Tag Archives: islam

50 Ucapan Semoga Lekas Sembuh dalam Islam, Penuh Doa Tulus

Jakarta

Mengirim ucapan semoga lekas sembuh dapat mencerahkan hati teman atau keluarga yang sakit, karena mereka tahu bahwa kamu memikirkannya. Di bawah ini ada kumpulan ucapan semoga lekas sembuh dalam Islam yang bisa menjadi referensi.

Terkadang, dalam perjalanan hidup, kita dihadapkan pada ujian, di mana ketika orang yang kita cintai jatuh sakit. Saat itulah, doa dan harapan akan kesembuhan menjadi penopang utama.

Dalam Islam, terdapat banyak ucapan dan doa yang diajarkan untuk mengiringi proses kesembuhan seseorang. Islam mengajarkan kita untuk senantiasa memohon kepada Allah SWT atas segala hal, termasuk kesembuhan.


Ucapan-ucapan yang dilandasi iman dan harapan kepada Allah menjadi bentuk dukungan dan penyemangat bagi yang sedang berjuang melawan penyakit. Dalam setiap doa yang kita panjatkan, kita mengingat bahwa Allah SWT adalah Maha Pengasih dan Maha Penyembuh.

Berikut adalah Ucapan Semoga Lekas Sembuh dalam Islam:

1. Syafakallah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman (untuk laki-laki). Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit selepasnya.

2. Syafakillah syifaan ajilan, syifaan la yughadiru ba’dahu saqaman (untuk perempuan). Semoga Allah menyembuhkanmu secepatnya, dengan kesembuhan yang tiada sakit selepasnya.

3. Allahuma robbannas, adz-hibil ba’sa isyfi antasy-syafi la syifa’a lilla syifa’uka syifaan la yughadiru saqoman. Artinya: Ya Allah, Tuhan seluruh manusia, hilangkan semua sakit ini, berilah kesembuhan, hanya Engkau yang mampu memberi kesembuhan. Tiada kesembuhan selain dari-Mu. Sembuh yang sempurna yaitu tidak terkena sakit lagi.

4. Imsahil ba’sa rabban nāsi. Bi yadikas syifā’u. Lā kāsyifa lahū illā anta. Artinya: Hilangkanlah penyakit wahai Tuhan segala manusia. Di tangan-Mu kesembuhan. Tak ada yang menghilangkan penyakit, selain dari pada-Mu sendiri.

5. Bismillah turbatu ardlina biriqoti ba’dlina yusyfa saqimuna bi’idzni robbina. Artinya: Atas nama Allah tanah kami dengan sedikit ludah kami, semoga disembuhkan orang sakit ini atas izin Allah.

6. Semoga penyakitmu ini bisa menjadi penggugur dosa-dosa. InsyaAllah kamu bisa sehat dan kembali beraktivitas seperti biasa. Semangat ya!

7. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya (QS Albaqarah 286). Kamu pasti bisa melalui sakit ini dengan baik. Semoga bisa kembali sehat!

8. Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS Al-Insyirah 5-6). Semoga lekas pulih!

9. Allahumma isyfi sa’dan, allahumma isyfi sa’dan, allahumma isyfi sa’dan. Artinya: Ya Allah… sembuhkanlah ia dalam keadaan bahagia, ya Allah sembuhkanlah ia dalam keadaan bahagia, ya Allah sembuhkanlah ia dalam keadaan bahagia. (HR. Muslim)

10. Allah Maha Pengasih! Semoga kamu segera diberi kesembuhan dan lekas pulih seperti biasanya. Bismillah sehat ya.

Ucapan Semoga Lekas Sembuh dalam Islam

11. Allahu Shafeek bissshiha wala feea. Semoga Allah menyembuhkanmu dan kamu diberikan kesehatan.

12. Aku berdoa agar Allah memberikan kedamaian selama musim penuh tantangan dalam hidupmu ini. Aku tahu diagnosis ini merupakan pukulan berat.

13. Aku harap kamu segera merasa lebih baik. Aku telah berdoa agar kamu dapat menemukan perlindungan kepada Allah sambil terus menyembuhkan.

14. Berdoa agar Allah memberi kamu kemampuan untuk beristirahat dalam kedamaian-Nya. Aku tahu kamu mengatakan sangat sulit bagimu untuk tidur di rumah sakit. Berharap kamu bisa segera istirahat.

15. Allah pemelihara umat manusia, segera menyembuhkanmu. Aku tahu kamu ingin merasa lebih baik dan bisa bangun dari tempat tidur! Kami berharap dan berdoa semoga masa penyembuhanmu berjalan lancar.

16. Melihatmu sakit membuatku sedih. Aku berdoa semoga Allah memberi kamu kesehatan yang baik hari ini dan tahun-tahun mendatang. Aku berharap kamu sembuh total dari penyakitmu.

17. Dokter mencoba yang terbaik, tetapi Allah menyembuhkan. Aku berdoa untuk kamu setiap hari agar segera sembuh.

18. Doaku adalah agar Allah menyembuhkanmu secara ajaib dari penyakitmu, sehingga kami dapat berbagi saat-saat indah sekali lagi. Semoga cepat sembuh ya teman!

19. Aku ingin melihat kamu dengan baik lagi. Setiap hari aku berdoa kepada Allah untuk memberi kamu kesehatan yang baik sehingga kamu dapat segera bangkit kembali.

20. Setiap hari, aku meminta Allah untuk memberi kamu kekuatan dan aku berdoa agar kamu segera sembuh dari penyakit ini. Ingatlah bahwa kamu tidak sendirian, tetapi dikelilingi oleh orang-orang yang peduli denganmu. Aku akan terus berdoa untuk pemulihanmu yang cepat. Semoga segera sembuh.

Ucapan Semoga Lekas Sembuh dalam Islam

21. Semoga Allah segera memberikan kesembuhan dan memberikan kesehatan yang baik.

22. Mengirimkan doa kesembuhan agar tubuh kamu pulih dan diperkuat.

23. Semoga rahmat Allah memberi kamu kesembuhan fisik dan kelegaan dari rasa sakit.

24. Syafakallah. Semoga kamu mendapatkan kesembuhan total, dengan berkah Allah yang membimbing perjalananmu.

25. Momen sakit ini adalah momen yang membawa kamu lebih dekat pada Allah dan pembaruan. Berdoa untuk kekuatan dan kesembuhanmu.

26. Semoga cahaya kesembuhan Allah melingkupi kamu, membawa kenyamanan dan kesembuhan.

27. Semoga cinta dan rahmat Allah merangkulmu, mengantarkan keajaiban penyembuhan.

28. Aku berdoa semoga lekas sembuh dan semangatmu terangkat dalam rahmat Allah.

29. Semoga kekuatan penyembuhan ilahi dari Allah memberi kamu kenyamanan dan pembaruan.

30. Mengirimkan pikiran penyembuhan yang dipenuhi dengan berkah Allah. Percayalah pada sentuhan penyembuhan-Nya.

Ucapan Semoga Lekas Sembuh dalam Islam :

31. Semoga Allah memberi kamu kedamaian dan kenyamanan selama masa yang penuh tantangan ini. Kamu tidak sendiri.

32. Di saat-saat sulit, semoga kasih Allah menyelimuti Anda, membawa penghiburan dan kekuatan. Semoga kamu menemukan kedamaian batin dan keberanian melalui rahmat dan bimbingan Allah.

33. Allah melihat kepedihanmu, dan kasih-Nya mengelilingimu. Tetaplah kuat, karena Dia bersamamu.

34. Semoga cahaya kasih sayang Allah menenangkan hati kamu dan memberi kamu kesembuhan emosional. Kamu lebih kuat dari yang kamu tahu.

35. Percayalah pada rencana Allah, karena Dia mengetahui kepedihanmu dan akan mengangkatmu dengan cinta-Nya yang tak terbatas.

36. Semoga Allah memberkati kamu dengan ketahanan dan ketabahan, membimbing kamu melewati masa-masa sulit ini.

37. Semoga iman kamu kepada Allah memberimu kedamaian dan kekuatan batin. Percayalah pada rencana ilahi-Nya. Dalam pelukan doa, semoga Allah memberi kamu kesembuhan dan pembaruan spiritual.

38. Dalam naungan kasih Allah, semoga kamu diberi kekuatan untuk bertahan dan harapan untuk hari-hari yang lebih cerah.

39. Semoga kekuatan iman kepada Allah memberi kamu kedamaian, kekuatan, dan semangat baru. Percayalah pada rencana ilahi Allah, karena Dia membimbing kamu melalui perjalanan ini dengan cinta dan rahmat.

40. Semoga Allah memberi kamu ketenangan dan kejernihan pikiran selama masa yang penuh tantangan ini. Cahaya cinta Allah akan menghibur dan menguatkan pikiranmu.

Ucapan Semoga Lekas Sembuh Islami

41. Semoga ketenangan kehadiran Allah membawa kejernihan dan ketenangan pikiran. InsyaAllah kamu pasti sembuh dan kembali beraktivitas.

42. Semoga Allah memberi kamu kesabaran dan kenyamanan saat kamu melewati masa yang penuh tantangan ini.

43. Aku berharap dapat melihat kamu merasa sehat dan bersemangat lagi segera. Aku berdoa berharap kesehatan kamu untuk hari ini dan tahun-tahun mendatang. Lekas pulih ya!

44. Kesehatan kamu yang buruk telah merenggut kesenangan dan kebahagiaan kami. Kami berharap kamu ada di sini bersama kami dan bukan di ranjang sakit yang menjauhkan kamu dari teman dan keluargamu. Kami berdoa agar kamu cepat dan pulih sepenuhnya dari penyakitmu.

45. Doa ini dari teman-temanmu, yang semuanya berharap kamu sembuh total dan cepat. Kami merindukan kehadiranmu! Semoga cepat sembuh (nama orang yang sakit).

46. Pikiran dan doa aku menyertai kamu selama masa sulit ini. Kamu tidak sendirian, dan aku berharap dapat melihat kamu kembali ke kehidupan sehatmu segera. Semoga Allah segera menyembuhkan kamu dan membuat kamu merasa lebih baik untuk bisa menikmati hidupmu!

47. Ucapan ini mewakili cintaku padamu. Aku harap bisa menunjukkan betapa aku peduli tentangmu! Aku akan terus berdoa untuk kesembuhanmu yang cepat. Semoga segera sembuh!

48. Allah adalah pelindung kita. Dia akan melindungimu sepanjang waktu. Dia akan segera menyembuhkanmu. Aku yakin bahwa Allah akan menjagamu dan menyembuhkanmu segera. Jangan khawatir.

49. Rencana Allah adalah rencana terbaik. Juga, penyakit adalah berkah Allah, jadi doa adalah obatnya.

50. Ketika doa datang dari hati, Allah pasti menerima. Kami berdoa untukmu dari lubuk hati kami. Allah akan segera mengangkat penyakitmu.

Itulah kumpulan ucapan semoga lekas sembuh dalam Islam Semoga setiap ucapan dan doa di atas menjadi jalan yang membawa kesembuhan dan ketenangan bagi yang sedang berjuang. Amin.

(eny/eny)



Sumber : wolipop.detik.com

Cerita Haru 3 Pemenang Emeron Hijab Hunt 2024 Beribadah di Masjid Nabawi

Madinah

Tiga pemenang Emeron Hijab Hunt 2024, juara pertama Nakeisha Syifa, juara kedua Shasyelfa Setyaning Haryoseno dan juara ketiga Palupi Krakatao mendapatkan hadiah umrah gratis dari GIS Travel.

Ketiga pemenang mulai berangkat umrah pada 25 September hingga 3 Oktober 2024. Destinasi pertama yang mereka kunjungi adalah Masjid Nabawi di kota Madinah.

Ketiga pemenang mengungkapkan rasa haru dan bahagianya ketika memijakkan kaki di masjid kedua yang dibangun dalam sejarah Islam dan menjadi masjid terbesar kedua di dunia tersebut. Nakeisha Syifa mengungkapkan mendapatkan banyak pengalaman baru selama berada di Madinah.


“Mulai dari refill air zam-zam sepuasnya, bisa ibadah di dalam Masjid Nabawi, sampai bisa nangis di Raudhah. Benar-benar dibuat speechless saat masuk ke area Nabawi, perasaan campur aduk senang, sedih, bahkan masih nggak menyangka karena bisa dipanggil secepat ini ke rumah Allah,” ungkap Nakeisha Syifa.

Remaja yang berusia 16 tahun itu menuturkan tak bisa menyembunyikan rasa harunya ketika masuk ke Raudhah, yang merupakan tempat mulia saat Rasulullah membacakan Wahyu dan mengajarkan Al-Islam di depan para sahabat terdekatnya.

“Kemarin saat mau masuk ke Raudhah aku diselak banyak orang, karena aku mundur untuk bantu nenek-nenek yang nggak bisa lari, di dalam hati berusaha ikhlas,” ucap Nakeisha.

Nakeisha mendampingi nenek tersebut sampai berada di shaf kelima saat di Raudhah. “Setelah nenek itu aman posisinya tiba-tiba out of nowhere kak Gres (tim Wolipop) yang menarik tangan aku sampai ke shaf ketiga yang mana itu dekat sama mimbar rasul,” ujarnya haru.

Raudhah disebut sebagai taman surga. Nakeisha tak menyangka usai membantu nenek tersebut bisa langsung mendapatkan shaf yang tak jauh dari tiang Aisyah.

“Kayak ngena banget karena aku lagi berusaha untuk ikhlas menolong nenek itu karena iba beliau di dorong-dorong. Walau akhirnya aku nggak bisa dapat shaf depan. Tapi di situ juga langsung Allah balas dengan aku tiba-tiba di tarik ke shaf paling depan,” lanjutnya.

Shasyelfa Setyaning Haryoseno mengaku takjub dengan keindahan kota Madinah. “Saat tiba di Madinah, aku seneng dan bersyukur banget, walaupun ternyata udaranya panas tapi tertutup dengan pemandangannya yang masya Allah indah banget,” sebut Shasyelfa.

Dara berusia 15 tahun ini merasa ketenangan ketika masuk ke dalam Raudhah. “Aku berdoa banyak hal yang insya Allah dijabah, setelah beres rasanya langsung tenang banget. Benar-benar suatu pengalaman yang berharga buat aku,” kata Shasyelfa.

Begitu juga yang dirasakan oleh Palupi Krakatao yang tak henti mengucapkan rasa syukur dan bahagianya ketika tiba di Madinah. Palupi menuturkan ini pertama kalinya ia berada di rumah Rasulullah SAW.

“Aku merinding bahagia dan nggak sabar mau melaksanakan rangkaian ibadah. Sampai di sini membuat aku merasa lebih damai, tenang dan ngerasa dipeluk sama doa-doa baik semua orang yang mendukung aku,” jelas Palupi.

Ibu satu orang anak ini berharap kelak bisa menunaikan ibadah umrah bersama keluarga. Palupi memanfaatkan waktu sebaik mungkin dengan beribadah di Masjid Nabawi.

“Di Madinah tempat favorit aku adalah Masjid Nabawi, sebisa mungkin melaksanakan salat wajib mau pun sunah di masjid karena kesempatan ini tidak setiap kali bisa aku rasakan. Biasanya aku nggak cengeng tapi sampai di sini rasanya tak terhitung air mata yang sudah jatuh, haru, syukur, semua jadi satu,” tutur Palupi.

“Semoga perjalanan ibadah kali ini, menjadikan aku pribadi yang jauh lebih baik lagi dan makin dekat sama Allah,” pungkasnya.

Setelah mengunjungi Raudhah, para pemenang berkeliling kota Madinah untuk mengetahui beragam informasi tentang perjalanan Islam bersama GIS Travel.

(gaf/eny)



Sumber : wolipop.detik.com

40 Ucapan Terima Kasih Dalam Islam yang Singkat dan Penuh Doa

Jakarta

Ingin membalas pesan berupa ucapan terima kasih dalam Islam? Jika bingung, ada beberapa referensi kalimat ucapan terima kasih dalam Islam yang bisa kamu gunakan.

Mengucapkan terima kasih menjadi cara sederhana untuk menunjukkan penghargaan dan menghargai kebaikan orang lain. Dalam Islam, mengungkapkan rasa syukur tidak hanya sekadar ucapan tapi juga disertai dengan doa-doa baik yang mendalam.

Ucapan terima kasih yang disertai doa merupakan bentuk kepedulian kepada orang yang telah membantu, sekaligus sebagai bentuk syukur kepada Allah SWT yang mempertemukan kita dengan orang-orang baik. Dengan ucapan terima kasih dalam Islam, kita tidak hanya membuat orang lain merasa dihargai tapi juga menyebarkan keberkahan kepada mereka.


Ucapan terima kasih dalam Islam sering kali diiringi dengan kata-kata seperti ‘jazakallahu khairan’ atau ‘barakallahu fiik’, yang artinya agar Allah membalas kebaikan orang tersebut. Makna dari ungkapan ini lebih dalam dibandingkan dengan sekadar kata ‘terima kasih’ karena turut menyertakan harapan dan doa untuk kebaikan yang terus mengalir.

Mendoakan orang yang berbuat baik kepada kita juga merupakan salah satu adab yang dianjurkan dalam Islam. Dari ucapan untuk sahabat, keluarga, hingga orang-orang yang mungkin baru kita temui, berikut ucapan terima kasih dalam Islam penuh doa buat membalas kebaikan orang lain yang telah membantu.

Ucapan Terima Kasih Dalam Islam yang Penuh Doa

1. “Jazakallahu khairan katsiran wa ahsanal jaza atas semua kebaikan yang telah engkau berikan. Semoga Allah memberkahi hidupmu, melapangkan rezekimu, dan melindungi keluargamu dalam rahmat-Nya yang tak terhingga.”

2. “Terima kasih banyak atas bantuan dan dukungan yang tak ternilai. Semoga Allah mengangkat derajatmu, memudahkan segala urusanmu, dan membalas setiap kebaikanmu dengan pahala yang melimpah di dunia dan akhirat.”

3. “Syukran wa jazakallahu khairan katsiran. Semoga Allah selalu menjagamu dalam kasih dan sayang-Nya, memberimu kemudahan dalam setiap langkah hidup, dan menambahkan keberkahan di setiap usahamu.”

4. “Alhamdulillah, terima kasih atas ketulusan dan kebaikanmu. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal jariyah, dan semoga kebaikanmu ini menjadi cahaya yang menerangimu di dunia dan akhirat kelak.”

5. “Jazakillah khair, sungguh kebaikanmu tidak akan pernah bisa aku lupakan. Semoga Allah selalu melindungimu, membalas setiap kebaikanmu dengan balasan terbaik, dan menjadikan setiap amalmu sebagai pemberat timbangan kebaikan di hari akhir.”

6. “Syukran wa barakallahu fiik. Semoga Allah menambahkan ketenangan dalam hatimu, keberkahan dalam hartamu, dan kebahagiaan dalam keluargamu atas semua kebaikan yang telah engkau lakukan.”

7. “Jazakumullahu khairan untuk segala kebaikan dan bantuanmu. Semoga Allah membalas dengan pahala yang berlipat, dan semoga kebaikanmu ini menjadi jalan yang mengantarmu menuju surga-Nya.”

8. “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kita. Terima kasih atas setiap doa, perhatian, dan bantuan yang engkau berikan. Semoga Allah memudahkan setiap urusanmu dan memberkahi langkahmu.”

9. “Terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga Allah melipatgandakan kebaikanmu dan menjadikan amalmu sebagai sebab rahmat dan ampunan di hari yang penuh hisab.”

10. “Syukran katsiran, jazakallah khair atas segala kebaikan yang telah engkau berikan. Semoga Allah membalasnya dengan kebahagiaan, kesehatan, dan rezeki yang luas di setiap harimu.”

11. “Jazakumullah ahsanal jaza, semoga Allah membalasmu dengan balasan terbaik. Terima kasih atas kebaikan hatimu yang begitu tulus, dan semoga setiap doa yang baik kembali kepadamu dengan keberkahan.”

12. “Syukran wa barakallahu fiik, terima kasih atas bantuan dan ketulusanmu. Semoga setiap kebaikan yang kau lakukan dilipatgandakan balasannya dan menjadi penerang di saat-saat sulit dalam hidupmu.”

13. “Terima kasih yang tak terhingga atas dukunganmu. Semoga Allah menjadikan setiap amal baikmu sebagai pemberat timbangan amal kebaikan di hari kiamat dan selalu memberimu kemudahan dalam setiap urusan.”

14. “Jazakumullah khairan, terima kasih atas segala kebaikan yang telah engkau berikan. Semoga Allah mencurahkan keberkahan pada keluargamu dan membalas setiap kebaikanmu dengan keindahan surga-Nya.”

15. “Syukran atas keikhlasan dan kebaikanmu. Semoga Allah selalu memberikan rahmat dalam hidupmu dan melindungimu dari segala kesulitan. Semoga setiap kebaikanmu menjadi amal yang tidak terputus hingga akhirat.”

16. “Terima kasih banyak, semoga Allah melapangkan jalanmu menuju surga, memberimu kebahagiaan yang tak berkesudahan, dan menjadikan kebaikanmu sebagai cahaya yang menuntunmu di hari akhir nanti.”

17. “Jazakallahu khairan atas semua perhatian, bantuan, dan keikhlasanmu. Semoga Allah mengganjarmu dengan kebaikan yang berlipat ganda, serta menjadikan setiap langkahmu penuh berkah dan ridha-Nya.”

18. “Syukran jazakumullah khairan, semoga Allah senantiasa merahmatimu. Terima kasih atas segala kebaikan yang kau berikan, semoga Allah memuliakanmu di dunia dan akhirat, serta menjagamu dari segala keburukan.”

19. “Terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga Allah menuliskan setiap kebaikanmu sebagai amal shaleh, melindungimu dari bahaya, dan menjadikanmu pribadi yang selalu berada dalam rahmat dan lindungan-Nya.”

20. “Jazakillah khairan katsiran, terima kasih atas semua yang telah kau lakukan. Semoga Allah menghapus segala kesulitanmu dan memberimu kehidupan yang penuh kedamaian, ketentraman, dan keberkahan di dunia dan akhirat.”

Ucapan Terima Kasih Dalam Islam yang Singkat

21. “Jazakallahu khairan katsiran, semoga Allah membalas kebaikanmu dengan pahala yang berlimpah.”

22. “Syukran wa jazakallah khair, semoga setiap kebaikan yang kau berikan dibalas berlipat oleh Allah.”

23. “Alhamdulillah, terima kasih atas bantuannya. Semoga Allah mencatatnya sebagai amal jariyah yang tak terputus.”

24. “Syukran jazilan, semoga Allah memberkahi setiap langkahmu.”

25. “Terima kasih, barakallahu fiik, semoga Allah melimpahkan berkah pada hidupmu.”

26. “Jazakillah khairan, semoga Allah selalu merahmatimu dan keluargamu.”

27. “Terima kasih banyak. Semoga setiap kebaikanmu menjadi pahala yang kekal di sisi Allah.”

28. “Syukran wa jazakumullahu khair, semoga setiap langkah hidupmu diberkahi oleh Allah.”

29. “Alhamdulillah, terima kasih. Semoga Allah melipatgandakan pahala untuk setiap kebaikanmu.”

30. “Jazakumullahu khairan, semoga Allah membalas dengan kebaikan yang jauh lebih besar.”

31. “Syukran atas bantuanmu. Semoga Allah memberi kebaikan dalam setiap usahamu.”

32. “Terima kasih, semoga Allah memperindah kehidupanmu dengan keberkahan dan kasih-Nya.”

33. “Jazakallah khair, semoga Allah memberikan kebaikan berlipat ganda kepadamu.”

34. “Syukran, semoga setiap amal baikmu diterima dan dibalas oleh Allah dengan kebaikan yang tiada henti.”

35. “Terima kasih atas bantuanmu. Semoga Allah senantiasa menjagamu dalam kebaikan.”

36. “Jazakumullahu ahsanal jaza, semoga Allah membalasmu dengan sebaik-baik balasan.”

37. “Syukran katsir, semoga Allah memberimu kemudahan dan keberkahan dalam setiap urusan.”

38. “Terima kasih, semoga kebaikan yang kau berikan menjadi amal yang tak putus sampai akhirat.”

39. “Jazakallah khair, semoga setiap niat baik dan kebaikanmu tercatat sebagai pahala di sisi Allah.”

40. “Syukran wa barakallahu fik, semoga Allah melapangkan jalanmu dengan kebaikan dan berkah-Nya.”

Semoga ucapan terima kasih dalam Islam di atas dapat menyampaikan rasa terima kasihmu yang mendalam dan penuh doa.

(eny/eny)



Sumber : wolipop.detik.com

Bolehkah Sahur Dulu Baru Mandi Wajib Setelah Haid?

Arina Yulistara – wolipop

Sabtu, 08 Mar 2025 03:00 WIB





Anda menyukai artikel ini

Jakarta

Sering bertanya-tanya, bolehkah sahur dulu baru mandi wajib? Mari cari tahu jawabannya di sini.

Salah satu persiapan penting sebelum berpuasa selama Ramadhan adalah makan sahur. Sahur dianjurkan karena mengandung banyak keberkahan.

Meski demikian, ada kondisi tertentu yang mungkin membuatmu ragu, seperti ketika masih dalam keadaan junub atau memiliki hadas besar sebelum sahur. Apakah tetap boleh makan sahur sebelum mandi wajib? Bagaimana pengaruhnya terhadap keabsahan puasa?


Dalam ajaran Islam, kesucian sangat ditekankan dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam beribadah. Mandi wajib menjadi salah satu cara untuk mensucikan diri dari hadas besar, termasuk setelah berhubungan suami-istri, mimpi basah, haid, atau nifas.

Beberapa dari kamu mungkin pernah mengalami situasi di mana tidak sempat mandi sebelum sahur dan harus menunda hingga setelah waktu Subuh tiba. Hal ini kemudian kerap menimbulkan pertanyaan, bolehkah sahur dulu baru mandi wajib?

Mari simak penjelasan berdasarkan hadis dan pendapat para ulama mengenai pertanyaan, bolehkah sahur dulu baru mandi wajib?

Apakah Sahur Dulu Baru Mandi Wajib Diperbolehkan?

mandi wajib ramadhanmandi wajib ramadhan Foto: Getty Images/iStockphoto/Ekaterina79

Berdasarkan situs Kementerian Agama, jawabannya boleh. Kamu tetap diperbolehkan makan sahur meskipun dalam keadaan junub dan belum mandi wajib.

Ini berdasarkan hadis yang diriwayatkan Aisyah RA dan Ummu Salamah RA:

“Rasulullah SAW pernah memasuki waktu Subuh dalam keadaan junub karena berjima’. Kemudian beliau mandi dan tetap berpuasa.” (HR. Bukhari & Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa keadaan junub tidak membatalkan puasa. Artinya, kamu yang sahur dalam keadaan belum mandi wajib tetap sah puasanya selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Pandangan Ulama tentang Mandi Wajib Setelah Sahur

Halaman 2 dari 3

” dtr-evt=”detail multiple page” dtr-sec=”button selanjutnya” dtr-act=”button selanjutnya” dtr-idx=”2″ dtr-id=”7812536″ dtr-ttl=”Bolehkah Sahur Dulu Baru Mandi Wajib Setelah Haid?”>

Pandangan Ulama tentang Mandi Wajib Setelah Sahur

Niat Mandi Wajib Perempuan

Foto: Getty Images/iStockphoto/Rachaphak

Mengenai hal ini, Muh. Hambali dalam bukunya yang berjudul Panduan Muslim Kaffah Sehari-Hari dari Kandungan hingga Kematian menyatakan bahwa mayoritas ulama, yakni keempat mazhab, Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali, sepakat bahwa puasa seseorang tetap sah puasanya meskipun ia memasuki waktu Subuh dalam keadaan junub.

Meski puasa tetap sah namun ia tetap wajib menyegerakan mandi junub agar bisa menunaikan salat Subuh tepat waktu. Hal ini disebukan dalam sebuah hadis yang berbunyi;

“Orang yang berpuasa boleh menunda mandi junub hingga waktu setelah fajar terbit. Tetapi, lebih utama adalah ia menyegerakan mandi wajib sebelum terbit fajar atau sebelum subuh.” (Syeikh Hasan Sulaiman An-Nuri dan Syekh Alawi Abbas Al-Maliki dalam Ibanatul Ahkam)

Hukum Puasa Bagi yang Sahur Dulu Baru Mandi Wajib

Halaman 3 dari 3

” dtr-evt=”detail multiple page” dtr-sec=”button selanjutnya” dtr-act=”button selanjutnya” dtr-idx=”3″ dtr-id=”7812536″ dtr-ttl=”Bolehkah Sahur Dulu Baru Mandi Wajib Setelah Haid?”>

Hukum Puasa Bagi yang Sahur Dulu Baru Mandi Wajib

shower with flowing water and steam, closeup view

Foto: Getty Images/iStockphoto/Rachaphak

Menurut para ulama, puasa tetap sah meskipun kamu belum mandi wajib sebelum Subuh. Hal ini didasarkan pada beberapa poin berikut:

1. Syarat puasa tidak perlu suci dari hadas besar

Dalam Islam, syarat sah puasa adalah niat dan menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga terbenam matahari. Kesucian dari hadas besar bukan syarat sah puasa, melainkan menjadi syarat sah salat.

2. Sesuai hadis

Ini sesuai hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah RA dan Ummu Salamah RA menunjukkan bahwa Rasulullah SAW sendiri pernah memasuki waktu Subuh dalam keadaan junub. Kemudian mandi wajib setelahnya dan tetap berpuasa.

3. Tidak ada larangan dalam Al Quran

Tidak ada dalil yang melarang kamu berpuasa dalam keadaan junub. Oleh sebab itu, menunda mandi wajib hingga setelah Subuh tidak membatalkan puasa. Namun sengaja menunda mandi hingga lewat waktu salat Subuh tidak diperbolehkan dan berdosa.

Jadi, berdasarkan dalil dan pandangan ulama, jawaban dari pertanyaan bolehkah sahur dulu baru mandi wajib? Jawabannya boleh.

Meski belum mandi wajib, puasanya tetap sah. Namun kamu harus segera mandi setelah masuk waktu Subuh agar dapat melaksanakan salat Subuh. Oleh karena itu, jika memungkinkan, sebaiknya mandi wajib sebelum sahur agar lebih tenang.

(eny/eny)



Sumber : wolipop.detik.com

Masyarakat Butuh Ulama Fatwa, Alumni Pesantren-UIN Bisa Jadi Mufti Dadakan


Jakarta

Manusia kerap dihadapi oleh berbagai macam persoalan. Pandangan agama pun mereka butuhkan untuk mencari jalan keluar.

Pusat Studi Fatwa dan Hukum Islam (PUSFAHIM) Fakultas Syariah dan Hukum (FSH) UIN Jakarta resmi memulai langkah strategis untuk merespons kebutuhan agama masyarakat. Langkah tersebut diwujudkan melalui Grand Opening Komunitas Kajian Fatwa Insight yang digelar Rabu (15/10/2025).

Kepala PUSFAHIM yang juga Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof. Dr. KH. M. Asrorun Ni’am Sholeh, Lc., M.A., menegaskan bahwa kegiatan ini adalah ikhtiar untuk menghidupkan fatwa keagamaan dalam kehidupan sehari-hari.


“Masyarakat tidak lepas dari permasalahan baru yang membutuhkan jawaban keagamaan. Salah satu tempat bersandar adalah para Ulama fatwa. Karenanya perlu ada kontribusi akademik nyata dalam merespons kebutuhan masyarakat,” ujar Prof. Ni’am, dalam keterangan persnya.

Program perdana Fatwa Insight ini mengkaji kitab fundamental, Ādāb al-Fatwā wa al-Muftī wa al-Mustaftīkarya Imam an-Nawawi. Kajian ini akan berlangsung selama sembilan pertemuan hingga akhir Desember 2025.

Alumni UIN dan Pesantren ‘Mufti’ Masyarakat

Dalam pemaparannya, Prof. Ni’am, yang juga Guru Besar UIN Jakarta, menyoroti peran strategis alumni Pesantren dan alumni UIN, khususnya dari FSH, di tengah masyarakat.

Menurutnya, secara sadar atau tidak sadar, mereka akan menjalankan peran sebagai ‘mufti’ dadakan.

“Masyarakat akan menganggap alumni FSH kredibel untuk dimintai pandangan hukum Islam. Oleh karena itu, sebagai bentuk tanggung jawab keilmuan, kajian seperti ini sangat perlu diadakan sebagai wadah silaturahmi, muzakarah, dan peningkatan kapasitas keilmuan,” tegasnya.

Prof. Ni’am menekankan pentingnya merawat kesadaran sosial (al-Wa’yu al-Ijtimā’ī) tentang hukum Islam, karena hal ini yang membuat syariat Islam tetap hidup. Peran fatwa, kata dia, sangat vital dalam konteks ini.

Fatwa dan Kebijakan Negara

Ia juga menjelaskan empat pendekatan fatwa dalam hubungannya dengan kebijakan negara:

  • Ta’yidi (menguatkan kebijakan)
  • Ishlahi (memperbaiki kebijakan)
  • Tashihi (mengoreksi kebijakan)
  • Insya’i (menginisiasi kebijakan baru)

Pendekatan ini diilustrasikannya dengan berbagai contoh fatwa MUI yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah. Saat memulai pembacaan kitab, Prof. Ni’am mengingatkan pentingnya etika dalam menjelaskan hukum Islam.

“Fatwa adalah sesuatu yang bahayanya besar, namun di sisi lain manfaatnya juga sangat banyak,” jelasnya, mengutip pernyataan Imam Nawawi, sambil memberikan gambaran detail mengenai sisi risiko dan keutamaannya.

Komunitas itu diikuti 220 orang. 48 peserta hadir secara offline, sisanya mengikuti secara daring melalui Zoom Meeting.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Islam Larang Semir Rambut Warna Hitam, Begini Jika Telanjur


Jakarta

Menyemir rambut diperbolehkan dalam Islam asal tidak berwarna hitam. Sebab, Rasulullah SAW melarang warna tersebut.

Larangan menyemir rambut dengan warna hitam berlaku bagi laki-laki dan perempuan, baik untuk rambut jenggot maupun kepala. Dalam sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi dikatakan,

عَنْ جَابِرٍ قَالَ : أُتِيَ بِأَبِي قُحَافَةَ وَالِدِ أَبِي بَكْرِ الصِّدِّيقِ مَا ، يَومَ فَتْحِ مَكَّةَ وَرَأْسُهُ وَلِحْيَتُهُ كَالثَّغَامَةِ بَيَاضًا . فَقَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ ﷺ : غَيِّرُوا هَذَا وَاجْتَنِبُوا السَّوَادَ . رواه مسلم


Artinya: “Dari Jabir RA, dia berkata: Pada hari penaklukkan Kota Makkah Abu Quhafah dibawa ke hadapan Rasulullah SAW dengan rambut dan jenggotnya yang memutih seperti pohon tsaghamah (pohon yang daun dan buahnya putih). Maka Rasulullah SAW bersabda, “Rubahlah (warna celupan ini) dan jauhilah warna hitam.” (HR Muslim)

Dalam riwayat lain dikatakan,

اذْهَبُوا بِهِ إِلَى بَعْضٍ نِسَائِهِ فَلْتُغَيِّرْهُ وَجَنِّبُوهُ السَّوَادَ

Artinya: “Ajaklah dia kepada istri-istrinya agar mereka mengubah warna rambutnya tetapi jauhilah warna hitam.” (HR Muslim)

Menurut penjelasan dalam Ensiklopedia Fikih Indonesia susunan Ahmad Sarwat, ulama Hanabilah, Malikiyah, dan Hanafiyah mengatakan mengecat rambut dengan warna hitam dimakruhkan kecuali bagi orang yang akan berperang karena ada ijma mengenai kebolehannya. Sementara ulama dari mazhab asy-Syafi’iyah menyatakannya haram kecuali bagi yang akan berperang.

Pendapat tersebut bersandar pada sabda Rasulullah SAW, “Akan ada pada akhir zaman orang-orang yang akan mengecat rambut merek dengan warna hitam, mereka tidak akan mencium bau surga.” (HR Abu Daud, An-Nasa’i, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim)

Warna yang Dianjurkan untuk Menyemir Rambut

Menyemir rambut, termasuk untuk menutupi uban, boleh pakai warna selain hitam. Dianjurkan dengan warna kuning atau merah, sebagaimana penjelasan Imam an-Nawawi dalam Syarah Riyadhus Shalihin.

“Dianjurkan menyemir uban dengan pacar dan selainnya, baik uban pada jenggot atau selainnya,” jelas Imam an-Nawawi seperti diterjemahkan Misbah.

Adapun, bahan yang baik untuk menyemir rambut yang beruban adalah inai dan katam, sebagaimana diriwayatkan Abu Dzar RA, dari Rasulullah SAW,

إِنَّ أَحْسَنَ مَا غَيَّرْتُمْ بِهِ الشَّيْبُ الْحِنَّاءُ وَالْكَتَمُ.

Artinya: “Sungguh, sesuatu yang paling baik untuk mengubah warna uban adalah inai dan katam.” (HR Tirmidzi, Nasa`i, dan Ibnu Majah)

Bagaimana Jika Telanjur Menyemir Hitam?

Menurut Pengasuh Lembaga Pengembangan Da’wah dan Pondok Pesantren Al-Bahjah, Buya Yahya, apabila sudah telanjur menyemir rambut dengan warna hitam, cukup biarkan sampai warna rambut kembali seperti semula, dan bertobat tidak mengulanginya.

“Kalau sudah terlanjur ya biarkan saja sampai rambut kan berganti nanti. Taubat itu sudah selesai ‘insyaallah saya tidak akan melakukan lagi’. Selesai, bertobat, dan berakhir, akan berganti dengan rambut yang asli,” kata Buya Yahya saat menjawab pertanyaan yang diunggah di YouTube Al-Bahjah TV. detikcom telah mendapat izin untuk mengutip tayangan dalam channel tersebut.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Apa Itu Fasakh? Ini Pengertian dan Penyebabnya dalam Islam


Jakarta

Setiap pasangan suami istri tentu menginginkan pernikahan yang langgeng dan harmonis hingga akhir hayat. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa dalam perjalanan rumah tangga, terkadang muncul masalah dan ketidakcocokan yang dapat berujung pada perceraian.

Dalam fikih Islam, perceraian tidak hanya terjadi melalui talak yang dijatuhkan oleh suami, tetapi juga dapat dilakukan melalui fasakh. Fasakh menjadi salah satu bentuk pembatalan pernikahan yang diakui dalam hukum Islam dengan alasan tertentu yang sah secara syariat.

Lantas, apa itu fasakh sebenarnya?


Pengertian Fasakh

Fasakh merupakan salah satu bentuk pembatalan pernikahan yang diakui dalam fikih Islam. Mengutip buku Panduan Muslim Kaffah Sehari-hari oleh Muh. Hambali, secara bahasa, fasakh berarti “rusak” atau “putus,” yang merujuk pada terhentinya hubungan pernikahan antara suami dan istri.

Secara istilah, fasakh adalah pembatalan nikah berdasarkan dakwaan istri dengan syarat dan sebab yang dibenarkan oleh syariat Islam. Dalam hal ini, keputusan untuk mengakhiri pernikahan bukan berasal dari suami, melainkan dari pihak istri yang mengajukan permohonan kepada pengadilan.

Berbeda dengan talak yang bisa dijatuhkan secara langsung oleh suami secara lisan, fasakh hanya dapat diputuskan oleh hakim atau pengadilan agama. Hal ini menunjukkan proses fasakh memiliki dasar hukum yang kuat dan harus melalui pertimbangan serta bukti yang sah.

Selain itu, perceraian melalui fasakh memiliki konsekuensi hukum yang berbeda dengan talak biasa. Jika pasangan ingin rujuk setelah fasakh, mereka tidak dapat kembali begitu saja, melainkan harus melangsungkan akad nikah baru dengan mahar dan syarat yang sah.

Hukum fasakh dalam Islam bersifat mubah, artinya diperbolehkan, tidak diperintahkan, dan tidak pula dilarang. Namun, pelaksanaannya sangat bergantung pada kondisi rumah tangga dan alasan yang diajukan, sehingga fasakh menjadi solusi bagi istri dalam situasi pernikahan yang sudah tidak dapat dipertahankan.

Penyebab Fasakh dalam Pernikahan

Mengutip buku Kitab Lengkap dan Praktis Fiqh Wanita karya Abdul Syukur al-Azizi, fasakh hanya dapat dijatuhkan apabila terdapat alasan yang dibenarkan oleh syariat Islam.

Berbeda dengan talak yang bisa dilakukan tanpa sebab tertentu, fasakh memerlukan dasar yang kuat dan bukti yang jelas. Adapun beberapa penyebab terjadinya fasakh antara lain sebagai berikut:

1. Tidak Ada Kesetaraan

Fasakh dapat terjadi jika antara suami dan istri tidak memiliki kesetaraan atau kesepadanan (kufu’) dalam pernikahan. Ketidaksepadanan ini dapat mencakup perbedaan dalam hal agama, nasab, status sosial, penghasilan, atau kehormatan, terutama dalam aspek keagamaan yang dikhawatirkan dapat menjauhkan salah satu dari ajaran Islam.

2. Adanya Aib atau Cacat pada Pasangan

Jika salah satu pihak memiliki aib atau cacat yang menghalangi kehidupan rumah tangga yang normal, fasakh dapat diajukan. Misalnya, suami menderita penyakit kronis, gangguan mental, lemah syahwat, atau memiliki kondisi fisik yang tidak wajar sehingga menimbulkan mudarat bagi pasangan.

3. Tidak Diberi Nafkah oleh Suami

Seorang istri berhak mengajukan fasakh jika suami tidak memenuhi kewajibannya dalam memberikan nafkah, baik nafkah lahir maupun batin. Termasuk juga ketika suami menolak melunasi mahar atau bersikap lalai terhadap tanggung jawabnya, padahal Allah SWT memerintahkan agar suami istri saling menjaga dan memenuhi hak satu sama lain.

4. Salah Satu Pihak Pindah Agama

Apabila salah satu pasangan keluar dari Islam (murtad) sementara yang lain tetap beriman, maka pernikahan mereka dapat difasakh. Hal ini karena perbedaan akidah menjadi penghalang utama dalam ikatan pernikahan menurut hukum Islam.

5. Adanya Hak Khiyar (Pilihan untuk Membatalkan)

Khiyar memberi hak kepada salah satu pihak untuk memilih melanjutkan atau membatalkan pernikahan apabila ditemukan hal-hal yang dapat membahayakan kelangsungan rumah tangga. Jika situasi tersebut menimbulkan mudarat yang berat, istri atau suami berhak memutuskan hubungan melalui fasakh.

6. Cacat pada Akad Nikah

Fasakh juga wajib dilakukan bila ditemukan adanya cacat atau ketidaksahan dalam akad nikah. Misalnya, akad dilakukan tanpa saksi yang sah atau tidak memenuhi rukun dan syarat pernikahan sebagaimana ditetapkan oleh syariat.

7. Terbukti Bersaudara Sepersusuan

Dalam Islam, menikah dengan saudara sepersusuan termasuk pernikahan yang haram karena memiliki hubungan mahram. Apabila setelah menikah diketahui bahwa pasangan adalah saudara sepersusuan, maka pernikahan tersebut wajib dibatalkan melalui fasakh.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Siapa Saja Panitia Penyalin Al-Qur’an pada Masa Khalifah Utsman?


Jakarta

Al-Qur’an merupakan sumber hukum dan pedoman hidup bagi umat Islam dalam menjalani setiap aspek kehidupan. Kitab suci ini diturunkan secara berangsur-angsur, di tempat yang berbeda-beda, serta dengan asbabun nuzul yang beragam.

Seiring berjalannya waktu, muncul ide untuk menyatukan seluruh ayat Al-Qur’an agar menjadi sebuah kitab yang dibukukan, yang kemudian dikenal sebagai mushaf. Langkah ini penting agar umat Islam dapat membaca dan mempelajari Al-Qur’an secara utuh tanpa terpencar-pencar.

Proses pengumpulan dan pendokumentasian Al-Qur’an tidak dilakukan oleh satu orang, melainkan oleh tim khusus yang ditunjuk oleh Khalifah Utsman bin Affan. Lantas, siapakah orang-orang yang berjasa dalam menyusun mushaf Utsmani sehingga kini kita bisa mempelajari Al-Qur’an dengan mudah dan seragam?


Panitia Penulisan Al-Qur’an Zaman Khalifah Utsman

Dijelaskan dalam MUSHAF JOURNAL: Jurnal Ilmu Al Quran dan Hadis vol.2 berjudul Jejak Sejarah Penulisan Al-Quran oleh Pakhrujain dan Habibah, Khalifah Utsman bin Affan menyadari pentingnya menyatukan bacaan Al-Qur’an yang beragam di kalangan umat Islam.

Untuk itu, beliau membentuk panitia khusus yang bertugas menyalin dan membukukan Al-Qur’an agar menjadi mushaf seragam.

Panitia tersebut diketuai oleh Zaid bin Tsabit, sahabat yang terkenal karena hafalannya yang kuat dan kemahirannya dalam menulis Al-Qur’an. Tiga anggota lainnya adalah Abdullah bin Zubair, Sa’id bin al-Ash, dan Abdul al-Rahman bin al-Harith bin Hisyam, yang masing-masing memiliki kompetensi tinggi dalam ilmu Al-Qur’an.

Tugas utama panitia ini adalah menyalin lembaran-lembaran Al-Qur’an yang telah dikumpulkan pada masa Khalifah Abu Bakar menjadi beberapa mushaf lengkap. Proses ini dilakukan dengan teliti agar setiap ayat tertulis secara benar dan tidak menimbulkan perbedaan bacaan di kemudian hari.

Dalam pelaksanaan tugasnya, Utsman menekankan agar panitia mengambil pedoman dari bacaan sahabat yang hafal Al-Qur’an.

Apabila terdapat pertikaian terkait dialek atau bacaan, maka panitia harus menuliskannya sesuai dialek Quraisy karena Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka.

Selama proses penyalinan, panitia menggunakan mushaf yang dipinjam dari Hafsah binti Umar sebagai referensi utama. Setelah seluruh mushaf selesai disalin, lembaran asli dari Hafsah dikembalikan kepadanya sebagai bentuk amanah dan penghormatan.

Setelah mushaf-mushaf selesai dibuat, Khalifah Utsman memerintahkan pengumpulan dan pembakaran semua lembaran Al-Qur’an yang telah ditulis sebelum masa itu. Langkah ini diambil untuk menghilangkan keragaman bacaan yang berpotensi menimbulkan perselisihan di kalangan umat Islam.

Jumlah mushaf yang disalin oleh panitia sebanyak lima buah. Empat di antaranya dikirim ke Makkah, Syiria, Basrah, dan Kufah, sementara satu mushaf ditinggalkan di Madinah untuk Khalifah Utsman sendiri, yang kemudian dikenal sebagai Mushaf al-Imam.

Pembukuan Al-Qur’an oleh panitia ini membawa beberapa manfaat penting. Pertama, mampu menyatukan kaum Muslimin pada satu mushaf dengan ejaan tulisan yang seragam sehingga meminimalkan perbedaan bacaan.

Selain itu, penyusunan mushaf Utsmani juga menyatukan urutan surat dan bacaan Al-Qur’an. Dengan demikian, umat Islam di seluruh wilayah dapat mempelajari Al-Qur’an secara seragam, tertib, dan mudah dipahami hingga saat ini.

Sejarah Pembukuan Al-Qur’an

Masih mengutip dari jurnal yang sama, penulisan Al-Qur’an dalam bentuk teks sudah dimulai sejak zaman Nabi Muhammad SAW. Pada masa itu, beberapa sahabat ditunjuk untuk menuliskan wahyu yang diterima Rasulullah SAW, di antaranya Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Talib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Kaab.

Selain mereka, sahabat lainnya juga kerap menulis wahyu meski tidak diperintahkan secara khusus. Media penulisan yang digunakan bervariasi, mulai dari pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, hingga potongan tulang binatang.

Pengumpulan Al-Qur’an pada masa Nabi dilakukan dengan dua cara utama. Pertama, al-Jam’u fis Sudur, yakni para sahabat menghafal wahyu langsung setiap kali turun kepada Rasulullah SAW, memanfaatkan budaya Arab yang kuat dalam menghafal dan menyimpan tradisi lisan.

Kedua, al-Jam’u fis Suthur, yakni pencatatan wahyu pada media tulis. Setiap wahyu yang turun selama 23 tahun masa kerasulan selalu dibacakan Rasulullah SAW kepada para sahabat dan disuruh untuk menuliskannya, sementara penulisan hadis dilarang agar tidak bercampur dengan Al-Qur’an.

Setelah wafat Nabi Muhammad SAW, proses pembukuan Al-Qur’an mulai ditata lebih sistematis. Pada masa Khalifah Abu Bakar, pengumpulan Al-Qur’an menjadi satu mushaf tunggal atas inisiatif setelah banyak sahabat yang gugur di medan perang, sehingga dikhawatirkan sebagian ayat hilang.

Mushaf hasil pengumpulan Abu Bakar disimpan hingga masa Khalifah Umar bin Khattab dan kemudian dipinjam oleh putrinya, Hafsah binti Umar. Pada masa Khalifah Utsman bin Affan, mushaf ini menjadi pedoman untuk disalin menjadi beberapa mushaf yang disebarkan ke seluruh wilayah Islam, sehingga tercipta standar bacaan yang seragam hingga saat ini.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Suraqah bin Malik dalam Hijrah Nabi Muhammad


Jakarta

Suraqah bin Malik adalah salah satu sahabat Rasulullah yang kisahnya sangat terkenal dalam sejarah hijrah Nabi dari Makkah menuju Madinah. Namanya tercatat sebagai sosok yang awalnya mengejar Nabi karena tergiur iming-iming harta, namun kemudian justru mendapat hidayah dan menjadi pembela Islam.

Perjalanan hidup Suraqah bin Malik menggambarkan perubahan besar dari cinta dunia menuju cinta kepada Rasulullah. Kisahnya menjadi pelajaran berharga tentang keimanan, mukjizat, dan janji Allah yang selalu benar.


Dari Cinta Harta Menjadi Cinta Rasulullah

Dikutip dari buku Kisah Teladan dan Hikmah Terbaik Para Sahabat Rasulullah SAW oleh Mutthia Asma’ dan Junaidil Awani, kisah Suraqah bin Malik merupakan salah satu cerita yang penuh hikmah dalam sejarah Islam. Sosok ini dikenal sebagai sahabat Rasulullah, meski awalnya ia justru berangkat untuk menangkap Nabi karena tergiur oleh imbalan dunia.

Saat Rasulullah dan Abu Bakar Ash-Shiddiq melakukan perjalanan hijrah menuju Madinah, kaum Quraisy kehilangan jejak keduanya. Mereka pun mengumumkan sayembara besar dengan hadiah 100 ekor unta bagi siapa pun yang berhasil menangkap Rasulullah.

Berita ini sampai kepada Suraqah bin Malik yang saat itu sedang bersama kaumnya di Qudaid. Ia segera menaruh ambisi besar untuk mendapatkan hadiah tersebut, namun menyembunyikan niatnya dari orang lain.

Ketika seorang lelaki mengatakan bahwa ia melihat tiga orang yang diduga Rasulullah, Abu Bakar, dan seorang penunjuk jalan, Suraqah langsung membantah. Ia pura-pura mengatakan bahwa mereka hanyalah kabilah lain yang sedang mencari unta hilang agar tidak ada orang lain yang mengejar.

Begitu suasana tenang, Suraqah menyiapkan kuda terbaiknya untuk mengejar Rasulullah. Keahliannya dalam menunggang kuda dan melacak jejak membuatnya yakin bisa menangkap beliau lebih dulu.

Namun, perjalanan itu tidak berjalan mulus. Saat ia memacu kudanya mendekat ke arah Rasulullah, tiba-tiba kaki kudanya terperosok ke tanah hingga membuatnya terpelanting.

Ia bangkit kembali dan mencoba mendekat, tetapi kudanya justru terperosok lebih dalam. Dalam keadaan sulit, Suraqah akhirnya memohon doa Rasulullah agar kudanya bisa bangkit kembali.

Rasulullah pun berdoa, dan kuda Suraqah benar-benar bisa bebas. Meski begitu, saat mencoba mendekat untuk ketiga kalinya, kudanya kembali tersungkur lebih parah hingga ia benar-benar menyerah.

Peristiwa itu membuka mata Suraqah bahwa ada pertolongan Allah yang menjaga Rasulullah. Ia pun luluh, lalu menghampiri Nabi dengan niat berbeda dan menawarkan perbekalannya.

Rasulullah menolak pemberian tersebut dan hanya menyuruh Suraqah pulang. Namun, Suraqah berjanji akan menghalangi orang Quraisy lain yang masih berusaha mencari jejak Rasulullah.

Nabi senang dengan janji itu, bahkan memberikan kabar gembira kepada Suraqah. Beliau bersabda bahwa suatu saat Suraqah akan memakai gelang milik Kisra, Kaisar Persia.

Waktu terus berjalan, dan meski sejak peristiwa itu Suraqah membenarkan kenabian Rasulullah, ia baru benar-benar masuk Islam setelah Fathu Makkah. Ia kemudian hidup sebagai sahabat Nabi yang setia hingga akhir hayatnya.

Pada masa Khalifah Umar bin Khattab, janji Rasulullah terbukti nyata. Setelah Persia ditaklukkan, harta rampasan perang dibawa ke Madinah, dan Umar memakaikan gelang Kisra kepada Suraqah bin Malik, sehingga genaplah nubuwat Rasulullah dalam kisah yang agung ini.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nu’aim bin Mas’ud dan Peran Strategisnya di Perang Khandaq


Jakarta

Nu’aim bin Mas’ud merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad yang terkenal karena kecerdikannya dalam strategi perang. Ia berasal dari suku Ghatafan di Najd dan dikenal mampu mempengaruhi musuh sekaligus membantu kaum Muslimin dalam situasi genting.

Kecerdikan Nu’aim bin Mas’ud terlihat jelas saat Perang Khandak, di mana ia berhasil memecah belah barisan musuh tanpa bertempur secara langsung. Keahliannya dalam berdiplomasi dan meredakan konflik menjadikannya sosok yang strategis dan dihormati oleh kaum Muslimin maupun lawan mereka.


Latar Belakang Nu’aim bin Mas’ud

Dikutip dari buku Sirah Nabawiyah oleh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nu’aim bin Mas’ud (bahasa Arab: نعيم بن مسعود) adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang berasal dari Najd, di dataran tinggi utara Arabia. Ia lahir dari suku Ghatafan, sebuah suku yang dikenal kuat dan berpengaruh pada masanya.

Pertemuan pertamanya dengan Nabi Muhammad terjadi ketika Abu Sufyan mengutusnya ke Madinah. Tugasnya adalah meyakinkan kaum Muslim agar tidak melawan pasukan Quraisy dengan cara melebih-lebihkan jumlah mereka.

Peristiwa ini terkait dengan Perang Badar kedua yang sebelumnya telah disepakati kedua pihak dalam konteks Perang Uhud. Nu’aim hadir sebagai sosok yang memiliki peran diplomatis dan strategis dalam interaksi antar suku.

Saat Pertempuran Khandak, Nu’aim menunjukkan kecerdikannya dalam membantu kaum Muslimin. Ia berhasil memecah belah barisan musuh melalui kemampuan propaganda dan negosiasi tanpa harus bertempur langsung.

Kisah Nu’aim bin Mas’ud dalam Perang Khandaq

Diceritakan dalam buku Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi oleh Muhammad Raji Hassan, Nu’aim bin Mas’ud tiba di Madinah dengan hati yang gelisah, namun hatinya mulai terbuka ketika cahaya hidayah masuk. Ia sadar bahwa Islam adalah kebenaran, dan dirinya harus berdiri di sisi Nabi Muhammad.

Di tengah malam yang sunyi, Nu’aim memutuskan untuk menyatakan keislamannya secara diam-diam. Ia menemui Rasulullah dan bersyahadat, bersedia melakukan apa pun yang diperintahkan di tengah musuhnya sendiri.

Rasulullah memercayakan tugas berat kepadanya: menimbulkan keraguan di hati musuh tanpa terlibat dalam pertempuran fisik. Nu’aim memahami betul karakter orang-orang yang akan dihadapinya, karena hubungan lama dengan kaum Yahudi dan Ghathfan memberinya keunggulan.

Langkah pertama Nu’aim adalah menemui Bani Quraizhah, sekutu Yahudi yang menjadi teman dekatnya sejak Jahiliyah. Ia berbicara dengan lembut dan meyakinkan mereka bahwa Quraisy dan Ghathfan tidak berniat tulus terhadap mereka.

Nu’aim menjelaskan bahwa negeri, harta benda, dan keluarga mereka akan terancam jika mereka ikut membantu musuh. Kata-katanya membuat Bani Quraizhah mulai mempertanyakan kesetiaan pasukan Quraisy dan Ghathfan.

Tidak berhenti di situ, Nu’aim kemudian mendekati pasukan Quraisy dan Ghathfan. Ia menyampaikan bahwa Bani Quraizhah sedang mempertimbangkan untuk menarik dukungan mereka, menimbulkan kecurigaan dan ketidakpastian di barisan musuh.

Sikap cerdik Nu’aim membuat kedua pihak saling curiga dan menahan diri. Strategi ini membuat moral musuh menurun drastis tanpa setetes darah pun tertumpah.

Pada malam-malam berikutnya, ia terus menyebarkan kebingungan dengan pesan-pesan yang tepat sasaran. Setiap kata yang diucapkannya memecah konsentrasi musuh, sehingga mereka ragu-ragu untuk melanjutkan serangan.

Usahanya berpadu dengan doa-doa kaum Muslimin yang memohon pertolongan Allah. Ketenangan hati Muslimin menjadi semakin kuat, meski mereka dikepung dari segala penjuru oleh musuh yang bersekutu.

Allah pun menurunkan bantuan-Nya dalam bentuk angin kencang yang mengguncang kemah-kemah musuh. Periuk makanan, perbekalan, dan tenda-tenda mereka hancur, memperparah kekacauan di barisan Quraisy dan Ghathfan.

Esok harinya, musuh memutuskan untuk mundur, menyadari bahwa serangan mereka gagal total. Nu’aim bin Mas’ud tersenyum dalam diam, mengetahui bahwa kecerdikannya telah menyelamatkan banyak nyawa dan mempertahankan Madinah.

Peran Nu’aim dalam Perang Khandaq menjadi bukti bahwa peperangan tidak selalu dimenangkan dengan pedang. Kepintaran, strategi, dan keberanian dalam berdiplomasi mampu menaklukkan musuh lebih efektif daripada kekuatan fisik semata.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com