Tag Archives: keanekaragaman hayati

Pesona Keanekaragaman Hayati Indonesia Timur, Cocok untuk Traveler dan Patut Dijaga



Waisai

Indonesia Timur dikenal sebagai salah satu kawasan dengan kekayaan alam paling luar biasa di dunia. Dari bawah laut Raja Ampat yang sering dijuluki sebagai surga dunia hingga lebatnya hutan Papua yang menyimpan banyak flora dan fauna langka.

Wilayah itu menawarkan pengalaman yang tak hanya memanjakan mata, tapi juga sangat penting untuk kelestarian lingkungan.

Tak heran jika banyak pelancong, baik dari dalam maupun luar negeri, menjadikan kawasan ini sebagai destinasi impian. Raja Ampat yang terletak di Papua Barat Daya, dikenal sebagai pusat keanekaragaman hayati laut dunia.


Di sana, hamparan terumbu karang menjadi rumah bagi ratusan spesies ikan dan biota laut lainnya yang jarang ditemukan di tempat lain. Menyelam di perairan tersebut seperti masuk ke dunia lain yang menakjubkan.

Keindahan serupa juga bisa dinikmati di Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Kawasan ini kini berkembang menjadi pusat penelitian kelautan dan destinasi edukasi ekowisata yang semakin menarik perhatian traveler.

Tak hanya bawah lautnya yang memesona, daratan Indonesia Timur pun menyimpan sejuta keindahan. Taman Nasional Komodo di Nusa Tenggara Timur menjadi salah satu ikon pariwisata yang menggabungkan panorama savana, bukit-bukit eksotis, serta laut jernih berwarna biru kehijauan.

Namun yang paling terkenal tentu saja adalah Komodo, kadal raksasa purba yang hanya bisa ditemukan di sana. Sementara itu, Papua menyuguhkan hutan hujan tropis yang menyimpan kekayaan hayati luar biasa.

Burung cenderawasih, yang dikenal dengan bulunya yang indah, serta beragam tanaman endemik, menjadikan wilayah ini sangat penting bagi upaya pelestarian alam secara global.

Sayangnya, pesona alam yang luar biasa ini tidak lepas dari berbagai ancaman. Aktivitas pertambangan, penangkapan ikan berlebihan, serta dampak negatif dari pariwisata massal menjadi tantangan besar.

Contohnya, penolakan terhadap tambang nikel di sekitar Raja Ampat beberapa waktu lalu menjadi pengingat bahwa ekosistem di kawasan tersebut sangat rentan. Traveler yang datang ke Indonesia Timur diharapkan tak hanya menikmati keindahan alamnya, tapi juga ikut menjaga keberlanjutannya.

Mulai dari memilih operator wisata yang peduli lingkungan, mematuhi aturan konservasi, hingga menghormati budaya lokal. Semua ini adalah langkah sederhana yang bisa memberi dampak besar.

Membawa botol minum sendiri, menghindari penggunaan plastik sekali pakai, serta membeli produk kerajinan lokal juga merupakan bagian dari perjalanan yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Musim kemarau, yang biasanya berlangsung dari Mei hingga September, disebut sebagai periode terbaik untuk berkunjung. Cuaca cenderung cerah dan laut lebih tenang, sehingga aktivitas wisata pun lebih nyaman.

Namun, mengingat setiap daerah memiliki karakter cuaca yang berbeda, ada baiknya traveler selalu mengecek prakiraan cuaca terkini sebelum berangkat.

(upd/wsw)



Sumber : travel.detik.com

Kabar Baik, UNESCO Resmi Akui Raja Ampat Sebagai Cagar Biosfer Dunia!



Waisai

Kabar baik datang dari Kepulauan Raja Ampat di Provinsi Papua Barat. UNESCO resmi menetapkan Raja Ampat jadi Cagar Biosfer Dunia.

UNESCO, sebuah organisasi PBB di bidang Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan resmi mengakui Raja Ampat sebagai cagar biosfer dunia.

Pengakuan global dari UNESCO ini menempatkan Raja Ampat sebagai salah satu ekosistem laut dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.


Dari 30 cagar biosfer baru yang ditetapkan UNESCO, Raja Ampat menonjol karena keanekaragaman hayati bawah lautnya yang sangat luar biasa. Penetapan ini menjadi tonggak penting setelah Raja Ampat meraih gelar Geopark Global UNESCO pada tahun 2023 silam.

Pengakuan baru dari UNESCO menjadikan Raja Ampat sebagai salah satu dari sedikit tempat di dunia yang menyandang dua gelar internasional dari UNESCO secara bersamaan.

Cagar biosfer Raja Ampat mencakup wilayah seluas sekitar 135.000 kilometer persegi, dengan lebih dari 610 pulau. Dari ratusan pulau itu, hanya 34 pulau yang dihuni oleh manusia.

Terletak di jantung Segitiga Terumbu Karang, Raja Ampat memiliki ekosistem terumbu karang terkaya di dunia, dengan lebih dari 75 persen spesies karang global, lebih dari 1.320 spesies ikan karang, dan lima spesies penyu laut langka yang terancam punah, termasuk penyu sisik.

Sekitar 60 persen terumbu karang di wilayah Raja Ampat berada dalam kondisi baik hingga sangat baik. Dengan dua gelar internasional tersebut, Raja Ampat tidak hanya diakui karena warisan geologisnya yang unik, tetapi juga karena keanekaragaman hayatinya yang luar biasa.

Kawasan ini pun menjadi titik temu antara konservasi, ilmu pengetahuan, pengetahuan adat, dan pembangunan berkelanjutan, memberikan manfaat bagi masyarakat lokal dan dunia.

Menurut UNESCO, cagar biosfer berfungsi sebagai “laboratorium hidup” tempat masyarakat, ilmuwan, dan pemerintah bekerja sama dalam tiga pilar utama: melestarikan keanekaragaman hayati dan lanskap, mendorong pembangunan sosial-ekonomi yang berkelanjutan, serta meningkatkan pemahaman melalui penelitian, pendidikan, pelatihan, dan berbagi pengetahuan.

Saat ini, terdapat lebih dari 700 cagar biosfer di lebih dari 130 negara, mencakup lebih dari 5% luas daratan dunia. Cagar-cagar ini menjadi model keseimbangan antara konservasi dan pemanfaatan berkelanjutan, mendukung sekitar 275 juta orang yang tinggal di dalamnya.

——–

Artikel ini telah tayang di CNN Indonesia.

(wsw/wsw)



Sumber : travel.detik.com

7 Danau Terbesar di Dunia, Ada di Negara Mana Saja?


Jakarta

Pernah membayangkan besar sebuah danau melebihi besar suatu negara? Danau-danau raksasa ini bukan hanya spektakuler ukurannya, tetapi juga penting bagi ekosistem global.

Yuk, kita simak daftar 7 danau terbesar di dunia menurut data Britannica, UNESCO, dan IAGLR.

Apa Itu Danau?

Mengutip Encyclopedia Britannica, danau adalah badan air yang dikelilingi daratan dan tidak terhubung langsung dengan laut. Danau bisa terbentuk secara alami, misalnya akibat aktivitas tektonik, vulkanik, atau glasial, maupun secara buatan melalui bendungan.


Fungsinya sangat penting, mulai dari menyimpan air tawar, mendukung keanekaragaman hayati, hingga menjadi sumber kehidupan manusia di sekitarnya.

Daftar 7 Danau Terbesar di Dunia

1. Danau Kaspia

Terbesar di dunia dengan luas permukaan 386.000 km². Meski disebut “laut” karena airnya asin, secara teknis Danau Kaspia dikategorikan sebagai danau tertutup (endorheik). Lokasinya membentang di antara Rusia, Kazakhstan, Turkmenistan, Iran, dan Azerbaijan.

2. Danau Superior

Merupakan danau air tawar terbesar di Amerika Utara sekaligus danau air tawar terluas di dunia. Memiliki luas 82.100 km², terletak di perbatasan Amerika Serikat dan Kanada.

3. Danau Victoria

Danau terbesar di Afrika dengan luas 69.500 km² dan menempati posisi ketiga di dunia berdasarkan luas permukaan. Terbentang di tiga negara yaitu Tanzania, Uganda, dan Kenya.

4. Danau Huron

Bagian dari sistem Danau Besar (Great Lakes) di Amerika Utara dengan luas permukaan 59.600km². Huron terkenal memiliki garis pantai yang sangat panjang dengan banyak pulau kecil, termasuk Manitoulin Island, pulau air tawar terbesar di dunia.

5. Danau Michigan

Satu-satunya danau besar yang seluruh wilayahnya berada di Amerika Serikat dengan luas 57.800km². Hampir setara dengan negara Kroasia.

6. Danau Tanganyika

Terletak di Afrika Timur dan menjadi danau terdalam kedua di dunia setelah Baikal. Danau ini terbentang melewati Burundi, Tanzania, Zambia, dan Republik Demokratik Kongo dan memiliki luas 32.900km².

7. Danau Baikal

Meskipun luasnya berada di urutan ketujuh dan berada di 31.500km², Baikal menjadi juara dalam hal volume air tawar dan kedalaman. Tercatat oleh UNESCO, Baikal menyimpan sekitar 20% cadangan air tawar dunia yang tidak membeku dan kedalamannya mencapai lebih dari 1.600 meter.

Itulah danau terbesar di dunia yang dapat ditemui. Dengan mengetahuinya detikers dapat menambah wawasan mengenai kondisi geografis dunia. Semoga bermanfaat ya!

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Tak Cuma buat Rekreasi, TSI Juga Jadi Tempat Edukasi dan Konservasi



Jakarta

Tak hanya menjadi destinasi wisata favorit keluarga, Taman Safari Indonesia (TSI) juga berperan penting sebagai pusat edukasi dan konservasi satwa. Melalui berbagai program pelestarian dan kegiatan pembelajaran interaktif, TSI berupaya menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga keanekaragaman hayati.

Beberapa hari lalu, detikTravel berkesempatan untuk berkunjung ke Taman Safari Indonesia (TSI) yang berada di Bali. Di sana diperlihatkan bukan hanya TSI sebagai destinasi wisata tapi juga sebagai destinasi edukasi yang sekaligus menjaga tempat konservasi.

Terpantau ada beberapa area yang didedikasikan untuk konservasi beberapa satwa seperti burung Jalak Bali yang begitu cantik. Dengan keseluruhan badannya didominasi warna putih dan ada warna biru di bagian matanya.


Tak cuma di Bali, TSI yang mempunyai unit di beberapa kota di Indonesia juga melakukan pelestarian yang sama. Board of Director TSI, Agus Susanto, menjelaskan beberapa keberhasilan dalam mem-breeding dan melestarikan satwa yang sudah terancam populasinya.

“Di (Taman Safari) Batang itu dolphin akan melahirkan pada awal November, kemudian di Solo itu beberapa kali sudah melahirkan tiga ekor anak macan bengal. Oh iya di Batang juga burung unta, kemudian komodo sering netes (telurnya) di Batang,” kata Agus, Sabtu (11/10/2025).

“Di Taman Safari Bogor yang sedang kita coba sekarang itu pada ya. Jadi ini adalah usaha-usaha dari Taman Safari Group untuk melakukan konservasi,” dia menambahkan.

Lebih lanjut, Agus bercerita di Taman Safari Prigen ada area konservasi untuk burung-burung kicau yang sudah langka dan salah satunya termasuk burung Jalak Bali. Dengan upaya tersebut kini burung Jalak Suren yang sudah dilepasliarkan di sana pun telah beranak-pinak.

Taman Safari Indonesia bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga jadi tempat edukasi sekaligus tempat konservasiPenjelasan TSI bukan sekadar tempat rekreasi tapi juga tempat edukasi dan konservasi di Taman Safari Bali, Jumat (10/10/2025). (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)

Dan masih banyak lagi satwa-satwa lainnya yang coba untuk dilestarikan oleh Taman Safari Indonesia. Setiap tahunnya akan ada satwa-satwa yang dilepas kembali ke alam liar.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Media Digital TSI, Finky Santika, mengatakan bahwa TSI ini lebih mengedepankan aspek konservasinya, yang diimbangi dengan rekreasinya. Hal tersebut supaya masyarakat yang berkunjung bukan sekadar terhibur tetapi juga bisa belajar dan ikut memahami pentingnya pelestarian satwa.

“Taman Safari sendiri terdaftar sebagai lembaga konservasi, jadi kalau misalnya orang-orang tahunya Taman Sadari itu tempat bermain, betul juga. Tapi kita lebih fokusnya ke lembaga konservasi,” kata Finky.

Taman Safari Indonesia juga bekerja sama dengan beberapa pihak seperti Kementerian Kehutanan, Kementerian Lingkungan Hidup, BKSDA, dan beberapa NGO lainnya.

“Kita dipercaya untuk membantu mereka dalam menjaga ekosistem yang ada di Indonesia. Jadi kayak kemarin kita berhasil melepas atau introduction Banteng Jawa di Pangandaran itu kita kasih dua pasang Banteng Jawa,” kata dia.

Finky bercerita populasi Banteng Jawa di sana sudah tidak ada lagi dan kebetulan pihaknya masih memiliki satwa tersebut. Hingga sekarang Banteng Jawa yang telah dikirim ke Pangandaran itu sudah berhasil berkembang biak.

“Di sana itu sudah punah jadi sudah tidak ada lagi. Tapi kita masih ada, akhirnya kita kirim dua pasang Banteng Jawa dan berhasil breeding kemarin baru lahiran di bulan Agustus jadi itu membantu,” ujar dia.

(upd/fem)



Sumber : travel.detik.com

Dua Spesies Baru Anggrek Ditemukan di Raja Ampat, Kerusakan Hutan Bisa Jadi Ancaman


Jakarta

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap dua spesies anggrek baru di Kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. Kedua spesies tersebut dinamakan Dendrobium siculiforme dan Bulbophyllum ewamiyiuu.

Dua spesies baru anggrek ini dideskripsikan sebagai anggota baru dalam keluarga Orchidaceae. Penemuan ini telah diterbitkan dalam jurnal internasional Telopea Vol 29 dengan judul “Two new orchid species from the Raja Ampat Archipelago, Southwest Papua Province, Indonesia”.

Publikasi tersebut merupakan kerja sama tim riset antara Reza Saputra (Kementerian Kehutanan), Destario Metusala (BRIN), Andre Schuiteman (Kew Botanic Gardens, Inggris), Yuanito Eliazar (Indonesian Society of Botanical Artists) dengan Ashley Field, Katharina Nargar, dan Darren Crayn (Australian Tropical Herbarium, James Cook University).


Bagaimana Awal Penemuannya?

Dua anggrek spesies baru ini semula terungkap dari kegiatan inventarisasi tumbuhan dan pemanfaatannya di Pulau Batanta, Kepulauan Raja Ampat pada 2022 silam. Kegiatan tersebut dilakukan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Papua Barat dengan BRIN.

Melalui survei tersebut, para ahli mengoleksi berbagai jenis anggrek alam dan mencatat pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat lokal. Setelah beberapa tahun, sejumlah koleksi anggrek dari survei pun berbunga. Hal ini memungkinkan pengamatan morfologi yang lebih mendalam.

Seperti ini Ciri-cirinya

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, Destario Metusala menyampaikan kedua spesies baru tersebut adalah anggrek epifit yang tumbuh menempel secara alami di batang pohon.

Dendrobium siculiforme memiliki batang tegak setinggi 15-50 cm dengan daun tersusun berseling. Bunganya muncul dari bagian atas batang dengan jumlah sekitar enam kuntum. Saat mekar sempurna, diameter bunganya mencapai 7 cm dengan warna krem kekuningan berpola guratan cokelat keunguan,” jelas Destario, dikutip dari keterangan tertulis BRIN pada Selasa (14/10/2025).

Ia menjelaskan tim riset menggunakan nama siculiforme dari bahasa Latin yang berarti berbentuk seperti belati. Bentuk ini merujuk pada bentuk cuping tengah bibir bungnganya yang mirip belati.

Dendrobium siculiforme mirip dengan Dendrobium magistratus. Namun, keduanya berbeda dalam karakter perbungaan dan bentuk sepal serta bibir bunganya.

spesies anggrek baru Dendrobium siculiformespesies anggrek baru Dendrobium siculiforme Foto: Reza Saputra/BRIN

Di sisi lain, Bulbophyllum ewamiyiuu mempunyai lebih kecil dengan ukuran sekitar 8-12 cm dengan satu helai daun di setiap pseudobulb.

“Bunganya memang kecil, hanya sekitar 5-6 mm, tetapi warnanya sangat menarik. Sepal dan petalnya berwarna dasar kuning dengan semburat merah marun yang kontras,” terang Destario.

Ia membeberkan nama ewamiyiuu dipilih dari bahasa Batta yang digunakan masyarakat Suku Batanta, yang artinya bergaris. Nama tersebut mengacu pada garis-garis kecokelatan yang terlihat di antara alur pada bagian pseudobulb. Spesies ini mempunyai kemiripan dengan Bulbophyllum graciliscapum, tetapi berbeda pada bentuk sepal, pseudobulb, dan ornamentasi bibir bunganya.

spesies nggrek baru Bulbophyllum ewamiyiuuspesies nggrek baru Bulbophyllum ewamiyiuu Foto: Reza Saputra/BRIN

Diperkirakan Spesies Endemik

Kedua spesies yang baru ditemukan ini diduga spesies endemik Kepulauan Raja Ampat dengan sebaran alamai yang terbatas, berdasarkan data distribusi yang ada.

Dengan data yang masih minim, para peneliti mengusulkan Dendrobium siculiforme berstatus Kritis (Critically Endangered). Sementara, Bulbophyllum ewamiyiuu tergolong pada kategori Kekurangan Data (Data Deficient) berdasarkan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List.

Pentingnya Hutan-hutan Pedalaman Papua

Destario menekankan penemuan ini menegaskan pentingnya hutan-hutan di pedalaman papua sebagai gudang sumber daya genetik yang belum banyak terungkap.

“Potensi temuan spesies baru dari Papua sangat besar, tidak hanya dari kelompok anggrek, tetapi juga dari kelompok tumbuhan lainnya,” sebutnya.

Sedangkan pada sisi lain potensi kerusakan hutan di Kepulauan Raja Ampat adalah ancaman serius untuk kelestarian habitat alami. Maka dari itu penelitian keanekaragaman hayati perlu terus dipercepat sebagai riset hulu yang jadi dasar upaya pelestarian dan pemanfaatan berkelanjutan.

Destario turut mengingatkan risiko pengambilan liar di alam dikarenakan tingginya minat pasar.

“Kemunculan spesies baru biasanya memicu antusiasme para penghobi untuk memilikinya. Bahkan, Bulbophyllum ewamiyiuu sudah mulai diperdagangkan hingga ke Pulau Jawa,” jelasnya.

Ia menggarisbawahi pentingnya kolaborasi berbagai pihak, termasuk komunitas penghobi anggrek dalam menjaga kelestarian kedua spesies baru tersebut.

“Upaya konservasi harus dilakukan bersama agar keindahan anggrek-anggrek ini tidak hilang dari belantara Papua,” ujarnya.

(nah/nwk)



Sumber : www.detik.com

Harimau-Macan Tutul Muncul di Permukiman, Pakar BRIN: Itu Alarm Ekologis!



Jakarta

Fenomena tak biasa terjadi di dua daerah berbeda di Indonesia belakang ini. Seekor macan tutul jawa tiba-tiba masuk ke hotel di kawasan Bandung, Jawa Barat.

Selain itu, seekor harimau sumatra juga tertangkap kamera berada di sekitar kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) di Agam, Sumatera Barat. Kejadian tersebut seketika ramai karena diunggah di media sosial.

Pertanda apa hewan-hewan liar dan buas tersebut mendekati wilayah pemukiman manusia? Menurut Peneliti Ahli Utama bidang konservasi keanekaragaman hayati Pusat Riset Ekologi BRIN, Prof Hendra Gunawan, dua kejadian tersebut adalah sinyal bahaya tentang keseimbangan alam yang sedang terganggu.


“Kalau mereka sekarang muncul di kebun, jalan raya, bahkan hotel, itu bukan perilaku alami, tapi Itu tanda mereka terpaksa keluar dari hutan untuk bertahan hidup,” kata Hendra dikutip dari laman BRIN, Rabu (22/10/2025).

Penyebab Satwa Liar Masuk Pemukiman Manusia

Ia menambahkan, perilaku aneh satwa ini bisa terjadi karena beberapa sebab. Pertama karena kerusakan habitat akibat pembukaan lahan, pembangunan jalan, dan perluasan permukiman.

Kedua karena mereka tengah mengejar mangsanya. Monyet ekor panjang atau babi hutan biasanya tinggal di tepi hutan sehingga kemungkinan mengejar mereka pun bisa terjadi.

Macan-Harimau Kehilangan Orientasi Arah

Penyebab selanjutnya bisa terjadi akibat hewan memang tersesat. Mereka kemudian mengalami disorientasi spasial atau kehilangan orientasi karena tak tahu dengan lingkungan tersebut.

“Kalau mereka sekarang muncul di kebun, jalan raya, bahkan hotel, itu bukan perilaku alami, tapi Itu tanda mereka terpaksa keluar dari hutan untuk bertahan hidup,” kata Hendra.

“Begitu ia masuk ke bangunan beton tanpa vegetasi, ia kehilangan arah dan bisa panik. Inilah yang terjadi ketika macan masuk hotel atau kantor,” lanjutnya.

Hendra menegaskan bahwa fragmentasi hutan merupakan akar masalah di balik meningkatnya konflik antara manusia dan satwa liar. Fragmentasi terjadi ketika hutan besar terpecah menjadi potongan kecil yang terisolasi oleh ladang, jalan, atau permukiman.

“Fragmentasi lebih berbahaya daripada sekadar pengurangan luas hutan,” tegasnya.

Predator Puncak Berebut Wilayah

Menyempitnya habitat hewan akibat pemukiman manusia mengakibatkan predator puncak seperti harimau sumatera dan macan tutul jawa membutuhkan wilayah jelajah lebih luas untuk mencari mangsa dan berkembang biak.

Ketika ruang hidupnya menyempit, satwa-satwa ini terpaksa berebut wilayah. Dalam berebut, mereka biasanya keluar dari hutan menuju area manusia.

BRIN mencatat sedikitnya 137 kasus konflik manusia-harimau di Sumatera Barat antara tahun 2005-2023. Terutama di kawasan yang hutannya sudah terfragmentasi parah seperti Lanskap Cagar Alam Maninjau.

Kehadiran Satwa Liar di Pemukiman Jadi Alarm Serius

Hendra menilai bahwa solusi jangka panjang bukan sekadar mengevakuasi satwa yang muncul, tapi menata ulang kebijakan tata ruang dan pembangunan berbasis ekologi.

Selain itu, Hendra mendorong penerapan pendekatan human-wildlife coexistence atau hidup berdampingan secara berkelanjutan dengan empat tahapan utama yakni:

Avoidance (Penghindaran): Mencegah kontak langsung lewat perencanaan ruang dan pengamanan ternak.

Mitigation (Mitigasi): Mengurangi dampak konflik tanpa melukai satwa.

Tolerance (Toleransi): Menumbuhkan empati masyarakat terhadap keberadaan satwa liar.

Coexistence (Koeksistensi): Menciptakan manfaat bersama melalui kegiatan seperti ekowisata berbasis komunitas.

“Kalau masyarakat bisa melihat harimau bukan sebagai ancaman, tapi sebagai penjaga keseimbangan ekosistem, kita bisa hidup berdampingan dengan damai,” ujarnya.

Menurut Hendra, harimau di kantor BRIN dan macan tutul di hotel seharusnya tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan alarm ekologis. Ia mengingatkan bahwa sebenernya hewan-hewan tersebut bukanlah musuh manusia.

“Harimau bukan musuh kita, mereka adalah cermin dari kesehatan hutan. Jika harimau hilang, itu artinya ekosistem kita runtuh. Menjaga harimau berarti menjaga masa depan kita sendiri,” katanya.

(cyu/nah)



Sumber : www.detik.com

10 Delta Sungai Terluas di Dunia, Ada di Negara Mana Saja?


Jakarta

Delta sungai menjadi kekayaan unik yang ada di permukaan bumi. Di berbagai pelosok dunia, ada banyak delta sungai yang terbentuk. Terbesar ada di mana?

Istilah delta menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti tanah endapan berbentuk segitiga di muara sungai. Delta terbentuk dari endapan lumpur, pasir, dan material lain yang terbawa arus sungai sebelum mencapai laut.

Kehadiran delta bukan hanya fenomena geografis, tetapi juga penopang kehidupan manusia, satwa, dan ekosistem.


Menurut Geological Society of America (GSA Today, 2020), delta berperan penting sebagai sistem ekologi produktif yang menyediakan pangan, habitat, serta perlindungan terhadap bencana alam. Delta juga menjadi salah satu wilayah paling padat penduduk di dunia.

Daftar 10 Delta Sungai Terluas di Dunia

1. Ganges-Brahmaputra-Meghna Delta (Bangladesh & India)

Delta terbesar di dunia dengan luas lebih dari 100.000 km². Delta ini menopang lebih dari 100 juta orang dan menjadi rumah bagi hutan mangrove Sundarbans. Menurut Earth Surface Dynamics (2019), delta ini juga termasuk paling rentan terhadap perubahan iklim dan kenaikan muka laut.

2. Amazon Delta (Brasil)

Memiliki luas hampir 100.000 km², delta Amazon terbentuk dari sungai dengan debit air terbesar di dunia. Mengutip A-Z Animals, delta ini dikenal sebagai “jantung keanekaragaman hayati global” dengan hutan tropis, rawa, dan ribuan spesies unik.

3. Mississippi Delta (Amerika Serikat)

Dengan luas sekitar 32.400 km², delta ini membentuk rawa-rawa besar di Louisiana. GSA Today menjelaskan bahwa kawasan ini menjadi contoh klasik interaksi manusia dan alam, terutama dalam pengendalian banjir dan pembangunan kanal.

4. Lena Delta (Rusia, Siberia)

Delta di Laut Arktik ini mencakup 32.000 km² dan menjadi habitat penting burung migrasi. Earth Surface Dynamics menekankan bahwa delta Arktik seperti Lena menjadi indikator penting perubahan iklim global.

5. Mekong Delta (Vietnam)

Delta seluas 40.500 km² ini sering disebut “lumbung padi Asia Tenggara”. Lebih dari 20 juta orang bergantung pada pertanian dan perikanan di kawasan ini. GSA Today mencatat bahwa perubahan aliran air karena bendungan mengancam keberlanjutan delta Mekong.

6. Danube Delta (Rumania & Ukraina)

Salah satu delta terluas di Eropa dengan luas 4.152 km². Delta ini menjadi habitat lebih dari 300 spesies burung dan dinyatakan sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO.

7. Niger Delta (Nigeria)

Delta besar di Afrika Barat dengan luas 70.000 km². Meski kaya minyak bumi, delta ini juga memiliki ekosistem mangrove yang luas. A-Z Animals menekankan potensi konflik antara eksploitasi ekonomi dan pelestarian lingkungan di kawasan ini.

8. Zambezi Delta (Mozambik)

Mencakup area sekitar 18.000 km², delta ini menyimpan hutan mangrove dan lahan basah yang vital bagi gajah, kuda nil, dan buaya Afrika.

9. Parnaíba Delta (Brasil)

Satu-satunya delta di Amerika yang langsung bermuara ke Samudra Atlantik, dengan luas sekitar 2.700 km². Delta ini unik karena memiliki ratusan pulau kecil yang terbentuk dari pasir.

10. Okavango Delta (Botswana)

Berbeda dari lainnya, Okavango adalah delta daratan dengan luas sekitar 15.000 km². Airnya tidak mencapai laut, melainkan membentuk lahan basah di tengah gurun Kalahari. Earth Surface Dynamics menyebut delta ini sebagai “oasis ekologis” yang menopang salah satu keanekaragaman hayati terbesar di Afrika.

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com

Ikan Gabus Langka Dikira Punah Sekarang Muncul Lagi


Jakarta

Ikan gabus Chel (Channa amphibeus), spesies ikan yang diyakini telah punah selama lebih dari delapan dekade, telah ditemukan kembali di wilayah Himalaya di India. Temuan ini membawa perubahan tak terduga bagi dunia konservasi satwa liar.

Diduga telah punah sejak awal abad ke-20, predator air tawar langka ini telah muncul kembali, membuktikan bahwa alam masih menyimpan banyak rahasia.

Spesies yang Hilang Seiring Waktu

Penampakan terakhir ikan gabus Chel yang tercatat berasal dari spesimen yang dikumpulkan antara 1918 hingga 1933. Sejak saat itu, pencarian para peneliti menemukan ikan tersebut sia-sia, sehingga mengarah pada asumsi bahwa ikan itu telah menghilang selamanya. Puluhan tahun menghilang menjadikannya salah satu misteri terbesar dalam ilmu ikan India.


Namun pada 2024, hal yang mustahil menjadi kenyataan. Para peneliti, berbekal rumor dari suku-suku lokal yang mengaku telah menemukan ikan itu, menjelajah jauh ke dalam Sungai Chel di Benggala Barat. Kegigihan mereka membuahkan hasil. Tiga spesimen hidup berhasil dikumpulkan, beserta bukti foto yang mengonfirmasi bahwa spesies tersebut masih hidup dan sehat.

Penemuan Luar Biasa di Sungai Chel

Penemuan kembali tersebut terjadi di Kalimpong, sebuah kota yang terletak di kaki bukit Himalaya. Ikan tersebut berada di sistem Sungai Chel, habitat tempat terakhir kali ikan tersebut terlihat hampir seabad yang lalu. Para peneliti diberi tahu oleh penduduk setempat yang dilaporkan telah mengonsumsi spesies tersebut, yang memicu dilakukannya ekspedisi penelitian dan menghasilkan konfirmasi.

Tejas Thackeray, pendiri Thackeray Wildlife Foundation, menekankan pentingnya penemuan tersebut. “Terpecahkannya misteri yang telah berlangsung lama ini memperkuat pentingnya eksplorasi yang berkelanjutan dan menyoroti keberlangsungan keanekaragaman hayati, bahkan pada spesies yang pernah dianggap punah seiring waktu,” ujarnya seperti dikutip dari The Daily Galaxy.

Ikan Gabus Paling Sulit Ditemukan

Ikan gabus Chel menonjol di antara kerabatnya. Tidak seperti ikan gabus lainnya, spesies ini terkenal dengan sisiknya yang berwarna hijau cerah, garis-garis kuning, dan ukurannya yang mengesankan. Ciri khasnya ini menjadikannya yang terbesar di antara ikan gabus yang diketahui. Meskipun penampilannya mencolok, spesies ini tidak terdeteksi selama hampir satu abad, sehingga tidak terdeteksi oleh banyak survei ilmiah.

Penemuan kembali ini juga menyoroti bagaimana pengetahuan tradisional dapat memainkan peran penting dalam konservasi. Baru setelah mendengar laporan dari masyarakat adat, para peneliti dapat memfokuskan kembali pencarian mereka dan menemukan spesies yang sulit ditemukan ini.

Nasib Ikan Gabus Chel

Dengan keberadaannya yang kini telah dipastikan, muncul pertanyaan: bagaimana spesies ini bisa bertahan hidup tanpa diketahui selama ini? Menurut sebuah makalah yang diterbitkan baru-baru ini di jurnal Zootaxa, para ilmuwan percaya bahwa habitat air tawarnya yang terpencil dan berarus deras mungkin telah berkontribusi pada kemampuannya untuk tetap tersembunyi.

Namun, penggundulan hutan, polusi, dan perusakan habitat menimbulkan ancaman yang semakin besar terhadap keanekaragaman hayati di wilayah tersebut.

Untuk saat ini, Thackeray Wildlife Foundation dan para konservasionis mendorong penelitian lebih lanjut untuk menilai ukuran populasi, perilaku, dan kebutuhan ekologis ikan gabus Chel. Melindungi spesies dan habitatnya akan menjadi penting untuk memastikan spesies ini tidak kembali menghilang.

(rns/rns)



Sumber : inet.detik.com

Wow! Ada Hiu Kecil yang Bercahaya di Laut Dalam


Jakarta

Tahukah detikers, ada hiu yang bisa bersinar seperti lampu? Hewan dengan kemampuan unik ini merupakan penghuni laut dalam.

Ikan ini disebut hiu lentera atau lanternshark. Baru-baru ini, peneliti melaporkan spesies baru hiu bercahaya tersebut dari penemuan di lepas pantai Australia Barat.

Sebagai pengingat atas lokasi penemuannya, hiu ini diberi nama ilmiah Etmopterus westraliensis.


Hiu Lentera Baru

Tim peneliti semula menemukan spesies hiu lentera baru itu dalam ekspedisi survei keanekaragaman hayati laut pada 2022. Dari spesimen yang dikumpulkan, hiu baru yang terbesar hanya berukuran 40,7 cm.

“Hiu lentera adalah kelompok hiu yang menakjubkan, dan spesies baru ini ditemukan di kedalaman hingga 610 meter selama survei keanekaragaman hayati untuk Parks Australia di kawasan Taman Laut Gascoyne di lepas pantai Australia Barat,” kata ahli ikan Dr Will White, dikutip dari laman Commonwealth Scientific and Industrial Research Organization (CSIRO).

White merupakan peneliti dari CSIRO Australian Natonal Fish Collection. Dalam studi ini, ia di antaranya terlibat dalam pendeskripsian spesies hiu baru tersebut.

Ia menjelaskan, hiu mini dan ramping ini punya sirip punggung berduri tajam. Sementara itu, bagian perut dan sisi tubuhnya bisa mengeluarkan cahaya sendiri.

Mengapa Hiu Lentera Bercahaya?

Sifat mengeluarkan cahaya sendiri dari reaksi kimia disebut bioluminesensi. Hewan dengan sifat ini biasanya memiliki fotofor, yaitu organ khusus pada hewan yang bisa mengeluarkan cahaya, baik yang dihasilkan sendiri atau pun dengan bantuan bakteri.

“Hiu lentera bersifat bioluminesensi, dengan cahaya yang dihasilkan oleh fotofor yang terletak di perut dan sisi tubuhnya, yang menjadi asal nama umum mereka,” kata White.

Ada sekitar 20 spesies baru yang berhasil dideskripsikan secara ilmiah dari pelayaran kapal survei RV Investigator 2022. Namun peneliti memperkirakan masih ada sekitar 600 spesies baru lainnya yang menunggu untuk ditemukan dan diidentifikasi.

Hasil studi Shing Lai Ng dan rekan-rekan ini dipublikasi dalam Journal of Fish Biology dengan judul ‘Etmopterus westraliensis, a new species of lanternshark (Squaliformes: Etmopteridae) from Western Australia, with redescription of Etmopterus brachyurus’, 18 September 2025.

(twu/faz)



Sumber : www.detik.com

7 Teluk Terbesar di Dunia, Ada di Negara Mana?


Jakarta

Pernah dengar istilah teluk detikers? Ini biasanya merujuk pada perairan di tepi laut yang berbentuk cekungan. Kira-kira, teluk terbesar ada di mana?

Secara geografis, teluk (bay) adalah perairan luas yang sebagian dikelilingi daratan dan terhubung langsung dengan laut lepas. Keberadaan teluk biasanya memengaruhi kehidupan sekitarnya dan menguntungkan secara ekonomi maupun ekologi.

Teluk Terbesar di Dunia

Menurut Guinness World Records, Bay of Bengal atau Teluk Benggala adalah teluk terbesar di dunia berdasarkan luasnya, yakni sekitar 2.172.000 km². Luasnya bahkan lebih besar dari gabungan beberapa negara Asia Tenggara.


Letak Teluk Benggala mencakup wilayah India, Bangladesh, Myanmar, dan Sri Lanka, sehingga membuat Bay of Bengal memiliki posisi strategis. Perairan ini menjadi jalur perdagangan vital sejak zaman kuno, sekaligus rumah bagi keanekaragaman hayati laut yang luar biasa.

Meski Teluk Benggala unggul dari sisi luas, tapi ada teluk lain yang tak kalah menakjubkan yaitu Teluk Hudson di Kanada. Menurut catatan Guinness World Records, Teluk Hudson memegang rekor sebagai teluk dengan garis pantai terpanjang di dunia, mencapai 12.268 km, dengan total luas sekitar 1.233.000 km².

Dengan iklim sub-Arktik, Hudson Bay menjadi bagian penting dari ekosistem Kanada, meski tidak seramai Bay of Bengal dalam aktivitas manusia.

Daftar 7 Teluk Terbesar di Dunia

Mengutip laman Guinness, Britannica, dan National Geographic, berikut 7 teluk terbesar di dunia.

1. Teluk Bengal – 2.172.000 km² (Asia Selatan)

Teluk terbesar di dunia, dikelilingi India, Bangladesh, Myanmar, dan Sri Lanka.

2. Teluk Hudson – 1.233.000 km² (Kanada)

Teluk raksasa dengan garis pantai terpanjang, berada di wilayah subarktik Kanada.

3. Gulf of Mexico – 1.507.000 km² (Amerika Utara)

Meski disebut gulf, secara geografi berfungsi seperti teluk raksasa, berbatasan dengan AS, Meksiko, dan Kuba.

4. Teluk Baffin – 689.000 km² (Kanada-Greenland)

Perairan dingin di antara Pulau Baffin dan Greenland, bagian dari Samudra Arktik.

5. Teluk Chesapeake – 11.600 km² (Amerika Serikat)

Teluk Chesapeake atau estuaria merupakan yang terbesar di AS dan berperan penting secara ekologis dan historis.

6. Teluk Biscay – 223.000 km² (Eropa Barat)

Terletak di barat Prancis dan utara Spanyol, terkenal dengan badai besar dan ombak ekstrim.

7. Teluk San Francisco – 4.600 km² (Amerika Serikat)

Teluk ikonik di California, terkenal dengan Golden Gate Bridge dan pusat perdagangan sejak era kolonial.

Itulah teluk-teluk terbesar di dunia yang tersebar dari Asia Selatan hingga Amerika. Semoga bermanfaat, detikers!

*Penulis adalah peserta magang Program PRIMA Magang PTKI Kementerian Agama

(faz/faz)



Sumber : www.detik.com