Tag Archives: kapak

Tradisi Potong Jari, Bukti Cinta dan Kesetiaan Mama-mama Suku Dani



Wamena

Rasanya, tak ada yang bisa mengalahkan perempuan Suku Dani dalam urusan cinta dan kesetiaan. Mereka membuktikan luka di hati dengan tradisi potong jari.

Suku Dani di Lembah Baliem, Provinsi Papua Pegunungan mempunyai satu cara dalam mengungkapkan duka yang mendalam. Mereka rela memotong jari saat pasangan atau keluarga meninggal dunia. Selain itu, tradisi itu dilakukan saat mereka kecewa karena cinta. Semakin banyak jari yang dipotong, pertanda jumlah saudara yang meninggal atau dalamnya duka.


Biasanya tradisi itu dilakukan oleh perempuan atau mama-mama Suku Dani. Dalam arsip detikcom tradisi potong jari dilakukan ketika salah satu anggota keluarga mereka, yaitu ayah, ibu, anak, atau adik yang meninggal dunia.

Penduduk Suku Dani percaya memotong salah satu jari tangan adalah sebagai simbol dari rasa sakit ketika ditinggal selamanya oleh anggota keluarga yang mereka cintai. Selain untuk mengungkapkan kesedihan dan persaudaraan yang erat, cara itu dilakukan sebagai doa agar hal yang sama tidak terulang kembali.

Tradisi itu lebih banyak dilakukan oleh perempuan. Para lelaki menunjukkan kesedihan dengan memotong kulit telinga untuk menunjukkan kesedihan mereka ketika kehilangan salah satu anggota keluarga mereka.

Yang memilukan lagi, alat yang digunakan untuk menjalankan tradisi tersebut. Bagi yang mau potong jari, digunakan alat tradisional yang disebut kapak batu. Berbeda dengan pisau dapur yang tipis dan tajam, kapak batu lebih tumpul keras.

Sementara itu, untuk menjalankan tradisi potong daun telinga digunakan semacam bambu runcing yang digunakan untuk mengiris bagian kuping yang ingin dipotong.

Tradisi potong jari Suku Dani itu sudah diwariskan turun temurun dan hingga saat ini masih dilakukan. Kendati pemerintah Papua dan Jayawijaya telah melarang untuk melakukan tradisi itu, namun penduduk Suku Dani tetap melakukannya hingga saat ini.

(bnl/fem)



Sumber : travel.detik.com

Hilangnya Si Penjaga Keselamatan, Ketika Museum Dirusak dan Dijarah



Jakarta

Aksi massa pada Sabtu (30/8/2025) malam tidak hanya terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Lokasi aksi ini meluas hingga Kediri, Jawa Timur dengan sejumlah insiden perampokan dan perusakan. Aksi pencurian tidak hanya menyasar barang yang saat ini dinilai berharga.

Barang peninggalan sejarah ikut hilang dalam aksi perusakan yang terjadi di Museum Bhagawanta Bhari, Kediri. Museum di belakang DPRD Kabupaten Kediri ini kehilangan fragmen Arca Ganesha peninggalan kebudayaan Hindu, yang sempat blooming di sejarah Indonesia.

Fragmen arca Ganesha di Museum Bhagawanta BhariFragmen arca Ganesha di Museum Bhagawanta Bhari Foto: Museum Bhagawanta Bhari

Sosok Ganesha dalam kepercayaan Hindu adalah dewa berkepala gajah yang sangat dihormati. Dia adalah putra Dewa Siwa dengan sosok bertangan empat yang memegang berbagai simbol biasanya kapak, jerat, dan mangkuk. Kendati berkepala gajah, sosok Ganesha tidak punya gading yang utuh.


“Ganesha adalah lambang dewa ilmu pengetahuan dan sang penjaga keselamatan dalam kehidupan manusia. Atribut yang dipegangnya antara lain paracu (kapak kerap ditulis parasu), aksamala (tasbih), dan mangkuk,” tulis Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Profil kebudayaan Kabupaten kediri, Kantor Parsenibud Kabupaten Kediri tahun 2006.

Sebagai sebuah fragmen, arca Ganesha di Museum Bhagawanta Bhari tidak terlihat utuh. Bagian kepala lebih kecil menyisakan bagian belalai, dengan ornamen di belakang arca seperti ada yang hilang. Fragmen arca Ganesha kemungkinan adalah peninggalan zaman Kerajaan Mataram Kuno di abad ke-11 Masehi.

Meski begitu, arca ini tetap berharga sebagai bagian perkembangan kebudayaan Indonesia. Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana (Mas Dhito) mengimbau masyarakat yang tahu keberadaan artefak ini segera melapor pada pemerintah. Khususnya bagi oknum yang mengambil dan menyimpan sendiri fragmen arca Ganesha.

“Kami benar-benar berharap benda-benda bersejarah ini bisa kembali, karena peninggalan budaya memiliki nilai historis jadi sangat tidak pantas untuk menjadi sasaran,” kata Mas Dhito dalam keterangan tertulis pada Minggu (31/8/2025).

Sejumlah benda bersejarah lain tercatat ikut hilang dalam aksi ini. Benda tersebut adalah arca bodhisatva, miniatur lumbung, plakat HVA Sidomulyo dua buah, bata berinskripsi, dan arca Sumbercangkring. Pemerintah berharap semua benda bersejarah tersebut kembali, supaya bisa jadi bahan belajar seluruh masyarakat.

(row/fem)



Sumber : travel.detik.com

Saat Nabi Ibrahim AS Dibakar Hidup-hidup karena Hancurkan Berhala



Jakarta

Nabi Ibrahim AS pernah dibakar hidup-hidup karena menghancurkan berhala kaumnya. Sebagaimana diketahui, Ibrahim AS merupakan salah satu utusan Allah SWT yang ditugaskan berdakwah kepada penduduk Babilonia.

Dilansir dari kitab Qishashul Anbiya susunan Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, nama lengkap Ibrahim AS adalah Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Ibunya adalah Buna binti Karbita bin Karatsi yang merupakan keturunan Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh.


Nabi Ibrahim AS menentang penyembahan berhala yang dilakukan penduduk Babilonia. Dia bahkan berani bertanya kepada kaumnya apakah berhala-berhala itu bisa mendengar mereka berdoa atau memberi manfaat.

Walau demikian, kaumnya tetap menyembah berhala karena mengikuti ajaran nenek moyang mereka. Ibrahim AS lantas berkata sebagaimana tertuang dalam surah Asy Syu’ara ayat 75-77,

قَالَ أَفَرَءَيْتُم مَّا كُنتُمْ تَعْبُدُونَ أَنتُمْ وَءَابَآؤُكُمُ ٱلْأَقْدَمُونَ فَإِنَّهُمْ عَدُوٌّ لِّىٓ إِلَّا رَبَّ ٱلْعَٰلَمِين

Artinya: “Apakah kamu memperhatikan apa yang kamu sembah, kamu dan nenek moyang kamu yang terdahulu? Sesungguhnya, mereka (apa yang kamu sembah) itu musuhku, lain halnya Rabb seluruh alam.” (QS Asy-Syu’ara: 75-77)

Untuk menyadarkan kaumnya, Nabi Ibrahim AS lantas menyusun siasat. Ketika para penduduk Babilonia merayakan hari besar di luar perkampungan, Ibrahim AS enggan ikut dengan alasan sedang sakit.

Lalu, diam-diam dia pergi menuju tempat para berhala berada. Tangan kanannya lalu menghancurkan berhala-berhala itu menggunakan kapak hingga hancur berkeping-keping.

Menurut salah satu riwayat, Nabi Ibrahim AS meletakkan kapak di tangan berhala yang besar untuk memberi kesan dia cemburu jika ada Tuhan kecil lainnya yang disembah bersamanya.

Ketika kaumnya pulang dari perayaan, mereka terkejut bukan main melihat para berhala-berhala itu hancur. Kemudian, mereka menunjuk Nabi Ibrahim AS sebagai pelakunya karena dia yang sering mencemooh berhala-berhala tersebut. Selain itu, Ibrahim AS berada di perkampungan saat penduduk lain mengikuti perayaan hari besar di luar.

Saat ditanya terkait perlakuan Nabi Ibrahim AS terhadap berhala-berhala itu, dia berkata:

قَالُوٓا۟ ءَأَنتَ فَعَلْتَ هَٰذَا بِـَٔالِهَتِنَا يَٰٓإِبْرَٰهِيمُ قَالَ بَلْ فَعَلَهُۥ كَبِيرُهُمْ هَٰذَا فَسْـَٔلُوهُمْ إِن كَانُوا۟ يَنطِقُونَ

Artinya: “Maka tanyakanlah kepada mereka, jika mereka dapat berbicara.” (QS Al Anbiya: 62-63).

Penduduk Babilonia yang mendengar jawaban Nabi Ibrahim AS menunduk ketika mendengar jawaban Ibrahim AS. Menurut tafsir Qatadah, mereka bingung dan menunduk sambil berkata ‘Engkau (Ibrahim) pasti tahu bahwa (berhala-berhala) itu tidak dapat berbicara.”

Ketika itulah Nabi Ibrahim AS menjawab,

قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكُمْ شَيْـًٔا وَلَا يَضُرُّكُمْ أُفٍّ لَّكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ ۖ أَفَلَا تَعْقِلُونَ

Artinya: “Mengapa kamu menyembah selain Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun, dan tidak (pula) mendatangkan mudharat kepada kamu? Celakalah kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Tidakkah kamu mengerti?” (QS Al Anbiya: 66-67)

Karena kalah dalam perdebatan, akhirnya kaum Nabi Ibrahim AS menggunakan kekuatan dan kekuasaan untuk membela kebodohan mereka. Ibrahim AS lantas dihukum oleh kaumnya dengan dibakar hidup-hidup.

Atas kuasa Allah SWT, api tersebut menjadi dingin. Ini sesuai dengan firman-Nya dalam surat Al Anbiya ayat 69,

قُلْنَا يَٰنَارُ كُونِى بَرْدًا وَسَلَٰمًا عَلَىٰٓ إِبْرَٰهِيمَ

Artinya: “Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin dan penyelamat bagi Ibrahim!”

Peristiwa tersebut membuat orang-orang di sana tercengang. Pembarakan pun dihentikan karena Ibrahim AS sama sekali tidak terbakar.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com