Tag Archives: jddc

Pelajaran dari Pajero Seruduk Yamaha Aerox sampai Terguling



Jakarta

Kecelakaan lalu lintas melibatkan mobil Mitsubsihi Pajero Sport dengan sepeda motor. Pajero Sport itu menabrak motor di Jalan Pajajaran, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat sehingga menyebabkan tiga orang terluka.

“Berdasarkan keterangan saksi dan olah TKP (tempat kejadian perkara), kendaraan Pajero bernopol F-1538-AS datang dari arah Jalan Sholeh Iskandar menuju arah Pajajaran,” kata Kasat Lantas Polresta Bogor Kota Kompol Ardi Wibowo dikutip detikNews.

Lalu, Pajero menabrak sepeda motor Yamaha Aerox bernopol F-2703-AAA. Saat kejadian, sepeda motor itu sedang terparkir di bahu jalan.


“Kemudian menabrak tiang listrik sehingga kendaraan Pajero mengalami terguling,” jelasnya.

Dia mengatakan pengendara dan penumpang Pajero, serta pengendara sepeda motor mengalami luka-luka.

Kecelakaan itu terjadi sekitar pukul 06.30 WIB pagi tadi. Sopir Pajero Sport diduga mengantuk hingga mengalami microsleep.

“Diduga pengemudi kendaraan Pajero saat mengemudikan kendaraannya mengalami microsleep, kemudian hilang kendali,” jelasnya.

Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan (Kemenkes) microsleep adalah kejadian kehilangan kesadaran yang berlangsung selama sepersekian detik hingga 10 detik. Penyebab utamanya adalah merasa lelah atau mengantuk.

Microsleep dapat berbahaya bagi pengendara karena dapat menyebabkan arah kemudi yang keluar dari jalur, hilang fokus, hingga kehilangan kontrol postur tubuh.

Apabila microsleep terjadi ketika mengemudi atau mengoperasikan sebuah mesin, tentu saja itu bisa sangat berbahaya karena bisa menyebabkan kecelakaan. Salah satu cara yang bisa dilakukan agar terhindar dari bahaya microsleep adalah tidak mengemudi ketika mengantuk.

Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan saking singkatnya, microsleep sering kali seseorang tak menyadari telah tertidur. Terkadang, microsleep terjadi dengan mata terbuka.

“Ada dua, ABS (auto behavior syndrome) dan microsleep, kalau microsleep itu tingkat keletihan akibat monoton, kejenuhan yang biasanya terjadi pada highway tol, kalau ABS itu keletihan yang memang letih karena sudah berjam-jam membawa mobil, sebelum melakukan perjalanan kurang tidur dari 7 sampai 8 jam,” kata Jusri beberapa waktu yang lalu.

Untuk menghindari microsleep, Jusri menyarankan pengendara harus memiliki stamina yang baik. Hal itu diperoleh dari istirahat yang cukup dan asupan nutrisi yang baik.

Jusri sangat menyarankan agar pengendara tidak mengabaikan kondisi microsleep yang berawal dari kelelahan ini. Selain asupan nutrisi, salah satu yang perlu diperhatikan adalah dengan beristirahat yang terjadwal.

“Pada saat mengemudi, istirahatnya harus dibuat terpola, maksimal setiap 2 jam melakukan perjalanan harus berhenti untuk istirahat, waktunya 2 jam pertama 15-30 menit, dan seterusnya minimal 30 menit sampai 1 jam,” ungkap Jusri.

“Usahakan pada istirahat kedua, tidur yang namanya power nap,” tambah Jusri.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Kenapa Pengendara Motor Wanita Kerap Kesulitan saat Putar Balik?


Jakarta

Berkendara di jalan raya tak hanya sekadar lurus dan belok saja, tapi ada kalanya harus putar balik. Meski terlihat mudah, akan tetapi banyak pengendara yang kesulitan saat putar balik, khususnya bagi sejumlah wanita.

Beberapa waktu lalu, sebuah video viral di media sosial yang menampilkan mobil ambulans terhalang oleh seorang pengendara motor wanita yang tengah melakukan putar balik. Video tersebut diunggah oleh akun @memomedos di Instagram.

Pengendara motor wanita putar balik di jalan raya, tapi malah menghambat laju ambulans yang sedang terburu-buru.Foto: Tangkapan layar/Instagram @memomedos

Dalam video tersebut, terlihat pengendara motor ingin putar balik di salah satu ruas jalan. Namun, ketika putar balik ia justru menghalangi laju mobil ambulans yang tengah terburu-buru. Selain itu, tas milik pemotor wanita sempat terjatuh ketika putar balik, sehingga makin menghambat laju ambulans.


Hal ini tentu menjadi pelajaran bagi pengendara, baik pria maupun wanita, untuk tetap waspada dan memperhatikan kondisi di sekitar. Jika tidak memungkinkan untuk putar balik, maka sebaiknya tidak memaksakan diri dan beri ruang bagi pengendara lain untuk melintas terlebih dahulu.

Berbicara soal banyak pengendara motor wanita yang sulit putar balik di jalan raya, hal itu juga dibenarkan oleh Pendiri dan Instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC), Jusri Pulubuhu.

“Banyak ditemui pengendara wanita, tapi tidak semua ya, mereka agak kesusahan ketika melakukan manuver di jalan raya, seperti saat putar balik contohnya,” kata Jusri saat dihubungi, Senin (9/9/2024).

Perihal mengapa wanita sulit melakukan manuver putar balik di jalan raya, Jusri mengatakan perlu dilakukan riset dan penelitian lebih lanjut mengenai hal itu. Sebab, ada sejumlah faktor yang diyakini menjadi pemicu sejumlah pemotor wanita sering kikuk saat manuver putar balik.

“Bisa jadi karena faktor psikologi atau fisik tubuh pengendara, karena kan wanita memiliki perbedaan fisik dengan pria. Makanya perlu diteliti lebih lanjut kenapa banyak pengendara motor wanita sulit melakukan putar balik,” paparnya.

Tingkat Kewaspadaan Wanita di Jalan Raya Harus Ditingkatkan

Tak hanya sekedar menguasai teknik putar balik di jalan raya, Jusri mengatakan bahwa masih banyak pemotor wanita yang kurang waspada saat di jalan raya. Berkaca dari kasus yang viral, seharusnya pemotor tersebut paham jika ada ambulans yang sedang melintas.

“Wanita harus merubah mindset-nya ketika berkendara di jalan raya. Mereka harus mengantisipasi hal-hal terburuk yang bisa terjadi ketika berkendara. Mereka tidak menyadari jika kurangnya kewaspadaan saat berkendara justru bisa memicu kecelakaan,” ujar Jusri.

Lebih lanjut, Jusri menambahkan jika masih ada sejumlah pengendara motor wanita yang kurang tepat dalam mengambil keputusan. Hal ini tentu berisiko karena keputusan yang tidak tepat bisa memicu kecelakaan, baik untuk dirinya maupun orang lain.

“Banyak pengendara wanita yang kemampuan evaluasi terhadap bahaya di sekitar menurun, sehingga kurang waspada. Selain berbahaya untuk dirinya, dia juga bisa membahayakan orang lain,” jelasnya.

Kebiasaan seperti sein belok kiri tapi ternyata belok kanan, berhenti secara mendadak, hingga berkendara tanpa memperhatikan pengendara lain merupakan beberapa contoh kebiasaan buruk yang masih sering dilakukan pemotor wanita.

Jusri menghimbau kepada pengendara motor, baik pria maupun wanita, untuk tetap waspada dan selalu hati-hati saat berkendara di jalan raya. Tingkat kewaspadaan yang kurang disertai gaya berkendara yang berbahaya sangat berisiko menyebabkan kecelakaan.

“Pengendara harus merubah mindset-nya ketika melakukan perjalanan. Sebelum jalan sudah siap baik secara fisik dan mental, kalau di jalan harus tenang dan sabar. Intinya harus tetap waspada dan jangan sampai lengah,” pungkas Jusri.

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com

Jangan Dekat-dekat Truk! Ini Kebiasaan Sopirnya yang Bikin Rem Blong



Jakarta

Kecelakaan maut diduga akibat truk mengalami rem blong lagi-lagi terjadi di Tol Cipularang, Senin (11/11/2024) sore. Belajar dari kecelakaan maut ini, pengendara diminta lebih waspada saat berada di dekat truk.

Para praktisi keselamatan berkendara selalu mewanti-wanti, kita sebagai pengendara kendaraan yang lebih kecil jangan pernah merasa nyaman berada di dekat-dekat truk. Di jalan turunan, kalau bisa jangan berada di depan truk, karena banyak kasus truk gagal mengerem di turunan. Jika di tanjakan, usahakan jangan berada di belakang truk dan menjaga jarak aman, sebab beberapa kecelakaan disebabkan truk gagal menanjak.

Bukan cuma itu, blind spot atau titik yang tidak terlihat oleh sopir truk juga banyak, mengingat dimensi truk yang besar dan banyak penghalangnya. Juga ada kebiasaan sopir truk yang berakibat fatal hingga menyebabkan rem blong.


Menurut praktisi keselamatan berkendara sekaligus Instruktur & Founder Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu, beberapa kasus kecelakaan akibat truk rem blong terjadi karena kesalahan pengemudinya. Ada satu kebiasaan pengemudi truk yang berniat untuk mengirit pengeluaran justru menimbulkan kecelakaan.

Menurut Jusri, para pengemudi truk punya kebiasaan menetralkan transmisi di jalan menurun. Mereka beranggapan saat transmisi dinetralkan, beban kerja mesin jadi ringan sehingga konsumsi BBM lebih irit.

“Ujung-ujungnya konsumsi bahan bakar irit dan ada selisih dari budget yang bisa dibawa pulang. Tapi perilaku ini sangat konyol dan sangat membahayakan diri mereka, muatan, dan pengguna jalan lain,” tegas Jusri.

Kalau hanya menggunakan gigi netral, maka tidak ada bantuan engine brake sehingga sopir truk hanya mengandalkan service brake atau rem kaki. Jika service brake terus-menerus diinjak tanpa ada bantuan engine brake, konstruksi rem lama-lama kepanasan dan mengakibatkan brake fading atau kegagalan fungsi pengereman.

“Kalau kita berdiri di tol situ, hitungan menit setiap truk besar di sana ngeblong, yaitu menetralkan transmisi sehingga lajunya sangat kencang. Apa yang terjadi, perlambatan-perlambatan yang mereka lakukan hanya mengandalkan service brake atau rem kaki. Padahal truk-truk semacam ini mereka sudah menggunakan full air brake. Kalau full air brake, mereka punya sistem pengereman tambahan lain namanya exhaust brake atau retarder, yang tujuannya bisa engine brake,” ujar Jusri kepada detikOto, kemarin.

“Pada kecepatan tinggi, karena elevasi jalan yang menurun dengan bobot yang berat, maka momentum ini akan menimbulkan kecepatan yang sangat luar biasa. Dan itu perlambatan yang dilakukan oleh rem kaki itu akan menimbuilkan overheating pada sistem rem. Ketika rem panas, dampak lain dari panas adalah brake fading, yaitu penyusutan kemampuan rem akibat overheating,” jelasnya.

Jika konstruksi rem sudah overheat atau panas berlebih, yang terjadi adalah rem blong. Kalau sudah kecepatan tinggi dan sopir berusaha masuk gigi dari netral, pasti akan kesulitan mengingat sistem transmisi kendaraan besar tidak sama dengan mobil kecil.

(rgr/din)



Sumber : oto.detik.com

Kapan Waktu yang Tepat untuk Istirahat di Rest Area saat Mudik?


Jakarta

Mudik dengan kendaraan pribadi masih menjadi opsi yang dipilih banyak masyarakat. Namun, dibutuhkan kondisi fisik yang prima agar perjalanan mudik tetap aman dan nyaman.

Jika sudah lelah dan kantuk, itu tandanya detikers harus melipir ke rest area untuk beristirahat sejenak. Namun, beberapa orang lebih memilih melanjutkan perjalanan dengan alasan agar bisa sampai di tempat tujuan dengan cepat.

Padahal, keputusan tersebut sangat berisiko karena tubuh yang sudah lelah dapat mengganggu konsentrasi berkendara. Bukan tidak mungkin bisa menyebabkan terjadinya kecelakaan bahkan merenggut korban jiwa.


Lantas, kapan waktu yang tepat untuk istirahat di rest area saat perjalanan mudik? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

Kapan Harus Istirahat di Rest Area?

Saat mudik, detikers mungkin harus menempuh perjalanan jauh hingga ratusan kilometer. Jika tidak diimbangi dengan istirahat sejenak, maka tubuh bisa kelelahan akibat berkendara terlalu lama.

Founder dan Lead Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, pemudik disarankan untuk segera beristirahat di rest area jika sudah kantuk. Kondisi itu menyebabkan menurunnya refleks saat berkendara hingga berisiko terjadi microsleep.

“Mengemudi dalam keadaan lelah sangat berbahaya karena dapat mengurangi konsentrasi dan respons terhadap situasi di jalan,” kata Jusri dalam keterangan resminya yang diterima detikcom.

Selain menurunnya waktu reaksi saat berkendara, kondisi tubuh yang lelah dan kantuk juga dapat mengganggu konsentrasi. Hal ini berdampak dalam pengambilan keputusan di jalan raya, apakah harus menyalip, mengerem, atau memacu kendaraan.

“Kelelahan membuat pengemudi lambat merespons kejadian mendadak, seperti kendaraan yang tiba-tiba mengerem. Pengemudi yang lelah juga cenderung melakukan kesalahan, seperti salah memperhitungkan jarak atau kecepatan,” ungkap Jusri.

Apabila tubuh sudah lelah, sebaiknya segera mencari rest area terdekat untuk beristirahat sejenak. Istirahat minimal 15-30 menit, setelah itu pemudik bisa melanjutkan perjalanan ke kampung halaman.

Tips Mencegah Kelelahan saat Berkendara

Jusri juga membagikan sejumlah tips kepada pemudik untuk mencegah kelelahan saat mengemudi. Berikut sejumlah tipsnya:

  • Istirahat setiap 2-3 jam sekali selama perjalanan.
  • Jika pergi mudik bersama keluarga, ajak salah satu anggota untuk dijadikan sopir cadangan. Jika pengemudi utama lelah, sopir cadangan bisa menggantikan sementara.
  • Minum air putih yang cukup. Tubuh yang terhidrasi akan mudah lelah dan sulit berkonsentrasi.
  • Apabila sudah sangat mengantuk dan sulit ditahan, lebih baik melipir ke rest area untuk tidur sejenak.

Sebagai catatan, jangan istirahat terlalu lama di rest area saat periode mudik Lebaran. Soalnya, ada banyak pemudik yang juga ingin menggunakan fasilitas di rest area. Jadi, sebaiknya bergantian dengan orang lain.

Demikian penjelasan tentang waktu yang tepat untuk istirahat di rest area saat mudik Lebaran. Hati-hati di jalan!

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com

Perhatikan Tandanya, Ini Waktu yang Disarankan untuk Beristirahat Saat Mudik


Jakarta

Masih banyak masyarakat yang memilih mudik dengan mengendarai kendaraan pribadi. Meski begitu, rasa lelah kerap menghantui para pengendara setelah menempuh perjalanan yang jauh.

Maka dari itu, pemudik dianjurkan untuk istirahat sejenak agar tubuh tidak kelelahan. Sayangnya, beberapa orang memaksakan diri untuk terus melanjutkan perjalanan agar bisa sampai di kampung halaman dengan cepat.

Padahal, keputusan tersebut sangat berisiko karena pemudik tidak memiliki waktu untuk beristirahat. Sedangkan mengemudi dalam waktu lama dapat menyebabkan kurangnya konsentrasi dan kantuk, sehingga bisa memicu terjadinya kecelakaan.


Lantas, kapan pengendara harus beristirahat saat perjalanan mudik? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

Kapan Pengendara Harus Beristirahat saat Mudik?

Sebenarnya, mudik merupakan kegiatan yang seru dan santai jika perjalanan lancar. Namun jika sudah bertemu dengan macet, maka pemudik bisa stres dan kelelahan karena waktu perjalanan bisa molor berjam-jam.

Apabila tubuh sudah capek, pemudik disarankan melipir ke rest area untuk istirahat sejenak. Namun, beberapa pengendara tak tahu kapan harus beristirahat saat perjalanan mudik.

Founder dan Lead Instructor Jakarta Defensive Driving Consulting (JDDC) Jusri Pulubuhu mengatakan, pemudik disarankan untuk segera beristirahat jika sudah lelah. Jika dipaksakan mengemudi, hal itu menyebabkan menurunnya refleks saat berkendara hingga berisiko terjadi microsleep.

“Mengemudi dalam keadaan lelah sangat berbahaya karena dapat mengurangi konsentrasi dan respons terhadap situasi di jalan,” kata Jusri dalam keterangan resminya yang diterima detikcom, Senin (24/3/2025).

Jusri mengimbau untuk beristirahat setiap 2-3 jam sekali selama perjalanan mudik. Langkah ini dilakukan agar pengemudi bisa tidur sekitar 15-30 menit demi menghilangkan kantuk. Selain itu, lakukan peregangan ringan pada leher, bahu, tangan dan kaki agar tubuh tetap rileks.

“Pengemudi yang lelah cenderung melakukan kesalahan, seperti salah memperhitungkan jarak atau kecepatan,” ujarnya.

“Banyak kecelakaan di jalan tol juga terjadi akibat pengemudi yang mengantuk dan kehilangan kendali atas kendaraannya,” papar Jusri.

Sebagai catatan, jangan istirahat terlalu lama di rest area saat periode mudik Lebaran. Sebab, ada banyak pemudik yang juga ingin menggunakan fasilitas di rest area. Disarankan tidur maksimal selama 30 menit, setelah itu detikers bisa melanjutkan perjalanan mudik ke tempat tujuan.

Tips Mencegah Kelelahan saat Mudik

Lebih lanjut, Jusri membagikan beberapa tips kepada pemudik untuk mencegah kelelahan saat perjalanan mudik Lebaran. Agar bisa sampai di kampung halaman dengan selamat, simak beberapa tips di bawah ini:

  • Siapkan mental yang kuat sebelum berangkat mudik. Mudah terpancing emosi bisa menyebabkan tubuh cepat lelah.
  • Istirahat setiap 2-3 jam sekali selama perjalanan.
  • Jika pergi mudik bersama keluarga, ajak salah satu anggota untuk dijadikan sopir cadangan. Jika pengemudi utama lelah, sopir cadangan bisa menggantikan sementara.
  • Minum air putih yang cukup. Tubuh yang terhidrasi akan mudah lelah dan sulit berkonsentrasi.
  • Dengarkan musik atau podcast yang kamu suka untuk membantu mengurangi rasa bosan dan stres.
  • Lakukan teknik pernapasan relaksasi untuk mengurangi ketegangan.

“Mudik Lebaran yang aman dan nyaman memerlukan persiapan yang matang. Pastikan kendaraan dalam kondisi prima, tubuh dalam keadaan fit, dan selalu patuhi aturan lalu lintas. Hindari mengemudi dalam keadaan lelah dan tetap tenang saat menghadapi kemacetan,” pungkas Jusri.

(ilf/fds)



Sumber : oto.detik.com