Tag Archives: institut teknologi bandung

25 Universitas Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2025, Apa yang Nomor 1?


Jakarta

Lembaga pemeringkatan universitas Times Higher Education (THE) telah merilis World University Ranking (THE WUR) 2025. Dalam pemeringkatan ini, detikers juga bisa melihat daftar universitas terbaik di Indonesia

THEWUR adalah salah satu peringkat universitas global yang memberikan penilaian berdasarkan pengajaran, riset, transfer pengetahuan, dan wawasan internasional. Total, ada 18 indikator kinerja yang digunakan untuk menilai tiap universitas.


Indikator kinerja perguruan tinggi dikelompokkan ke dalam lima area: pengajaran (lingkungan belajar); lingkungan riset (volume, pendapatan, dan reputasi); kualitas riset (dampak sitasi, kekuatan riset, keunggulan riset, dan pengaruh riset); wawasan internasional (staf, mahasiswa, dan riset); dan industri (pendapatan dan paten).

Peringkat ini juga bisa digunakan sebagai acuan mendaftar universitas. Penasaran apa saja universitas terbaik di Indonesia versi THE WUR 2025? Simak di bawah ini.

25 Universitas Terbaik di Indonesia Versi THE WUR 2025

Berikut daftar universitas terbaik di dunia dari tota 2.092 perguruan tinggi di 115 negara dan wilayah yang masuk pemeringkatan THE WUR 2025.

1. Universitas Indonesia
Ranking dunia: 801-1.000
Skor total:34.5-38.1

2. Institut Teknologi Bandung
Ranking dunia: 1.201-1.500
Skor total: 25.2-30.6

3. BINUS University
Ranking dunia: 1.201-1.500
Skor total: 25.2-30.6

4. Universitas Airlangga
Ranking dunia: 1.201-1.500
Skor total: 25.2-30.6

5. Universitas Gadjah Mada
Ranking dunia: 1.201-1.500
Skor total: 25.2-30.6

6. Universitas Muhammadiyah Surakarta
Ranking dunia: 1.201-1.500
Skor total: 25.2-30.6

7. Universitas Sebelas Maret
Ranking dunia: 1.201-1.500
Skor total: 25.2-30.6

8. Universitas Diponegoro
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

9. Universitas Hasanuddin
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

10. Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

11. IPB University
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

12. Universitas Islam Indonesia
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

13. Universitas Jember
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

14. Universitas Negeri Malang
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

15. Telkom University

Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

16. Universitas Ahmad Dahlan
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

17. Universitas Andalas
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

18. Universitas Muhammadiyah Malang
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

19. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

20. Universitas Negeri Padang
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

21. Universitas Negeri Semarang
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

22. Universitas Negeri Surabaya
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

23. Universitas Negeri Yogyakarta
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

24. Universitas Padjadjaran
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

25. Universitas Pendidikan Indonesia
Ranking dunia: 1.501+
Skor total: 10.5-25.1

Itulah 25 universitas terbaik di Indonesia versi THE WUR 2025. Ada kampus impianmu?

(nir/twu)



Sumber : www.detik.com

BBM Etanol 10% Belum Siap Diterapkan Tahun Depan



Jakarta

Pemerintah melalui Kementerian Koordinator (Kemenko) Bidang Pangan mengharuskan bahan bakar minyak (BBM) yang dijual di Indonesia punya kandungan etanol 10 persen mulai tahun depan. Namun, menurut pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB), rencana itu terlalu terburu-buru.

Dosen Program Studi Teknik Pangan FTI – ITB, Profesor Ronny Purwadi mengatakan, jika melihat situasi sekarang, maka Indonesia belum siap menerapkan wajib BBM etanol 10 persen mulai tahun depan. Bahkan, jika industrinya dibangun mulai hari ini, persiapannya masih dianggap belum matang.

“Hitung-hitungannya belum, karena kalau kita mengandalkan industri bioetanol tahun ini, jawabannya belum (siap). Kalau kita bangun mulai hari ini juga pabriknya, saya nggak yakin juga,” ujar Prof. Ronny Purwadi, di Kuningan, Jakarta Selatan, Senin (20/10).


“Cita-cita baik, tapi realisasinya harus dihitung, mudah-mudahan mimpi itu tidak padam,” tambahnya.

Diberitakan sebelumnya, Menko Bidang Pangan, Zulkifli Hasan alias Zulhas menegaskan, mulai tahun depan Indonesia wajib menggunakan BBM dengan kandungan etanol atau metanol 10 persen. Langkah tersebut, kata dia, diambil untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap bahan bakar berbasis minyak mentah.

“Sudah diumumkan oleh Menteri ESDM, pada tahun depan direncanakan, kita sudah mulai pakai premium atau bensin campur, 10 persen etanol atau metanol,” kata Zulhas, pekan lalu.

“Oleh karena itu, kita sekarang besar-besaran untuk mengembangkan tebu dan singkong (sebagai bahan baku etanol),” tambahnya.

Zulhas menegaskan, kebijakan tersebut bukan bersifat sukarela, melainkan wajib. Namun, semuanya harus diukur juga melalui kesiapan infrastruktur yang ada.

“Wajib. Tapi kalau kita sudah siap ya, perintah Bapak Presiden begitu,” ungkapnya.

Zulhas mengingatkan, penerapan E10 akan berdampak luas terhadap perekonomian rakyat. Sebab, bahan bakunya berasal dari hasil pertanian lokal seperti singkong, tebu, dan jagung.

“Jadi artinya program itu, saudara-saudara, akan menggerakkan ekonomi rakyat itu luar biasa. Karena bahan bakunya kan singkong, tebu, dan satu lagi jagung,” kata dia.

(sfn/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Pakar ITB Bilang Campuran Etanol Bisa Turunkan Sulfur BBM



Jakarta

Pakar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) menegaskan, campuran etanol, meski hanya 10 persen, mampu menekan sulfur yang terkandung di bahan bakar minyak (BBM). Sehingga, menurutnya, emisi yang dihasilkan kendaraan bisa berkurang.

Dosen Program Studi Teknik Pangan FTI – ITB, Profesor Ronny Purwadi menjelaskan, etanol sama sekali tak mengandung sulfur. Maka, secara logika, jika dicampurkan ke BBM, maka kandungan sulfurnya akan berkurang.


“Bensin itu diproduksi dari minyak bumi dan minyak buminya itu mengandung sulfur. Sehingga sulfurnya terbawa ke produk. Sedangkan etanol biasanya tidak menghasilkan sulfur,” ujar Prof Ronny saat ditemui di Kuningan, Jakarta Selatan, belum lama ini.

“Jadi, ada bahan dengan sulfur dan ada bahan tanpa sulfur. Kalau dicampur, ya berkurang dong. Semakin banyak dicampur, sulfurnya makin berkurang. Logikanya kan seperti itu,” tambahnya.

PT Pertamina (Persero) meluncurkan produk baru bernama Pertamax Green 95, Senin (24/7/2023). Produk ini dijual seharga Rp 13.500 per liter.Etanol bikin sulfur BBM berkurang. Foto: Agung Pambudhy

Meski demikian, Prof Ronny memastikan, penurunan sulfurnya tak terlalu signifikan. Ketika ditanya berapa persen atau ppm (part per million), dia belum bisa menjawabnya dengan tegas.

“Intinya turun, tapi nggak signifikan, kok. Tipis aja,” kata dia.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq juga menegaskan, campuran etanol 10 persen bisa menekan sulfur bahan bakar. Keterangan tersebut disampaikan saat melakukan kunjungan kerja ke TPST Sandubaya, Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB).

“Bilamana dikonversi sebagian dengan (bahan bakar) alami tentu mengurangi sulfur,” kata Hanif Faisol.

Sebagai catatan, BBM yang dijual di Indonesia rata-rata sulfurnya masih terlalu tinggi. Pertalite dan Pertamax saja masih berada di atas 400 ppm. Padahal, menurut standar global, sulfur BBM seharusnya berkisar 50 ppm.

(sfn/rgr)



Sumber : oto.detik.com

Kenapa Banyak Proyek Mobil Nasional Gagal? Intervensi Politik Salah Satunya!



Jakarta

Indonesia punya impian untuk memiliki mobil nasional sejak puluhan tahun yang lalu. Namun sampai sekarang, tidak ada mobil nasional Indonesia yang sukses seperti mobil nasional negara tetangga.

Kini, muncul lagi cita-cita membuat mobil nasional. Presiden Prabowo Subianto bilang, dalam waktu tiga tahun ke depan, Indonesia akan memiliki mobil buatan sendiri.


“Belum merupakan prestasi tapi sudah kita mulai rintis, kita akan punya mobil buatan Indonesia dalam 3 tahun yang akan datang. Saya sudah alokasi dana, sudah kita siapkan lahan untuk pabrik-pabriknya. Sedang bekerja sekarang,” kata Prabowo baru-baru ini.

Sebenarnya, proyek mobil nasional sudah ada era order baru. Ketika itu, lahir mobil nasional seperti Maleo, Bimantara, serta Timor. Namun, merek-merek itu kandas saat krisis moneter.

Sempat muncul mobil-mobil nasional seperti Tawon, GEA, Wakaba, Arina, Nuri, dan sebagainya, tapi nama-nama itu menghilang saat ini. Saat ini memang masih ada mobil nasional merek FIN Komodo, tapi mobil itu bukan dirancang untuk penggunaan harian, melainkan kendaraan rekreasional sebagai mobil offroad.

Mimpi Indonesia punya mobil nasional juga bangkit lagi ketika nama Esemka melambung. Mobil Esemka bahkan pernah menjadi mobil dinas Joko Widodo saat masih menjabat sebagai Wali Kota Surakarta. Tapi, perjalanan Esemka tidak mulus.

Esemka sebenarnya sudah mulai menjual massal mobilnya dalam bentuk pikap Esemka Bima sejak 2019. Merek mobil yang digagas dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) itu juga memamerkan mobil-mobilnya di pameran otomotif internasional, Indonesia International Motor Show (IIMS) 2023 lalu. Namun, nama Esemka kini memudar. Bahkan, Esemka sempat terseret ke meja hijau lantaran konsumennya kesulitan membeli mobil tersebut.

Menurut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung, Yannes Pasaribu, ada sejumlah faktor mengapa banyak mobil nasional yang kandas. Salah satunya adalah karena intervensi politik.

“Proyek-proyek yang disampaikan gagal karena semua punya ketergantungan pada teknologi asing, kurangnya investasi R&D jangka panjang, dan intervensi politik yang terlalu mendominasi, tanpa perhitungan business aspects yang dipegang oleh orang-orang yang proven kompetensinya di dunia otomotif,” kata Yannes kepada detikOto, Rabu (22/10/2025).

Tak cuma itu, proyek mobil nasional juga terbentur banyak kepentingan. Menurut Yannes, kegagalan mobil nasional selalu diakibatkan hambatan sistemik, masif dan terstruktur dari tekanan luar dan dalam negeri.

“Jadi, sudah seharusnya kita belajar, bahwa tidak ada negara industri maju yang rela membangun musuh barunya sendiri. Indonesia mereka konstruksikan sebagai nett market, bukan next competitor,” ucap Yannes.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Sudah Banyak yang Gagal, Seberapa Penting Indonesia Punya Mobil Nasional?



Jakarta

Kabar soal mobil nasional Indonesia muncul lagi. Presiden Prabowo Subianto mengungkap dirinya sedang menyiapkan mobil buatan Indonesia yang bakal meluncur tiga tahun ke depan.

Bicara mobil nasional, sebenarnya Indonesia sudah pernah memiliki mobil-mobil lokal. Berdasarkan catatan detikOto, Indonesia pernah punya belasan merek mobil lokal, termasuk Esemka yang namanya sempat booming. Nama-nama mobil nasional seperti Maleo, Timor, Bimantara, Tawon, GEA, Wakaba, hingga Kancil juga sempat meramaikan industri otomotif Indonesia.

Sayangnya, nama-nama tersebut tidak eksis sampai sekarang. Merek-merek mobil nasional itu kandas.


Mimpi Indonesia menghadirkan mobil nasional lagi muncul dalam pidato Presiden Prabowo Subianti saat Sidang Kabinet Paripurna, Senin (20/10/2025). Prabowo bilang, dalam waktu tiga tahun ke depan, Indonesia akan memiliki mobil buatan sendiri. Prabowo sudah mempersiapkan segala hal, termasuk soal alokasi dana dan pabriknya.

“Belum merupakan prestasi tapi sudah kita mulai rintis, kita akan punya mobil buatan Indonesia dalam 3 tahun yang akan datang. Saya sudah alokasi dana, sudah kita siapkan lahan untuk pabrik-pabriknya. Sedang bekerja sekarang,” kata Prabowo dalam Sidang Kabinet Paripurna dikutip kanal Youtube Sekretariat Presiden.

Seberapa penting Indonesia punya mobil nasional di saat industri otomotif sekarang sudah banyak menyerap komponen dalam negeri?

Menurut pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Pasaribu, mobil nasional jika jadi lahir nanti, akan berdampak positif buat Indonesia.

“Pembangunan mobil nasional jelas merupakan isu strategis bagi Indonesia, karena potensinya untuk meningkatkan kemandirian teknologi, mendukung pertumbuhan ekonomi sehingga secara geopolitik terbangun national branding yang kuat sebagai newly industrial country,” kata Yannes kepada detikOto, Selasa (21/10/2025).

Menurut Yannes, di tengah transisi global menuju elektrifikasi kendaraan, memiliki brand nasional Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada impor dan menciptakan lapangan kerja.

“Serta memposisikan Indonesia sebagai salah satu pemain kunci otomotif (bukan sekadar pasar netto yang didominasi merek asing seperti sekarang) di pasar regional ASEAN,” ujar Yannes.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com