Tag Archives: ja

Sosok Ja’far bin Abu Thalib, Sahabat yang Paling Mirip Nabi Muhammad SAW



Jakarta

Ja’far bin Abu Thalib merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Ja’far terkenal sebagai pria yang lemah lembut, penuh kasih sayang, pemurah, serta rendah hati.

Abdurrahman bin Abdul Karim melalui karyanya yang berjudul Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa Ja’far bin Abi Thalib merupakan putra dari Abu Thalib, paman dari Nabi SAW. Ja’far dibesarkan oleh pamannya yaitu Abbas bin Abdul Muthalib karena sang ayah miskin dan harus menghidupi keluarga besar.

Saat Nabi SAW memberi izin untuk hijrah ke Habasyah, Ja’far bersama sang istri turut serta. Padahal, hal tersebut cukup berat bagi Ja’far karena meninggalkan tempat kelahirannya, seperti dinukil dari buku Seri Ensiklopedia Anak Muslim susunan Mahmudah Mastur.


Penguasa Habasyah kala itu adalah Najasyi, seorang raja yang terkenal adil dan bijaksana. Ia suka melindungi orang-orang lemah.

Sesampainya di Habasyah, kaum muslimin mendapat perlindungan dari Najasyi. Dengan demikian, mereka dapat lebih leluasa dan lebih tenang dalam beribadah kepada Allah SWT.

Sayangnya, ketenangan tersebut terusik ketika orang-orang kafir Quraisy mengetahui perlindungan keamanan yang diperoleh muslim di Habasyah. Mereka memfirnah kaum muslimin di depan Najasyi dan jajaran menterinya.

Kaum kafir Quraisy bahkan tak segan menghasut Raja Najasyi agar menyerahkan umat Islam ke Makkah. Raja Najasyi lalu memanggil Ja’far dan beberapa orang sahabat.

“Apakah kalian memiliki sesuatu yang dibawa oleh Nabi kalian?” tanyanya.

Ja’far lalu menjawab dengan membaca ayat Al-Qur’an surat Maryam. Raja Najasyi menangis mendengarnya, ia memutuskan untuk tetap melindungi kaum muslimin hingga tiba masa hijrah ke Madinah.

Selain itu, sosok Ja’far bin Abu Thalib juga dikatakan memiliki kemiripan dengan Rasulullah SAW, baik dari segi fisik maupun sifatnya. Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW bersabda:

“Engkau wahai Ja’far, wajahmu mirip dengan wajahku dan akhlakmu mirip dengan akhlakku,” (HR Bukhari)

Nabi SAW sendiri memanggil Ja’far dengan sebutan “Bapak orang-orang miskin,” karena beliau selalu menolong dan membantu mereka dengan apa yang dimiliki.

Ja’far bin Abu Thalib wafat secara syahid pada Perang Mut’ah bulan Jumadil Awwal tahun ke-8 Hijriyah. Kala itu, ia ditunjuk oleh Nabi SAW untuk menjadi komandan.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Gambaran Kisah dan Kasih Sayang Rasulullah SAW pada Cucunya



Jakarta

Kasih sayang Rasulullah SAW kepada cucunya bisa menjadi panutan bagi umat Islam. Dalam beberapa kisah digambarkan betapa lemah lembutnya sikap Rasulullah SAW.

Kelembutan sikap Rasulullah SAW itu terlihat saat beliau berinteraksi dengan cucunya, Hasan dan Husein. Mereka adalah cucu Nabi SAW dari putrinya Fatimah az-Zahra dan Ali bin Abi Thalib RA.

Mengutip buku Kisah Cinta Fathimah Az-Zahra’: Sungguh Suci Sungguh Lembut Hati karya Azizah Hefni, digambarkan Fatimah dan Ali mendidik putra dan putri mereka dengan penuh kesabaran dan sikap yang lemah lembut.


Dalam pengasuhan Hasan dan Husein, Rasulullah SAW juga sering ikut memberikan pendidikan akhlak yang baik. Beliau bahkan masih sempat
menengok cucu-cucunya, bermain-main dengan mereka, menemani bercerita atau memberikan ilmu-ilmu baru.

Pernah suatu kali, Rasulullah SAW mencemaskan keadaan cucu-cucunya. Ketika Rasulullah SAW mendatangi rumah Fatimah untuk bertemu dengan cucu-cucunya, mereka sedang tidak ada di rumah. Rasulullah SAW pun merasa cemas.

Beliau bertanya pada Fatimah, “Di mana cucuku?” “Mereka dibawa Ali,” jawab Fatimah.

Rasulullah SAW kemudian melihat Hasan dan Husein sedang bermain di tempat minum, dan pada keduanya terdapat sisa kurma. Maka, Rasulullah pun berkata, “Wahai Ali, sebaiknya kamu suruh pulang kedua cucuku sebelum hari panas.” (HR Hakim)

Rasulullah SAW begitu mencintai dan sayang kepada cucunya. Beliau selalu memperhatikan tumbuh kembang mereka.

Saat mereka berbuat salah, Rasulullah SAW mengingatkan mereka dengan cara lemah lembut. Rasulullah SAW menganggap anak-anak sebagai sosok yang harus dihargai meskipun sebenarnya mereka belum mengerti.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kebohongan itu tidak pantas dilakukan dengan sungguh-sungguh ataupun main-main. Dan seorang ayah berjanji kepada anaknya, kemudian janji itu tidak dipenuhi.” (HR Al-Hakim)

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang berkata kepada anak kecil, ‘Kemarilah! Ambillah ini!’ Tetapi ia tidak memberikannya (walaupun anak tersebut sudah mendatanginya), maka itu termasuk perbuatan dusta.” (HR Ahmad)

Rasulullah SAW juga menganjurkan pada para orang tua untuk menunjukkan kasih sayang dengan mencium anak-anak.

Dalam sebuah hadits disebutkan, suatu hari, datang seorang Arab kepada Nabi SAW, lalu ia berkata,

“Apakah kalian mencium anak laki-laki?” Lalu orang Arab tersebut menjawab, “Kami tidak mencium mereka.” Maka Nabi SAW berkata, “Aku tidak bisa berbuat apa-apa kalau Allah mencabut rahmat/sayang dari hatimu.” (HR Bukhari)

Dalam hadits lain juga disebutkan, Rasulullah SAW mencium Hasan bin Ali, dan di sisi Nabi ada Al-Aqro bin Haabis At-Tamim yang sedang duduk. Maka Al-Aqro’ berkata,

“Aku memiliki sepuluh orang anak. Tidak seorang pun dari mereka yang pernah kucium.” Maka Rasulullah SAW melihat kepada Al-Aqro dan berkata,

“Kalau Allah tidak memberikanmu perasaan kasih sayang, apa yang dapat diperbuat-Nya untuk kamu? Barang siapa yang tidak mempunyai kasih sayang kepada orang lain, dia tidak akan mendapat kasih sayang dari Allah.” (HR Bukhari)

Dalam riwayat dikisahkan bahwa Rasulullah SAW juga tidak segan menggendong anak dan cucu beliau. Hal itu sebagaimana dikisahkan oleh Abdullah bin Ja’far RA, ia berkata, “Rasulullah menjemput kami (Ja’far dan Hasan atau Husain) ketika pulang. Kemudian, beliau menggendong salah satu dari kami di punggung, sedangkan yang lain beliau gendong di dada sampai kami memasuki Madinah.” (HR Muslim)

Hikmah yang dapat diteladani dari beberapa riwayat yang telah disebutkan itu adalah mengajak bermain atau bercanda dengan anak-anak tidak akan mengurangi wibawa sebagai orang tua. Bahkan, seorang manusia agung seperti Rasulullah SAW pun tidak merasa malu bermain dan bercanda dengan cucu-cucu beliau di depan orang banyak.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com