Tag Archives: istri

Jumlah Anak Nabi Adam AS beserta Namanya dalam Sejarah Islam


Jakarta

Sebagai manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT, Nabi Adam AS menjadi awal keberadaan umat manusia di muka bumi. Dari rahim Siti Hawa, istri Nabi Adam AS yang diciptakan dari tulang rusuknya, lahirlah beberapa keturunan pertama dari umat manusia yang berkembang hingga saat ini.

Menurut riwayat yang dikutip dari buku Kisah Para Nabi Ibnu Katsir Terjemahan Umar Mujtahid, di awal penciptaannya, Nabi Adam AS dan Siti Hawa dikaruniai lima orang anak, yaitu tiga anak laki-laki dan dua anak perempuan. Berikut nama anak-anak pertama Nabi Adam AS.

Nama Anak-anak Nabi Adam AS


1. Habil dan Qabil, Iqlima dan Labuda

Diceritakan dalam buku Mukjizat Isra Mi’raj dan kisah 25 Nabi Rasul karya Winkanda Satria Putra, setelah Nabi Adam AS dan Hawa turun ke bumi, Hawa melahirkan dua pasang anak kembar. Sepasang anak kembar pertama bernama Qabil dan Iqlima, sepasang anak kembar berikutnya bernama Habil dan Labuda.

Nabi Adam AS dan Hawa membesarkan kedua anak kembarnya ini dengan bijaksana dan penuh kasih sayang. Kedua anak perempuan mereka diajarkan pekerjaan dan kewajiban mengurus rumah. Sementara itu, kedua anak lelaki mereka diajarkan cara mencari nafkah sesuai minat dan kemampuan mereka.

Dikisahkan pada sumber sebelumnya, atas bisikan iblis, Qabil membunuh saudaranya sendiri, Habil. Habil dibunuh Qabil dengan sebuah batu yang ia lemparkan ke kepala Habil saat sedang tidur hingga kepala Habil pecah.

Sementara itu, dalam pendapat yang berbeda disebutkan, Qabil mencekik Habil dengan keras dan menggigitnya seperti bintang buas, hingga Habil tewas. Wallahu a’lam.

Pembunuhan Qabil terhadap Habil ini merupakan peristiwa pembunuhan pertama di dunia dalam sejarah Islam.

2. Syaits bin Adam

Nabi Adam AS dan istrinya, Hawa, melahirkan seorang anak lelaki yang diberi nama Syaits. Hawa mengatakan, “Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil.”

Abu Dzar menuturkan dalam hadits yang ia dengar dari Rasulullah SAW,

“Sungguh, Allah menurunkan 104 lembaran, 50 di antaranya Allah turunkan kepada Syaits.”

Muhammad bin Ishaq juga menyatakan, “Saat sekarang, Adam berwasiat kepada anaknya, Syaits, mengajarkan saat-saat pada malam dan siang hari, mengajarkan ibadah apa saja pada saat-saat itu, dan memberitahukan padanya setelah itu akan terjadi banjir besar.”

Disebutkan pula bahwa nasab seluruh keturunan Adam saat ini bermuara pada Syaits. Anak-anak Adam selain Syaits telah punah dan lenyap.

Jumlah Anak Nabi Adam AS Seluruhnya

Merujuk kembali pada buku Kisah Para Nabi, Imam Abu Ja’far bin Jarir menyebutkan dalam kitab At-Tarikh dari sebagian ulama, bahwa Hawa melahirkan 40 anak dalam 20 kali kehamilan.

Menurut sumber lain, Hawa melahirkan sebanyak 120 kali, di mana setiap kelahiran menghasilkan dua sepasang anak, lelaki dan perempuan. Qabil dan saudarinya, Qalima adalah anak yang paling tua, sedangkan anak yang terakhir adalah Abdul Mughits dan saudarinya, Ummul Mughits.

Setelah itu, populasi manusia menyebar di berbagai belahan bumi dan berkembang dengan baik hingga saat ini. Allah SWT pun menurunkan firman-Nya dalam surah An-Nisa ayat 1,

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّاحِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيْرًا وَّنِسَاۤءً ۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَاۤءَلُوْنَ بِهٖ وَالْاَرْحَامَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

Artinya: “Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri) nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama- Nya kamu saling meminta, dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya, Allah selalu menjaga dan mengawasimu.”

Para ahli sejarah juga menyebutkan, Nabi Adam AS sebelum meninggal dunia sempat melihat 400.000 keturunannya, yang termasuk anak-anak dan cucu-cucunya. Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Asiyah Istri Fir’aun yang Tegar Mempertahankan Keimanannya



Jakarta

Asiyah binti Muzahim adalah istri seorang penguasa zalim yaitu Firaun laknatullah ‘alaih.

Betapa pun besar kecintaan dan kepatuhan pada suaminya, di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta kepada Allah SWT. Asiyah disebut sebagai salah satu perempuan ahli surga karena keimanannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik perempuan di surga adalah Asiyah binti Muzahim istri Firaun, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi).


Awal mula Asiyah menjadi Istri Firaun

Dikutip dari buku Jalan Menuju Hijrah karya Cicinyulianti, Asiyah binti Muzahim bin ‘Ubaid bin Ar-Rayyan bin Walid, meskipun suaminya, Firaun adalah orang yang kejam, Asiyah dikenal sebagai sosok perempuan yang sabar, santun berbudi pekerti luhur, penyayang, dan penuh keteguhan untuk senantiasa berada di jalan Allah SWT.

Rahmat Masyikamah menjelaskan dalam buku Bidadari dalam Lukisan, Asiyah tak kuasa menolak menjadi istri Firaun karena hal buruk akan menimpa keluarganya.

Setelah kematian sang istri, Firaun kejam itu hidup sendiri tanpa pendamping. Kemudian, ia mendengar tentang seorang gadis cantik bernama Asiyah, keturunan keluarga Imran.
Firaun lalu mengutus seorang menteri bernama Haman untuk meminang Siti Asiyah.

Orangtua Asiyah bertanya kepada Asiyah: “Sudikah anaknya menikahi Firaun?”, “Bagaimana saya sudi menikahi Firaun. Sedangkan dia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah?” jawab Asiyah dengan penolakannya.

Alangkah marahnya Firaun mendengar kabar penolakan Asiyah. “Haman, berani betul Imran menolak permintaan raja. Seret mereka kemari. Biar aku sendiri yang menghukumnya!”

Firaun mengutus tentaranya untuk menangkap orang tua Asiyah dan menyiksanya. Karena kekejaman tersebut, akhirnya Asiyah rela menerima lamaran firaun.

Mulanya, Asiyah merasa sangat bahagia setelah menikah dengan Firaun.

Namun ketika raja kejam itu mengaku sebagai Tuhan, Asiyah mulai merasa resah dan perlahan kebahagiannya luntur. Ia dipaksa mengakui bahwa suaminya itu adalah Tuhan.

Karena keimanan yang ada di hati Asiyah, ia tetap menolak hingga rela mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya dari Firaun.

Asiyah Mengadopsi Nabi Musa AS namun Ditolak Firaun

Merangkum dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, para dayang memungut Musa dari tepi sungai nil dalam peti tertutup, tetapi mereka tidak berani membukanya. Akhirnya, mereka meletakkannya di hadapan Asiyah.

Ketika Asiyah membuka penutup peti tersebut dan kain penutupnya, ia melihat wajah bayi lelaki yang tidak lain adalah Musa. Wajah polosnya terlihat cerah memancarkan cahaya kenabian dan keagungan.

Saat melihat bayi itu, Asiyah langsung menyukai dan mencintainya hingga Firaun datang dan bertanya, “Siapa anak ini?” Setelah itu, Firaun memerintahkan agar membunuh anak itu, Asiyah langsung menolak dan meminta suaminya itu agar tidak membunuh anak tersebut.

“Dan berkatalah istri Firaun, (ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak. Sedang mereka tiada menyadari.” (QS. Al-Qashash: 9)

Firaun pun berkata kepada istrinya, “Bagimu memang benar, tetapi tidak bagiku.” Dengan kata lain, Firaun menegaskan, “Aku tidak memerlukan anak itu.”

Oleh karena itu, bencana pun terjadi karena ucapannya itu, bahwa di tangan anak itulah terjadinya kehancuran masa depan Firaun dan bala tentaranya.

Keteguhan Asiyah dalam Mempertahankan Keimanan

Mengutip buku Wanita Pilihan yang Dirindukan Surga karya Umi Salamah, Musa tumbuh dewasa dengan berilmu serta ahli dalam perang di samping ibu angkatnya, Asiyah binti Muzahim yang berakhlak mulia dan ibu kandungnya yang diam-diam menyamar menjadi ibu susuan bagi Musa. Selain itu, Musa juga hidup di pangkuan dan menerima kasih sayang dari Raja Firaun yang kejam.

Akhirnya Musa menerima wahyu dari Allah SWT ketika syiar kepada Firaun dan penduduk Mesir, maka Nabi Musa AS pun menjadi musuh bagi kerajaan.

Firaun mengusir Nabi Musa AS dari istana dan meninggalkan Mesir. Asiyah merasa sangat kehilangan sehingga dia pun diam-diam pergi dari istana dan menyusul Nabi Musa AS.

Melalui Nabi Musa AS akhirnya Asiyah binti Muzahim beriman kepada Allah SWT.

Selama waktu yang sangat lama Asiyah taat kepada Allah SWT secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya Firaun mengetahuinya.

Firaun membujuk Asiyah agar keluar dari Islam, tetapi Asiyah tetap gigih dalam memperjuangkan keimanannya meskipun dia disiksa dan hampir dibunuh oleh Firaun.

Asiyah mengalami siksaan dengan dipasak tubuhnya dengan empat buah pasak. Namun, bukan hanya Asiyah yang mendapatkan siksaan serupa, melainkan juga pengikut Nabi Musa AS pun disiksanya tanpa ampun.

Asiyah telah dikuatkan oleh seruan dari Nabi Musa AS “Wahai ibu Asiyah, semua malaikat yang ada di langit tujuh telah menanti kedatanganmu dan Allah SWT pun bangga akan dirimu. Maka mintalah apa yang engkau inginkan, sesungguhnya dia akan mengabulkannya.”

Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Firaun mengikat istrinya dengan besi sebanyak empat ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para malaikat menaunginya.” (HR. Abu Yala).

Ketaatan Asiyah telah dibuatkan rumah di surga oleh Allah SWT lalu ketentraman dan kedamaian akan menantinya di sana, tiada lagi kekejaman Firaun dan kaum kafir. Wanita mulia ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 11

“Dan, Allah membuat perumpamaan dengan istri Firaun bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata, Ya Tuhanku, bangunkanlah aku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At Tahrim ayat 11).

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abi Talhah yang Menjamu Rasulullah SAW dan Puluhan Sahabatnya



Jakarta

Abu Talhah memiliki nama asli Zaid bin Sahal. Ia berasal dari Bani Najjar. Ia adalah sosok lelaki yang dermawan dan juga tangkas dalam memanah.

Mengutip buku Kisah-kisah Inspiratif Sahabat Nabi karya Muhammad Nasrulloh, diceritakan oleh Ibnu Katsir dalam kitab al Bidayah wan Nihayah, suatu hari Abi Talhah mendengar suara Rasulullah SAW reramat lirih. Ia mendapat informasi bahwa Nabi SAW tidak memiliki makanan sama sekali. Ia melihat perut Rasulullah SAW dibalut kain untuk menutupi rasa laparnya.

Abu Talhah lantas segera pulang dan bertanya pada istrinya, Ummu Sulaim.


“Aku mendengar suara Rasul teramat lirih, aku tahu beliau lapar. Apakah kita punya bekal makanan?”

Ummu Sulaim berkata, “kita punya gandum.”

Keduanya lalu menyiapkan makanan untuk Rasulullah SAW. Abi Talhah menumbuk gandum, sementara Ummu Sulaim menyiapkan tungku untuk membuat roti.

Anas bin Malik, putra Ummu Sulaim kemudian diminta menuju rumah Rasulullah SAW untuk mengundang beliau agar bersedia hadir. Ternyata Rasulullah SAW sedang berada di masjid bersama para sahabat.

Anas bin Malik hanya bisa berdiri di depan masjid. Ia memikirkan cara untuk mengajak Rasulullah SAW tanpa diketahui para sahabatnya. Hal ini karena makanan yang disediakan hanya cukup untuk Rasulullah SAW saja.

Kemudian Rasulullah SAW menghampiri Anas dan berkata, “Apakah kamu diutus ke sini oleh Abi Talhah.”

Anas bin Malik menjawab, “Betul wahai Rasulullah.”

“Apakah karena diundang makan?” Tanya beliau seolah-olah sudah tahu.

Anas bin Malik menjawab, “Betul wahai Rasulullah.”

Rasulullah SAW kemudian mengajak seluruh sahabatnya untuk ikut bersama beliau pergi ke rumah Abu Talhah.

Abu Talhah yang mengetahui kedatangan Rasulullah SAW bersama dengan rombongan besar sahabatnya bergegas ia pergi ke istrinya seraya berkata, “Rasulullah SAW datang bersama sahabat-sahabatnya. Padahal makanan kita tidak cukup untuk mereka semua,” ucap Abi Talhah dengan rasa khawatir dan bingung.

Ummu Sulaim, “Allah dan Rasulnya yang lebih tahu.”

Ummu Sulaim berusaha meyakinkan suaminya bahwa jika memang itu berasal dari Rasul, tentu beliau pasti punya rahasia yang tidak diketahui oleh orang-orang pada umumnya.

Rasul kemudian meminta Ummu Sulaim untuk membawa wadah roti yang telah disiapkan untuk dibawa ke hadapan beliau. Rasulullah SAW juga meminta untuk dibawakan mentega.

Rasulullah SAW kemudian mengusap wadah tersebut sambil berdoa. Setelah itu beliau meminta 10 orang sahabat masuk, kemudian masuk lagi 10 orang. Demikian seterusnya hingga diperkirakan sahabat beliau berjumlah 80 orang.

Ternyata hidangan yang telah disiapkan Abi Talhah dan Ummu Sulaim cukup untuk dinikmati bersama-sama oleh seluruh sahabat Rasulullah SAW.

Kekhawatiran Abi Talhah dan Ummu Sulaim ternyata tidak terbukti. Makanan yang dihidangkan untuk Rasulullah SAW ini membawa keberkahan bagi banyak orang.

Wallahu ‘alam

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Siapa Sahabat Rasulullah yang Buruk Rupa tapi Bisa Menikahi Bidadari?


Jakarta

Ada sahabat Rasulullah yang memiliki penampilan fisik yang buruk dan miskin, namun ia berhasil menikahi seorang gadis cantik yang salihah. Ia adalah Julaibib.

Nama Julaibib adalah nama yang tidak biasa dan tidak lengkap. Nama ini, tentu bukan ia sendiri yang menghendaki. Bukan pula orang tuanya. Julaibib hadir ke dunia tanpa mengetahui siapa ayah dan ibunya. Demikian pula orang-orang, semua tidak tahu, atau tidak mau tahu tentang nasab Julaibib.

Dalam buku 99 Asmaul Husna Kisah dan Mukjizat yang ditulis Chris Oetoyo, dijelaskan bahwa tampilan fisik dan kesehariannya juga menjadi alasan sulitnya orang lain mendekat dengannya.


Penampilan fisik dan keseharian Julaibib sangat menyedihkan. Wajahnya jelek dan menyeramkan, pendek, bungkuk, hitam, dan miskin. Kainnya sudah kusam dan pakaiannya lusuh.

Ia tidak memiliki rumah untuk berteduh. Ia sungguh miskin, namun ketika Allah SWT berkehendak menurunkan rahmat-Nya, tidak ada satu makhluk pun yang bisa menghalangi.

Ia selalu berada di shaf terdepan ketika salat maupun jihad. Meski hampir semua orang memperlakukannya seolah ia tidak ada, tetapi Rasulullah SAW memperlakukan Julaibab sama seperti umat lainnya.

Julaibib tidak pernah menyesali apa yang ada pada dirinya. Ia yakin bahwa Allah SWT mempunyai rencana sendiri untuknya.

Pada suatu hari, Julaibib menerima hidayah atas bantuan Rasulullah SAW. Akhirnya Julaibib yang tinggal di shuffah Masjid Nabawi menikah dengan seorang gadis cantik yang salihah. Berikut kisah selengkapnya.

Kisal Julaibib RA yang Menikahi Bidadari Salehah

Dikisahkan dalam buku Jangan Berhenti Mencoba karya Nasrul Yung, Julaibib yang tinggal di shuffah masjid Nabawi, suatu hari ditegur oleh Rasulullah SAW,

“Julaibib…”, begitu lembut beliau memanggil. “Tidakkah engkau ingin menikah?” lanjut beliau.

“Siapakah orangnya ya Rasulullah, yang mau menikahkan putrinya dengan diriku ini?”

Julaibib menjawab dengan tetap tersenyum. Tidak ada kesan menyesali diri atau menyalahkan takdir Allah SWT pada kata-kata ataupun mukanya. Rasulullah pun tersenyum. Mungkin memang tidak ada orangtua yang berkenan pada Julaibib.

Di hari berikutnya, ketika bertemu dengan Julaibib, Rasulullah SAW menanyakan hal yang sama. “Julaibib, tidakkah engkau ingin menikah?”.

Dan Julaibib menjawab dengan jawaban yang sama, tiga kali, dan tiga hari berturut-turut.

Dan di hari ketiga itulah, Rasulullah SAW menggenggam lengan Julaibib dan membawanya ke salah satu rumah seorang pemimpin Anshar.

“Aku ingin menikahkan putri kalian.” Kata Rasulullah SAW pada si tuan rumah.

“Betapa indahnya dan betapa berkahnya.” Begitu si tuan rumah menjawab dengan berseri-seri, mengira bahwa sang Rasul lah calon menantunya.

“Oh… ya Rasulullah, ini sungguh akan menjadi cahaya yang menyingkirkan temaram di rumah kami.”

“Tetapi bukan untukku.”, kata Rasulullah SAW. “Kupinangkan putri kalian untuk Julaibib.”

“Julaibib?” nyaris berteriak ayah sang gadis. “Ya, untuk Julaibib.” Jawab Rasulullah SAW

“Ya Rasulullah…” terdengar helaan napas berat ayah sang gadis. “Saya meminta pertimbangan istri saya tentang hal ini.”

Setelah meminta pertimbangan sang istri, ternyata ibu dari sang gadis itu pun menolak.

“Dengan Julaibib?” Istri seorang pemimpin kaum Anshar pun turut terkejut.

“Bagaimana bisa? Julaibib berwajah lacak, tidak berpangkat, tidak bernasab, tidak berkabilah, dan tidak bertahta. Demi Allah tidak. Tidak akan pernah putri kami menikah dengan Julaibib.”

Perdebatan itu tidak berlangsung lama, Kemudian sang putri cantik asal Madinah itu mendengarnya dari balik tirai dan berkata dengan lembut, “Siapa yang meminta?”.

Sang ayah dan ibunya menjelaskan bahwa Rasulullah SAW lah yang meminta.

“Apakah kalian hendak menolak permintaan Rasulullah? Demi Allah, kirim aku padanya. Dan demi Allah, karena Rasulullah yang meminta, maka tidak akan membawa kehancuran dan kerugian bagiku.” Jawab sang gadis.

Sang gadis yang salehah kemudian membaca surah Al-Ahzab ayat 36, https://www.detik.com/hikmah/quran-online/al-ahzab/tafsir-ayat-36-3569

وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَّلَا مُؤْمِنَةٍ اِذَا قَضَى اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗٓ اَمْرًا اَنْ يَّكُوْنَ لَهُمُ الْخِيَرَةُ مِنْ اَمْرِهِمْۗ وَمَنْ يَّعْصِ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا مُّبِيْنًاۗ
Arab Latin: wa mâ kâna limu’miniw wa lâ mu’minatin idzâ qadlallâhu wa rasûluhû amran ay yakûna lahumul-khiyaratu min amrihim, wa may ya’shillâha wa rasûlahû fa qad dlalla dlalâlam mubînâ

Artinya: “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguhlah Dia telah sesat, sesat yang nyata.”

Rasulullah SAW dengan tertunduk berdoa untuk si gadis salehah, “Ya Allah, limpahkanlah kebaikan atasnya, dalam kelimpahan yang penuh berkah. Jangan Engkau jadikan hidupnya payah dan bermasalah.”

Akhirnya dilaksanakanlah pernikahan antara Julaibib si buruk rupa dengan gadis tercantik Madinah putri pemuka Anshar.

Mengutip buku Tetes Embun karya Iqbal Syafi’i, beberapa hari kemudian setelah Julaibib dan istrinya menikah, terjadilah perang Uhud.

Mendapatkan seruan dari Rasulullah SAW untuk berperang, Julaibib dengan antusias mengikutinya. Ia termasuk pasukan terdepan di perang itu, namun ditengah peperangan, ia pergi dengan syahid.

Rasulullah SAW bersedih atas kepergian Julaibib, karena ia baru saja menikah. Disaat pemakamannya, Rasulullah SAW tiba-tiba memalingkan wajahnya dari Julaibib.

Lalu ada sahabat yang menanyakan sebabnya, beliau menjawab, “Kulihat para bidadari memperebutkannya, hingga salah seorang dari mereka tersingkap betisnya.” Karena itulah Rasulullah SAW memalingkan wajahnya.

Si gadis cantik salehah asal Madinah itu tidak mencintai Julaibib kecuali karena diminta Rasulullah SAW, Julaibib pun tidak mencintai kecuali karena Rasulullah SAW. Jadi, dibawah naungan sang Rasul lah keduanya saling mencintai.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya Setelah Diasuh Firaun


Jakarta

Nabi Musa adalah keturunan dari Bani Israil, la lahir di negeri Mesir. Pada saat itu Mesir dikuasai oleh Firaun, seorang raja yang kejam dan menganggap dirinya sendiri sebagai Tuhan. Nabi Musa AS memiliki kisah yang diabadikan dalam Al-Qur’an.

Dalam Al-Qur’an sendiri, nama ibu Nabi Musa AS adalah Yukabad. Saat kelahirannya, Nabi Musa AS memiliki kisah menarik dalam sejarah islam. Ia sempat berpisah dari ibunya sendiri dan diasuh oleh firaun. Berikut kisah Nabi Musa AS selengkapnya.

Kisah Nabi Musa AS Kembali ke Pelukan Ibunya

Dalam buku Kisah Nabi Musa AS karya Abdillah, diceritakan bahwa kisah ini bermula pada suatu malam, firaun bermimpi seolah-olah melihat Mesir yang dipimpinnya terbakar habis. Seluruh rakyatnya mati, kecuali seorang dari Bani Israil.


Firaun menjadi gelisah sejak datangnya mimpi tersebut. la mengumpulkan seluruh ahli ramal untuk mengartikan mimpinya.

Setelah terkumpul, salah seorang dari mereka berusaha mengartikan mimpi tersebut. la berkata bahwa suatu saat akan datang seorang laki-laki dari keturunan bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaannya. Mendengar hal itu, Firaun menjadi gelisah dan ketakutan.

Sejak saat itu, ia memerintahkan kepada bawahannya agar membunuh setiap bayi laki-laki yang lahir dari keturunan Bani Israil.

Setiap ibu yang hamil dari keturunan Bani Israil dilanda kegelisahan. Mereka khawatir jika bayi mereka nanti adalah laki-laki dan akan dibunuh.

Dikisahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, para pengawal dan tentara Firaun pun melaksanakan perintahnya, setiap rumah dimasuki dan diselidiki, dan setiap perempuan hamil menjadi perhatian mereka saat melahirkan bayinya. Banyak bayi laki-laki dari Bani Israil yang dibunuh pada saat itu.

Firaun menjadi tenang dan merasa aman setelah mendapat kabar dari pasukannya bahwa wilayah kerajaannya telah menjadi bersih dan tidak ada seorang pun dari bayi laki-laki yang masih hidup.

Namun, ia tidak mengetahui bahwa kehendak Allah SWT tidak dapat ditolak. Ternyata pada saat itu di wilayah kerajaannya masih ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi laki-laki yang tidak diketahui sama sekali oleh Firaun dan pasukannya.

Ia adalah ibu dari Nabi Musa AS, yang sedang menantikan datangnya seorang bidan untuk memberinya pertolongan saat melahirkan. Bidan yang ditunggu pun datang dan menolong ibu Musa melahirkan, namun hati ibu Musa menjadi khawatir setelah mengetahui bahwa bayinya adalah seorang laki-laki.

Ia meminta agar bidan itu merahasiakan kelahiran bayi Musa dari siapa pun, dan hal tersebut diterima oleh sang bidan karena merasa simpati terhadap bayi Musa yang lucu itu, serta merasakan betapa sedihnya hati seorang ibu yang akan kehilangan bayi yang baru dilahirkan.

Selama beberapa waktu, ibu Musa menyusui bayinya, namun ia merasa tidak tenang dan selalu cemas serta khawatir terhadap keselamatan bayinya. Suatu ketika, Allah SWT memberi petunjuk kepadanya agar menyembunyikan bayinya dalam sebuah peti, kemudian menghanyutkan peti yang berisi bayinya itu di Sungai Nil.

Allah SWT juga memberi petunjuk bahwa ibu Musa tidak boleh bersedih dan cemas atas keselamatan bayinya, Allah SWT menjamin akan mengembalikan bayi itu kepadanya bahkan akan mengutuskannya sebagai salah seorang rasul.

Akhirnya, ibu Musa menghanyutkan peti bayi berisi Musa di permukaan air Sungai Nil dengan bertawakal kepada Allah SWT. Ibu Musa memerintahkan kakak Musa untuk mengawasi dan mengikuti peti itu agar mengetahui di mana peti itu berlabuh dan siapa yang akan mengambil peti tersebut.

Betapa khawatirnya hati kakak Musa, ketika melihat dari jauh bahwa peti yang diawasinya itu ditemukan oleh istri Firaun yang sedang berada di tepi Sungai Nil bersama beberapa dayangnya, kemudian peti tersebut dibawanya masuk ke dalam istana.

Ibu Musa yang mengetahui kejadian tersebut menjadi sedih dan sangat cemas, tetapi ia ingat bahwa Allah SWT telah menjamin keselamatan anaknya tersebut. Perlu diketahui bahwa Asiyah istri Firaun adalah orang yang beriman, walaupun suaminya adalah seorang yang kejam.

Asiyah istri firaun memberitahukan tentang bayi laki-laki yang ditemuinya di dalam peti yang terapung di atas permukaan Sungai Nil tersebut kepada firaun. Firaun segera memerintahkan untuk membunuh bayi itu sambil berkata kepada istrinya,

“Aku khawatir bahwa inilah bayi yang diramalkan, yang akan menjadi musuh dan penyebab kesedihan kami dan akan membinasakan kerajaan kami yang besar ini.”

Akan tetapi, istri firaun yang sudah telanjur menaruh simpati dan sayang terhadap bayi Musa itu, kemudian berkata kepada suaminya,

“Janganlah bayi yang tidak berdosa ini dibunuh. Aku sayang kepadanya dan lebih baik kami ambil ia sebagai anak, kalau kelak ia akan berguna dan bermanfaat bagi kita. Hatiku sangat tertarik kepadanya dan ia akan menjadi kesayanganku dan kesayanganmu.”

Demikianlah, jika Allah yang Maha kuasa menghendaki sesuatu, maka jalan bagi terlaksananya takdir itu akan dimudahkan. Allah SWT telah menakdirkan bahwa nyawa bayi tersebut akan selamat dan Musa akan diasuh oleh keluarga Firaun.

Keluarga Firaun memberikan nama Musa kepada bayi itu. Musa adalah bayi yang masih “merah” dan membutuhkan air susu sehingga keluarga Firaun mencari orang yang dapat memberikannya susu pada bayi tersebut.

Setelah itu, beberapa ibu didatangkan untuk Musa, namun semua ibu yang mencoba memberi air susunya langsung ditolak oleh bayi itu.

Istri Firaun menjadi sangat bingung memikirkan bayi angkatnya itu yang enggan meminum susu dari sekian banyak ibu yang didatangkan ke istana.

Kakak Nabi Musa AS yang memang dari awal sudah diperintahkan oleh ibunya untuk mengawasi keadaan adiknya pun mendengar informasi tersebut, kemudian ia memberanikan diri datang menjumpai istri firaun untuk menawarkan seorang ibu yang mungkin diterima oleh bayi itu untuk disusui.

Agar penyamarannya tidak diketahui oleh firaun, maka kakak Nabi Musa berkata kepada mereka,

“Aku tidak mengenal siapakah keluarga dan ibu bayi ini, hanya aku ingin menunjukkan satu keluarga yang baik dan selalu rajin mengasuh anak, kalau-kalau bayi itu dapat menerima air susu ibu keluarga itu.”

Tawaran kakak Musa diterima oleh istri Firaun, dan ibu kandung Musa dijemput untuk menyusui bayi tersebut. Begitu Musa disusukan oleh ibu kandungnya sendiri yang tidak diketahui oleh keluarga firaun, Nabi Musa AS meminumnya dengan sangat lahap.

Melihat hal tersebut maka Musa diserahkan kepada ibu kandungnya sendiri untuk diasuh selama masa menyusui dengan imbalan upah yang besar. Hal tersebut sesuai dengan janji Allah SWT kepada ibu Nabi Musa AS bahwa ia akan menerima kembali putranya itu.

Setelah selesai masa menyusui Nabi Musa, AS, Nabi Musa AS dikembalikan oleh ibunya ke istana, untuk diasuh, dibesarkan, dan dididik seperti anak-anak raja yang lain.

Nabi Musa AS mengendarai kendaraan firaun dan berpakaian sesuai dengan cara-cara Firaun, ia dikenal orang sebagai Musa bin Firaun.

Kisah Nabi Musa ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah Al-Qasas ayat 4 sampai 13.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Mukjizat Nabi Yusuf AS, Ketampanannya Bisa Meluluhkan Hati Siapa Saja


Jakarta

Nabi Yusuf AS adalah putra Nabi Ya’qub dan cucu Nabi Ishaq, yang merupakan satu keturunan dengan Nabi Ibrahim AS. Sejak kecil, Nabi Yusuf AS telah dianugerahi wajah yang rupawan dan budi pekerti yang sangat baik.

Kisah Nabi Yusuf AS ditandai dengan berbagai ujian dan cobaan, mulai dari dijual sebagai budak hingga menjadi pembesar di Mesir, yang seluruhnya diabadikan dalam surah Yusuf.

Beliau diberi berbagai mukjizat oleh Allah SWT yang menunjukkan kebesaran dan kuasa-Nya. Mukjizat-mukjizat tersebut menjadi bukti nyata keistimewaannya sebagai seorang nabi.


Mukjizat Nabi Yusuf AS

1. Ketampanannya Mampu Meluluhkan Setiap Hati

Nabi Yusuf AS memang dikenal sebagai nabi yang berwajah rupawan, bersih bersinar, dan cemerlang.

Dikisahkan dalam buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat karya Usman bin Affan, bahwa cacian dan cemoohan yang diterima Zulaikha membuat Zulaikha bertekad untuk memikat kembali hati Nabi Yusuf AS. Suatu hari, diadakan satu jamuan khusus untuk para wanita dan para tamu diberikan pisau untuk memotong makanan mereka.

Ketika Nabi Yusuf AS keluar di hadapan para tamu, pesonanya membuat mereka terpesona. Tanpa sadar, mereka melukai jari-jari tangan mereka dengan pisau yang mereka pegang, teralihkan oleh ketampanan yang terpancar dari sosok Nabi Yusuf AS dan mengatakan nabi Yusuf AS bukanlah manusia biasa tetapi malaikat.

Kisah ini diabadikan dalam firman Allah SWT surah Yusuf ayat 31,

فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ اَرْسَلَتْ اِلَيْهِنَّ وَاَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَـاً وَّاٰتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّيْنًا وَّقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۚ فَلَمَّا رَاَيْنَهٗٓ اَكْبَرْنَهٗ وَقَطَّعْنَ اَيْدِيَهُنَّۖ وَقُلْنَ حَاشَ لِلّٰهِ مَا هٰذَا بَشَرًاۗ اِنْ هٰذَآ اِلَّا مَلَكٌ كَرِيْمٌ

Arab Latin: fa lammâ sami’at bimakrihinna arsalat ilaihinna wa a’tadat lahunna muttaka’aw wa âtat kulla wâḫidatim min-hunna sikkînaw wa qâlatikhruj ‘alaihinn, fa lammâ ra’ainahû akbarnahû wa qaththa’na aidiyahunna wa qulna ḫâsya lillâhi mâ hâdzâ basyarâ, in hâdzâ illâ malakung karîm

Artinya: “Maka, ketika dia (istri al-Aziz) mendengar cercaan mereka, dia mengundang wanita-wanita itu dan menyediakan tempat duduk bagi mereka. Dia memberikan sebuah pisau kepada setiap wanita (untuk memotong-motong makanan). Dia berkata (kepada Yusuf), “Keluarlah (tampakkanlah dirimu) kepada mereka.” Ketika wanita-wanita itu melihatnya, mereka sangat terpesona (dengan ketampanannya) dan mereka (tanpa sadar) melukai tangannya sendiri seraya berkata, “Mahasempurna Allah. Ini bukanlah manusia. Ini benar-benar seorang malaikat yang mulia.”

2. Mampu Manfsirkan Mimpi

Pada suatu waktu, sang Raja Mesir bermimpi yang membuat dirinya risau. Raja pun segera mengumpulkan ahli tafsir mimpi yang terkenal.

Kisah ini diabadikan dalam surah Yusuf ayat 43,

وَقَالَ الْمَلِكُ اِنِّيْٓ اَرٰى سَبْعَ بَقَرٰتٍ سِمَانٍ يَّأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَّسَبْعَ سُنْۢبُلٰتٍ خُضْرٍ وَّاُخَرَ يٰبِسٰتٍۗ يٰٓاَيُّهَا الْمَلَاُ اَفْتُوْنِيْ فِيْ رُءْيَايَ اِنْ كُنْتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُوْنَ

Arab Latin: wa qâlal-maliku innî arâ sab’a baqarâtin simâniy ya’kuluhunna sab’un ‘ijâfuw wa sab’a sumbulâtin khudlriw wa ukhara yâbisât, yâ ayyuhal-mala’u aftûnî fî ru’yâya ing kuntum lir-ru’yâ ta’burûn

Artinya: “Raja berkata (kepada para pemuka kaumnya), “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi yang gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus serta tujuh tangkai (gandum) yang hijau (dan tujuh tangkai) lainnya yang kering. Wahai para pemuka kaum, jelaskanlah kepadaku tentang mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkannya!”

Dalam buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi karya Eka Satria disebutkan bahwa di antara mereka (pemuka kaum) tak ada satu pun yang bisa menafsirkan mimpi sang Raja Mesir. Lalu, datanglah tukang kebun istana menghadap Raja.

Ia memberi tahu tentang seseorang yang dapat menafsirkan mimpi sang Raja. Ternyata, tukang kebun istana itu ialah kawan Nabi Yusuf AS ketika dalam penjara. la memberi tahu tentang Nabi Yusuf AS yang bisa menafsirkan mimpi kepada sang Raja.

Tukang kebun istana itu meminta izin untuk bertemu dengan Nabi Yusuf AS di dalam penjara. Raja pun mengizinkan permintaan tukang kebun istana tersebut.

Ketika bertemu dengan Nabi Yusuf AS, tukang kebun istana menceritakan mimpi sang Raja. Mendengar cerita tukang kebun istana, Nabi Yusuf AS langsung menafsirkan mimpi sang Raja.

“Arti dari mimpi sang Raja ialah perintah kepada sang Raja agar menanam gandum selama tujuh tahun seperti biasanya. Lalu, simpan gandum itu dan ambillah sedikit untuk keperluan makan. Kemudian, akan datang tujuh tahun yang teramat susah yang menghabiskan persediaan gandum yang disimpan. Setelah itu, akan datang musim hujan yang memberi cukup rezeki kepada manusia.”

Kemudian, tukang kebun istana segera menyampaikan tafsiran mimpi dari Nabi Yusuf AS kepada Raja.

Sang Raja sangat senang karena mendapatkan tafsiran mimpi yang tepat dari Nabi Yusuf AS. la pun memanggil Nabi Yusuf AS untuk menghadapnya. Lalu, Nabi Yusuf AS diangkat menjadi petinggi Kerajaan Mesir.

3. Baju Nabi Yusuf AS Dapat Menyembuhkan Mata Ayahnya yang Buta

Mengutip buku 100 Kisah Fantastis Dari Al-Qur`An Dan Hadis karya Walidah Ariyani, Nabi Yakub AS sangat menyayangi anaknya, Nabi Yusuf AS karena kepribadiannya yang baik, cerdas, dan rupawan. Hal tersebut membuat anak-anaknya yang lain iri hingga memisahkan Nabi Yusuf AS dengan sang ayah.

Kehilangan Nabi Yusuf AS membuat Nabi Yakub AS sedih hingga matanya menjadi putih dan tidak bisa melihat.

Atas izin Allah SWT, Nabi Yusuf AS berhasil menjadi orang kepercayaan raja Mesir. Saat kemarau panjang, Nabi Yakub AS menyuruh anak-anaknya datang ke Mesir untuk meminta gandum kepada para pembesar negeri Mesir.

Saat tiba di Mesir, Nabi Yusuf AS memberi tahu tentang dirinya dan membuat saudara-saudara Nabi Yusuf AS sangat terkejut. Mereka kemudian meminta maaf dan menyesali perbuatannya. Sang adik yang bernama Bunyamin juga memberi tahu keadaan ayahnya, Nabi Yakub AS.

Kemudian Nabi Yusuf AS meminta untuk membawa bajunya agar diusapkan ke wajah sang ayah. Mukjizat Nabi Yusuf AS ini tercatat dalam Al-Qur’an surah Yusuf ayat 93,

اِذْهَبُوْا بِقَمِيْصِيْ هٰذَا فَاَلْقُوْهُ عَلٰى وَجْهِ اَبِيْ يَأْتِ بَصِيْرًاۚ وَأْتُوْنِيْ بِاَهْلِكُمْ اَجْمَعِيْن

Arab Latin: idz-habû biqamîshî hâdzâ fa alqûhu ‘alâ waj-hi abî ya’ti bashîrâ, wa’tûnî bi’ahlikum ajma’în

Artinya: “Pergilah kamu dengan membawa bajuku ini, lalu usapkan ke wajah ayahku. Nanti dia akan melihat kembali dan bawalah seluruh keluargamu kepadaku.”

Sesuai perintah Nabi Yusuf AS, mereka kemudian mengusapkan baju Nabi Yusuf AS ke wajah Nabi Yakub AS. Atas izin Allah SWT, Nabi Yakub AS bisa melihat kembali. Melihat kejadian tersebut, anak-anak Nabi Yakub AS bertobat dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Setelah sekian lama terpisah, akhirnya Nabi Yusuf AS dan Nabi Yakub AS bisa bertemu kembali.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Zakaria AS dan Mukjizatnya Dikaruniai Putra di Usia Senja



Jakarta

Nabi Zakaria AS merupakan salah satu dari 25 nabi dan rasul utusan Allah SWT. Ia merupakan keturunan dari Nabi Sulaiman AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Al-Hafizh Abu Qasib bin Asakir menyebut bahwa nama lengkap Zakaria AS adalah Zakariya bin Barkhaya. Ada juga yang mengatakan nama lengkapnya adalah Zakariya bin Dan bin Ladun bin Muslim bin Shaduq bin Hasyban bin Dawud bin Sulaiman bin Muslim bin Shadiqah bin Barkhaya bin Bal’athah bin Nahur bin Syalum bin Bahfasyath bin Inaman bin Rahiam bin Sulaiman bin Dawud, Abu Yahya, Nabi Bani Israil.

Pekerjaan Nabi Zakaria AS adalah tukang kayu, ini turut disebutkan dalam hadits Nabi Muhammad SAW,


“Zakaria adalah seorang tukang kayu.” (HR Muslim dan Ibnu Majah)

Disebutkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim terjemahan Abdul Hayyie al-Kattani, Zakaria AS memiliki istri bernama Iisya binti Faquuz. Ia adalah saudari Hannah binti Faquuz yaitu ibu dari Siti Maryam. Istri dari Nabi Zakaria AS mandul sehingga tidak dapat memiliki keturunan meski keduanya memasuki usia renta.

Nabi Zakaria AS merupakan paman dari Siti Maryam. Bersama sang istri, ia merawat Siti Maryam dari kecil hingga tumbuh dewasa.

Meski demikian, sudah sejak lama ia mendambakan keturunan. Akhirnya, Nabi Zakaria AS berdoa kepada Allah SWT seperti tercantum dalam surah Maryam ayat 4-6:

“Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku. Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya’qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridai.”

Ia memohon kepada Allah SWT agar diberi keturunan sehingga anaknya mampu mewarisi kenabian, kebijaksanaan dan ilmu yang ia miliki. Benar saja, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria AS.

Ketika ia sedang melaksanakan salat, malaikat menemuinya dengan membawa rahmat Allah SWT.

Dikabarkan kepadanya, “Hai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (datangnya) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia.” (QS Maryam: 7)

Zakariya AS berkata, “Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku, padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku (sendiri) sesungguhnya sudah mencapai umur yang sangat tua?” (QS Maryam: 8)”

Mulanya ia heran karena akan dikaruniai anak pada usia senja. Pun, istrinya dalam kondisi yang mandul.

Allah SWT berfirman seperti dalam surat Maryam ayat 9, “Demikianlah. Hal itu adalah mudah bagi-Ku dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal kamu (di waktu itu) belum ada sama sekali.”

Lalu, malaikat menjelaskan kepadanya bahwa semua itu merupakan kehendak-Nya, dan kehendak Allah pasti akan terlaksana. Tidak ada hal yang sulit bagi-Nya.

Mendengar itu, Nabi Zakaria AS sangat bersyukur atas anugerah Allah SWT. Sang nabi kemudian memohon kepada-Nya agar ditunjukkan tanda bahwa beliau memang benar-benar akan memiliki anak.

Allah SWT berfirman, “Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat.” (QS Maryam: 10)

Dengan kuasa Allah SWT, hal itu benar-benar terjadi. Nabi Zakaria AS yakin bahwa istrinya hamil dan mukjizat Allah SWT benar adanya.

Zakaria AS lalu bersujud dan melaksanakan salat sebagai ungkapan syukurnya yang telah memperkenankan doanya dengan mengaruniakan Yahya AS. Ketika dewasa kelak, Yahya AS juga diangkat menjadi nabi dan rasul.

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Panggilan Sayang Rasulullah SAW kepada Istrinya yang Romantis


Jakarta

Rasulullah SAW adalah sosok yang romantis dalam memperlakukan para istrinya. Beliau memiliki beberapa panggilan sayang kepada istrinya yang bernama Aisyah RA.

Aisyah RA adalah istri Rasulullah SAW yang dinikahi saat usianya masih gadis. Menurut riwayat, setelah wafatnya Khadijah RA, tak ada istri yang lebih dicintai oleh Rasulullah SAW melebihi cintanya kepada Aisyah.

Panggilan Sayang Rasulullah SAW kepada Istrinya, Aisyah

Mengutip buku Agungnya Taman Cinta Sang Rasul yang ditulis oleh Ustadzah Azizah Hefni, salah satu bentuk sikap romantis Rasulullah SAW adalah panggilan sayang Rasulullah SAW kepada istrinya, Aisyah RA. Beliau selalu memanggil Aisyah dengan panggilan-panggilan sayang.


Salah satu panggilan sayang Rasulullah SAW kepada Aisyah RA adalah Humaira’ (pipi yang kemerah-merahan). Panggilan ini karena Aisyah RA adalah wanita berkulit putih, yang jika tersipu, marah, atau tertawa pipinya selalu berubah menjadi merah.

Panggilan Humaira’ sering diucapkan Rasulullah SAW kepada Aisyah RA saat sedang berduaan atau sedang berkumpul bersama banyak orang. Para sahabat sudah sangat familier dengan panggilan sayang Rasulullah SAW kepada istrinya ini.

Dikisahkan dalam buku Misteri Bidadari Surga yang ditulis oleh Joko Syahban, terlihat adegan mesra antara Rasulullah SAW dan Aisyah RA ketika orang-orang Habsyah bermain tombak saat akan masuk masjid.

“Wahai Humaira! Apakah engkau suka melihat mereka? panggil Rasulullah SAW.

Lalu, dijawab oleh Aisyah, “Ya.”

Kemudian beliau berdiri di pintu dan Aisyah RA mendatanginya, Aisyah RA pun meletakkan dagunya di atas bahu Nabi SAW dan disandarkan wajahnya pada pipi beliau.” (HR An-Nasa’i di dalam As-Sunan Al-Kubra dan Ahmad).

Sebutan “Humaira” adalah isim tasghir bentuk kata yang menunjukkan makna sesuatu yang mungil untuk memanjakan dan kecintaan, yang diambil dari kata hamra. Kata tersebut brmakna si putih berambut pirang.

Rasulullah SAW juga memanggil Aisyah RA dengan Muwaffaqah, yang berarti diberi petunjuk. Dalam sebuah riwayat Ibnu Abbas, pernah disebutkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Barang siapa mempunyai dua orang pendahulu (maksudnya mayat) di antara umatku, Allah akan memasukkannya ke surga dengan dua orang tersebut.” Aisyah berkata, “Dan orang yang mempunyai satu pendahulu (mayat) di antara umatmu.”

Rasulullah menjawab, “Ya, barang siapa mempunyai satu orang pendahulu, wahai Muwaffaqah?” Ibnu Abbas bertanya, “Bagaimana dengan orang yang tidak mempunyai satu orang pendahulu pun di antara umatmu?”

Rasulullah SAW bersabda, “Aku adalah pendahulu umatku. Mereka tidak akan diuji sepertiku.” (HR Tirmidzi)

Terkadang Rasulullah SAW juga memanggil Aisyah RA dengan namanya tapi hanya sebagian saja, yakni Aisy.

Pernah juga, Rasulullah SAW memanggil Aisyah RA dengan sebutan Ummu Abdullah. Itu adalah panggilan sayang Rasulullah SAW kepada istrinya yang sangat terhormat. Aisyah RA yang ditakdirkan Allah SWT tidak memiliki keturunan dari Rasulullah SAW, seolah tidak mungkin mendapatkan panggilan ibu dari suaminya. Namun ternyata, Rasulullah SAW memanggilnya dengan sebutan Ummu Abdullah untuk menghormatinya.

Adapun ketika Asma’, saudara Aisyah RA, melahirkan seorang bayi, Aisyahlah yang membawanya pertama kali ke hadapan Rasulullah SAW. Saat itu, Rasulullah SAW pun memanggilnya dengan Ummu Abdullah. Padahal, anak yang dibawa Aisyah RA bukanlah anaknya, namun Aisyah RA tetap mendapatkan panggilan ibu dari Rasulullah SAW. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW itu sungguh membuat Aisyah RA tersanjung.

Ibnu Hibban meriwayatkan hadits tentang ini dari Aisyah RA, “Ketika Abdullah bin Zubair lahir, Aisyah membawanya kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW membasahi bibir Abdullah bin Zubair dengan ludahnya, dan itulah sesuatu yang pertama kali masuk ke perutnya. Rasulullah SAW lalu bersabda, ‘Dia Abdullah dan engkau Aisyah adalah Ummu Abdullah.” (HR Ibnu Hibban)

Sejak kelahiran Abdullah bin Zubair itu, Aisyah RA pun selalu dipanggil sebagai Ummu Abdullah. Syekh Muhammad bin Yusuf Ad-Dimasyqi mengatakan, “Sejak itu, Aisyah dipanggil dengan sebutan Ummu Abdullah, meskipun sebenarnya ia bukanlah ibu yang melahirkan Abdullah. Sampai wafat, Aisyah tetap dipanggil dengan sebutan Ummu Abdullah.”

Beberapa panggilan ini merupakan bentuk panggilan sayang Rasulullah SAW kepada istrinya. Rasulullah SAW selalu melakukannya dengan penuh cinta dan kelembutan. Panggilan itu hanya diserukan Rasulullah SAW dan tidak seorang pun memanggil istrinya itu dengan sebutan demikian.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS yang Menentang Firaun dan Para Pengikutnya



Jakarta

Nabi Musa AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Semasa hidupnya, ia berdakwah menegakkan ajaran tauhid.

Menurut Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Nabi Musa AS lahir ketika Firaun memerintahkan rakyatnya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Meski demikian, ibu Musa AS mendapat ilham untuk meletakkannya di dalam peti dengan diikat tali.

Rumah Nabi Musa AS kala itu berada di hulu Sungai Nil. Setelah menyusui Musa kecil, ibunya kembali meletakkannya di dalam peti khawatir akan ada orang yang mengetahui keberadaan si bayi.


Peti tersebut diletakkan di lautan dengan tali. Ketika semua orang pergi, ibu Nabi Musa AS kembali menarik petinya.

Dikisahkan dalam buku Kisah Nabi Musa AS oleh Abdillah, singkat cerita peti yang biasanya ditarik oleh ibu Nabi Musa AS terhanyut. Atas izin Allah SWT, peti itu ditemukan oleh permaisuri Firaun yang bernama Asiyah. Melihat Nabi Musa AS kecil di dalam peti tersebut, Asiyah akhirnya membujuk Firaun untuk mengadopsi Musa bayi.

Ketika kecil, Musa AS menolak untuk menyusu pada siapa pun. Dengan kuasa Allah SWT, hanya ibu Nabi Musa AS yang tidak ditolak susunya oleh Musa kecil. Ini bermula ketika kakak Musa AS memperkenalkan ibu kandungnya kepada para dayang,

Ibu Nabi Musa AS menyusui sang nabi dan diberi upah. Ia juga turut berperan merawatnya sampai dewasa.

Menginjak dewasa, Nabi Musa AS dijadikan sebagai rasul. Musa AS diutus untuk berdakwah dan akhirnya berhadapan dengan Firaun.

Ia meminta agar Firaun kembali ke jalan yang benar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Musa AS berdakwah bersama saudaranya, Nabi Harun AS untuk membimbing Firaun.

Mengutip buku Pengantar Sejarah Dakwah oleh Wahyu Ilaihi, pendamping dakwah Nabi Musa AS yakni saudaranya Harun AS. Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk berangkat menemui Firaun dan mendakwahinya dengan kata-kata lembut.

Alih-alih bertobat, Firaun justru membangkang. Musa AS dan Harun AS memerintahkan agar Firaun melepaskan bani Israil dari genggamannya dan membiarkan mereka beribadah kepada Allah SWT.

Atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS menunjukkan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bercahaya. Namun Firaun tetap murka kepada Nabi Musa AS.

Tanpa ragu, Firaun meminta tukang sihirnya menunjukkan kemampuannya di depan Musa AS. Mereka lalu melempar tali yang bisa berubah menjadi ular.

Walau begitu, ular-ular tukang sihir dilahap oleh ular milik Musa AS. Peristiwa tersebut membuat pengikut Firaun akhirnya percaya kepada Allah SWT dan beriman, begitu pun sang istri yang bernama Asiyah.

Semakin murka, ketimbang bertobat Firaun justru menyiksa seluruh pengikut Nabi Musa AS. Istrinya yang menyatakan beriman kepada Allah SWT juga disiksa sampai meninggal dunia.

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meninggalkan Mesir. Meski demikian, pengikut Firaun yang belum beriman terus mengejar Nabi Musa AS.

Tiba saatnya Nabi Musa AS menghadapi jalan buntu, Allah memerintahkan agar ia memukulkan tongkatnya ke laut. Dengan izin Allah SWT, tongkat tersebut dapat membelah lautan dan menciptakan jalur agar Musa AS dan pengikutnya dapat melewati.

Setelah pengikut Musa AS selesai menyeberangi lautan, sang nabi kembali memukulkan tongkatnya sesuai perintah Allah SWT. Tiba-tiba, laut kembali ke kondisi semula hingga menenggelamkan Firaun beserta pasukannya.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Cemburunya Aisyah RA saat Rasulullah SAW Menyebut Khadijah RA



Jakarta

Aisyah RA pernah mengutarakan rasa cemburunya pada Rasulullah SAW yang kerap menyebut nama Khadijah RA. Bagaimana sikap Rasulullah SAW?

Cemburu menjadi salah satu sikap yang ditunjukkan seseorang apabila ia tidak senang. Ibnu Hajar berkata, “Al Ghairah (cemburu) adalah perubahan hati dan berkobarnya amarah akibat adanya ikatan dalam sesuatu yang seharusnya dimiliki secara pribadi. Dan ghairah (kecemburuan) yang paling besar adalah yang terjadi antara pasangan suami istri.”

Cemburu itu sendiri sebetulnya tidak jelek. Namun, jika seorang wanita berlebihan dalam cemburu, maka ia tercela. Rasulullah SAW dalam hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Atiik al-Anshaari, “Ada kecemburuan yang disukai oleh Allah, dan ada pula yang dibenci-Nya. Cemburu yang disukai Allah SWT adalah cemburu karena sesuatu yang haram, sedang cemburu yang dibenci oleh Allah adalah cemburu bukan karena sesuatu yang haram.”


Cemburunya Aisyah pada Khadijah

Mengutip buku Kisah dan Kemuliaan Para Wanita Ahli Surga Di Sekeliling Nabi: Teladan Terbaik Sepanjang Masa yang Menyentuh dan Menginspirasi karya Mohammad A. Suropati, disebutkan bahwa Rasulullah SAW masih menunjukkan rasa sayang yang besar kepada Khadijah walaupun sang istri tercintanya telah lama berpulang.

Rasulullah SAW sering kali memuji Khadijah RA sebagai bentuk kesetiaan dan rasa cintanya.

Dalam hadits yang diriwayatkan Bukhari dari Ali bin Abi Thalib bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Wanita mereka yang terbaik adalah Maryam. Dan wanitanya yang terbaik adalah Khadijah.”

Mengutip buku Beginilah Nabi Mencintai Istri karya Isham Muhammad Asy-Syariif, Ibnu Hajar, ath Thayyibiyy berkata tentang hadits ini bahwa kata ganti yang pertama (mereka) kembali kepada umat yang di dalamnya terdapat Maryam, sedangkan kata ganti yang kedua (nya) kembali kepada umat ini.

Hal ini dikuatkan dengan hadits yang diriwayatkan oleh al-Bazzaar dan ath-Thabranni dari Ammar bin Yasir, “Khadijah melebihi wanita-wanita umatku sebagaimana Maryam melebihi wanita-wanita seluruh dunia.”

Kecintaan Rasulullah SAW kepada Khadijah RA, membuat Aisyah RA merasa cemburu. Imam Bukhari meriwayatkan, Aisyah RA pernah berkata, “Bahwa Aku tidak pernah cemburu kepada satu pun istri Rasulullah SAW seperti cemburu kepada Khadijah. Dia memang telah wafat sebelum beliau menikahiku. Tetapi aku cemburu karena aku mendengar beliau menyebut-nyebutnya, dan beliau diperintahkan oleh Allah untuk memberinya kabar gembira bahwa dia mendapat sebuah istana di surga, juga kalau beliau menyembelih kambing, lalu menghadiahkan dagingnya kepada teman-teman Khadijah.”

Dalam riwayat lain disebutkan, Aisyah RA berkata, “Seakan tidak ada wanita lain di dunia ini selain Khadijah.”

Rasulullah SAW menjawab, “Khadijah memiliki banyak keutamaan, dan dari dialah aku mendapatkan keturunan.” (HR Bukhari)

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com