Tag Archives: Kain Kafan

Kisah Kain Kafan Abu Bakar Ash Shiddiq, Baju Putih yang Sudah Lusuh



Jakarta

Abu Bakar Ash Shiddiq RA merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang pertama kali masuk Islam. Beliau sangat berjasa dalam memperjuangkan Islam.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA memiliki beberapa kisah yang sangat penting dan menarik untuk umat Islam. Salah satunya yaitu kisah kain kafan Abu Bakar Ash Shiddiq.

Kain kafan yang dipakai oleh Khalifah pertama ini tidak hanya sebuah kisah biasa, melainkan mengandung makna dan pelajaran untuk umat Islam.


Kisah Kain Kafan Abu Bakar Ash Shiddiq

Dirangkum dari buku Tarikh Khulafa oleh Ibrahim al-Quraibi, dalam Shahih al-Bukhari, dari Urwah bin Zubair, dari Aisyah RA yang menuturan bahwa ia masuk ke kamar Abu Bakar RA saat ajalnya sudah dekat.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA bertanya, “Dalam berapa kafan kalian mengafani Nabi SAW?”

“Tiga baju berwarna putih yang dipintal, tanpa gamis dan selendang,” jawab Aisyah.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA kembali bertanya, “Pada hari apa Rasulullah SAW meninggal dunia?”

“Hari Senin.”

“Hari apakah ini?” tanya Abu Bakar RA lagi.

Aisyah menjawab, “Hari Senin.”

Abu Bakar Ash Shiddiq RA berkata, “Aku berharap diriku wafat sebelum malam.”

Kemudian, beliau melihat baju yang ia kenakan saat sakit itu. Ia melihatnya beroleskan minyak Ja’faran.

Lantas, Abu Bakar Ash Shiddiq RA berkata, “Cucilah bajuku ini dan tambahlah dua baju lagi. Kafani aku dengan kedua baju itu.”

Aisyah mengatakan, “Baju ini sudah usang.”

Abu Bakar Ash Shiddiq menukasnya, “Orang yang masih hidup lebih berhak memakai baju baru daripada orang yang sudah mati. Itu hanyalah bekas muntah.”

Abu Bakar Ash Shiddiq RA meninggal dunia pada sore menjelang malam Selasa dan dimakamkan sebelum Subuh. (HR Bukhari).

Ibnu Hajar menyatakan bahwa terdapat beberapa hikmah yang terkandung dalam hadits ini. Di antaranya yaitu dianjurkannya mengafani dengan menggunakan baju putih, menggunakan kafan tiga lapis, kebolehan mengafani dengan menggunakan baju yang dicuci, lebih mengutamakan orang hidup untuk memakai baju baru, menguburkan mayat di malam hari, keutamaan Abu Bakar RA dan kebenaran firasatnya, serta ketenangannya saat meninggal dunia.

Meninggalnya Abu Bakar Ash Shiddiq

Dirangkum dari sumber sebelumnya, Abu Bakar Ash Shiddiq RA menderita sakit panas selama 15 hari. Sakit tersebut diderita oleh Abu Bakar RA sejak hari ketujuh bulan Jumadil Akhir tahun 13 H.

Selasa sore, delapan hari sebelum berakhirnya bulan Jumadil Akhir, Abu Bakar Ash Shiddiq menemui ajalnya. Beliau mengucapkan kalimat terakhir menjelang wafatnya, seperti yang termaktub dalam potongan surah Yusuf ayat 101,

… تَوَفَّنِيْ مُسْلِمًا وَّاَلْحِقْنِيْ بِالصّٰلِحِيْنَ ١٠١

Artinya: “…Wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan gabungkanlah aku dengan orang-orang saleh.”

Setelah dimandikan, jenazah Abu Bakar Ash Shiddiqh dikafani pada dua bajunya, sesuai dengan wasiatnya. Kemudian disalati dengan Umar bin Khathab RA sebagai pemimpinnya.

Abu Bakar Ash Shiddiq RA dimakamkan di malam hari di kamar Aisyah. Kepalanya ditempatkan di kedua pundak Rasulullah SAW.

Menurut Ibnu Hajar, Abu Bakar Ash Shiddiq RA meninggal karena penyakit paru-paru. Namun pendapat lain menyebutkan bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq RA mandi saat musim dingin, kemudian beliau sakit panas selama 15 hari.

Sedangkan dalam pendapat shahih dikatakan bahwa Abu Bakar Ash Shiddiq RA diracun oleh orang Yahudi. Beliau wafat seperti umur Rasulullah SAW, yaitu dalam umur 63 tahun.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kenapa Jumlah Kain Kafan Wanita Lebih Banyak dari Laki-laki?



Yogyakarta

Mengkafani jenazah menjadi kewajiban seorang muslim terhadap saudaranya yang meninggal dunia. Sebelum mengkafani jenazah, umat muslim perlu mengetahui jumlah kain kafan yang harus digunakan.

Mengutip dari Kitab Bidayatul Mujtahid Wa Nihayatul Muqtashid Jilid 1 karya Ibnu Rusyd, para jumhur ulama menyatakan bahwa kain kafan wanita jumlahnya lebih banyak dari laki-laki. Mengapa begitu?

Alasan Kain Kafan Wanita Jumlahnya Lebih Banyak

Masih dalam sumber yang sama, kain kafan wanita jumlahnya lebih banyak karena aurat yang harus ditutupi juga lebih banyak. Pada dasarnya, wanita dalam Islam disyariatkan untuk menutup aurat dalam berpakaian sehingga ketika meninggal dunia pun jumlah kain kafan yang digunakan lebih banyak dari jenazah laki-laki.


Jumhur ulama menentukan jumlah kain kafan bagi jenazah laki-laki sebanyak tiga lapis kain, sementara jenazah wanita sebanyak lima lapis kain. Hal tersebut didasarkan pada sebuah riwayat yang menceritakan ketika jenazah Rasulullah SAW dikafani:

أَنَّ الرَّسُوْلَ اللهِ ﷺ كُفِنَ فِي ثَلَاثَةِ أَثْوَابِ بِيْضٍ سَحُوْلِيَّةٍ لَيْسَ فِيْهَا قَمِيْصُ وَلَا عِمَامَةٌ

Artinya: “Sesungguhnya jenazah Rasulullah SAW dikafani dengan tiga lapis kain putih, tanpa gamis dan sorban.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sementara itu, banyaknya kain wanita didasarkan pada hadits riwayat Abu Dawud yang bersumber dari Laila binti Qa’if Ats Tsaqafiyyah, ia berkata:

كُنْتُ فِيْمَنْ غَسَّلَ أُمَّ كُلِّقَوْمٍ بِنْتَ رَسُولِ اللهِ ﷺ فَكَانَ أَوَّلُ مَا أَعْطَانِي رَسُولُ اللهِ ﷺ الْحِقْوَ، ثُمَّ الدَّرْعَ، ثُمَّ الْخِمَارَ، ثُمَّ الْمِلْحَفَةَ، ثُمَّ أُدْرِجَتْ بَعْدُ فِي التَّوْبِ الْآخَرِ، قَالَتْ: وَرَسُولُ اللَّهِ ﷺ جَالِسٌ عِنْدَ الْبَابِ مَعَهُ أَكْفَانُهَا، يُنَاوِلُنَاهَا ثَوْبًا ثَوْبًا

Artinya: “Aku termasuk orang yang turut memandikan jenazah Ummu Kultsum, putri Rasulullah SAW. Pertama kali yang diberikan oleh Rasulullah kepadaku ialah kain sarung, lalu jubah untuk perempuan, lalu kerudung panjang, lalu selimut. Kemudian setelah itu aku memasukkannya pada lapis kain yang terakhir,” kata Laila binti Qa’if, saat itu Rasulullah SAW duduk di dekat pintu sambil memegang kafan-kafan untuk putrinya, lalu kami menerima kafan-kafan tersebut satu persatu.” (HR Abu Dawud).

Sunah dalam Mengkafani Jenazah

Berdasarkan buku Terjemahan Majmu Syarif karya Ust. Muiz al-Bantani, beberapa sunah dalam mengkafani jenazah yang perlu dipahami umat muslim, yaitu sebagai berikut.

1. Kain kafan yang digunakan hendaknya kain kafan yang bagus, bersih, dan menutupi seluruh tubuh mayat.

2. Kain kafan hendaknya berwarna putih.

3. Jumlah kain kafan untuk mayat laki-laki hendaknya 3 lapis, sedangkan mayat perempuan 5 lapis.

4. Sebelum kain kafan digunakan untuk membungkus atau mengkafani jenazah, hendaknya diberi wangi-wangian terlebih dahulu.

5. Tidak berlebih-lebihan dalam mengkafani jenazah.

Cara Mengkafani Jenazah Wanita

Dilansir dari buku Fikih Madrasah Aliyah Kelas X karya Harjan Syuhada, kain kafan wanita terdiri atas 5 lembar kain putih dengan penggunaan sebagai berikut:

· Lembar pertama yang paling bawah digunakan untuk menutupi seluruh badan dan kain ini paling lebar di antara lainnya.

· Lembar kedua sebagai kerudung kepala.

· Lembar ketiga sebagai baju kurung.

· Lembar keempat untuk menutup pinggang hingga kaki.

· Lembar kelima untuk menutup pinggul dan pahanya.

Adapun cara mengkafani jenazah perempuan, yaitu:

1. Susun kain kafan yang telah dipotong-potong untuk masing-masing bagian dengan tertib. Angkatlah jenazah dalam keadaan tertutup dengan kain dan letakkan di atas kain kafan sejajar serta taburi dengan wangi-wangian atau dengan kapur barus.

2. Tutup lubang-lubang yang mungkin masih mengeluarkan kotoran dengan kapas.

3. Tutupkan kain pembungkus pada kedua pahanya.

4. Pakaikan sarung (cukup disobek saja, tidak dijahit).

5. Pakaikan baju kurungnya (cukup disobek, tidak dijahit).

6. Dandani rambutnya lalu julurkan ke belakang.

7. Pakaikan tutup kepalanya (kerudung).

8. Bungkus dengan lembar kain terakhir dengan cara menemukan kedua ujung kain kiri dan kanan lalu digulung ke dalam. Setelah itu, ikat dengan sobekan pinggir kain kafan yang setelahnya telah disiapkan di bagian bawah kain kafan, tiga atau lima ikatan. Tali ikatan ini akan dilepaskan setelah mayat dibaringkan di liang lahat.

Demikian penjelasan kenapa kain kafan wanita jumlahnya lebih banyak dari laki-laki beserta cara mengkafaninya, semoga bermanfaat.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com