Tag Archives: jafar

Bacaan Doa Iftitah Muhammadiyah: Arab, Latin dan Artinya


Jakarta

Membaca doa iftitah termasuk sunnah dalam sholat, menurut mayoritas ulama mazhab. Bacaan doa iftitah bervariasi.

Doa iftitah dibaca setelah takbiratul ihram tepatnya sebelum membaca surah Al-Fatihah. Dikutip dari buku Ritual Sholat Rasulullah SAW Menurut 4 Mazhab tulisan Isnan Ansory, doa ini juga dikenal dengan nama doa istiftah, doa tsana, atau doa tawajuh.

Para ulama sepakat bahwa membaca bacaan iftitah bukanlah rukun sholat, artinya sholat tetap sah walaupun tanpa membacanya. Namun, ada perbedaan pendapat mengenai kesunahannya.


Mayoritas ulama dari mazhab Hanafi, Syafi’i, dan Hanbali memandang membaca bacaan iftitah dalam sholat adalah sunnah. Ini berarti meskipun tidak wajib, membaca iftitah dianjurkan untuk menambah kesempurnaan sholat.

Sementara itu, mazhab Maliki berpendapat membaca bacaan iftitah tidak disunnahkan, bahkan mereka menganggapnya makruh atau bid’ah. Alasan di balik pandangan ini adalah kekhawatiran bahwa menambahkan bacaan di luar yang diwajibkan dalam sholat dapat dianggap sebagai kewajiban, sehingga menambah unsur yang bukan bagian asli dari sholat.

Ada banyak bacaan doa iftitah sebagaimana terdapat dalam hadits. Umat Islam Indonesia khususnya warga Muhammadiyah biasa membaca doa iftitah yang bersumber dari hadits Abu Hurairah RA.

Bacaan Iftitah Muhammadiyah Arab, Latin dan Artinya

Berikut bacaan iftitah Muhammadiyah dilansir dari situs resmi Suara Muhammadiyah.

اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ ، كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ المَشْرِقِ وَالمَغْرِبِ ، اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنَ الخَطَايَا ، كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ ، اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ ، وَالثَّلْجِ ، وَالبَرَدِ

Arab latin: Allahumma baaid baynii wa bayna khotoyaaya kamaa baa’adta baynal masyriqi wal maghrib. Allahumma naqqinii min khotoyaaya kamaa yunaqqots tsaubul abyadhu minad danas. Allahummagh-silnii min khotoyaaya bil maa-iwats tsalji wal barod.

Artinya: “Wahai Allah jauhkanlah antara aku dan kesalahan-kesalahanku sebagaimana engkau jauhkan antara timur dan barat, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana bersihnya baju putih dari kotoran, ya Allah basuhlah kesalahan-kesalahanku dengan air, salju dan air dingin.”

Bacaan Iftitah Versi Lain

Selain bacaan tersebut, berikut sejumlah bacaan iftitah yang pernah digunakan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW.

1. Bacaan Iftitah dari Hadits Ali bin Abi Thalib RA

وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا، وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ، إِنَّ صَلَاتِي، وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

اللهُمَّ أَنْتَ الْمَلِكُ لَا أَنْتَ أَنْتَ رَبِّي، وَأَنَا عَبْدُكَ، ظَلَمْتُ نَفْسِي، وَاعْتَرَفْتُ بِذَنْبِي، فَاغْفِرْ لِي ذُنُوبِي جَمِيعًا، إِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ بَ إِلَّا إِلَّا أَنْتَ، أَنْتَ، وَاهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنِّي سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنِّي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ، لَبَّيْكَ وَسَعْدَيْكَ وَالْخَيْرُ كُلُّهُ فِي يَدَيْكَ، وَالشَّرُّ لَيْسَ إِلَيْكَ، أَنَا بِكَ وَإِلَيْكَ، تَبَارَكْتَ وَتَعَالَيْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Arab latin: Wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas-samaawaati wal-ardha haniifan, wa maa ana minal-musyrikiin. Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil-‘aalamiin, laa syariika lahu wa bidzaalika umirtu wa ana minal-muslimiin.

Allahumma anta al-malik, laa ilaaha illa anta, anta rabbii wa ana ‘abduka, dhalamtu nafsii, wa’taraftu bidzanbii faghfirlii dzunuubii jamii’an, innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta. Wahdinii li-ahsanal-akhlāqi laa yahdii li-ahsanihaa illaa anta, wasrif ‘annii sayyi’ahaa laa yashrifu ‘annii sayyi’ahaa illaa anta.
Labbayka wa sa’dayka wal-khayru kulluhu biyadayka wasy-syarru laisa ilayka, ana bika wa ilayka, tabaarakta wa ta’aalayta, astaghfiruka wa atuubu ilayka.

Artinya: “Aku hadapkan wajahku kepada Tuhan Yang menciptakan langit dan bumi, dengan lurus dan berserah diri sedangkan aku bukan bagian dari orang musyrik. Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan semesta alam. Tiada sekutu baginya dan dengan itulah aku diperintahkan. Dan aku termasuk bagian dari orang-orang muslim.

Artinya: Ya Allah, Engkau adalah Raja, tidak ada sesembahan yang haq kecuali Engkau. Engkaulah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku, dan aku mengakui dosa-dosaku, maka ampunilah dosa-dosaku seluruhnya, sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau. Tunjukilah aku kepada akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat menunjukkan kepada akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Dan palingkan/ jauhkanlah aku dari kejelekan akhlak dan tidak ada yang dapat menjauhkanku dari kejelekan akhlak kecuali Engkau. Labbaika (aku terus-menerus menegakkan ketaatan kepada-Mu) dan sa’daik (terus bersiap menerima perintah-Mu dan terus mengikuti agama-Mu yang Engkau ridhai). Kebaikan itu seluruhnya berada pada kedua tangan- Mu, dan kejelekan itu tidak disandarkan kepada-Mu. Aku berlindung, bersandar kepada-Mu dan Aku memohon taufik pada-Mu. Mahasuci Engkau lagi Mahatinggi. Aku memohon ampun kepada-Mu dan bertaubat kepada-Mu.”

2. Bacaan Iftitah dari Hadits Umar bin Khattab RA 1

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، تَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهُ غَيْرُكَ.

Arab latin: Subhaanaka allaahumma wa bihamdika, tabaarakasmuka, wa ta’aalaa jadduka, wa laa ilaaha ghayruka.

Artinya: “Maha suci Engkau ya Allah, aku memuji-Mu, Maha berkah Nama-Mu. Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu, tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.”

3. Bacaan Iftitah dari Hadits Umar bin Khattab RA 2

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا.

Arab latin: Allaahu akbaru kabiiraa, walhamdu lillaahi katsiiraa, wa subhaanallaahi bukratan wa ashiilaa.

Artinya: “Allah Maha Besar, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak. Mahasuci Allah pada waktu pagi dan petang.”

4. Bacaan Iftitah dari Hadits Ja’far bin Abdillah

إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ. اللَّهُمَّ اهْدِنِي لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَأَحْسَنِ الْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَقِنِي سَيِّئَ الْأَعْمَالِ وَسَيِّئَ الْأَخْلَاقِ لَا يَقِي سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ.

Arab latin: Inna shalaatii wa nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil-‘aalamiin, laa syariika lahu, wa bidzaalika umirtu wa ana minal-muslimiin.

Allahumma ihdinii li-ahsanil-a’maali wa ahsanil-akhlaaqi, laa yahdii li-ahsanihaa illaa anta, waqinii sayyi’al-a’maali wa sayyi’al-akhlaaqi, laa yaqiinii sayyi’ahaa illaa anta.

Artinya: “Sesungguhnya sholatku, ibadah sembelihanku, hidup dan matiku, hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya, dan dengan itulah aku diperintah dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Ya Allah, tunjukilah aku kepada amalan yang terbaik dan akhlak yang terbaik, tidak ada yang dapat memberikan petunjuk kepada amalan dan akhlak yang terbaik kecuali Engkau. Jagalah aku dari amal yang buruk dan akhlak yang jelek, tidak ada yang dapat menjaga dari amal dan akhlak yang buruk kecuali Engkau.”

5. Bacaan Iftitah dari Hadits Anas bin Malik RA

الْحَمْدُ لِلهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ

Arab latin: Alhamdulillaahi hamdan katsiiran thayyiban mubaarakan fiih.

Artinya: “Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, yang baik, lagi diberkahi di dalamnya.”

6. Bacaan Iftitah dari Hadits Ibnu Abbas RA

اللهمَّ لَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ نُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ فَيَّامُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ، وَلَكَ الْحَمْدُ أَنْتَ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَنْ فِيهِنَّ. أَنْتَ الْحَقُّ، وَوَعْدُكَ الْحَقُّ، وَقَوْلُكَ الْحَقُّ، وَلِقَاؤُكَ حَقٌّ، وَالْجَنَّةُ حَقٌّ، وَالنَّارُ حَقٌّ، وَالسَّاعَةُ حَقٌّ

. اللهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ، وَإِلَيْكَ حَاكَمْتُ، فَاغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَأَخَرْتُ، وَأَسْرَرْتُ وَأَعْلَنْتُ، أَنْتَ إِلهِي لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ.

Arab latin: Allahumma lakal-hamdu anta nuurus-samaawaati wal-ardhi wa lakal-hamdu anta qayyimus-samaawaati wal-ardhi wa lakal-hamdu anta rabbus-samaawaati wal-ardhi wa man fiihinna. Antal-haqqu, wa wa’duka al-haqqu, wa qawluka al-haqqu, wa liqaa’uka haqqun, wal-jannatu haqqun, wan-naaru haqqun, was-saa’atu haqqun.

Allahumma laka aslamtu, wa bika aamantu, wa ‘alayka tawakkaltu, wa ilayka anabtu, wa bika khaasumtu, wa ilayka haakamtu, faghfir lii maa qaddamtu wa maa akhkhartu wa maa asrartu wa maa a’lantu, anta ilaahii laa ilaaha illaa anta.

Artinya: “Ya Allah, hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau adalah pemberi cahaya langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau-lah pemelihara langit-langit dan bumi. Hanya milik-Mu lah segala pujian, Engkau-lah yang terus menerus mengurusi langit-langit dan bumi beserta makhluk yang ada di dalamnya. Engkau adalah al-Haq (Dzat yang pasti wujudnya), janji-Mu benar, ucapan-Mu benar, perjumpaan dengan-Mu benar, surga itu benar adanya, neraka itu benar adanya, dan hari kebangkitan itu benar (akan terjadi).

Ya Allah, hanya kepada-Mu aku berserah diri, hanya kepada-Mu aku beriman, hanya kepada-Mu aku bertawakkal, hanya kepada-Mu aku kembali, dan demi-Mu aku berdebat (terhadap para pengingkarmu), hanya kepada-Mu aku berhukum. Maka ampunilah dosa-dosa yang telah kuperbuat dan yang belakangan kuperbuat, ampunilah apa yang aku rahasiakan dan apa yang kutampakkan. Engkaulah Tuhanku, tiada tuhan selain Engkau.”

Cara Membaca Doa Iftitah

Bacaan iftitah dalam sholat dibaca di awal sebagai bagian dari permulaan ibadah. Untuk memberikan penjelasan yang lebih mendetail, berikut ini langkah-langkah awal dalam tata cara sholat berdasarkan panduan dari buku Risalah Tuntunan Sholat Lengkap karya Moh. Rifai:

1. Berdiri tegak menghadap kiblat dengan posisi yang benar.

2. Angkat kedua tangan sambil mengucapkan takbir.

3. Lanjutkan dengan membaca bacaan iftitah.

4. Setelah itu, baca surah Al-Fatihah dan teruskan dengan rukun-rukun sholat selanjutnya seperti biasa.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Ali bin Abi Thalib Masuk Islam, Tertarik saat Melihat Rasulullah SAW Salat



Jakarta

Ali bin Abi Thalib adalah satu di antara orang yang pertama memeluk Islam. Ia termasuk dalam sepuluh sahabat Rasulullah SAW yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT.

Dalam buku Tarikh Khulafa karya Imam As-Suyuthi, Ali bin Abi Thalib adalah satu di antara orang-orang yang masuk Islam pada awal hadirnya Islam. Ia dikenal sebagai ulama Rabbaniyyin, seorang pejuang yang gagah berani, seorang zuhud yang terkenal, dan seorang orator ulung.

Menurut keterangan dari Ibnu Abbas, Anas, Zaid bin Arqam, dan Salman al-Farisi, Ali bin Abi Thalib dinyatakan sebagai orang yang pertama kali masuk Islam.


Abu Ya’la meriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib bahwa ia berkata,

“Rasulullah diangkat menjadi Rasul pada hari Senin, sedangkan aku masuk Islam pada hari Selasa.”

Saat Ali bin Abi Thalib masuk Islam, usianya baru sepuluh tahun. Namun, ada yang berpendapat bahwa ia berusia sembilan tahun, delapan tahun, atau bahkan lebih muda dari itu. Berikut adalah kisah Ali bin Abi Thalib masuk Islam yang dikutip dari buku 150 Kisah Ali bin Abi Thalib karya Ahmad Abdul ‘Al Al-Thahtawi.

Ali bin Abi Thalib dalam Pengasuhan Rasulullah SAW

Kisah Ali bin Abi Thalib masuk Islam dimulai saat ayahnya, Abu Thalib, memiliki banyak tanggungan di tengah masa paceklik. Untuk meringankan beban keluarga Abu Thalib, Rasulullah SAW mengambil Ali untuk diasuh.

Rasulullah SAW berkata kepada ‘Abbas ibn ‘Abdul Muththalib, seorang keturunan Bani Hasyim yang paling berkecukupan, “Wahai ‘Abbas, sesungguhnya saudaramu, Abu Thalib, banyak keluarganya, sedang orang-orang sedang ditimpa paceklik sebagaimana yang engkau ketahui. Karenanya, berangkatlah bersama kami untuk meringankan beban keluarganya! Aku mengambil seorang anaknya dan engkau juga mengambil seorang.”

“Baiklah,” jawab Abbas. Kemudian mereka berangkat hingga keduanya bertemu Abu Thalib, lalu berkata, “Kami ingin meringankan sebagian bebanmu hingga masa-masa sulit yang sedang menimpa manusia ini berlalu.” Abu Thalib menjawab, “Kalau kalian berdua mau meninggalkan Aqil untukku, silakan kalian lakukan apa yang kalian inginkan.”

Maka, Rasulullah SAW mengambil Ali, sedangkan Abbas mengambil Ja’far dan mengurusnya. Ali bin Abi Thalib tetap berada dalam asuhan Rasulullah SAW hingga beliau diutus sebagai nabi. Ali pun segera mengikuti, mengakui, dan membenarkan kenabian beliau.

Demikian pula Ja’far yang terus berada dalam asuhan Abbas hingga memeluk Islam dan bisa mengurus diri sendiri.

Awal Ali bin Thalib Masuk Islam

Keinginan Ali bin Abi Thalib masuk Islam bermula ketika ia melihat ibadah salat yang dilakukan Rasulullah SAW.

Ibn Ishaq meriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib datang kerumah Nabi Muhammad SAW ketika beliau dan istrinya, Khadijah, sedang salat. Seusai salat, ‘Ali bertanya, “Muhammad, apakah yang engkau lakukan itu?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Inilah agama Allah dan untuk itu Dia mengutus utusan-Nya. Aku mengajak engkau untuk masuk ke jalan Allah Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan hendaklah engkau kafir kepada patung Latta dan Uzza.”

‘Ali berkata, “Sesungguhnya ajakan ini sama sekali belum pernah aku dengar sampai hari ini. Karena itu, aku harus berunding dengan ayahku, Abu Thalib. Sebab, aku tidak dapat memutuskan sesuatu tanpa dia.”

Namun, Nabi Muhammad SAW mencegahnya karena khawatir kabar ajarannya akan menyebar sebelum diperintahkan Allah SWT untuk disiarkan. Beliau berkata, “Ali, jika engkau belum mau masuk Islam, sembunyikanlah dahulu kabar ini!”

Suatu malam, Allah SWT membukakan pintu hati Ali untuk masuk Islam. Dia segera menemui Nabi SAW dan berkata, “Bagaimanakah ajakan yang engkau tawarkan itu, Muhammad?”

Nabi Muhammad SAW menjawab, “Hendaklah engkau bersaksi bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan tidak ada sekutu bagi-Nya dan hendaklah engkau kafir terhadap patung Latta dan ‘Uzza.” Ali pun menerima Islam, tetapi masih merahasiakan kepada ayahnya.

Keislaman Ali bin Abi Thalib Diketahui oleh Ayahnya

Sebagian ulama menyatakan apabila telah datang waktu salat, Rasulullah SAW keluar menuju syi’ib kota Makkah. Ali bin Abi Thalib pun turut ikut bersama beliau. Dia keluar dengan sembunyi-sembunyi karena khawatir diketahui oleh ayahnya, Abu Thalib, paman-pamannya, dan warga lainnya.

Di sana, mereka berdua melakukan salat. Jika waktu petang tiba, mereka kembali ke sana dan berdiam selama beberapa waktu.

Suatu hari, Abu Thalib memergoki mereka tengah melakukan salat. Lalu Abu Thalib bertanya kepada Rasulullah SAW “Wahai anak saudaraku, agama apa yang engkau berpegang dengannya?”

Beliau menjawab, “Wahai Pamanku, ini adalah agama Allah, para malaikat-Nya, rasul-rasulNya, dan agama bapak kita, Ibrahim.” dan sabda beliau, “Allah mengutusku sebagai rasul-Nya membawa agama ini kepada para hamba. Dan engkau, wahai Pamanku, yang paling berhak untuk aku beri nasihat dan aku ajak menuju petunjuk. Engkaulah yang paling wajib untuk mengikutiku dan menolongku atas dakwah ini.”

Abu Thalib menjawab, “Wahai anak saudaraku, aku tidak bisa meninggalkan agama nenek moyangku dan adat istiadat yang sudah berlaku. Namun, demi Allah! Tidak akan kubiarkan sesuatu yang tidak kau sukai menimpa dirimu selama aku hidup!”

Para ulama lainnya menyebutkan bahwa Abu Thalib berkata kepada Ali, “Anakku, agama apa yang engkau anut ini?” Ali menjawab, “Wahai Ayah, aku telah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku telah membenarkan apa yang dibawanya. Aku telah mengikutinya dan shalat bersamanya.”

Mendengar itu, Abu Thalib berkata, “Wahai Anakku, Muhammad tidak akan mengajakmu, kecuali pada kebaikan. Maka ikutlah dengan-nya.”

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com