberikan karunia yang luar biasa kepada hamba-Nya hanya dengan amalan yang sangat mudah dilakukan. Dua kalimat dzikir ini adalah contoh amalan yang kecil namun memberikan pahala yang sangat besar.

Hal ini menjadi bukti nyata bahwa kasih sayang Allah SWT jauh melebihi apa yang bisa dibayangkan oleh hamba-hamba-Nya. Bahkan, dalam hal ibadah yang sederhana sekalipun, Allah SWT memberikan ganjaran yang luar biasa. Alangkah luasnya rahmat Allah SWT dan alangkah besar karunia-Nya.

Keutamaan Membaca Dzikir yang Ringan tapi Berat Timbangannya

Berikut keutamaan lain dari membaca dzikir yang ringan tapi berat timbangannya yang dikutip dari sumber sebelumnya.

1. Dzikir Paling Dicintai oleh Allah SWT

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya perkataan paling dicintai Allah adalah subhanallah wa bihamdihi” (HR Muslim)

Hadits ini menunjukkan betapa agungnya kalimat Subhanallah wa bihamdihi di sisi Allah SWT.

2. Menghapus Dosa Meski Sebanyak Buih di Lautan

Dalam hadits lainnya, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa mengucapkan subhanallah wa bihamdihi pada satu hari sebanyak seratus kali, maka digugurkan darinya dosa-dosanya meskipun sebanyak buih di lautan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa dengan membaca Subhanallah wa bihamdihi sebanyak seratus kali sehari, Allah SWT akan menghapus dosa-dosa hamba-Nya, meskipun dosa-dosa itu sebanyak buih di lautan. Hal ini memberikan harapan besar bagi siapa saja yang rajin berdzikir, karena ampunan Allah SWT sangat luas.

3. Pahala yang Tak Tertandingi di Hari Kiamat

Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa yang mengucapkan di pagi hari dan sore hari, subhanallah wa bihamdihi, sebanyak seratus kali, maka tidak ada seorang pun datang pada Hari Kiamat membawa yang lebih utama dari apa yang dia bawa. Kecuali seseorang mengucapkan seperti yang dia ucapkan lalu menambahkan atasnya.” (HR Muslim)

Keutamaan lain dari dzikir ini adalah bahwa di hari kiamat nanti, seseorang yang rutin membaca Subhanallah wa bihamdihi setiap pagi dan sore hari 100 kali masing-masing, tidak akan ada yang dapat membawa amalan yang lebih berat timbangannya, kecuali mereka yang melakukan hal yang sama dan menambah dzikirnya.

4. Mendapatkan Seribu Kebaikan Setiap Hari

Rasulullah SAW bersabda, “Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu mengusahakan seribu kebaikan?” Lalu beliau melanjutkan, “Bertasbih seratus kali, niscaya dituliskan untuknya seratus kebaikan, dan dihapuskan darinya seratus kesalahan.” (HR Muslim)

Dzikir ini juga memberikan keutamaan berupa seribu kebaikan yang dituliskan bagi siapa saja yang mengucapkannya seratus kali dalam sehari. Selain itu, seratus kesalahan juga akan dihapuskan darinya. Dzikir ini adalah amalan yang sangat ringan tetapi memiliki ganjaran yang luar biasa.

5. Penghapus Dosa dan Penambah Pahala

Setiap kali seseorang mengucapkan Subhanallah wa bihamdihi, pahala besar akan ditulis dan dosa-dosa kecil akan diampuni. Allah SWT memberikan kemudahan bagi hamba-hamba-Nya untuk meraih pahala yang melimpah hanya dengan dzikir ringan ini.

Wallahu ‘alam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com